• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAIDAH DASAR BIOETIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAIDAH DASAR BIOETIKA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KAIDAH DASAR BIOETIKA

Azaz pengambil keputusan

Etik(Beaucamp and Childress 1994)

1. Prinsip Benefecience

2. Prinsip Otonomi

3. Prinsip Non Maleficence

4. Justice

(3)

Beneficence

Berbuat baik (

beneficence

)

Selain menghormati martabat

manusia, dokter juga harus

mengusahakan agar pasien yang

dirawatnya terjaga keadaan

kesehatannya (

patient welfare

)

Pengertian ”berbuat baik” diartikan

bersikap ramah atau menolong, lebih

dari sekedar memenuhi kewajiban.

(4)

Mengutamakan kepentingan pasien

Memandang pasien atau keluarga

atau sesuatu tak hanya

menguntungkan dokter atau rumah

sakit atau pihak lain

Maksimalisasi akibat baik (termasuk

(5)

Tindakan berbuat baik (

beneficence

)

General beneficence

:

melindungi & mempertahankan hak

yang lain

mencegah terjadi kerugian pada yang

lain,

menghilangkan kondisi penyebab

kerugian pada yang lain,

Specific beneficence

:

menolong orang cacat,

(6)

Kriteria beneficence

1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)

2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter

4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya 5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang

6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia

7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien) 8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien 9. Minimalisasi akibat buruk

10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat

11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan 12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran

13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan 14. Mengembangkan profesi secara terus menerus

15. Memberikan obat berkhasiat namun murah 16. Menerapkan golden rule principle

(7)

Non maleficence

Tidak berbuat yang merugikan (

non-maleficence

)

Praktik Kedokteran haruslah memilih

pengobatan yang paling kecil

risikonya dan paling besar

(8)

Sisi komplementer

beneficence

dari

sudut pandang pasien, seperti :

Tidak boleh berbuat jahat

(evil

)

atau membuat derita (

harm

)

pasien

(9)

Kewajiban dokter untuk menganut ini

berdasarkan hal-hal :

Pasien dalam keadaan amat

berbahaya atau berisiko hilangnya

sesuatu yang penting

Dokter sanggup mencegah bahaya

atau kehilangan tersebut

Tindakan kedokteran tadi terbukti

efektif

Manfaat bagi pasien > kerugian

dokter (hanya mengalami risiko

minimal).

(10)

Kriteria non maleficence

1. Menolong pasien emergensi : Dengan gambaran sbb :

- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko

kehilangan sesuatu yang penting (gawat)

- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut

- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif - manfaat bagi pasien > kerugian dokter 2. Mengobati pasien yang luka

3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )

4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien 5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek

6. Mengobati secara proporsional 7. Mencegah pasien dari bahaya

8. Menghindari misrepresentasi dari pasien

9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian 10. Memberikan semangat hidup

11. Melindungi pasien dari serangan

12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

(11)

Otonomy

Menghormati martabat manusia

(

respect for person/autonomy

)

Pertama, setiap individu (pasien)

harus diperlakukan sebagai manusia

yang memiliki otonomi (hak untuk

menentukan nasib diri sendiri), dan

kedua, setiap manusia yang

otonominya berkurang atau hilang

perlu mendapatkan perlindungan.

(12)

Kaidah ikutannya ialah

Tell the truth

hormatilah hak privasi

lindungi informasi konfidensial

mintalah consent untuk intervensi

diri pasien

bila ditanya, bantulah membuat

(13)

Pandangan Kant : otonomi kehendak =

otonomi moral yakni :

kebebasan bertindak, memutuskan

(memilih) dan menentukan diri sendiri

sesuai dengan kesadaran terbaik bagi

dirinya yang ditentukan sendiri tanpa

hambatan, paksaan atau campur-tangan

pihak luar (heteronomi), suatu motivasi

dari dalam berdasar prinsip rasional

(14)

Pandangan J. Stuart Mill : otonomi

tindakan atau pemikiran =

otonomi individu, yakni

kemampuan melakukan pemikiran

dan tindakan (merealisasikan

keputusan dan kemampuan

melaksanakannya), hak penentuan

diri dari sisi pandang pribadi.

