• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Penciptaan Alam Semesta kel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses Penciptaan Alam Semesta kel"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

Alam semesta merupakan suatu ruang atau tempat bagi manusia,tumbuh-tumbuhan, hewan, dan benda-benda. Langit sebagai atapnya dan bumi sebagainya lantainya. Jadi, alam semesta atau jagat raya adalah satu ruang yang maha besar, terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik. Proses penciptaan alam semesta merupakan suatu peristiwa yang selalui di pertanyakan. Siapakah pencipta alam semesta? Dan alam semesta terbentuk dari apa? Dengan rasa penasaran ini, manusia terus berusaha mencari jawaban yang pasti. Berbagai cara manusia lakukan untuk mendapatkan kepastian akan penciptaan alam semsesta.

Dalam agama Islam semua pertanyaan manusia tentang siapa dan bagaimana alam semesta di ciptakan telah di jawab oleh Allah. Melalui firman-Nya, Allah menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan alam semesta dengan kehendaknya

dan kekuasaannya. Firman Allah yang artinya:

“Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. dan benarlah perkataan-Nya di waktu dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. dan dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

(2)
(3)

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alam Semesta

Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos, mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, electron, sel, dan amoeba. Sedang makrokosmos adalah benda-benda yang sangat besar, misalnya bintang, galaksi, planet.

(4)

B. Proses Penciptaan Alam Semesta 1. Penciptaan Alam Menurut Agama

Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Veda (Hindu)

Dalam kitab Regweda terdapat nyanyian yang mengisahkan asal mula alam semesta. Nyanyian tersebut disebut Nasadiyasukta dan terdiri dari tujuh bait sebagai berikut:

Pada mulanya tidak ada sesuatu yang ada namun tidak ada sesuatu yang tidak ada. Tidak ada udara, tidak ada langit pula. Apakah yang menutupi itu, dan mana itu? Airkah di sana? Air yang tak terduga dalamnya?

Waktu itu tidak ada kematian, tidak pula ada kehidupan. Tidak ada yang menandakan siang dan malam. Yang Esa bernapas tanpa napas menurut kekuatannya sendiri. Di luar daripada Ia tidak ada apapun.

Pada mulanya kegelapan ditutupi oleh kegelapan itu sendiri. Semua yang ada ini adalah sesuatu yang tak terbatas dan tak dapat dibedakan, yang ada pada waktu itu adalah kekosongan dan yang tanpa bentuk. Dengan tenaga panas yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong.

Setelah itu timbullah keinginan, keinginan yang merupakan benih awal dan benih semangat. Para Rsi setelah bermeditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan antara yang ada dan yang bukan ada.

(5)

Siapakah yang sungguh-sungguh mengetahui? Siapakah di dunia ini yang dapat menerangkannya? Dari manakah kejadian itu, dan dari manakah timbulnya? Para Dewa ada setelah kejadian itu. Lalu, siapakah yang tahu, darimana ia muncul?

Dia, yang merupakan awal pertama dari kejadian itu, dari-Nya kejadian itu muncul atau mungkin tidak. Dia yang mengawasi dunia dari surga tertinggi, sangat mengetahuinya atau mungkin juga tidak.

Menurut filsafat Hindu dalam Regweda, elemen dasar dunia adalah Asat atau ketiadaan yang sama dengan Aditi yaitu ketidakterbatasan. Semua yang ada adalah Diti yaitu yang terikat. Ajaran dalam Regweda juga menyatakan bahwa alam semesta diciptakan oleh Brahman dari unsur yang sudah ada. Hiranyagharba atau "Janin Emas" muncul dari lautan yang memenuhi angkasa lalu dari dalamnya muncul Brahma yang membangun dunia yang masih kacau tanpa bentuk agar teratur rapi.

Dalam Kitab Purana dan Upanisad

Menurut kepercayaan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Penciptaan alam semesta dalam kitab Upanisad diuraikan seperti laba-laba memintal benangnya tahap demi tahap, demikian pula Brahman menciptakan alam semesta tahap demi tahap. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa. Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya.

(6)

Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).

Dasendria

Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut berevolusi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat halus, tidak berukuran. Lima benih tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Sabdatanmatra (benih suara)

2. Rupatanmatra (benih penglihatan)

(7)

4. Gandhatanmatra (benih penciuman)

5. Sparsatanmatra (benih peraba)

Pancatanmatra merupakan benih saja. Pancatanmatra berevolusi menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu:

1. Pertiwi (zat padat, tanah, logam)

2. Apah (zat cair)

3. Teja (plasma, api, kalor)

4. Bayu (zat gas, udara)

5. Akasa (ether)

Pancamahabhuta berbentuk Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala ada salah satu unsur yang mendominasi. Unsur Teja mendominasi matahari, sedangkan bumi didominasi Pertiwi dan Apah.

Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Tripitaka (Buddha)

(8)

Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu. Tanah itu memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manis tanah itu. Kemudian Vasettha, di antara mahluk-mahluk yang memiliki sifat serakah (lolajatiko) berkata : 'O apakah ini? Dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya.

Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan masuk dalam dirinya. Mahluk-mahluk lainnya mengikuti contoh perbuatannya, mencicipi sari tanah itu dengan jari-jari mahluk-mahluk itu mulai makan sari tanah, memecahkan gumpalan-gumpalan sari tanah tersebut dengan tangan mereka.

Dan dengan melakukan hal ini, cahaya tubuh mahluk-mahluk itu lenyap. Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi nampak siang dan malam terjadi. Demikianlah, Vasettha, sejauh itu bumi terbentuk kembali.

