KAIDAH DASAR BIOETIKA
Azaz pengambil keputusan
Etik(Beaucamp and Childress 1994)
1. Prinsip Benefecience
2. Prinsip Otonomi
3. Prinsip Non Maleficence
4. Justice
Beneficence
•
Berbuat baik (
beneficence
)
•
Selain menghormati martabat
manusia, dokter juga harus
mengusahakan agar pasien yang
dirawatnya terjaga keadaan
kesehatannya (
patient welfare
)
•
Pengertian ”berbuat baik” diartikan
bersikap ramah atau menolong, lebih
dari sekedar memenuhi kewajiban.
•
Mengutamakan kepentingan pasien
•
Memandang pasien atau keluarga
atau sesuatu tak hanya
menguntungkan dokter atau rumah
sakit atau pihak lain
•
Maksimalisasi akibat baik (termasuk
•
Tindakan berbuat baik (
beneficence
)
–
General beneficence
:
•
melindungi & mempertahankan hak
yang lain
•
mencegah terjadi kerugian pada yang
lain,
•
menghilangkan kondisi penyebab
kerugian pada yang lain,
–
Specific beneficence
:
•
menolong orang cacat,
Kriteria beneficence
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya 5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien) 8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien 9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan 12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan 14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah 16. Menerapkan golden rule principle
Non maleficence
•
Tidak berbuat yang merugikan (
non-maleficence
)
•
Praktik Kedokteran haruslah memilih
pengobatan yang paling kecil
risikonya dan paling besar
•
Sisi komplementer
beneficence
dari
sudut pandang pasien, seperti :
–
Tidak boleh berbuat jahat
(evil
)
atau membuat derita (
harm
)
pasien
•
Kewajiban dokter untuk menganut ini
berdasarkan hal-hal :
–
Pasien dalam keadaan amat
berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting
–
Dokter sanggup mencegah bahaya
atau kehilangan tersebut
–
Tindakan kedokteran tadi terbukti
efektif
–
Manfaat bagi pasien > kerugian
dokter (hanya mengalami risiko
minimal).
Kriteria non maleficence
1. Menolong pasien emergensi : Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif - manfaat bagi pasien > kerugian dokter 2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien 5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional 7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian 10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Otonomy
•
Menghormati martabat manusia
(
respect for person/autonomy
)
•
Pertama, setiap individu (pasien)
harus diperlakukan sebagai manusia
yang memiliki otonomi (hak untuk
menentukan nasib diri sendiri), dan
kedua, setiap manusia yang
otonominya berkurang atau hilang
perlu mendapatkan perlindungan.
Kaidah ikutannya ialah
•
Tell the truth
•
hormatilah hak privasi
•
lindungi informasi konfidensial
•
mintalah consent untuk intervensi
diri pasien
•
bila ditanya, bantulah membuat
•
Pandangan Kant : otonomi kehendak =
otonomi moral yakni :
–
kebebasan bertindak, memutuskan
(memilih) dan menentukan diri sendiri
sesuai dengan kesadaran terbaik bagi
dirinya yang ditentukan sendiri tanpa
hambatan, paksaan atau campur-tangan
pihak luar (heteronomi), suatu motivasi
dari dalam berdasar prinsip rasional
•
Pandangan J. Stuart Mill : otonomi
tindakan atau pemikiran =
–
otonomi individu, yakni
kemampuan melakukan pemikiran
dan tindakan (merealisasikan
keputusan dan kemampuan
melaksanakannya), hak penentuan
diri dari sisi pandang pribadi.
Kriteria otonomi
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang 4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien 7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk keluarga pasien sendiri 11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
Justice
•
Keadilan (
justice
)
•
Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
kewarganegaraan, status perkawinan, serta
perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat
mengubah sikap dokter terhadap pasiennya
•
Tidak ada pertimbangan lain selain
kesehatan pasien yang menjadi perhatian
utama dokter.
•
Memberi perlakuan sama untuk
setiap orang (keadilan sebagai
fairness
) yakni :
–
Memberi sumbangan relatif sama
terhadap kebahagiaan diukur dari
kebutuhan mereka (kesamaan
sumbangan sesuai kebutuhan
pasien yang memerlukan atau
membahagiakannya)
–
Menuntut pengorbanan relatif
sama, diukur dengan kemampuan
mereka (kesamaan beban sesuai
dengan kemampuan pasien).
•
Tujuan :
–
Menjamin nilai tak berhingga
setiap pasien sebagai mahluk
berakal budi (bermartabat),
khususnya : hak dan
yang-baik
Jenis keadilan
A.
