• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Tekanan Tercampur Minimum Pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penentuan Tekanan Tercampur Minimum Pada"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 Penentuan Tekanan Tercampur Minimum Pada Lapisan AB-4 dan AB-5 Formasi Air

Benakat, Cekungan Sumatera Selatan (Studi Laboratorium, Simulasi, Equation of

State dan Korelasi)

Muslim1, Permadi, A.K *2

1 Sejong University, Seoul, Korea Selatan

2 Institut Teknologi Bandung

*Corresponding Author: Permadi, A.K

Institut Teknologi Bandung, [email protected]

Abstrak

Penurunan produksi minyak bumi pada umumnya disebabkan lapangan yang sudah tua

(mature). Namun demikian, tahapan produksi yang dominan dilakukan adalah primary dan

secondary recovery. Penerapan kedua metode tersebut masih meninggalkan jumlah minyak

yang signifikan di dalam reservoir. Kondisi ini terbukti dengan jumlah minyak yang tertinggal

di lapisan AB-4 dan AB-5 yaitu sebesar 47 % dan 90% untuk masing-masing lapisan.

Berdasarkan jumlah minyak yang tertinggal di dalam kedua lapisan tersebut, berpotensi

menambah cadangan dan meningkatkan produksi. Dua metode EOR sudah terbukti

diimplementasikan adalah steam flood dan injeksi gas Karbon Dioksida (CO2). Metode injeksi

CO2 dipilih berdasarkan jenis minyak yang terkandung dilapisan ini adalah light oil.

Penelitian ini bertujuan menentukan Minimum Miscible Pressure (MMP). Yaitu

tekanan minimum yang dibutuhkan sehingga gas dapat tercampur dengan crude oil pada

kondisi reservoir. Penelitian dilakukan dengan beberapa metode seperti eksperimen

dilaboratorium, simulasi (1-D), equation of state (EOS), dan korelasi. Hasil eksperimen

menjadi baseline dalam penentuan MMP dan hasil dari metode lainnya digunakan sebagai data

pendukung untuk memperkuat keyakinan terhadap hasil eksperimen. Dari beberapa metode

yang digunakan, simulasi menghasilkan penyimpangan terkecil yaitu sebesar 0.48 % - 2.04 %.

Kondisi dan properties reservoir adalah tidak pasti (uncertainty). Sehingga hasil dari ketiga

metode dengan range tertentu dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan Minimum

Miscible Pressure yang akan terjadi direservoir.

(2)

2 Abstract

The oil production decline commonly due to the mature field. However, the dominant

production phase involves primary and secondary recovery. Implementation its methods are

leaving the large oil volume in the reservoir. This condition was demonstrated by the large

number of oil remaining in the layer AB-4 and AB-5 47%, 90% respectively.

Based on remaining oil volume in these layers, potential to improve reserve and oil

production. Two EOR methods proved like steam flood and gas injection (CO2). The CO2

injection selected in these layers based on crude oil categories (light oil).

The objective of this research is providing minimum miscible pressure (MMP). It

means, the minimum pressure at which a crude oil will be miscible with gas at reservoir

condition. This research uses several methods, such as: experiments in the laboratory,

simulation, equation of state, and correlations. In this study, the experimental result as baseline

for providing MMP. Other methods as validation the experimental result. The simulations yield

closer result with the experimental by deviation from 0.48% to 2.04%. Based on various

methods applied, the results relatively are different. It’s caused by uncertainty the reservoir

condition and properties. However, entirely the methods are valuable as references for

determining MMP at reservoir condition.

Keywords: Minimum Miscible Pressure, CO2, Slimtube, EOS, and Correlations.

I. Pendahuluan

Kebutuhan minyak bumi semakin meningkat sebagai sumber energi. Sisi lainnya,

produksi minyak bumi mengalami penurunan sejak 1997 hingga saat ini (Skkmigas, 2012).