(15)

Kriteria otonomi

1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien

2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)

3. Berterus terang 4. Menghargai privasi

5. Menjaga rahasia pasien

6. Menghargai rasionalitas pasien 7. Melaksanakan informed consent

8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien

10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk keluarga pasien sendiri 11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien

pada kasus non emergensi

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien

(16)

Justice

Keadilan (

justice

)

Perbedaan kedudukan sosial, tingkat

ekonomi, pandangan politik, agama dan

faham kepercayaan, kebangsaan dan

kewarganegaraan, status perkawinan, serta

perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat

mengubah sikap dokter terhadap pasiennya

Tidak ada pertimbangan lain selain

kesehatan pasien yang menjadi perhatian

utama dokter.

(17)

Memberi perlakuan sama untuk

setiap orang (keadilan sebagai

fairness

) yakni :

Memberi sumbangan relatif sama

terhadap kebahagiaan diukur dari

kebutuhan mereka (kesamaan

sumbangan sesuai kebutuhan

pasien yang memerlukan atau

membahagiakannya)

Menuntut pengorbanan relatif

sama, diukur dengan kemampuan

mereka (kesamaan beban sesuai

dengan kemampuan pasien).

(18)

Tujuan :

Menjamin nilai tak berhingga

setiap pasien sebagai mahluk

berakal budi (bermartabat),

khususnya : hak dan

yang-baik

(19)

Jenis keadilan

A.

Komparatif (perbandingan antar kebutuhan

penerima)

B. Distributif (membagi sumber) : kebajikan

membagikan sumber-sumber kenikmatan dan

beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai

keselarasan sifat dan tingkat perbedaan

jasmani-rohani; secara material kepada :

Setiap orang andil yang sama

Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya

Setiap orang sesuai upayanya.

Setiap orang sesuai kontribusinya

Setiap orang sesuai jasanya

(20)

C. Sosial : kebajikan melaksanakan dan

memberikan kemakmuran dan

kesejahteraan bersama :

Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik

dengan strategi menekankan efisiensi social dan

memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.

Libertarian : menekankan hak kemerdekaan

social – ekonomi (mementingkan prosedur adil >

hasil substantif/materiil).

Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas

tertentu

Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat

dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap

individu rasional (sering menerapkan criteria

material kebutuhan dan kesamaan).

(21)

D. Hukum (umum) :

Tukar menukar : kebajikan memberikan /

mengembalikan hak-hak kepada yang

berhak.

pembagian sesuai dengan hukum

(pengaturan untuk kedamaian hidup

bersama) mencapai kesejahteraan

umum.

(22)

Kriteria justice

1. Memberlakukan sesuatu secara universal

2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan 3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang

sama

4. Menghargai hak sehat pasien 5. Menghargai hak hukum pasien 6. Menghargai hak orang lain

7. Menjaga kelompok yang rentan 8. Tidak melakukan penyalahgunaan 9. Bijak dalam makro alokasi

10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien 11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya

12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil

13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah

15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan

16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb

(23)

HUB. DOKTER - PASIEN

PATERNALISTIK

SEJAK HIPPOCRATES

DIANGGAP DASARNYA : SALING PERCAYA

PRINSIP MORAL UTAMA : BENEFICENCE

“MENIADAKAN” HAK PASIEN (CONSENT)

MULAI DIKRITIK TAHUN 1956

KONTRAKTUAL

MULAI TAHUN 1972-1975 (

social contract

)

PRINSIP MORAL UTAMA : AUTONOMY

(24)

“Kontrak terapeutik”

Salah satu hubungan hukum

dokter-pasien

Tidak seimbang/setara

Dokter tidak menjanjikan hasil

(

RESULTAATSVERBINTENNIS),

tetapi

menjanjikan upaya yang

sebaik-baikny(

INSPANNINGSVERBINTENNIS

) – reasonable care

(25)

Hubungan dokter-pasien

(cont..)

Kritik terhadap kontraktual :

Tak ada negosiasi eksplisit

Tak ada ekspektansi eksplisit

Terlalu materialistik bukan etik

Melupakan faktor sistim sosial

Terlalu legalistik : peraturan

Terfokus pada prinsip autonomi

Cenderung meminimalkan mutu

(26)

Hubungan dokter-pasien

(cont..)