Komparatif (perbandingan antar kebutuhan
penerima)
B. Distributif (membagi sumber) : kebajikan
membagikan sumber-sumber kenikmatan dan
beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai
keselarasan sifat dan tingkat perbedaan
jasmani-rohani; secara material kepada :
–
Setiap orang andil yang sama
–
Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya
–
Setiap orang sesuai upayanya.
–
Setiap orang sesuai kontribusinya
–
Setiap orang sesuai jasanya
•
C. Sosial : kebajikan melaksanakan dan
memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan bersama :
–
Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik
dengan strategi menekankan efisiensi social dan
memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.
–
Libertarian : menekankan hak kemerdekaan
social – ekonomi (mementingkan prosedur adil >
hasil substantif/materiil).
–
Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas
tertentu
–
Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat
dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap
individu rasional (sering menerapkan criteria
material kebutuhan dan kesamaan).
•
D. Hukum (umum) :
–
Tukar menukar : kebajikan memberikan /
mengembalikan hak-hak kepada yang
berhak.
–
pembagian sesuai dengan hukum
(pengaturan untuk kedamaian hidup
bersama) mencapai kesejahteraan
umum.
Kriteria justice
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan 3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang
sama
4. Menghargai hak sehat pasien 5. Menghargai hak hukum pasien 6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan 8. Tidak melakukan penyalahgunaan 9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien 11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
HUB. DOKTER - PASIEN
•
PATERNALISTIK
–
SEJAK HIPPOCRATES
–
DIANGGAP DASARNYA : SALING PERCAYA
–
PRINSIP MORAL UTAMA : BENEFICENCE
–
“MENIADAKAN” HAK PASIEN (CONSENT)
–
MULAI DIKRITIK TAHUN 1956
•
KONTRAKTUAL
–
MULAI TAHUN 1972-1975 (
social contract
)
–
PRINSIP MORAL UTAMA : AUTONOMY
“Kontrak terapeutik”
•
Salah satu hubungan hukum
dokter-pasien
•
Tidak seimbang/setara
–
Dokter tidak menjanjikan hasil
(
RESULTAATSVERBINTENNIS),
tetapi
menjanjikan upaya yang
sebaik-baikny(
INSPANNINGSVERBINTENNIS
) – reasonable care
Hubungan dokter-pasien
(cont..)
•
Kritik terhadap kontraktual :
–
Tak ada negosiasi eksplisit
–
Tak ada ekspektansi eksplisit
–
Terlalu materialistik bukan etik
–
Melupakan faktor sistim sosial
–
Terlalu legalistik : peraturan
–
Terfokus pada prinsip autonomi
–
Cenderung meminimalkan mutu
Hubungan dokter-pasien
(cont..)
•
Fiduciary : virtue based ethics
–
Prinsip : moral keutamaan
–
Bukan sekedar kewajiban dan
peraturan, tetapi juga “BAGAIMANA
SIKAP SEBAIKNYA”
–
Empathy, compassion, perhatian,
keramahan, kemanusiaan, saling
percaya, itikad baik, dll
–
Hubungan : bertumbuh kembang,
bertujuan mensejahterakan pasien
Hubungan dokter dan
pasien
•
Mukadimah KODEKI tahun 2002:
•
…hubungan kesepakatan terapeutik antara dokter
dan penderita (pasien) yang dilakukan dalam
suasana saling percaya mempercayai (konfidensial)
serta senantiasa diliputi oleh segala emosi,
Syarat utama terjalinnya hubungan
dokter-pasien:
•
Membangun rasa saling
percaya
•
Memahami hak dan
Pelayanan Kesehatan yang
Baik
•
Reasonable information
•
Reasonable care
Rekam Medik
Definisi
Kumpulan keterangan tentang identitas, hasil
anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala
kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien
dari waktu ke waktu
Berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien ( UU
Praktik Kedokteran Pasal 46 ayat 1 )
Berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang
identitas
pasien,
pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada
pasien pada sarana pelayanan kesehatan
(
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
Isi Rekam Medis
CATATAN
Uraian ttg identitas pasien,
pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan,
tindakan, dan pelayanan lain baik dilakukan oleh
dokter, dokter gigi maupun tenaga kesehatan
lainnya sesuai dengan kompetensinya
DOKUMEN
Kelengkapan dari catatan tsb. : foto
rö, hasil lab, dan keterangan lain sesuai dengan
kompetensi keilmuannya
Sejarah Rekam Medis
Spanyol
25.000 tahun yang lalu (zaman
paleoliticum)
Mesir kuno
± 3000 – 2000 tahun SM
Dr. Franklin H. Martin
1913
Perkembangan RM di Indonesia
• Perhimpunan Profesional Perekaman Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia (PORMIKI).