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati sari tanah, memakannya, hidup dengannya, dan berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat, dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Sebagian mahluk memiliki bentuk tubuh yang indah dan sebagian mahluk memiliki tubuh yang buruk. Dan karena keadaan ini, mereka yang memiliki bentuk tubuh yang indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh yang buruk maka sari tanah itupun lenyap ketika sari tanah lenyap muncullah tumbuhan dari tanah (bhumipappatiko). Cara tumbuhnya seperti cendawan.

(9)

Selanjutnya tumbuhan menjalar (badalata) muncul warnanya seperti dadi susu atau mentega murni, manisnya seperti madu tawon murni.

Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar itu maka tubuh mereka menjadi lebih padat; dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk. Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk .Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap.

Kemudian, Vasettha, ketika tumbuhan menjalar lenyap muncullah tumbuhan padi (sali) yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Pada sore hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan malam, pada keesokkan paginya padi itu telah tumbuh dan masak kembali. Bila pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus menerus padi itu muncul.

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati padi (masak) dari alam terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat, dan perbedaan bentuk mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak jelas kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga).

(10)

indriya yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indriya tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin. Vasettha, ketika mahluk-mahluk lain melihat mereka melakukan hubungan kelamin.

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang" yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun.

Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

(11)

Sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain. Hal inilah yang menjadi dasar penulisan ini.

Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang : Alam Semesta, Kejadian Bumi dan Manusia, Kehidupan Manusia di Alam Semesta, Kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.

Dalam Brahmajala Sutta, di mana Sang Buddha menolak Maha Brahma sebagai Tuhan, Pencipta, Maha Kuasa dan seterusnya. Bilamana kita mengkaji secara cermat apa yang dinyatakan oleh Sang Buddha itu, maka kita akan mengerti apa yang dimaksudkan oleh Beliau, sebab Maha Brahma yang dimaksud dalam Brahmajala Sutta adalah dewa brahma yang salah mengerti tentang dirinya sendiri.

Pernyataan Sang Buddha tersebut adalah sebagai berikut :

Para bhikkhu, pada suatu masa yang lampau, setelah berlangsungnya suatu masa yang lama sekali, 'bumi ini belum ada'. Ketika itu umumnya mahluk-mahluk hidup di alam dewa Abhassara, di situ mereka hidup ditunjang oleh kekuatan pikiran, diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya dan melayang-layang di angkasa hidup diliputi kemegahan, mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali. Demikianlah pada suatu waktu yang lampau ketika berakhirnya suatu masa yang lama sekali, bumi ini mulai ber-evolusi dalam pembentukan, ketika hal ini terjadi alam Brahma kelihatan dan masih kosong.

(12)

Abhassara itu dan terlahir kembali di alam Brahma. Di sini, ia hidup ditunjang pula oleh kekuatan pikirannya diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya-cahaya dan melayang-layang di angkasa, hidup diliputi kemegahan, ia hidup demikian dalam masa yang lama sekali.

Karena terlalu lama ia hidup sendirian disitu, maka dalam dirinya muncullah rasa ketidakpuasan, juga muncul suatu keinginan, Oh semoga ada mahluk lain yang datang dan hidup bersama saya di sini!'. Pada saat itu ada mahluk lain yang disebabkan oleh masa usianya atau pahala kamma baiknya telah habis, mereka meninggal di alam Abhassara dan terlahir kembali di alam Brahma sebagai pengikutnya, tetapi dalam banyak hal sama dengan dia.

Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Alkitab (Kristen)

Proses penciptaan alam semesta menurut alkitab diawali pada Kejadian 1:1, sebagai penjelasan dasar bahwa alam semesta itu diciptakan oleh Tuhan. Lalu pada Kejadian 1:2-31 menjelaskan tentang rincian atau urutan waktu penciptaan mulai dari penciptaan bumi, langit, daratan, lautan, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Alkitab memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan alam semesta beserta isinya yang telah rampung hanya dalam waktu 6 hari. Dan berikut ini adalah rinciannya :

1. Hari pertama tuhan menciptakan bumi dimana bumi masih dalam keadan kosong dan belum ada kehidupan didalamnya. (Kejadian 1:1-5)

(13)

3. Hari ketiga tuhan menciptakan daratan yang meliputi benua, pulau dan juga gunung-gunung. Dan dihari yang sama tuhan juga menciptakan lautan dan juga tumbuh-tumbuhan. (Kejadian 1:9-13)

4. Hari keempat tuhan menciptakan benda-benda langit yakni matahari, bulan dan bintang-bintang. (Kejadian 1:14-19).

5. Hari kelima tuhan menciptakan segala binatang yang hidup di bumi, baik yang hidup di darat, air ataupun udara. (Kejadian 1:20-23)

6. Hari keenam tuhan menciptakan manusia untuk tinggal dan beranakcucu di bumi dan mengusahakan apa yg ada dibumi (Kejadian 1:24-31)

Dari ayat-ayat diatas maka sekarang kita bisa mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sudah terjadi siang, malam dan perhitungan hari pada hari pertama, padahal Matahari baru tercipta pada hari keempat.

2. Bumi diciptakan lebih dulu daripada langit.

(14)

4. Bumi tercipta lebih dulu daripada Matahari.

5. Penciptaan alam semesta beserta isinya hanya memakan waktu 6 hari.

Dari kesimpulan diatas, maka sekarang mari kita lakukan alanisis ilmiah sebagai berikut:

1. Bagaimana bisa terjadi malam, siang dan perhitungan hari pada hari pertama padahal matahari baru tercipta pada hari ke empat?