Fiduciary : virtue based ethics

Prinsip : moral keutamaan

Bukan sekedar kewajiban dan

peraturan, tetapi juga “BAGAIMANA

SIKAP SEBAIKNYA”

Empathy, compassion, perhatian,

keramahan, kemanusiaan, saling

percaya, itikad baik, dll

Hubungan : bertumbuh kembang,

bertujuan mensejahterakan pasien

(27)

Hubungan dokter dan

pasien

Mukadimah KODEKI tahun 2002:

…hubungan kesepakatan terapeutik antara dokter

dan penderita (pasien) yang dilakukan dalam

suasana saling percaya mempercayai (konfidensial)

serta senantiasa diliputi oleh segala emosi,

(28)

Syarat utama terjalinnya hubungan

dokter-pasien:

Membangun rasa saling

percaya

Memahami hak dan

(29)

Pelayanan Kesehatan yang

Baik

Reasonable information

Reasonable care

(30)

Rekam Medik

Definisi

Kumpulan keterangan tentang identitas, hasil

anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala

kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien

dari waktu ke waktu

Berkas yang berisi catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien ( UU

Praktik Kedokteran Pasal 46 ayat 1 )

Berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang

identitas

pasien,

pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada

pasien pada sarana pelayanan kesehatan

(

Peraturan

Menteri

Kesehatan

No.

(31)

Isi Rekam Medis

CATATAN

Uraian ttg identitas pasien,

pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan,

tindakan, dan pelayanan lain baik dilakukan oleh

dokter, dokter gigi maupun tenaga kesehatan

lainnya sesuai dengan kompetensinya

DOKUMEN

Kelengkapan dari catatan tsb. : foto

rö, hasil lab, dan keterangan lain sesuai dengan

kompetensi keilmuannya

(32)

Sejarah Rekam Medis

Spanyol

25.000 tahun yang lalu (zaman

paleoliticum)

Mesir kuno

± 3000 – 2000 tahun SM

Dr. Franklin H. Martin

1913

(33)

Perkembangan RM di Indonesia

• Perhimpunan Profesional Perekaman Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia (PORMIKI).

• Surat Keputusan Menkes RI No. 031/Birhup/1972  semua rumah sakit diharuskan mengerjakan MR dan reporting dan hospital statistic.

• Keputusan Menkes RI No. 034/Birhup/1972  Perencanaan dan Pemeliharaan RS. • Bab I pasal 3  setiap RS diwajibkan:

– Mempunyai dan merawat statistik yang mutakhir

– Membina RM yang berdasarkan ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan

• Surat Keputusan Menkes RI No. 134/Menkes/SK/IV/78  tentang susunan organisasi dan tata kerja RS menyebutkan subbagian pencatatan medik memppunyai tugas mengatur pelaksanaan kegiatan pencatatan medik.

• Fatwa IDI tentang RM  SK No.315/PB/A.4/88  menekankan bahwa praktik profesi kedokteran harus melaksanakan RM.

• Peraturan Menkes RI No. 749.a/Menkes/Per/XII/1989 tentang RM.

• SK. Direktur Jendral Pelayanan Medik No. 78 tahun 1991  petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan RM di RS

(34)

JENIS REKAM MEDIS

DOKTER GIGIDOKTER &

Rekam medis

konvensional

Rekan medis

elektronik

Dokter

Dokter spesialis

Dokter gigi

Dokter gigi spesialis

» Lulusan pendidikan

kedokteran atau

kedokteran gigi baik di

dalam maupun luar

negeri yang diakui

pemerintah RI sesuai

dengan UU

(35)

Keterbatasan Rekam Medik Kartu

Isi : sulit menemukan data

Fragmentasi : jika

masing-masing unit atau instalasi

menyimpan rekam medik

berbeda untuk orang yang

sama

Untuk mengirimkan informasi

: data perlu disalin

Tidak bisa mengintegrasikan

sistem pendukung keputusan

klinik dengan informasi

pasien yang telah

dikumpulkan

(36)

Manfaat rekam medik

elektronik

Kemudahan penelusuran

dan pengiriman informasi

Bisa dikaitkan dengan

informasi lain yang

berasal dari luar rekam

medik

Penyimpanan lebih

ringkas

Data dapat ditampilkan

dengan cepat sesuai

kebutuhan

Abstraksi, pelaporan

lebih mudah bahkan

otomatis

Kualitas data dan standar

dapat dikendalikan

Hambatan

rekam medik elektronik

Kepercayaan

terhadap komputer:

keterandalan, privasi,

keamanan

Pemanfaatan untuk

keperluan klinik

sehari-hari (perlu

waktu untuk analisis)

Technophobia: sikap

negatif atau gagap

teknologi terhadap

komputer di tempat

kerja

(37)

Yang dapat disimpan dalam rekam

medik elektronika

Teks (kode, narasi,

report

)