Beberapa faktor menyebabkan turunnya produksi dan paling utama adalah kondisi lapangan

yang sudah tua / mature field (Skkmigas, 2012). Sebagian besar produksi lapangan minyak

telah mencapai puncaknya (peak) dan setelah fase ini produksi mengalami penurunan secara

ilmiah. Peningkatkan produksi minyak bumi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain

bersifat jangka pendek seperti melakukan stimulasi, workover, ataupun melakukan

penggantian ukuran pompa, dll. Beberapa cara diatas dapat meningkatkan laju produksi dalam

jangka pendek, namun tidak dapat menambah jumlah cadangan. Usaha yang dilakukan untuk

meningkatkan produksi jangka panjang dan menambah cadangan adalah dengan melakukan

secondary recovery ataupun enhanced oil recovery (EOR) (Lake, 1989). Metode EOR terbukti

(3)

3

Lapisan AB-4 dan AB-5 terletak di Cekungan Sumatera Selatan memiliki jenis light

crude oil. Jumlah Original Oil in Place (OOIP) sebesar 6 MMSTB dan 25 MMSTB untuk

masing-masing lapisan. Kumulatif produksi sebesar 3.2 MMSTB dari lapisan AB-4 (53%) dan

2.5 MMSTB AB-5 (10%). Berdasarkan data yang ada, peluang meningkatkan produksi sangat

besar. Metode EOR yang dipilih adalah injeksi gas Karbon Dioksida (CO2). Pertimbangan

menggunakan metode ini antara lain jenis minyak yang terkandung, kedalaman reservoir, dan

sumber CO2 dari lapangan sekitar. Berdasarkan literatur dan pengalaman beberapa lapangan

yang telah melakukan injeksi gas CO2 memberikan peningkatan oil recovery sebesar 5-20 %

(Lake, 1989).

Sebelum dilakukan penginjeksian gas Karbon Dioksida (CO2) pada lapisan AB-4 dan

AB-5 perlu diketahui data awal yaitu Minimum Miscible Pressure (MMP). Data tersebut

menentukan besarnya tekanan minimum diperlukan sehingga gas yang diinjeksikan tercampur

dengan minyak bumi pada kondisi reservoir. Oil recovery menjadi lebih maksimal jika injeksi

dilakukan diatas tekanan MMP. Metode yang diterapkan untuk menentukan MMP antara lain,

eksperimen dilaboratorium menggunakan slimtube, simulasi (1-D), equation of state, dan

korelasi.

Penelitian ini bertujuan menentukan minimum miscible pressure menggunakan

beberapa metode diatas. Metode eksperimen dari slimtube menjadi acuan dalam penelitian ini.

Metode lainnya digunakan sebagai validasi untuk memperkuat keyakinan terhadap hasil

eksperimen. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam mendesain injeksi gas CO2.

Mekanisme injeksi dapat dilakukan dengan injeksi tercampur (miscible) atau injeksi tidak

tercampur (immiscible), sesuai dengan kondisi tekanan reservoir terkini.

II. Metode

Penelitian dilakukan dengan berbagai metode, antara lain: eksperimen menggunakan

slimtube, simulasi 1-D menggunakan software Computer Modelling Group (CMG/Gem,

2013), Equation of State (EOS) menggunakan Winprop, dan korelasi. Contoh minyak yang

digunakan berasal dari formasi Air Benakat lapisan AB-4 dan AB-5. Komposisi minyak setiap

lapisan dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Properties crude oil dan reservoir dapat dilihat pada

tabel 3. Temperatur yang digunakan adalah 140 oF dan 150 oF pada lapisan AB-4. 150 oF dan

(4)

4 II.1 Eksperimen (Slimtube)

Slimtube adalah sebuah pipa stainless stell berdiameter kecil dengan panjang tertentu.

Didalamnya berisikan pasir kwarsa dengan memiliki permeabilitas serta porositas yang

nilainya sudah diketahui. Data slimtube yang digunakan untuk eksperimen dapat dilihat pada

tabel 4 dan gambar 1.