Kristiani mungkin akan berasumsi bahwa terang yang diciptakan pada hari pertama disana bukanlah terang dari cahaya matahari, melainkan dikait-kaitkan dengan hal yang lain. Tetapi ilmu pengetahuan kini sudah memberikan penjelasan ilmiah kepada kita bahwa terjadinya malam, siang dan perhitungan hari itu disebabkan oleh rotasi bumi yang mengelilingi matahari. Jadi bagaimana mungkin sudah terjadi hal tersebut sedangkan matahari baru tercipta pada hari kenempat?

2. Bagaimana tumbuh-tumbuhan bisa hidup pada hari ke tiga sedangkan matahari baru diciptakan pada hari ke empat?

(15)

3. Benarkah bumi tercipta lebih dulu daripad langit?

Para astronom telah melakukan penelitian untuk mengetahui umur alam semesta, matahari, bumi dan benda-benda langit lainnya. Dan telah didapatkan perkiraan umur alam semesta yaitu sekitar 13,7 miliyar tahun. Dan umur bumi adalah sekitar 4,5 miliyar tahun. Jadi hal ini tidak mungkin bisa dibenarkan dari sudut pandang ilmu pengetahuan jika bumi diklaim tercipta lebih dulu daripada langit.

4. Apakah bumi tercipta lebih dulu daripada matahari?

Saat ini telah diketahui bahwa usia matahari adalah sekitar 5 miliyar tahun, jadi masih lebih tua matahari daripada bumi yang usianya sekitar 4,5 miliyar tahun. Maka hal ini tidak dapat dibenarkan dari sudut pandang ilmu pengetahuan jika bumi di klaim tercipta lebih awal daripada matahari.

5. Berapa lama proses penciptaan alam semesta beserta isinya?

Para ahli kosmologi memberikan informasi kepada kita bahwa proses penciptaan alam semesta memakan waktu kosmologis selama enam era yang sangat panjang, diantaranya adalah sebagai berikut :

A. Era Planck

(16)

C. Era Lepton

D. Era Radiasi

E. Era Pembentukkan Protogalaksi

F. Era Runtuhnya Protogalaksi.

Dalam proses pembentukan bumi dari diperkirakan terjadi selama kurun waktu 10-20 juta tahun. Jadi sangat tidak masuk akal jika bumi di klaim telah rampung dibentuk selama satu hari. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Dalam teori Kabut, Immanuel kant tahun 1755 dikemukakan bahwa Matahari semula berbentuk kabut gas yang bersuhu amat tinggi dan berputar/berotasi dengan sangat lambat. Kabut gas ini makin lama mengalami penurunan suhu, sehingga makin berkerut menjadi lebih kecil dari keadaan semula dan gerak rotasinya makin cepat, dan akhirnya kabut gas tersebut menjadi bentuk cakram. Karena cepatnya gerak rotasi menyebabkan bagian-bagian tepi dari cakram tersebut lepas. Bagian kabut yang terlepas tetap berputar, dan lama-lama mengeras dan beredar mengelilingi pusat kabut. Dan proses seperti ini memungkinkan juga terjadi pada pembentukan bintang-bintang, planet dan benda-benda langit lainnya termasuk juga bumi. Dan tentu proses seperti ini tidak memakan waktu singkat, melainkan memakan waktu yang teramat panjang. Jadi masing-masing penciptaan tidak terjadi dalam satu hari, dalam hal ini Alkitab terjadi kesalahan fatal dalam bidang ilmu pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan modern telah memberikan informasi kepada kita sebagai berikut :

A. Umur alam semesta adalah sekitar 13,7 Miliyar tahun

(17)

C. Umur bumi adalah sekitar 4,5 Miliyar tahun

D. Umur Bulan adalah sekitar 4,4 Miliyar tahun

Dari informasi tersebut maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa terdapat rentang waktu yang teramat panjang antara proses penciptaan Langit, Matahari, Bumi dan juga Bulan. Selisihnya sampai dalam kisaran miliyaran tahun. Jadi dari sini kita bisa memastikan bahwa proses penciptaan alam semesta tidak mungkin bisa selesai dalam kurun waktu 6 hari seperti klaim alkitab, mengingat urutan penciptaan didalam alkitab yang hanya berselisih satu hari.

6. Kapan untuk kali pertama bumi dihuni oleh makhluk hidup?

(18)

7. Berapa umur bumi menurut alkitab?

Seperti yang telah saya paparkan diatas, bahwa dari sudut pandang ilmu pengetahuan, umur bumi yang telah dikemukakan oleh para ilmuan saat ini ialah 4,5 miliyar tahun. Lalu berapa umur bumi menurut alkitab?

Jika kita membaca Alkitab mulai dari Kitab kejadian 5:1 hingga di Kejadian 5:32, kita akan mendapatkan silsilah 10 generasi dari manusia pertama di planet bumi yang bernama Adam sampai ke anak cucunya hingga Nuh beserta masing masing umurnya. Kemudian jika kita jumlahkan seluruh angka angka umur dari tiap generasi ketika memperanakkan masing masing keturunannya maka anda akan mendapatkan hasil 1554 TAHUN.

Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-Qur’an (Islam)

Mengenai proses pembentukan alam semesta, dalam Al- qur’an banyak sekali menjelaskan tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan hal itu diantaranya adalah :

1.QS.Hud : 7

7.”Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, danadalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu Berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".

2.QS.Al-Furqan : 59

(19)

Maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia”.

3. QS.As-Sajdah : 4

4. “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antarakeduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak adabagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhati kan?”

4.QS.Luqman : 10

10.”Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan diameletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.

