• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANAMAN PENTING DATARAN TINGGI. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TANAMAN PENTING DATARAN TINGGI. pdf"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh

Kelompok 4/ Golongan G

1. Triya Sri Lestari (141510601008)

2. Muhammad Rosyid (141510601030)

3. Lelani Ega Nandita (141510601112)

4. Vera Rizky Ananda (141510601060)

5. Siti Fatimah (141510601116)

6. Inas Margi Ali Ridho (141510601120)

7. Ani Domiah (141510601167)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keanekaragaman tanaman yang mendiami wilayah Indonesia sangat

tinggi, hampir semua jenis tanaman dapat ditemui di negara yang berjuluk agraris

tersebut mulai dari tanaman pangan, hortikultura, obat-obatan, perkebunan,

hingga tanaman yang dapat dijadikan biofuel. Namun, tidak semua tanaman

tersebut dapat ditanam pada jenis lahan yang sama. Pertumbuhan dan

perkembangan tanaman akan berjalan optimal apabila ditanam dalam zona

agroekologi yang sesuai sebab lingkungan fisik tanaman sangat mempengaruhi

proses fisiologis tanaman.

Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pembudidayaan tanaman

adalah daerah yang akan digunakan untuk tempat budidaya. Tidak semua tanaman

cocok ditempatkan di suatu tempat tertentu. Penempatan tanaman harus dilakukan

berdasarkan zona agroekologi yang cocok dengan tanaman tersebut.

Zona agroekologi disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki tanaman.

Karaketristik tersebut antara lain jenis iklim yang cocok, kondisi tanah yang

sesuai, intensitas penyinaran yang dibutuhkan tanaman, dan kelembaban

lingkungan. Apabila semuanya telah sesuai dengan apa yang dibutuhkan tanaman,

maka dapat dikatakan bahwa terdapat kesesuaian anatara tanaman dengan zona

agroekologi tersebut.

Dataran di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu dataran tinggi dan

dataran rendah. Dataran tinggi memiliki ketinggian diatas 700 dpl sedangkan

dataran rendah berketinggian dibawah 700dpl. Masing-masing dataran tersebut

memiliki karakteristik serta jenis tanaman yang berbeda untuk ditanam di daerah

tersebut.

Daerah dataran tinggi mempunyai dua tipe iklim yatu basah dan kering.

Iklim basah dan kering mempunyai sifat yang berbeda sehingga tanaman dataran

tinggi iklim basah pertumbuhannya kurang optimal jika ditempatkan di dataran

tinggi iklim kering. Contoh penggolongan tanaman sayuran di daerah dataran

(3)

sebagainya. Untuk tanaman sayuran iklim kering misalnya bawang putih dan

bawang daun.

Pengelompokan tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan

dapat dikembangkan di lahan dataran tinggi (pegunungan) yang sesuai

karakteristik iklim. Lahan pertanian mempunyai sifat fisik maupun kimia tanah

yang dapat mencirikan tingkat kesusaian lahan dengan jenis tanaman yang

dibudidayakan. Tanaman hanya akan hidup dalam lahan yang sifatnya sesuai

dengan karakteristik yang dimiliki tanaman tersebut.

1.2Tujuan

Agar mahasiswa mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman penting

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian berkelanjutan adalah bagian perhitungan dari perkembangan

berkelanjutan, sebuah system pertanian yang mana sumber cagar air, sumber

lahan, dan sumber tanaman yang dapat diterima dan sesuai dengan ekonomi,

sosial, serta lingkungan. Pertamian berkelanjutan perlu diterapkan saat ini

mengingat lahan yang yang semakin sempit akibat dijadikan perumahan.

Terobosan baru penggunaan lahan di dataran tinggi mampu mengatasi kesulitan

lahan yang ada (Anasiru et al., 2013).

Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk

wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief

erat kaitannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan

faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan

tumbuh tanaman yaitu suhu dan intensitas cahaya matahari (Sastrohartono, 2011).

Pebedaan lingkungan merupakan komponen utama yang menentukan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Semakin rendah elevasi suatu tempat,

suhu udara semakin meningkat dan hal ini berpengaruh langsung terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman yang memerlukan intensitas

suhu tinggi tidak akan mampu untuk berproduksi maksimal di wilayah dataran

tinggi, sebaliknya tanaman juga tidak akan mampu bertahan hidup di dataran

rendah apabila memerlukan suhu yang rendah (Nur dkk., 2012).