Eksperimen dimulai dengan menginjeksikan minyak (crude oil) ke dalam slimtube

sejumlah 184 ml atau 2 pore volume (PV). Jumlah ini ditentukan berdasarkan volume pori pada

slimtube dan volume pori nya sebesar 92 ml. Minyak diinjeksikan sejumlah 2 PV dengan

asumsi dapat menjenuhi slimtube 100 %. Isco Pump D260 digunakan mengatur laju alir gas

dan sample minyak sesuai dengan rate yang diinginkan. Total volume gas diinjeksikan ke

dalam slimtube sebesar 1.2 PV dengan laju alir gas diinjeksikan adalah konstan sebesar 0.2

cc/menit. Gas CO2 yang digunakan dengan tingkat kemurniannya sebesar 99.99 %. Pengaturan

tekanan di dalam slimtube menggunakan Back Pressure Regulator (BPR) dengan kapasitas

5,000 psia. Tekanan injeksi diberikan dari 1,000 psia – 2,500 psia dan setiap volume minyak

yang diproduksikan pada setiap tekanan dikumpulkan. Volume minyak yang terkumpul pada

setiap tekanan di konversikan menjadi recovery factor. Selanjutnya recovery factor di plot

terhadap tekanan menjadi sebuah grafik. Minimum miscible pressure ditentukan berdasarkan

grafik tersebut dengan melihat break over point yang terjadi.

II.2Simulasi 1-D

Simulasi dilakukan sebagai salah satu metode untuk memvalidasikan hasil ekperimen.

Simulator yang digunakan adalah Computer Modelling Group (CMG/Gem, 2013), model

slimtube (1-D) dengan ukuran sebagai berikut: I direction = 20 x 2.04 ft, J direction = 0.013267

ft dan grid thickness = 0.013267 ft, seperti tertera pada gambar 2. Data yang diinput dalam

model harus sesuai dengan data-data saat eksperimen. Data tersebut antara lain: porositas,

permeabilitas, komposisi minyak, properti minyak, temperatur reservoir, dan tekanan yang

diberikan.

II.3Equation of State (EOS)

Skema lainnya yang diusulkan untuk memperediksi minimum miscible pressure adalah

Equation of State / EOS atau persamaan keadaan (Ahmed, 2007). Persamaan keadaan yang

digunakan adalah Peng-Robinson equation (1978). Viscosity model yang digunakan adalah

korelasi Jossi-Stiel-Thodos dengan Aqueous phase salinity (NaCL Concentration = 0). Crude

(5)

5

Metode EOS yang digunakan merupakan tool yang ada dalam CMG software yaitu Winprop

(CMG/Winprop, 2013). Beberapa tahapan pengerjaan yang dilakukan sebagai berikut: input

data komposisi minyak, tekanan dan temperatur reservoir sesuai dengan data lapangan atau

data dilaboratorium, dan komposisi gas injeksi yang digunakan serta persentasenya (99.99%).

Set pressure step 500 psia dengan jumlah pressure step adalah 4 dan maksimum pressure

sebesar 2,000 psia. Output software adalah besarnya minimum miscible pressure yang terjadi

berdasarkan komposisi crude oil dan temperatur yang ditentukan.

II.4 Korelasi

Beberapa korelasi digunakan untuk menentukan minimum miscible pressure (MMP).

Sebagai contoh, beberapa korelasi memerlukan input data seperti temperatur reservoir dan API

gravity crude oil. Sedangkan korelasi lainnya memerlukan data yang lebih lengkap seperti

temperatur reservoir, komponen C2-C6, komponen Ch4, dan N2 yang terkandung di dalam crude

oil (Ahmed, 2007). Studi ini menggunakan beberapa korelasi antara lain: National Petroleum

Council (1976), Cronquist (1978), Yellig dan Metcalfe (1980), Johnson dan Pollin (1981),

Glaso (1985), Yuan, Johns dan Egwuenu (2005), dan Petroleum Recovery Institute (Ahmed,

2007 dan Stalkup, 1984).

III.Hasil

III.1 Eksperimen Slimtube

Hasil eksperimen slimtube memberikan nilai Minimum Miscible Pressure (MMP) pada

temperatur yang ditetapkan. Minimum miscible pressure ditentukan berdasarkan break over

point (BOP) seperti pada gambar 3-5. Berdasarkan gambar 3 miscible terjadi dilapisan AB-4

dengan temperatur 150 oF pada tekanan 1,680 psia. Pada gambar 4 miscible terjadi dilapisan

AB-5 dengan temperatur 150 oF pada tekanan 1,700 psia. Sedangkan gambar 5 menunjukan

bahwa miscible terjadi di lapisan AB-5 dengan temperatur 158 oF pada tekanan 1,960 psia.