5. QS.Qaaf : 38

38. “Dan Sesungguhnya Telah kami ciptakan langit dan bumi dan

apa yang adaantara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.”

Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan sepenuhnya utuh, Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu. Pertama, penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:

"Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS. Al An'aam, 6: 101)

(20)

bang), disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 miliar tahun yang lalu yang mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik.

Dalam Quran surat Al-Anbiya (surat ke-21) ayat 30 disebutkan:

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"

Terjemahan ayat di atas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa aslinya, bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" yang berarti "bercampur, bersatu" dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk dua zat berbeda yang menjadi satu. Frasa "Kami pisahkan" diterjemahkan dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini.

Mari kita tinjau lagi ayat tersebut dengan pengetahuan ini di benak kita. Dalam ayat itu, langit dan bumi pada mulanya berstatus ratk. Mereka dipisahkan (fatk) dengan satu muncul dari yang lainnya. Menariknya, para ahli kosmologi berbicara tentang "telur kosmik" yang mengandung semua materi di alam semesta sebelum Dentuman Besar. Dengan kata lain, semua langit dan bumi terkandung dalam telur ini dalam kondisi ratk. Telur kosmik ini meledak dengan dahsyat menyebabkan materinya menjadi fatk dan dalam proses itu terciptalah struktur keseluruhan alam semesta.

Kebenaran lain yang terungkap dalam Al Quran adalah pengembangan jagat raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang pergeseran merah dalam spektrum cahaya bintang diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:

(21)

Singkatnya, temuan-temuan ilmu alam modern mendukung kebenaran yang dinyatakan dalam Al Quran dan bukan dogma materialis. Materialis boleh saja menyatakan bahwa semua itu "kebetulan", namun fakta yang jelas adalah bahwa alam semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang diturunkan kepada kita.

Lalu dalam Quran surat Fussilat (surat ke-41) ayat 11 Allah berfirman yang artinya: "Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".

Kata asap dalam ayat tersebut di atas menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan dari gas-gas dan partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.

Telah di jelaskan dalam al’quran bahwa pembentukan alam semesta melalui enam masa. Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 yang artinya:

”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}” (Q.S. An-Nazi’at: 27-33)

(22)

· Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali

Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.

Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang

dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi.

· Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan

(23)

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.

· Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi

Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.

Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya. Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.

· Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi

(24)

· Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet

Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.

Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. “Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya. Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air” (Harahap, Adnan dkk. 1997:65).

· Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.

· Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.

(25)

(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.

2. Filsafat Penciptaan Alam Semesta

Materialisme: Kesalahan Abad ke-19

Realitas penciptaan yang kita bicarakan telah diabaikan atau diingkari sejak dahulu oleh sebuah pandangan filosofis tertentu. Pandangan itu disebut "materialisme". Filsafat ini, yang semula dirumuskan di kalangan bangsa Yunani kuno, juga telah muncul dari waktu ke waktu dalam budaya lain, dan dikembangkan pula secara perorangan. Menurut materialisme, hanya materi yang ada, dan begitulah adanya sepanjang waktu yang tak terbatas. Dari pendirian itu, diklaim bahwa alam semesta juga "selalu" ada dan tidak diciptakan.

Sebagai tambahan bagi klaim mereka bahwa alam semesta ada dalam waktu yang tidak terbatas, penganut materialisme juga mengemukakan bahwa tidak ada tujuan atau sasaran di dalam alam semesta. Mereka menyatakan bahwa semua keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan yang tampak di sekitar kita hanyalah peristiwa kebetulan. "Peristiwa kebetulan" juga diajukan ketika muncul pertanyaan tentang bagaimana manusia terjadi. Teori evolusi, dikenal luas sebagai Darwinisme, adalah aplikasi lain materialisme pada dunia alam.

(26)

Temuan-Temuan Sains Abad ke-20

Mari kita tinjau lagi dua pandangan materialisme tentang alam semesta:

1. Alam semesta telah ada sejak waktu yang tak terbatas, dan karena tidak mempunyai awal atau akhir, alam semesta tidak diciptakan.

2. Segala sesuatu dalam alam semesta hanyalah hasil peristiwa kebetulan dan bukan produk rancangan, rencana, atau visi yang disengaja.

Kedua pandangan ini dikemukakan dengan berani dan dibela mati-matian oleh materialis abad ke-19, yang tentu saja tidak punya jalan lain kecuali bergantung kepada pengetahuan ilmiah zaman mereka yang terbatas dan tidak canggih. Kedua pendapat itu telah dibantah sepenuhnya dengan penemuan-penemuan sains abad ke-20.

(27)

desain luar biasa ini "prinsip antropis". Prinsip ini menyatakan bahwa setiap detail alam semesta telah dirancang dengan cermat untuk memungkinkan manusia hidup.

Penciptaan Alam Semesta Dari Ketiadaan

Dalam bentuk standarnya, teori Dentuman Besar (Big Bang) mengasumsikan bahwa semua bagian jagat raya mulai mengembang secara serentak. Namun bagaimana semua bagian jagat raya yang berbeda bisa menyelaraskan awal pengembangan mereka? Siapa yang memberikan perintah? (Andre Linde, Profesor Kosmologi).

Seabad yang lalu, penciptaan alam semesta adalah sebuah konsep yang diabaikan para ahli astronomi. Alasannya adalah penerimaan umum atas gagasan bahwa alam semesta telah ada sejak waktu tak terbatas. Dalam mengkaji alam semesta, ilmuwan beranggapan bahwa jagat raya hanyalah akumulasi materi dan tidak mempunyai awal. Tidak ada momen "penciptaan", yakni momen ketika alam semesta dan segala isinya muncul.