Ketinggian merupakan faktor terpenting dalam perbedaan habitat. Hal ini

disebabkan karena adanya perubahan sumber abiotik sekarang ini yang meliputi

sinar matahari dan air. Wilayah dataran rendah dan dataran tinggi memiliki

kisaran suhu serta curah hujan yang berbeda sehingga keadaan tersebut

menyebabkan perbedaan karakteristik tanaman yang hidup di kedua wilayah

tersebut (Shimono et al., 2010).

Dataran tinggi berada pada ketinggian di atas 700 m dpl. Wilayah tersebut

memiliki jenis iklim kering dan basah. Suhu di dataran tinggi berkisar antara

12 -21 dan tanaman hortikultura yang dapat dibudidayakan antara lain ape;,

(5)

basah tanaman yang dapat dibudidayakan antara lain alpukay, leci, marjisah,

pisang (Sunarjono, 2008).

Cekaman suhu rendah pada agroekosistem dataran tinggi mengakibatkan

tidak semua varietas dapat beradaptasi dengan sempurna. Cekaman suhu rendah

mengakibatkan pertumbuhan tanaman tertunda, malai tidak sempurna keluar atau

tidak keluar sama sekali, serta dapat menurunkan kualitas dari tanaman itu sendiri.

Hal tersebut terjadi karena tidak adanya kesesuaian antara karakteristik yang

dimiliki tanaman dengan zona dataran tinggi (Zen, 2013).

Pengelolaan tanah organik adalah kunci kesuksesan pertanian organic di

dataran tinggi. Pengelolaan tanah harus memperhatikan produktivitas tanah.

Produksi sayur-sayuran adalah contoh yang paling sukses dalam pertanian organik

dataran tinggi (Idoga and Egbe, 2012)

Irigasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu

produksi. Irigasi telah membantu menaikkan hasil pertanian dan keluarannya serta

menstabilkan produksi dan harga produk. Hal ini sesuai dengan sapta usaha tani

yang memperhatikan factor irigasi dalam kegiatan pertanian (Akinbile, 2010).

Terdapat dua jenis faktor yang menghambat pengembangan usaha

budidaya tanaman di Indonesia yaitu faktor biologi dan sosial ekonomi. Faktor

biologi misalnya lahan pertanian dengan segala macam tingkat kesuburannya,

bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan lain sebagainya. Untuk faktor

sosial ekonomi meliputi biaya produksi, harga, tenaga kerja, pendidikan petani,

tingkat pendapatan, resiko, dan ketidakpastian (Novianto dan Setyowati, 2009).

Rendahnya produksi atau penurunan hasil panen di dataran tinggi dapat

disebabkan oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

lingkungan. Faktor tersebut dapat berupa rendahnya kesuburan tanah,

ketidaksesuaian agroteknologi atau pengelolaan tanah dan tanaman dengan

karakteristik tanah dan kebutuhan tanaman, serta tidak adanya upaya konservasi

tanah sehingga terjadi proses degradasi lahan yang berlangsung cepat.

Penggunaan lahan yang optimal memerlukan kesesuaian agroteknologi dengan

(6)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum acara “ Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi” dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 Oktober 2014 pukul 13.00-14.00 WIB di

Rembangan.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

1. Tabel Pengamatan

2. Alat Tulis

3. Penggaris

4. Meja Dada

3.2.2 Alat

1. Tanaman yang diamati

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menetapkan objek tanaman yang diamati.

3. Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan

bagian-bagiannya.

(7)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Tabel Pengamatan

LEMBAR KERJA PRATEK LAPANGAN

MATA KULIAH PENGANTAR IMU TANAMAN TAHUN AKADEMIK 2014/2015

1. Varietas : Bunga krisan

2. Deskripsi Varietas

A. Kingdom : Plantae

B. Divisi : Spermatophyta

C. Kelas : Dicotyledonae

D. Ordo : Asterales

E. Famili : Asteraceae

F. Genus : Chrysanthemum

G. Species : Chrysanthemum sp.

3. Cara Pembibitan/Persemaian : Polybag yang berisi tanaman krisan

yang masih muda disobek secara

perlahan tanpa merusak tanah, lalu

tanaman langsung dipindahkan ke

tanah yang sudah diberi lubang.