• Surat Keputusan Menkes RI No. 031/Birhup/1972 semua rumah sakit diharuskan mengerjakan MR dan reporting dan hospital statistic.
• Keputusan Menkes RI No. 034/Birhup/1972 Perencanaan dan Pemeliharaan RS. • Bab I pasal 3 setiap RS diwajibkan:
– Mempunyai dan merawat statistik yang mutakhir
– Membina RM yang berdasarkan ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan
• Surat Keputusan Menkes RI No. 134/Menkes/SK/IV/78 tentang susunan organisasi dan tata kerja RS menyebutkan subbagian pencatatan medik memppunyai tugas mengatur pelaksanaan kegiatan pencatatan medik.
• Fatwa IDI tentang RM SK No.315/PB/A.4/88 menekankan bahwa praktik profesi kedokteran harus melaksanakan RM.
• Peraturan Menkes RI No. 749.a/Menkes/Per/XII/1989 tentang RM.
• SK. Direktur Jendral Pelayanan Medik No. 78 tahun 1991 petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan RM di RS
JENIS REKAM MEDIS
DOKTER GIGIDOKTER &•
Rekam medis
konvensional
•
Rekan medis
elektronik
•
Dokter
•
Dokter spesialis
•
Dokter gigi
•
Dokter gigi spesialis
» Lulusan pendidikan
kedokteran atau
kedokteran gigi baik di
dalam maupun luar
negeri yang diakui
pemerintah RI sesuai
dengan UU
Keterbatasan Rekam Medik Kartu
Isi : sulit menemukan data
Fragmentasi : jika
masing-masing unit atau instalasi
menyimpan rekam medik
berbeda untuk orang yang
sama
Untuk mengirimkan informasi
: data perlu disalin
Tidak bisa mengintegrasikan
sistem pendukung keputusan
klinik dengan informasi
pasien yang telah
dikumpulkan
Manfaat rekam medik
elektronik
Kemudahan penelusuran
dan pengiriman informasi
Bisa dikaitkan dengan
informasi lain yang
berasal dari luar rekam
medik
Penyimpanan lebih
ringkas
Data dapat ditampilkan
dengan cepat sesuai
kebutuhan
Abstraksi, pelaporan
lebih mudah bahkan
otomatis
Kualitas data dan standar
dapat dikendalikan
Hambatan
rekam medik elektronik
•
Kepercayaan
terhadap komputer:
keterandalan, privasi,
keamanan
•
Pemanfaatan untuk
keperluan klinik
sehari-hari (perlu
waktu untuk analisis)
•
Technophobia: sikap
negatif atau gagap
teknologi terhadap
komputer di tempat
kerja
Yang dapat disimpan dalam rekam
medik elektronika
Teks (kode, narasi,
report
)
Gambar (komputer grafik, gambar yang di-scan, hasil foto
rontgen digital)
Suara (suara jantung, suara paru)
Video (proses operasi)
Jenis Struktur Rekam Medik
Rekam medik berorientasi waktu (
time
oriented medical record
)
Rekam medik berorientasi masalah (
problem oriented
medical record
)
• follow up pemeriksaan pasien dicatat dan disusun menurut tanggal dan jam
• laporan lab disusun menurut tanggal dan jam
• tindakan dan pengobatan disusun menurut tanggal dan jam
• semua data tercampur
Rekam medik berorientasi sumber (
source
oriented medical record
)
• hasil pemeriksaan dan perintah dokter ditempat tertentu
• lab dikumpulkan di tempat tertentu
• hasil pemeriksaan radiologi dimasukkan di amplop yang juga berisi film
Rekam medik berorientasi masalah (problem
oriented medical record)
Ket. subyektif (s)
keluhan utama,riwayat peny. Skrg,
riwayat peny. Terdahulu, riwayat peny. Keluarga,
keadaan sosbud.
Ket. obyektif (o)
temuan pemeriksaan fisik, data
pemeriksaan khusus, hasil pemeriksaan lab dan
penunjang lainnya.
Penilaian (assessment) (a)
diagnosis kerja, DD.
Perencanaan (plan) (p)
penatalaksanaan
medikomentosa/nonmedikomentosa, rencana
pemeriksaan penunjang, target tatalaksana,edukasi
pasien.