Gagasan "keberadaan abadi" ini sesuai dengan pandangan orang Eropa yang berasal dari filsafat materialisme. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di dunia Yunani kuno, menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di jagat raya dan jagat raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Filsafat ini bertahan dalam bentuk-bentuk berbeda selama zaman Romawi, namun pada akhir kekaisaran Romawi dan Abad Pertengahan, materialisme mulai mengalami kemunduran karena pengaruh filsafat gereja Katolik dan Kristen. Setelah Renaisans, materialisme kembali mendapatkan penerimaan luas di antara pelajar dan ilmuwan Eropa, sebagian besar karena kesetiaan mereka terhadap filsafat Yunani kuno.

(28)

mengajukan gagasan bahwa "alam semesta ada selamanya", meskipun tidak ada dasar ilmiah sekecil apa pun untuk membuat klaim seperti itu. Georges Politzer, yang mendukung dan mempertahankan gagasan ini dalam buku-bukunya yang diterbitkan pada awal abad ke-20, adalah pendukung setia Marxisme dan Materialisme. Dengan mempercayai kebenaran model "jagat raya tanpa batas", Politzer menolak gagasan penciptaan dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie ketika dia menulis:Immanuel Kant-lah yang pada masa Pencerahan Eropa, menyatakan dan mendukung kembali materialisme. Kant menyatakan bahwa alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap probabilitas, betapapun mustahil, harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan gagasannya tentang alam semesta tanpa batas beserta materialisme. Pada awal abad ke-19, gagasan bahwa alam semesta tidak mempunyai awal- bahwa tidak pernah ada momen ketika jagat raya diciptakan-secara luas diterima. Pandangan ini dibawa ke abad ke-20 melalui karya-karya materialis dialektik seperti Karl Marx dan Friedrich Engels.

Alam semesta bukanlah objek yang diciptakan, jika memang demikian, maka jagat raya harus diciptakan secara seketika oleh Tuhan dan muncul dari ketiadaan. Untuk mengakui penciptaan, orang harus mengakui, sejak awal, keberadaan momen ketika alam semesta tidak ada, dan bahwa sesuatu muncul dari ketiadaan. Ini pandangan yang tidak bisa diterima sains. Politzer menganggap sains berada di pihaknya dalam pembelaannya terhadap gagasan alam semesta tanpa batas. Kenyataannya, sains merupakan bukti bahwa jagat raya sungguh-sungguh mempunyai permulaan. Dan seperti yang dinyatakan Politzer sendiri, jika ada penciptaan maka harus ada penciptanya.

(29)

Tahun 1920-an adalah tahun yang penting dalam perkembangan astronomi modern. Pada tahun 1922, ahli fisika Rusia, Alexandra Friedman, menghasilkan perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis dan bahwa impuls kecil pun mungkin cukup untuk menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einstein. George Lemaitre adalah orang pertama yang menyadari apa arti perhitungan Friedman. Berdasarkan perhitungan ini, astronomer Belgia, Lemaitre, menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan dan bahwa ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang telah memicunya. Dia juga menyatakan bahwa tingkat radiasi (rate of radiation) dapat digunakan sebagai ukuran akibat (aftermath) dari "sesuatu" itu.

Pemikiran teoretis kedua ilmuwan ini tidak menarik banyak perhatian dan barangkali akan terabaikan kalau saja tidak ditemukan bukti pengamatan baru yang mengguncangkan dunia ilmiah pada tahun 1929. Pada tahun itu, astronomer Amerika, Edwin Hubble, yang bekerja di Observatorium Mount Wilson California, membuat penemuan paling penting dalam sejarah astronomi. Ketika mengamati sejumlah bintang melalui teleskop raksasanya, dia menemukan bahwa cahaya bintang-bintang itu bergeser ke arah ujung merah spektrum, dan bahwa pergeseran itu berkaitan langsung dengan jarak bintang-bintang dari bumi. Penemuan ini mengguncangkan landasan model alam semesta yang dipercaya saat itu.

(30)

menunjukkan bahwa menurut hukum ini, benda-benda luar angkasa menjauh dari kita.

Tidak lama kemudian, Hubble membuat penemuan penting lagi; bintang-bintang tidak hanya menjauh dari bumi; mereka juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya kesimpulan yang bisa diturunkan dari alam semesta di mana segala sesuatunya saling menjauh adalah bahwa alam semesta dengan konstan "mengembang".

Hubble menemukan bukti pengamatan untuk sesuatu yang telah "diramalkan" George Lamaitre sebelumnya, dan salah satu pemikir terbesar zaman kita telah menyadari ini hampir lima belas tahun lebih awal. Pada tahun 1915, Albert Einstein telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis dengan perhitungan-perhitungan berdasarkan teori relativitas yang baru ditemukannya (yang mengantisipasi kesimpulan Friedman dan Lemaitre). Terkejut oleh temuannya, Einstein menambahkan "konstanta kosmologis" pada persamaannya agar muncul "jawaban yang benar", karena para ahli astronomi meyakinkan dia bahwa alam semesta itu statis dan tidak ada cara lain untuk membuat persamaannya sesuai dengan model seperti itu. Beberapa tahun kemudian, Einstein mengakui bahwa konstanta kosmologis ini adalah kesalahan terbesar dalam karirnya.

(31)

Ada kebenaran lain yang ditunjukkan Dentuman Besar ini. Untuk mengatakan bahwa sesuatu mempunyai volume nol adalah sama saja dengan mengatakan sesuatu itu "tidak ada". Seluruh alam semesta diciptakan dari "ketidakadaan" ini. Dan lebih jauh, alam semesta mempunyai permulaan, berlawanan dengan pendapat materialisme, yang mengatakan bahwa "alam semesta sudah ada selamanya".