4. Cara Pengolahan Tanah : Minimum tillage.

5. Cara Penanaman : Konvensional.

6. Sistem Penanaman : Monokultur.

7. Cara Pemeliharaan

A. Pemupukan : Menggunakan pupuk urea dan Za

setelah satu minggu penanaman.

B. Pengairan : Diambil dari sungai menggunakan

(8)

C. Pengendalian Penyakit : -

D. Pengendalian Hama : Menggunakan pestisida kimia

dengan intensitas seminggu sekali.

E. Pengendalian Guma : Secara mekanik.

8. Ciri-Ciri Morfologi Ukuran

A. Akar : Serabut (30-40 cm)

B. Batang : Tegak ( m untuk tanaman

dewasa ).

C. Daun : Bergerigi dengan bagian tepi

terbelah dan tersusun selang-seling

pada cabang atau batang.

D. Bunga : Berwarna putih, kuning, atau

keunguan tergantung varietasnya.

Diameter bunga yang besar dapat

mencapai lebih dari 10 cm.

E. Buah : -

F. Biji : Berukuran kecil dengan warna

cokat sampai hitam.

9. Pemanenan

A. Ciri-Ciri Panen : Bunga mekar sempurna.

B. Umur Panen : 3 bulan.

C. Cara Panen : Mencabut hingga ke akarnya lalu

dibersihkan daunnya, kemudian

dipotong dengan ukuran batang

sesuai permintaan konsumen.

D. Penanganan Pasca Panen

 Pengeringan : -

 Pembersihan : Dilakukan pada daun  Sortasi/Greeding : 1. Standar

(9)

 Pengemasan : Masih dalam kondisi segar langsung

organik untuk dijadikan awal

penanaman.

 Kehilangan Panen : -

10. Pemasaran

A. Domestik/ekspor : Domestik.

B. Tataniaga Pemasaran : Langsung dikirim ke toko.

C. Harga (Rp/potong) : Untuk standar = Rp 15.000/potong

Untuk spray = Rp 14.000/potong

4.2 Pembahasan

Bunga krisan merupakan salah satu jenis bunga potong yang populer dan

banyak diminati konsumen karena bentuk dan warnanya yang menarik serta

ukurannya yang bervariasi. Komoditas hortikultura yang satu ini berhabitat pada

ketinggian 700-1.200 m dpl dan sangat disukai oleh pecinta tanaman hias karena

bentuk dan yang warnanya yang bervariasi. Tanaman hias bunga krisan

merupakan salah satu komoditas hortikutura strategis, maka tidak mengherankan

permintaan bunga krisan baik tingkat domestik, nasional, hingga internasional

cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Krisan merupakan tanaman hias yang memiliki bunga berbentuk indah dan

dapat digunakan sebagai bunga potong maupun bunga pot. Bunga potong krisan

memiliki prospek yang bagus karena termasuk dalam trendsetter bunga potong di

Indonesia. Krisan mempunyai variasi warna dan bentuk yang beraneka ragam.

(10)

dapat di budidayakan di lingkungan tropis. Hal ini telah dibuktikan melalui

penelitian yang dilakukan pada daerah dengan ketinggian 920 m dpl dan suhu

berkisar 22-39 tetapi krisan masih dapat hidup.

Menurut Wasito dan Marwoto (2004) dalam BPTP Yogyakarta (2006),

meningkatnya kebutuhan tanaman hias sejalan dengan semakin meningkatnya

taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya permintaan pasar

memberikan dampak yang positif yaitu terbukanya peluang usaha tani bagi petani.

Keadaan inilah yang terihat pada beberapa tahun belakangan ini. yatu indikasi

meuasnya usaha menanam krisan. Baik dalam skala kecil maupun besar. Elevasi

lokasi pengelolaan tanaman krisan juga menyebar mulai dari 700-1.200 m dpl.

Menurut Rismunandar (1995) dalam Arisanti dan Setiari (2012), proses

pemotongan bunga krisan sebagai bunga potong memiliki kriteria yaitu keteguhan

bunga potong yang dapat mempertahankan kesegaran bunga yang mana

merupakan sifat tidak lekas layu dalam pengiriman maupun penyimpanan di

tempat penjualan. Keteguhan memerlukan beberapa faktor penunjang, misalnya

saat yang baik untuk pemotongan, kecepatan pengiriman, sistem pengepakan yang

baik, suasana di tempat penjualan, dan sifat ketahanan selama pengiriman. Hal

tersebut dapat mempengaruhi nilai jual krisan di pasaran.