III.2 Simulasi

Hasil simulasi digunakan untuk menentukan minimum miscible pressure seperti dapat

dilihat gambar 6-9. Gambar 6 dapat menunjukan miscible terjadi pada lapisan AB-4 dengan

temperatur 140 oF pada tekanan 1,544 psia. Gambar 7 menunjukan miscible terjadi pada lapisan

AB-4 dengan temperatur 150 oF pada tekanan 1,672 psia. Gambar 8 menunjukan miscible

(6)

6

menunjukan miscible terjadi pada lapisan AB-5 dengan temperatur 158 oF pada tekanan 1,900

psia.

III.3 Equation of State (EOS)

Hasil output Winprop menentukan minimum miscible pressure berdasarkan equation of

state untuk masing-masing lapisan (AB-4 dan AB-5) dapat dilihat pada gambar gambar 10-25.

Gambar tersebut menjelaskan tentang terniary diagram dan menunjukan tahapan sehingga

miscible terjadi pada lapisan AB-4 dengan temperatur 140 oF. Minimum miscible pressure

terjadi pada tekanan sebesar 1,650 psia.

Gambar 14-17 menjelaskan terniary diagram dan menunjukan tahapan sehingga miscible

terjadi pada lapisan AB-4 dengan temperatur 150 oF. Minimum miscible pressure terjadi pada

tekanan sebesar 1,750 psia. Gambar 18-21 menunjukan proses minimum miscible pressure

yang terjadi pada lapisan AB-5 dengan temperatur 150 oF dan 158 oF. Proses minimum miscible

yang terjadi pada temperatur 150 oF pada tekanan sebesar 1,780 psia. Gambar 22-25

menunjukan terniary diagram tentang proses minimum miscible pressure pada temperatur 158

oF. Minimum miscible pressure terjadi pada tekanan sebesar 1,880 psia

III.4 Korelasi

Hasil penentuan minimum miscible pressure (MMP) berdasarkan metode korelasi pada

lapisan AB-4 dan AB-5 dengan temperatur yang telah ditetapkan dapat dilihat pada tabel 5 dan

6.

IV.Pembahasan

Studi ini untuk menentukan minimum miscible pressure yang diperlukan agar CO2 dan

minyak tercampur pada kondisi reservoir, sehingga memberikan oil recovery yang maksimal

(Jarrell dkk, 2002). Beberapa metode digunakan dalam studi ini antara lain: pengukuran

dilaboratorium menggunakan slimtube (Yellig dkk, 1980), simulasi (1-D), Equation of State

(EOS) dan korelasi. Hasil masing-masing metode dapat dilihat pada tabel 7.

Berdasarkan literatur hasil slimtube menjadi acuan menentukan minimum miscible

pressure di dalam dunia industri (Elsharkawy, 1996). Eksperimen untuk menentukan minimum

miscible pressure dilakukan pada kedua lapisan (AB-4 dan AB-5) dengan range temperatur

reservoir tertentu. Hasil penelitian menunjukan kenaikan temperatur memberikan nilai

minimum miscible pressure (MMP) yang lebih tinggi. Oleh karena itu diperlukan tekanan yang

(7)

7

sebelumnya (Holm and Josendal, 1982 dan 1974). Menggunakan metode slimtube, MMP pada

lapisan AB-5 dengan temperatur 150 oF MMP sebesar 1,700 psia dan pada temperatur158 oF

MMP sebesar 1,960 psia. Kenaikan temperatur sekitar 8 oF memberikan kenaikan MMP

sebesar 260 psia. Hal ini menunjukan semakin tinggi kenaikan temperatur akan menaikan

tekanan dibutuhkan terjadinya miscibile. Pada lapisan AB-4 dengan temperatur 140 oF tidak

dilakukan pengukuran disebabkan keterbatasan waktu eksperimen. Satu set eksperimen (1

temperatur dengan beberapa tekanan) waktu yang diperlukan sekitar 3-4 bulan, sehingga untuk

3 temperatur eksperimen dibutuhkan waktu hampir 1 tahun.