Hipotesis "keadaan-stabil"

Teori Dentuman Besar dengan cepat diterima luas oleh dunia ilmiah karena bukti-bukti yang jelas. Namun, para ahli astronomi yang memihak materialisme dan setia pada gagasan alam semesta tanpa batas yang dituntut paham ini menentang Dentuman Besar dalam usaha mereka mempertahankan doktrin fundamental ideologi mereka. Alasan mereka dijelaskan oleh ahli astronomi Inggris, Arthur Eddington, yang berkata, "Secara filosofis, pendapat tentang permulaan yang tiba-tiba dari keteraturan alam sekarang ini bertentangan denganku."

(32)

yang tepat sehingga alam semesta tetap berada dalam "keadaan-stabil". Dengan satu tujuan jelas mendukung dogma "materi sudah ada sejak waktu tak terbatas", yang merupakan basis filsafat materialis, teori ini mutlak bertentangan dengan "teori Dentuman Besar", yang menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan. Pendukung teori keadaan-stabil Hoyle tetap berkeras menentang Dentuman Besar selama bertahun-tahun. Namun, sains menyangkal mereka.

Kemenangan Dentuman Besar

Pada tahun 1948, George Gamov mengembangkan perhitungan George Lemaitre lebih jauh dan menghasilkan gagasan baru mengenai Dentuman Besar. Jika alam semesta terbentuk dalam sebuah ledakan besar yang tiba-tiba, maka harus ada sejumlah tertentu radiasi yang ditinggalkan dari ledakan tersebut. Radiasi ini harus bisa dideteksi, dan lebih jauh, harus sama di seluruh alam semesta.

(33)

teramati. Disebut "radiasi latar belakang kosmik", radiasi ini tidak seperti apa pun yang berasal dari seluruh alam semesta karena luar biasa seragam. Radiasi ini tidak dibatasi, juga tidak mempunyai sumber tertentu; alih-alih, radiasi ini tersebar merata di seluruh jagat raya. Segera disadari bahwa radiasi ini adalah gema Dentuman Besar, yang masih menggema balik sejak momen pertama ledakan besar tersebut. Gamov telah mengamati bahwa frekuensi radiasi hampir mempunyai nilai yang sama dengan yang telah diperkirakan oleh para ilmuwan sebelumnya. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.

Ada lagi bukti-bukti yang muncul untuk Dentuman Besar. Salah satunya berhubungan dengan jumlah relatif hidrogen dan helium di alam semesta. Pengamatan menunjukkan bahwa campuran kedua unsur ini di alam semesta sesuai dengan perhitungan teoretis dari apa yang seharusnya tersisa setelah Dentuman Besar. Bukti itu memberikan tusukan lagi ke jantung teori keadaan-stabil karena jika jagat raya sudah ada selamanya dan tidak mempunyai permulaan, semua hidrogennya telah terbakar menjadi helium.

Dihadapkan pada bukti seperti itu, Dentuman Besar memperoleh persetujuan dunia ilmiah nyaris sepenuhnya. Dalam sebuah artikel edisi Oktober 1994, Scientific American menyatakan bahwa model Dentuman Besar adalah satu-satunya yang dapat menjelaskan pengembangan terus menerus alam semesta dan hasil-hasil pengamatan lainnya.

Setelah mempertahankan teori Keadaan-Stabil bersama Fred Hoyle, Dennis Sciama menggambarkan dilema mereka di hadapan bukti Dentuman Besar. Dia berkata bahwa semula dia mendukung Hoyle, namun setelah bukti mulai menumpuk, dia harus mengakui bahwa pertempuran telah usai dan bahwa teori keadaan-stabil harus ditinggalkan.

(34)

Dengan kemenangan Dentuman Besar, tesis "alam semesta tanpa batas", yang membentuk basis bagi dogma materialis, dibuang ke tumpukan sampah sejarah. Namun bagi materialis, muncul pula dua pertanyaan yang tidak mengenakkan: Apa yang sudah ada sebelum Dentuman Besar? Dan kekuatan apa yang telah menyebabkan Dentuman Besar sehingga memunculkan alam semesta yang tidak ada sebelumnya?

Materialis seperti Arthur Eddington menyadari bahwa jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini dapat mengarah pada keberadaan pencipta agung dan itu tidak mereka sukai. Filsuf ateis, Anthony Flew, mengomentari masalah ini:

(35)

penjelasan akhir. Meskipun saya mempercayai bahwa teori itu (alam semesta tanpa batas) masih benar, tentu saja tidak mudah atau nyaman untuk mempertahankan posisi ini di hadapan kisah Dentuman Besar.

Banyak ilmuwan yang tidak mau memaksakan diri menjadi ateis menerima dan mendukung keberadaan pencipta yang mempunyai kekuatan tak terbatas. Misalnya, ahli astrofisika Amerika, Hugh Ross, menyatakan Pencipta jagat raya, yang berada di atas segala dimensi fisik. Secara definisi, waktu adalah dimensi di mana fenomena sebab-dan-akibat terjadi. Tidak ada waktu, tidak ada sebab dan akibat. Jika permulaan waktu sama dengan permulaan alam semesta, seperti yang dikatakan teorema ruang-waktu, maka sebab alam semesta haruslah entitas yang bekerja dalam dimensi waktu yang sepenuhnya mandiri dan hadir lebih dulu daripada dimensi waktu kosmos, ini berarti bahwa Pencipta itu transenden, bekerja di luar batasan-batasan dimensi alam semesta. Ini berarti bahwa Tuhan bukan alam semesta itu sendiri, dan Tuhan juga tidak berada di dalam alam semesta.