Menurut Reid (1985) dalam Suradinata (2012), berbagai macam cara

dilakukan untuk menjaga kesegaran bunga potong antara lain dengan memanen

pada umur yang tepat, menyimpan pada suhu yang sesuai, menghambat produksi

etilen, menyediakan karbohidrat, dan lain sebagainya. Peningkatan kesegaran

bunga potong dapat dilakukan dengan perendaman dalam ZPT yang salah satunya

adalah sitokinin. Beberapa jenis sitokinin yang dapat digunakan antara lain BA

atau BAP. Penggunaan sitokinin adalah untuk meningkatkan ketahanan simpan

beberapa komoditas tanaman hias.

Bunga krisan termasuk dalam tanaman spermatophyta (tumbuhan berbiji

terbuka) serta termasuk dalam family asteraceae. Krisan merupakan tanaman

semak setinggi 30-200 cm. Daur hidup krisan dapat bersifat semusim (annual) dan

tahunan (perenial). Krisan annual daur hidupnya selesai satu musim seusai panen.

(11)

dipanen akan tumbuh akan tumbuh tunas-tunas baru dan menghasilkan bunga

secara periodik (Rukmana dan Mulyana, 1997).

Bibit bunga krisan yang ada di Rembangan dikirim langsung dari Bogor.

Oleh karena itu, pembibitan dilakukan dengan cara memindahkan tanaman krisan

muda yang ada di dalam polybag lalu diletakkan dalam tanah yang telah dilubangi

oleh petani secara perlahan tanpa merusak susunan tanah dari polybag.

Pemindahan dilakukan secara hati-hati agar tanaman tidak stress, sebab

kemampuan adaptasi tanaman ke lingkungan yang baru mebutuhkan

waktutertentu. Cara pengelolaan tanah minimum tillage. Penanaman dengan cara

konvensional menggunakan sistem monokultur.

Perawatan terhadap bunga krisan menggunakan pupuk urea dan Za setelah

satu minggu penanaman. Unsure Nitrogen dibutuhkan krisan dalam jumlah

banyak pada fase vegetative untuk merangsang pertumbuhan tinggi tanaman.

Sistem irigasi dilakukan dengan air sungai menggunakan DAP celup. Tidak ada

penyakit yang menyerang bunga krisan di Rembangan, sehingga tidak dilakukan

pengendalian terhadap penyakit. Namun, secara umum penyakit yang menyerang

bunga krisan berupa penyakit karat/rust, tepung oidium, serta virus kerdil dan

mozaik. Penyakit karat disebabkan oleh jamur Puccini sp., cara pengendaliannya

dengan memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida. Penyakit tepung

oidium disebabkan oleh jamur Oidium chrysatheemi, cara pengendaliannya adalah

dengan memangkas bagian tanaman yang sakit serta penyemprotan fungisida.

Pengendalian terhadap virus kerdil dilakukan dengan cara menggunakan bibit

bebas virus, mencabut bagian yang terserang virus, menggunakan alat pertanian

yang bersih, serta penyemprotan insektisida untuk mematikan vektor virus. Hama

yang menyerang krisan biasanya berupa ulat, tungau merah, kutu kebul, wereng

dan thrips. Pengendalian terhadap hama dilakukan dengan melakukan

penyemprotan menggunakan insektisida kimia, intensitas penyemprotan

sebanyak seminggu sekali karena bukan merupakan tanaman pangan. Untuk hama

ulat yang menyerang system perakaran digunakan pestisida jenis Preugor, lelu

untuk ulat yang menyerang daun menggunakan Detin, Decis, dan Potan. Untuk

(12)

umumnya terdiri dari rumput teki, gulma daun lebar, dan gulma daun sempit.

Pegendalian dilakukan secara mekanik yakni mencabut langsung menggunakan

tangan. Krisan tidak menggunakan herbisida karena dikhawatirkan akan terjadi

stress (BPTP Yoyakarta, 2006).