Dari plot grafik antara tekanan dan recovery factor, hasil eksperimen tidak memberikan

grafik yang halus (smooth) seperti ditunjukan gambar 3-5 dan ini merupakan salah satu

kelemahan dari eksperimen, hal tersebut terjadi disebabkan beberapa faktor, antara lain:

keakuratan peralatan, kesalahan operator atau tidak akuratnya saat melakukan eksperimen

(human error). Walaupun demikian dari trend yang ada, hasil eksperimen dapat digunakan

untuk menentukan MMP.

Simulasi 1-D dilakukan untuk menentukan MMP, hasil ini memberikan perbedaan

yang kecil terhadap hasil eksperimen. Penyimpangan sebesar 0.48 % pada temperatur 150 F

untuk lapisan AB-4. Sedangkan untuk lapisan AB-5 pada temperatur 150 oF dan 158 oF

penyimpangan sebesar 1.76 % dan 2.04 % untuk masing-masing temperatur. Hasil simulasi

menghasilkan grafik yang relativ sama dengan grafik eksperimen seperti pada gambar 6-9.

Simulasi melakukan proses/pekerjaan tampa ada kesalahan atau memberikan hasil sangat

akurat jika input data yang diberikan sesuai dengan yang di gunakan saat eksperimen.

Persentase penyimpangan hasil simulasi dan eksperimen tentunya memberikan sedikit

perbedaan yang disebabkan beberapa faktor diatas.

Penentuan MMP berdasarkan equation of state menggunakan tool yang ada di CMG

yaitu winprop dan proses miscible dapat dilihat dari gambar 10-25. Dengan melakukan injeksi

gas sebagian komponen minyak diekstrak oleh CO2 dan ini dinamakan vaporizing mechanism.

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dengan diinjeksikan CO2 tekanan reservoir

meningkat hingga pada tekanan tertentu terjadinya miscible. Dimana fasa gas dan fasa minyak

menjadi satu fasa. Hal ini dapat dilihat pada gambar 13, 17, 21, dan 25. Gambar tersebut

menunjukan zona atau area 2 fasa sudah tidak terbentuk saat miscible sudah terjadi. Selisih

atau penyimpangan menggunakan EOS terhadap hasil eksperimen sebesar 4.17 % untuk

lapisan AB-4 dengan temperatur 150 oF. Sedangkan pada lapisan AB-5 penyimpangan terjadi

sebesar 4.71 % (150 oF) dan 4.59 % (158 oF). Penyimpangan hasil EOS terhadap eksperimen

(8)

8

persamaan tertentu menentukan MMP berdasarkan input data yang diberikan. Sedangkan hasil

eksperimen memungkinkan terjadinya kekeliruan atau gangguan selama melakukan

pengukuran. Dimana hal-hal tersebut menimbulkan perbedaan hasil dengan metode lainnya.

Beberapa korelasi digunakan untuk menentukan MMP dan hasilnya dapat di lihat pada

tabel 5 dan 6 untuk setiap lapisan dengan temperatur yang berbeda. Pada lapisan AB-4 dengan

temperatur 140 oF MMP minimumnya sebesar 1,206 psia menggunakan metode Cronquist dan

maksimumnya sebesar 4,013 psia dengan metode Glaso. Sedangkan pada temperatur 150 oF

MMP minimumnya sebesar 1,274 psia (Cronquist) dan maksimumnya sebesar 4,231 psia

(Glaso). Lapisan AB-5 pada temperatur 150 oF MMP minimumnya sebesar 1,129 psia (Yuan

dkk) dan maksimumnya sebesar 4,352 psia (Glaso). Sedangkan pada temperatur 158 oF MMP

minimumnya sebesar 1,204 psia (Yuan dkk) dan maksimumnya sebesar 4,517 psia (Glaso).