Gambar (komputer grafik, gambar yang di-scan, hasil foto

rontgen digital)

Suara (suara jantung, suara paru)

Video (proses operasi)

(38)

Jenis Struktur Rekam Medik

Rekam medik berorientasi waktu (

time

oriented medical record

)

Rekam medik berorientasi masalah (

problem oriented

medical record

)

follow up pemeriksaan pasien dicatat dan disusun menurut tanggal dan jam

• laporan lab disusun menurut tanggal dan jam

• tindakan dan pengobatan disusun menurut tanggal dan jam

• semua data tercampur

Rekam medik berorientasi sumber (

source

oriented medical record

)

• hasil pemeriksaan dan perintah dokter ditempat tertentu

• lab dikumpulkan di tempat tertentu

• hasil pemeriksaan radiologi dimasukkan di amplop yang juga berisi film

(39)

Rekam medik berorientasi masalah (problem

oriented medical record)

Ket. subyektif (s)

keluhan utama,riwayat peny. Skrg,

riwayat peny. Terdahulu, riwayat peny. Keluarga,

keadaan sosbud.

Ket. obyektif (o)

temuan pemeriksaan fisik, data

pemeriksaan khusus, hasil pemeriksaan lab dan

penunjang lainnya.

Penilaian (assessment) (a)

diagnosis kerja, DD.

Perencanaan (plan) (p)

penatalaksanaan

medikomentosa/nonmedikomentosa, rencana

pemeriksaan penunjang, target tatalaksana,edukasi

pasien.

(40)

Isi Rekam Medis

Pasien rawat jalan

Identitas pasien

Tanggal dan waktu

Riwayat penyakit (anamnesis)

Keluhan utama

Riwayat sekarang

Riwayat penyakit yang sudah diderita

Riwayat keluarga tentang penyakit keturunan

Pemeriksaan fisik, lab, rontgen, dll

Diagnosis/masalah dan atau diagnosis banding

Tindakan/pengobatan (disertai inform consent kalo

ada tindakan)

(41)

Isi Rekam Medis

Pasien rawat inap

Berisi informasi seperti pasien rawat jalan,

dgn tambahan:

Persetujuan tindakan medik

Catatan konsultasi beserta paraf dokter

Catatan perawat dan tenaga kesehatan

lainnya beserta paraf petugas kesehatan

Catatan observasi klinik dan hasil

pengobatan

(42)

Isi rekam medis

Pasien gawat darurat :

Identitas pasien

Kondisi saat pasien tiba2 di sarana pelayanan kesehatanIdentitas pengantar pasien

Tanggal dan waktu

Hasil anamnesis, mencakup sekurang2nya keluhan dan riwayat penyakit

Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medikDiagnosis

Pengobatan dan/atau tindakan

Ringkasan kondisi pasien sblm meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dam rencana tindak lanjut

Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yg memberikan pelayanan kesehatan Sarana transportasi yg digunakan bagi pasien yg akan

dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

(43)

Isi rekam medis

Pasien dalam keadaan bencana

Jenis bencana dan lokasi dimana pasien

ditemukan

Kategori kegawatan dan nomor pasien

ditemukan

(44)

Resume Akhir

Dibuat segera setelah pasien

dipulangkan

Singkat, berisi informasi penting

(penyakit, pemeriksaan, pengobatan)

Tujuan :

Menjamin kontinuitas pelayanan medik bila

pasien dirawat kembali

Penilaian staf medik RS

Memenuhi permintaan instansi-instansi

tentang perawatan pasien (asuransi)

Bahan informasi untuk dokter yg bertugas,

mengirim dan konsultan

(45)

Resume Akhir

Isi :

Anamnesis (mengapa pasien masuk RS)

Hasil PF & lab.

Pengobatan

dan

tindakan

yang

dilaksanakan (mis. Operasi)

Keadaan pasien waktu keluar (berobat

jalan, mampu bekerja)

Anjuran pengobatan dan perawatan

(nama obat, dosis, rujukan, perjanjian

kontrol)

(46)

Manfaat Rekam Medis

A. Pengobatan Pasien

B. Peningkatan Kualitas Pelayanan

C. Pendidikan dan Penelitian

D. Pembiayaan

E. Statistik Kesehatan

F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin

dan Etik

(47)

Manfaat Rekam Medis

A. Pengobatan Pasien

Sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan

dan menganalisis penyakit serta merencanakan

pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang

harus diberikan kepada pasien.

B. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan

praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan

meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi

tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan

(48)

Manfaat Rekam Medis

C. Pendidikan dan Penelitian

Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan

kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan

tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi

perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang

profesi kedokteran dan kedokteran gigi.

D. Pembiayaan

Dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan

pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana

kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti

pembiayaan kepada pasien.

(49)

Manfaat Rekam Medis

E. Statistik Kesehatan

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan

statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari

perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk

menentukan jumlah penderita pada

penyakit-penyakit tertentu.

F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik

Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama,

sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah

hukum, disiplin dan etik.

(50)

Kerahasiaan Rekam Medis

Rahasia kedokteran hanya dapat dibuka

untuk kepentingan pasien untuk

memenuhi permintaan aparat penegak

hukum (hakim majelis), permintaan pasien

sendiri atau berdasarkan ketentuan

perundang2an yang berlaku

KUHAP

isi rekam medis baru dapat

dibuka bila diminta hakim majelis di

hadapan sidang majelis

Dokter dan dokter gigi bertanggung jwb

atas kerahasiaan rekam medis sedangkan

kepala sarana kesehatan bertanggung

(51)

UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran

Pasal 46

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan

praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.

2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus segera dilengkapi setelah pasien selesai

menerima pelayanan kesehatan.

3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama,

waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan

pelayanan atau tindakan.

(52)

Pasal 47

1. Dokumen rekam medis merupakam milik

dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan

kesehatan, sedangkan isi rekam medis

merupakan milik pasien.

2. Rekam medis harus disimpan dan dijaga

kerahasiaannya oleh dokter/dokter gigi dan

pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

(53)

Sanksi Hukum

Pasal 79 UU

Praktik Kedokteran: “Setiap

dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja

tidak membuat rekam medis dapat dipidana

dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

tahun atau denda paling banyak Rp

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat

rekam medis juga dapat dikenakan sanksi

secara perdata, karena dokter dan dokter

gigi tidak melakukan yang seharusnya

dilakukan (ingkar janji/wanprestasi) dalam

hubungan dokter dengan pasien

(54)

Sanksi Disiplin dan Etik

UU Praktik Kedokteran, peraturan KKI, KODEKI,

dan KODEKGI

3 alternatif sanksi disiplin (sesuai peraturan KKI

no 16/KKI/PER/VIII/2006 ttg Tata Cara

Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin

MKDKI dan MKDKIP):

Pemberian peringatan tertulis

Rekomendasi pencabutan STR atau SIP

Kewajiban mengikuti pendidikan atau

pelatihan di institusi pendidikan kedokteran

atau kedokteran gigi

Selain sanksi disiplin, dokter dan dokter gigi

yang tidak membuat rekam medis dapat

dikenakan sanksi etik oleh organisasi profesi

yaitu MKEK dan MKEKG

(55)

Masa Penyimpanan

Batas waktu lama penyimpanan

menurut Peraturan Menteri

Kesehatan paling lama 5 tahun dan

resume rekam medis paling sedikit

25 tahun.

(56)

Rekam Medik

PENDELEGASIAN MEMBUAT REKAM

MEDIS

Selain dokter dan dokter gigi yang

membuat/mengisi rekam medis,

tenaga kesehatan lain dapat

membuat/mengisi rekam medis atas

perintah/pendelegasian secara

TERTULIS dari dokter dan dokter

gigi yang menjalankan praktik

kedokteran

(57)

Kepemilikan Rekam Medik

Sesuai UU Praktik Kedokteran, berkas

rekam medis menjadi milik:

Dokter

Dokter gigi

Sarana pelayanan kesehatan

Isi rekam medis dan lampiran dokumen

(58)

Pengorganisasian Rekam

Medis

Rekam medis harus disimpan dan dijaga

kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi, dan

pimpinan sarana kesehatan

Batas waktu lama penyimpanan menurut

Peraturan Menkes paling lama 5 tahun dan

resume rekam medis paling sedikit 25 tahun

(59)

Pembinaan, Pengendalian dan

Pengawasan

Dilakukan oleh pemerintah pusat,

KKI, pemerindah daerah, dan

organisasi profesi

(60)

Rekam Medis Kaitannya Dengan MIK

Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)

Pengelolaan yang memfokuskan kegiatannya

pada pelayanan kesehatan dan sumber informasi

pelayanan kesehatan dengan menjabarkan sifat

alami data, struktur, dan menerjemahkannya ke

berbagai bentuk informasi demi kemajuan

kesehatan dan pelayanan kesehatan perorangan,

pasien, dan masyarakat

(61)