Masa istirahat Krisan setelah panen sekitar 1 bulan untuk menstabilkan

kondisi tanah agar tidak stress. Penggunaan green house untuk bunga krisan di

rembangan dimaksudkan untuk pengelolaan iklim mikro tanaman sedangkan

penggunaan lampu ditujukan untuk memberikan energi saat terjadi fotosintesis

pada reaksi gelap. Lampu dinyalakan selama 16-18 jam, yakni mulai pukul

10.00-01.00. besarnya daya lampu tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,

tetapi panjang gelombang yang dipancarkan bola lampu itulah yang berpengaruh

untuk merangsang tinggi tanaman.

Morfologi tanaman krisan terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan

biji. Krisan memiliki sistem perakaran yang menyebar ke segala arah pada

kedalaman 30-40 cm. Batang tumbuh tegak berstruktur lunak dan berwarna hijau,

namun apabila dibiarkan terus tumbuh, batang akan keras (berkayu) dan warnanya

hijau kecoklatan. Bentuk daun bergerigi dengan bagian tepi yang terbelah serta

tersusun secara berselang-seling pada cabang atau batang. Bunga krisan terdiri

dari tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota, putik, dan benang sari.

Mahkota bunga berlapis-lapis seperti mawar dengan warna bunga

bermacam-macam sesuai dengan varietasnya antara lain putih, kuning, hingga keunguan.

Bunga krisan tidak menghasilkan buan. Biji berukuran kecil berwarna coklat

hingga hitam (Rukmana dan Mulyana, 1997).

Bunga krisan yang sudah siap panen memiliki cirri-ciri bunga mekar

sempurna. Umur tanaman krisan siap panen yatu sekitar 3-4 bulan setelah

penanaman. Waktu pemanenan yang tepat adalah pagi hari saat suhu udara tidak

terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. teknik pemanenan dapat

dilakukan dengan 2 cara yaitu dicabut seluruh tanaman dan dipotong tangkainya.

Untuk bunga krisan di Rembangan ini, teknik pemanenan dilakukan dengan cara

mencabut tanaman lalu dibersihkan daunnya kemudian memotong batang yang

(13)

Bunga krisan tidak mengalami proses pengeringan karena bunga yang

dijual dalam keadaan segar, hanya dilakukan pembersihan daun. Petani

melakukan sortasi atau greeding menjadi dua varietas yaitu spray dan standar.

Pembedaan tersebut dilakukan berdasarkan banyaknya bunga dalam satu batang.

Varietas standar yaitu varietas bunga krisan dimana per batang hanya ada stu

bunga yang muncul (single), sedangkan varietas spray memiliki lebih dari satu

bunga yang muncul per batang. Perbedaan varietas ini tentu akan menimbulkan

perbedaan nilai jual dari tanaman krisan itu sendiri. Pengemasan dilakukan masih

dalam kondisi segar langsung dikirim ke toko yang sudah bekerja sama dengan

petani di Rembangan. Toko tersebut terletak di dekat Stasiun Jember dan telah

memenuhi 40% kebutuhan bunga se-besuki sedangkan sisanya di kirim ke

Malang.

Perendaman bunga krisan merupakan kegiatan untuk memperpanjang

masa kesegaran bunga (memperlambat proses kelayuan bunga). Perendaman

dilakukan saat bunga telah dipetik. Bunga krisan dkondisikan agar tetap segar

karena bunga krisan merupakan bunga yang sensitive terhadap dehidrasi, maka

bunga harus mengalami masa perendaman di dalam air atau larutan perendaman

(pulsi) (Arisanti dan Setiari, 2012).

Pelabelan, penyimpanan, dan pengolahan menjadi produk lain tidak

dilakukan oleh petani di Rembangan sebab bunga krisan langsung habis terjual.

Pengolahan limbah dilakukan pada saat panen dimana bagian akar, batang, dan

daun yang dipotong di jadikan pupuk organik. Pemasaran produk bunga Krisan

Rembangan dilakukan secara domestik sekaresidenan besuki dengan harga untuk

varietas standar Rp 15.000/potong dan untuk varietas spray Rp 14.000/potong.

Lahan krisan di Rembangan memiliki luas 1 Ha. Modal awal yang dikeluarkan

oleh Bapak Agus untuk pembudidayaan krisan adalah sebesar Rp 25.000.000

dengan jumlah bibit awal sebanyak 5.000 bibit, dan sekarang meningkat dengan

jumlah 90.000 bibit.