Isi Rekam Medis
Pasien rawat jalan
Identitas pasien
Tanggal dan waktu
Riwayat penyakit (anamnesis)
Keluhan utama
Riwayat sekarang
Riwayat penyakit yang sudah diderita
Riwayat keluarga tentang penyakit keturunan
Pemeriksaan fisik, lab, rontgen, dll
Diagnosis/masalah dan atau diagnosis banding
Tindakan/pengobatan (disertai inform consent kalo
ada tindakan)
Isi Rekam Medis
Pasien rawat inap
Berisi informasi seperti pasien rawat jalan,
dgn tambahan:
Persetujuan tindakan medik
Catatan konsultasi beserta paraf dokter
Catatan perawat dan tenaga kesehatan
lainnya beserta paraf petugas kesehatan
Catatan observasi klinik dan hasil
pengobatan
Isi rekam medis
Pasien gawat darurat :
Identitas pasien
Kondisi saat pasien tiba2 di sarana pelayanan kesehatan Identitas pengantar pasien
Tanggal dan waktu
Hasil anamnesis, mencakup sekurang2nya keluhan dan riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik Diagnosis
Pengobatan dan/atau tindakan
Ringkasan kondisi pasien sblm meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dam rencana tindak lanjut
Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yg memberikan pelayanan kesehatan Sarana transportasi yg digunakan bagi pasien yg akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Isi rekam medis
Pasien dalam keadaan bencana
–
Jenis bencana dan lokasi dimana pasien
ditemukan
–
Kategori kegawatan dan nomor pasien
ditemukan
Resume Akhir
•
Dibuat segera setelah pasien
dipulangkan
•
Singkat, berisi informasi penting
(penyakit, pemeriksaan, pengobatan)
•
Tujuan :
–
Menjamin kontinuitas pelayanan medik bila
pasien dirawat kembali
–
Penilaian staf medik RS
–
Memenuhi permintaan instansi-instansi
tentang perawatan pasien (asuransi)
–
Bahan informasi untuk dokter yg bertugas,
mengirim dan konsultan
Resume Akhir
Isi :
•
Anamnesis (mengapa pasien masuk RS)
•
Hasil PF & lab.
•
Pengobatan
dan
tindakan
yang
dilaksanakan (mis. Operasi)
•
Keadaan pasien waktu keluar (berobat
jalan, mampu bekerja)
•
Anjuran pengobatan dan perawatan
(nama obat, dosis, rujukan, perjanjian
kontrol)
Manfaat Rekam Medis
A. Pengobatan Pasien
B. Peningkatan Kualitas Pelayanan
C. Pendidikan dan Penelitian
D. Pembiayaan
E. Statistik Kesehatan
F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin
dan Etik
Manfaat Rekam Medis
A. Pengobatan Pasien
Sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan
dan menganalisis penyakit serta merencanakan
pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang
harus diberikan kepada pasien.
B. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan
praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan
meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi
tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan
Manfaat Rekam Medis
C. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan
kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan
tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi
perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang
profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
D. Pembiayaan
Dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti
pembiayaan kepada pasien.
Manfaat Rekam Medis
E. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan
statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari
perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk
menentukan jumlah penderita pada
penyakit-penyakit tertentu.
F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama,
sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah
hukum, disiplin dan etik.
Kerahasiaan Rekam Medis
•
Rahasia kedokteran hanya dapat dibuka
untuk kepentingan pasien untuk
memenuhi permintaan aparat penegak
hukum (hakim majelis), permintaan pasien
sendiri atau berdasarkan ketentuan
perundang2an yang berlaku
•
KUHAP
isi rekam medis baru dapat
dibuka bila diminta hakim majelis di
hadapan sidang majelis
•
Dokter dan dokter gigi bertanggung jwb
atas kerahasiaan rekam medis sedangkan
kepala sarana kesehatan bertanggung
UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
Pasal 46
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.
2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus segera dilengkapi setelah pasien selesai
menerima pelayanan kesehatan.
3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama,
waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan
pelayanan atau tindakan.
Pasal 47
1. Dokumen rekam medis merupakam milik
dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medis
merupakan milik pasien.