Berdasarkan metode korelasi, yang mendekati hasil eksperimen untuk kedua lapisan adalah

metode Yellig-Metcalfe. Lapisan AB-4 MMP sebesar 1,871 psia pada temperatur 150 oF

dengan penyimpangan sebesar 11.4%. Lapisan AB-5 MMP sebesar 1,883 psia pada temperatur

150 oF dengan penyimpangan sebesar 10.76 %. Sedangkan pada temperatur 158 oF MMP

sebesar 1,981 psia dengan penyimpangan 1.07 %. Setiap persamaan memberikan hasil yang

berbeda, disebabkan asumsi setiap persamaan yang tidak sama. Setiap persamaan mempunyai

kelemahan ataupun kelebihan pada kondisi tertentu, sehingga persamaan dapat digunakan

tergantung ketersedian data yang dimiliki.

V. Kesimpulan

Hasil studi yang telah dilakukan memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Hasil eksperimen merupakan rujukan utama dalam menentukan minimum miscible

pressure untuk kedua lapisan.

Kenaikan temperatur menyebabkan naiknya tekanan yang dibutuhkan agar terjadinya

miscible antara CO2 dengan crude oil pada kondisi reservoir.

Metode yang menghasilkan MMP mendekati hasil eksperimen berdasarkan urutan adalah

metode simulasi, diikuti metode equation of state dan metode korelasi.

Menggunakan beberapa metode dalam menentukan minimum miscible pressure

memberikan keuntungan tersendiri, walaupun membutuhkan waktu lama dan biaya yang

besar. Namun, hasil yang diperoleh memberikan range tertentu untuk nilai MMP dari setiap

metode yang digunakan. Hal ini disebabkan nilai MMP yang sebenarnya terjadi di reservoir

(9)

9 Daftar Pustaka:

Ahmed, T., 2007. Equation of State and PVT Analysis. Gulf Publishing Company, Houston,

Texas.

CMG (Software). Gem User’s Guide. Computer Modelling Group, Calgary, Alberta,

Canada 2013.

CMG (Software). Winprop User’s Guide. Computer Modelling Group, Calgary, Alberta, Canada 2013.

Elsharkawy, A.M., 1996. Measuring CO2 MMP: Slimtube or Rising Bubble Method?.

Energy and Fuel (March. 1996) 10, 2.

Holm, L.W., dan Josendal, V.A., 1982. Effect of Oil Composition on Miscible-Type

Displacement by Carbon Dioxide. Society of Petroleum Engineers Journal (Feb. 1982) 22,

01.

Holm, L.W., dan Josendal, V.A., 1974. Mechanism of Oil Displacement by Carbon Dioxide.

Journal Petroleum Technology (Dec. 1974) 26, 12.

Jarrell, P.M., Fox, C., Stein, M., dan Webb, S., 2002. Practical Aspects of CO2. Flooding.

SPE Monograph Series Hendry L Doherty Memorial Fund of AIME Society of Petroleum

Engineering of AIME, New York, Dallas.

Lake, L.W., 1989. Enhanced Oil Recovery. Prentice Hall, New Jersey.

Skkmigas, 2012. Laporan Tahunan 2012.

Stalkup Jr, dan Fred I., 1984. Miscible Displacement. SPE Monograph Series (Second

Printing) Hendry L Doherty Memorial Fund of AIME Society of Petroleum Engineering of

(10)

10

Yellig, W.F., dan Metcalfe, R.S., 1980. Determination and Prediction of CO2 Minimum

(11)

11

Tabel 1. Komposisi crude oil lapisan AB-4

Komponen Simbol Persen Mol Persen Berat

Hidrogen Sulfida H2S 0.00 0.00

Specific Gravity @ 60/60 F 0.8460

Berat Molekul 135.85

Tabel 2. Komposisi crude oil lapisan AB-5

Komponen Simbol Persen Mol Persen Berat

Hidrogen Sulfida H2S 0.00 0.00

Specific Gravity @ 60/60 F 0.8308

(12)