Penolakan Terhadap Penciptaan Dan Mengapa Teori-Teori Itu Bercacat

(36)

nyaman dengan pendapat "penciptaan dari ketiadaan" meskipun bukti berbicara lain, sebagai usaha mempertahankan filsafat mereka.

Ada pula sejumlah model yang telah dikemukakan oleh materialis yang menerima teori Dentuman Besar namun mencoba melepaskannya dari gagasan penciptaan. Salah satunya adalah model alam semesta "berosilasi"; dan yang lainnya adalah "model alam semesta kuantum". Mari kita kaji teori-teori ini dan melihat mengapa keduanya tidak berdasar.

Model alam semesta berosilasi dikemukakan oleh para ahli astronomi yang tidak menyukai gagasan bahwa Dentuman Besar adalah permulaan alam semesta. Dalam model ini, dinyatakan bahwa pengembangan alam semesta sekarang ini pada akhirnya akan membalik pada suatu waktu dan mulai mengerut. Pengerutan ini akan menyebabkan segala sesuatu runtuh ke dalam satu titik tunggal yang kemudian akan meledak lagi, memulai pengembangan babak baru. Proses ini, kata mereka, berulang dalam waktu tak terbatas. Model ini juga menyatakan bahwa alam semesta sudah mengalami transformasi ini tak terhingga kali dan akan terus demikian selamanya. Dengan kata lain, alam semesta ada selamanya namun mengembang dan runtuh pada interval berbeda dengan ledakan besar menandai setiap siklusnya. Alam semesta tempat kita tinggal merupakan salah satu alam semesta tanpa batas itu yang sedang melalui siklus yang sama.

Ini tak lebih dari usaha lemah untuk menyelaraskan fakta Dentuman Besar terhadap pandangan tentang alam semesta tanpa batas. Skenario tersebut tidak didukung oleh hasil-hasil riset ilmiah selama 15-20 tahun terakhir, yang menunjukkan bahwa alam semesta yang berosilasi seperti itu tidak mungkin terjadi. Lebih jauh, hukum-hukum fisika tidak bisa menerangkan mengapa alam semesta yang mengerut harus meledak lagi setelah runtuh ke dalam satu titik tunggal, ia harus tetap seperti apa adanya. Hukum-hukum fisika juga tidak bisa menerangkan mengapa alam semesta yang mengembang harus mulai mengerut lagi.

(37)

siklus ini tidak bisa berlanjut selamanya, seperti anggapan mereka. Perhitungan untuk model ini menunjukkan bahwa setiap alam semesta akan mentransfer sejumlah entropi kepada alam semesta berikutnya. Dengan kata lain, jumlah energi berguna yang tersedia menjadi berkurang setiap kali, dan setiap alam semesta akan terbuka lebih lambat dan mempunyai diameter lebih besar. Ini akan menyebabkan alam semesta yang terbentuk pada babak berikutnya menjadi lebih kecil dan begitulah seterusnya, sampai pada akhirnya menghilang menjadi ketiadaan. Bahkan jika alam semesta "buka dan tutup" ini dapat terjadi, mereka tidak bertahan selamanya. Pada satu titik, akan diperlukan "sesuatu" untuk diciptakan dari "ketiadaan". Singkatnya, model alam semesta "berosilasi" merupakan fantasi tanpa harapan yang realitas fisiknya tidak mungkin.

"Model alam semesta kuantum" adalah usaha lain untuk membersihkan teori Dentuman Besar dari implikasi penciptaannya. Pendukung model ini mendasarkannya pada observasi fisika kuantum (subatomik). Dalam fisika kuantum, diamati bahwa partikel-partikel subatomik muncul dan menghilang secara spontan dalam ruang hampa. Menginterpretasikan pengamatan ini sebagai "materi dapat muncul pada tingkat kuantum, ini merupakan sebuah sifat yang berkenaan dengan materi", beberapa ahli fisika mencoba menjelaskan asal materi dari ketiadaan selama penciptaan alam semesta sebagai "sifat yang berkenaan dengan materi" dan menyatakannya sebagai bagian dari hukum-hukum alam. Dalam model ini, alam semesta kita diinterpretasikan sebagai partikel subatomik di dalam partikel yang lebih besar. Akan tetapi, silogisme ini sama sekali tidak mungkin dan bagaimanapun tidak bisa menjelaskan bagaimana alam semesta terjadi. William Lane Craig, penulis The Big Bang: Theism and Atheism, menjelaskan alasannya:

(38)

keberadaan mereka yang singkat. Ini bukan "ketiadaan", sehingga partikel materi tidak muncul dari "ketiadaan".

Jadi, dalam fisika kuantum, materi "tidak ada kalau sebelumnya tidak ada." Yang terjadi adalah bahwa energi lingkungan tiba-tiba menjadi materi dan tiba-tiba pula menghilang menjadi energi lagi. Singkatnya, tidak ada kondisi "keberadaan dari ketiadaan" seperti klaim mereka.

Dalam fisika, tidak lebih sedikit daripada yang terdapat dalam cabang-cabang ilmu alam lain, terdapat ilmuwan-ilmuwan ateis yang tidak ragu menyamarkan kebenaran dengan mengabaikan titik-titik kritis dan detail-detail dalam usaha mereka mendukung pandangan materialis dan mencapai tujuan mereka. Bagi mereka, jauh lebih penting mempertahankan materialisme dan ateisme daripada mengungkapkan fakta-fakta dan kenyataan ilmiah.