Rekam Medis Kaitannya Dengan MIK

Penanggung jawab MIK berkewajiban untuk

mengumpulkan, mengintegrasikan, dan

menganalisis data pelayanan kesehatan primer

dan sekunder, mendesiminasi informasi,

menata sumber informasi bagi kepentingan

penelitian, pendidikan, perencanaan, dan

evaluasi pelayanan kesehatan secara

komprehensif dan terintegrasi

Agar data rekam medis dapat memenuhi

permintaan informasi, diperlukan standar

universal yang meliputi

a. Struktur dan isi rekam medis

b. Keseragaman dalam penggunaan simbol, tanda,

istilah, singkatan, dan ICD

(62)

Rekam Medis Kaitannya Dengan MIK

Data-data di rekam medis dapat

digunakan sebagai:

a. Alat komunikasi (informasi) dan dasar

pengobatan bagi dokter, dokter gigi

dalam memberikan pelayanan medis

b. Masukan untuk menyusun laporan

epidemiologi penyakit dan demografi

(data sosial pasien) serta sistem informasi

manajemen RS

c. Masukan untuk menghitung biaya

pelayanan

d. Bahan untuk statistik kesehatan

e. Sebagai bahan/pendidikan dan penelitian

data

(63)
(64)

HUBUNGAN BIOETIKA -

KODEKI

(65)

Pasal

Isi Kodeki

Bioetik

Pasal 1 Setiap dokter harus menjunjung tinggi,

menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Semua asas Pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya

melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

Beneficence

Non-maleficence Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya,

seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya

kebebasan dan kemandirian profesi.

Justice

Pasal 4 Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Beneficence Pasal 5 Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin

melemahkan daya tahan psikis maupun fisik

hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Beneficence Otonomi Pasal 6 Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati

dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang

belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Beneficence

(66)

Pasal Isi Kodeki Bioetik Pasal 7 Seorang dokter hanya memberi surat

keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya Beneficence Non-maleficence Pasal 7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang

(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia Beneficence Non-maleficence Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang

melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien

Beneficence

Non-maleficence

Pasal

7c Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga

kepercayaan pasien

Otonom

Pasal 7d

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Beneficence

(67)

Pasal Isi Kodeki Bioetik Pasal 8 Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter

harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan

kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan

pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Beneficence

Non-maleficence Justice

Pasal 9 Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati. Pasal

10 Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau

pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Beneficence Non-maleficence Otonom Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan

kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam

beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

(68)

Pasal Isi Kodeki Bioetik Pasal

12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu

meninggal dunia Beneficence Non-maleficence Otonom Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Beneficence

Non-maleficence Pasal

14 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Pasal

15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.

(69)

Daftar Pustaka

Jacobalis Samsi.Pengantar Tentang

Perkembangan Ilmu Kedokteran,

Etika Medis, dan Bioetika. Jakarta :

Sagung Seto, 2005

Budianto Heru, editor. Panduan

praktis Etika Profesi Dokter. Jakarta :

Sagung Seto, 2009

MKEK, IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan

Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran

Indonesia. Jakarta : IDI, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil :Penulis berharapsetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya, dapat mengontrol halusinasi dengan 4

Filsafat Negara, Maupun Ideologi Bangsa Secara Scientific. Tujuan Akhirnya Adalah Agar Nilai-Nilai Pancasila Terinternalisasi Sehingga Menjadi Guiding Principles Atau

Analisis data dimulai dengan menganalisis sistem keamanan WPA-PSK, WPA2- PSK jaringan wifi. Serta melakukan uji penetrasi terhadap jaringan wireless tersebut menggunakan sebuah

Berdasarkan literature review dari lima artikel tentang aktivitas Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) pada pengkonsumsi minuman beralkohol disimpulkan bahwa

Untuk nilai standar error estimate (Se), apabila semakin kecil nilainya maka akan membuat model regresi semakin tepat memprediksi variable dependen.. Berdasarkan model-model

Confidelity Confidelity   (kerahasiaan) yaitu layanan agar isi pesan yang dikirimkan tetap rahasia dan   (kerahasiaan) yaitu layanan agar isi pesan yang dikirimkan

Produk perencanaan (rencana struktur TR, rencana alokasi pemanfaatan ruang , Rencana tahapan pelaksanaan pembangunan 10 tahunan).. Deskripsi Rona Awal wilayah

Dengan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa sangat antusias melakukan pembelajaran dengan model double loop problem