2. Rekam medis harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter/dokter gigi dan
pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Sanksi Hukum
Pasal 79 UU
Praktik Kedokteran: “Setiap
dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja
tidak membuat rekam medis dapat dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat
rekam medis juga dapat dikenakan sanksi
secara perdata, karena dokter dan dokter
gigi tidak melakukan yang seharusnya
dilakukan (ingkar janji/wanprestasi) dalam
hubungan dokter dengan pasien
Sanksi Disiplin dan Etik
UU Praktik Kedokteran, peraturan KKI, KODEKI,
dan KODEKGI
3 alternatif sanksi disiplin (sesuai peraturan KKI
no 16/KKI/PER/VIII/2006 ttg Tata Cara
Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin
MKDKI dan MKDKIP):
Pemberian peringatan tertulis
Rekomendasi pencabutan STR atau SIP
Kewajiban mengikuti pendidikan atau
pelatihan di institusi pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi
Selain sanksi disiplin, dokter dan dokter gigi
yang tidak membuat rekam medis dapat
dikenakan sanksi etik oleh organisasi profesi
yaitu MKEK dan MKEKG
Masa Penyimpanan
•
Batas waktu lama penyimpanan
menurut Peraturan Menteri
Kesehatan paling lama 5 tahun dan
resume rekam medis paling sedikit
25 tahun.
Rekam Medik
PENDELEGASIAN MEMBUAT REKAM
MEDIS
Selain dokter dan dokter gigi yang
membuat/mengisi rekam medis,
tenaga kesehatan lain dapat
membuat/mengisi rekam medis atas
perintah/pendelegasian secara
TERTULIS dari dokter dan dokter
gigi yang menjalankan praktik
kedokteran
Kepemilikan Rekam Medik
•
Sesuai UU Praktik Kedokteran, berkas
rekam medis menjadi milik:
–
Dokter
–
Dokter gigi
–
Sarana pelayanan kesehatan
•
Isi rekam medis dan lampiran dokumen
Pengorganisasian Rekam
Medis
•
Rekam medis harus disimpan dan dijaga
kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi, dan
pimpinan sarana kesehatan
•
Batas waktu lama penyimpanan menurut
Peraturan Menkes paling lama 5 tahun dan
resume rekam medis paling sedikit 25 tahun
Pembinaan, Pengendalian dan
Pengawasan
•
Dilakukan oleh pemerintah pusat,
KKI, pemerindah daerah, dan
organisasi profesi
Rekam Medis Kaitannya Dengan MIK
•
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)
Pengelolaan yang memfokuskan kegiatannya
pada pelayanan kesehatan dan sumber informasi
pelayanan kesehatan dengan menjabarkan sifat
alami data, struktur, dan menerjemahkannya ke
berbagai bentuk informasi demi kemajuan
kesehatan dan pelayanan kesehatan perorangan,
pasien, dan masyarakat
Rekam Medis Kaitannya Dengan MIK
•
Penanggung jawab MIK berkewajiban untuk
mengumpulkan, mengintegrasikan, dan
menganalisis data pelayanan kesehatan primer
dan sekunder, mendesiminasi informasi,
menata sumber informasi bagi kepentingan
penelitian, pendidikan, perencanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan secara
komprehensif dan terintegrasi
•
Agar data rekam medis dapat memenuhi
permintaan informasi, diperlukan standar
universal yang meliputi
a. Struktur dan isi rekam medis
b. Keseragaman dalam penggunaan simbol, tanda,
istilah, singkatan, dan ICD
Rekam Medis Kaitannya Dengan MIK
•
Data-data di rekam medis dapat
digunakan sebagai:
a. Alat komunikasi (informasi) dan dasar
pengobatan bagi dokter, dokter gigi
dalam memberikan pelayanan medis
b. Masukan untuk menyusun laporan
epidemiologi penyakit dan demografi
(data sosial pasien) serta sistem informasi
manajemen RS
c. Masukan untuk menghitung biaya
pelayanan
d. Bahan untuk statistik kesehatan
e. Sebagai bahan/pendidikan dan penelitian
data
HUBUNGAN BIOETIKA -
KODEKI
Pasal
Isi Kodeki
Bioetik
Pasal 1 Setiap dokter harus menjunjung tinggi,menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Semua asas Pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
Beneficence
Non-maleficence Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya,
seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.
Justice
Pasal 4 Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Beneficence Pasal 5 Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin
melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.
Beneficence Otonomi Pasal 6 Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati
dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang
belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Beneficence
Pasal Isi Kodeki Bioetik Pasal 7 Seorang dokter hanya memberi surat
keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya Beneficence Non-maleficence Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia Beneficence Non-maleficence Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien
Beneficence
Non-maleficence
Pasal
7c Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan pasien
Otonom
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Beneficence
Pasal Isi Kodeki Bioetik Pasal 8 Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter
harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan
kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Beneficence
Non-maleficence Justice
Pasal 9 Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati. Pasal
10 Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Beneficence Non-maleficence Otonom Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan
kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam
beribadat dan atau dalam masalah lainnya.
Pasal Isi Kodeki Bioetik Pasal
12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia Beneficence Non-maleficence Otonom Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Beneficence
Non-maleficence Pasal
14 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Pasal
15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.