Manfaat utama bunga krisan adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain dari

bunga krisan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga.

(14)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tanaman krisan berhabitat di dataran tinggi dengan ketinggian 700-1.200

m dpl.

2. Morfologi tanaman krisan terdiri dari akar, batang, buah, bunga, dan biji.

Akar tanaman krisan berbentuk serabut dengan panjang 30-40 cm. batang

tumbuh tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bentuk daun

bergerigi dengan bagian tepi daun terbelah serta tersusun berselang seling

pada batang. Mahkota bunga berlapis-lapis seperti mawar dengan warna

bervariasi sesuai dengan varietasnya. Biji berukuran coklat denga warna

dari coklat hingga hitam. Tanaman krisan termasuk dalam tumbuhan

berbiji terbuka serta termasuk tanaman dikotil.

3. Krisan termasuk ordo asterales dan dari famili asteraceae. Varietas bunga

krisan terdiri dari varietas warna kuning (Chrysanthenum indicum), warna

ungu dan pink (C. morifolium), dan bentuk bulat serta ponpon (C. daisy).

5.2 Saran

1. Tanaman krisan di Rembangan memiliki kualitas bagus sehingga

hendaknya lebih dikembangkan lagi baik dari segi jumlah maupun saluran

pemasarannya.

2. Tenaga kerja budidaya krisan masih perlu untuk ditingkatkan sehingga

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Akinbile, Cristopher O. 2010. Crop Water Use Responses of Upland Rice to Differential Water Distribution Under Sprinkler Irrigation System. Advances in Applied Science Research, 1(1): 133-144.

H, Henny., K. Murtilaksono, N. Sinukaban, dan S.D. Tarigan. 2011. Kesesuaian Lahan Untuk Sayuran Dataran Tinggi di Hulu DAS Merao, Kabupaten Kerinci, Jambi. Hidrolitan, 2(1): 11-19.

Idoga, S., dan O.M. Egbe. 2012. Land Use Planning for Vegetable Farming in Benue State of Nigeria. Science Frontier Research Agriculture and Veterinary Science, 12(6): 6-11.

Novianto, Fajar Widayat., dan E. Setyowati. 2009. Analisis Produksi Padi Organik di Kabupaten Sragen Tahun 2008. Ekonomi Pembangunan, 10(2): 267-288.

Nur, Amin., Trikoesoemaningtyas, N. Khumaida, dan S. Yahya. 2012. Evaluasi dan Keragaman Genetik 12 Galur Gandum Introduksi di Lingkungan Tropika Basah. Agrivigor, 11(2): 230-243.

Sastrohartono. Hermanto. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan dengan Aplikasi Extensi Artificial Neural Network (ANN Avx) dalam ACRVIEW-GIS. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.

Shimono, ayako., H. Zhou, H. Shen, M. Hirota, T. Ohtsuka, dan Y. Tang. 2010. Patterns of Plant Diversity at High Altitudes on The Qinghai-Tibetan Plateau. Plant Ecology, 3(1): 1-7.

Sunarjono, H. Hendro. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Apabila dibandingkan dengan katalis Ni/zeolit, maka kemampuan konversi yang dimiliki katalis Ni-Pt/2eolit ini diperkirakan sebagai akibat adanya logam Pt, yang mampu

Penulis dapat memahami pendapat seseorang (walaupun pendapat itu tidak benar), yang mengatakan bahwa Agama Buddha itu memiliki sifat-sifat tersendiri, yang agak berbeda

Lagu merupakan suatu bentuk karya seni yang tidak hanya memberikan hiburan kepada masyarakat pembacanya, melainkan juga manfaat. Pada anak usia dini, lagu anak

Tingginya tingkat kepercayaan pegawai tata usaha berimplikasi terhadap berbagai perilaku, seperti integritas (integrity) yang tinggi, kompetensi kerja

Bertambahnya siswa yang mendaftarkan diri, maka pihak sekolah pun berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik khususnya dalam proses penerimaan siswa baru,

(seismogram) gunung Semeru selam tahun 2009 didapatkan karakteristik tremor vulkanik gunugn Semeru dilihat dari kenampakan bentuk sinyal dan durasinya memiliki