Dihadapkan pada realitas yang disebutkan di atas, kebanyakan ilmuwan membuang model alam semesta kuantum. C.J Isham menjelaskan bahwa "model ini tidak diterima secara luas karena kesulitan-kesulitan yang dibawanya." Bahkan sebagian pencetus gagasan ini, seperti Brout dan Spindel, telah meninggalkannya.

Sebuah versi terbaru yang dipublikasikan lebih luas dari model alam semesta kuantum diajukan oleh ahli fisika, Stephen Hawking Dalam bukunya, A Brief History of Time, Hawking menyatakan bahwa Dentuman Besar tidak harus berarti keberadaan dari ketiadaan. Alih-alih "tiada waktu" sebelum Dentuman Besar, Hawking mengajukan konsep "waktu imajiner". Menurut Hawking, hanya ada selang waktu imajiner 1043 detik sebelum Dentuman Besar terjadi dan waktu "nyata" terbentuk setelah itu. Harapan Hawking ha nyalah untuk mengabaikan kenyataan "ketiadaan waktu" (timelessness) sebelum Dentuman Besar dengan gagasan waktu "imajiner" ini.

(39)

hubungan yang mungkin antara solusi matematika dan korelasi fisiknya.Sebagai sebuah konsep, "waktu imajiner" sama saja dengan nol atau seperti "tidak ada"nya jumlah imajiner orang dalam ruangan atau jumlah imajiner mobil di jalan. Di sini Hawking hanya bermain dengan kata-kata. Dia menyatakan bahwa persamaan itu benar kalau mereka dihubungkan dengan waktu imajiner, namun kenyataannya ini tidak ada artinya. Ahli matematika, Sir Herbert Dingle, menyebut kemungkinan memalsukan hal-hal imajiner sebagai hal nyata dalam matematika sebagai:

Singkatnya, solusi imajiner atau teoretis matematika tidak perlu mengandung konsekuensi benar atau nyata. Menggunakan sifat yang hanya dimiliki matematika, Hawking menghasilkan hipotesis yang tidak berkaitan dengan kenyataan. Namun apa alasan yang mendorongnya melakukan ini? Hawking mengakui bahwa dia lebih menyukai model alam semesta selain dari Dentuman Besar karena yang terakhir ini "mengisyaratkan penciptaan ilahiah", dan model-model seperti itu dirancang untuk ditentang.

Semua ini menunjukkan bahwa model alternatif dari Dentuman Besar, seperti keadaan-stabil, model alam semesta berosilasi, dan model alam semesta kuantum, kenyataannya timbul dari prasangka filosofis materialis. Penemuan-penemuan ilmiah telah menunjukkan realitas Dentuman Besar dan bahkan dapat menjelaskan "keberadaan dari ketiadaan". Dan ini merupakan bukti sangat kuat bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah, satu hal yang mentah-mentah ditolak materialis.

(40)

dengan lebih menggunakan akal sehat mengenai hal ini. Materialis Inggris, H.P. Lipson menerima kebenaran penciptaan, meskipun "tidak dengan senang hati", ketika dia berkata:

Jika materi hidup bukan disebabkan oleh interaksi atom-atom, kekuatan alam, dan radiasi, bagaimana dia muncul? Namun saya pikir, kita harus... mengakui bahwa satu-satunya penjelasan yang bisa diterima adalah penciptaan. Saya tahu bahwa ini sangat dibenci para ahli fisika, demikian pula saya, namun kita tidak boleh menolak apa yang tidak kita sukai jika bukti eksperimental mendukungnya.

(41)

BAB 3 KESIMPULAN

Alam semesta ini tidak terbentuk dengan sendirinya ataupun terbentuk secara kebetulan, melainkan melalui proses yang luar biasa. Semua kitab suci agama-agama besar dunia menguraikan tentang konsep penciptaan alam semesta. Pada umumnya konsep penciptaan semesta hampir mirip pada agama-agama abrahamik. Hal ini mungkin disebabkan karena ketiga agama-agama Abrahamik yaitu Yahudi, Kristen dan Islam juga bersumber dari ajaran yang sama, yaitu ajaran Nabi Abraham/Ibrahim. Namun konsep penciptaan dalam agama-agama Timur, terutama agama Hindu dan Buddha ternyata sangat berbeda dengan konsep agama-agama Abrahamik.

Referensi

Dokumen terkait

1) Merancang sistem informasi evaluasi kinerja dosen yang lebih akurat dan komprehensif dengan menggunakan metode 360- degree. 2) Mengembangkan konsep penilaian dosen

Maka dari itu diperlukan penanganan yang tepat untuk limbah sampah, salah satunya adalah dengan membuat limbah plastik seperti plastik bekas minuman menjadi suatu kerajinan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kadar Fe(III) dalam air pada 10 sampel air sumur di kecamatan Tanggulangin kabupaten Sidoarjo tergolong layak untuk

Merupakan software yang khusus digunakan untuk membuat program.. komputer, apakah itu sistem operasi, program paket

Dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan contoh menghormati dan menghargai pendapat atau penjelasan siswa dengan memberikan pujian atau tepuk tangan terhadap siswa

Dalam instrumen ini evaluator sepakat bahwa untuk menjalankan aplikasi dapat dilakukan tanpa membaca dokumentasi atau help, karena nilai yang diberikan masing masing evaluator yaitu

Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau penganiayaan berat setelah perkawinan berlangsung. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan

The relationship between the number of pick-up coils turn and the demagnetization factor was measured by using fluxgate sensor element as shown in Fig.. Construction sketch