12

Tabel 3. Crude oil dan data reservoir

Karakteristik AB-4 AB-5

API Gravity 42.8 41.38

Diamater Dalam, cm 0.45

Jenis pasir Hama 8

Porositas, % 38.8

Permeabilitas, mD 700

Tabel 5. MMP Lapisan AB-4 dengan beberapa Korelasi pada 140 0F dan 150 0F

No. Korelasi MMP (psia) pada 140 oF MMP (psia) pada 150 oF

1 Cronquist 1,206 1,274

2 Yellig - Metcalfe 1,759 1,871

3 Glaso 4,013 4,231

4 Yuan et al 1,358 1,477

5 Petroleum Recovery Institute 1,864 2,031

6 Johnson and Pollin 1,379 1,474

7 National Petroleum Council 1,400 1,400

Tabel 6. MMP Lapisan AB-5 dengan beberapa Korelasi pada 150 0F dan 158 0F

No. Korelasi

5 Petroleum Recovery Institute 2,050 2,209

6 Johnson and Pollin 1,512 1,512

(13)

13

Tabel 7. Perbandingan MMP dengan berbagai metode

Lapisan Temperatur, oF Minimum Miscible Pressure, Psia Slimtube Simulasi EOS Korelasi

AB-4 140 N/A 1,544 1,650 1,206 - 4,013

150 1,680 1,672 1,750 1,274 – 4,231

AB-5 150 1,700 1,670 1,780 1,129 – 4,352 158 1,960 1,920 1,870 1,203 – 4,517

Gambar 1. Slimtube (Laboratorium Sejong Univ)

Gambar 2. Model simulasi slimtube 1-D

(14)

14

Gambar 4. MMP Lapisan AB-5 @ 150 oF Gambar 5. MMP Lapisan AB-5 @ 158 oF

Gambar 6. MMP Lapisan AB-4 @ 140 oF Gambar 7. MMP Lapisan AB-4 @ 150 oF

Gambar 8. MMP Lapisan AB-5 @ 150 oF Gambar 9. MMP Lapisan AB-5 @ 158 oF

(15)

15

Gambar 12. Pressure 1,500 psia @ 140 oF Gambar 13. Pressure 2,000 psia @ 140 oF

Gambar 14. Pressure 500 psia @ 150 oF Gambar 15. Pressure 1,000 psia @ 150 oF

Gambar 16. Pressure 1,500 psia @ 150 oF Gambar 17. Pressure 2,000 psia @ 150 oF

(16)

16

Gambar 20. Pressure 1,500 psia @ 150 oF Gambar 21. Pressure 2,000 psia @ 150 oF

Gambar 22. Pressure 500 psia @ 158 oF Gambar 23. Pressure 1,000 psia @ 158 oF

Gambar

Tabel 2. Komposisi crude oil lapisan AB-5
Tabel 5.  MMP Lapisan AB-4 dengan beberapa Korelasi pada 140 0F dan 150 0F
Gambar 3. MMP Lapisan AB-4 @ 150 oF
Gambar 11. Pressure 1,000 psia @ 140 oF
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk Sistem Minimum ATMega8535 yang digunakan adalah modul yang sudah jadi seperti tampak pada Gambar 13, tetapi untuk keperluan simulasi untuk lebih mudahnya

Visualisasi debit dilakukan untuk menggambarkan keadaan debit hasil simulasi dengan debit observasi DAS Air Dingin seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.. Berdasarkan

Salah satu cara untuk meningkatkan jumlah minyak yang dapat diambil (recovery) dari minyak yang masih tertinggal di dalam reservoir, salah satu cara yang dapat digunakan adalah

Untuk menentukan nilai efisiensi pencacah beta terhadap gamma digunakan nilai Logaritma dari nilai cacahan yang didapatkan tersebut (Gambar 6). Dengan menggunakan nilai

Gambar 13: Simulasi Rute dengan Google Maps Dari hasil ujicoba serta simulasi rute seperti pada Gambar 13 diatas dapat dilihat, bahwa dengan menggunakan sistem optimasi

Visualisasi debit dilakukan untuk menggambarkan keadaan debit hasil simulasi dengan debit observasi DAS Air Dingin seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.. Berdasarkan

Sama seperti data simulasi pengaruh masuk satu persatu kedalam model, dapat dilihat pada Gambar 5, dua peubah awal yang masuk adalah peubah yang paling

Grafik pembangkitan daya pembangkit dari hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 12 Gambar 12 Grafik pembangkitan daya dari hasil simulasi sesudah optimasi Berdasarkan gambar 12