• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan sistem manajemen informasi Manajemen T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perancangan sistem manajemen informasi Manajemen T"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI

LAPORAN KEGIATAN PLKB/PKB

STUDI KASUS BKKBD KABUPATEN TANGERANG

Kelas:

MTI 2016SC

Mata Kuliah:

Metodologi Penulisan dan Penelitian Ilmiah (MPPI)

NIM : 1606946582

Nama : Arung Dewa Raja Manessa

Magister Teknologi Informasi

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Indonesia

Jakarta

(2)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 2

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

1.6. Ruang lingkup Penelitian ... 5

1.7. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Sistem Informasi ... 7

2.2. Sistem Informasi Manajemen ... 8

2.3. Software Development Life Cycle (SDLC) ... 9

2.4. Metodologi Pengembangan Sistem ... 11

2.5. Pemilihan Metode Pengembangan Sistem ... 14

2.6. Unified Modeling Language ... 15

2.7. Penelitian Terdahulu ... 20

2.8. Theoretical Framework ... 21

Daftar Pustaka ... 22

(3)
(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitan, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penelitian

1.1. Latar belakang

Kabupaten Tangerang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor. 73 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten yang secara geografis terletak di bagian timur wilayah Propinsi Banten, dengan luas wilayah 959,61 KM2 atau 95,961 Ha. Jumlah penduduk pada Tahun 2011 sebanyak 2.960.474 Jiwa dan untuk Tahun 2012 meningkat menjadi 3.050.929 Jiwa, sementara jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 3.157.780 jiwa. Dengan peningkatan Jumlah penduduk dari tahun 2011 s.d. 2012 sebanyak 3,06 % (90.455 jiwa) dan dari tahun 2012 s.d. 2013 sebanyak 3,38 % (106.851 jiwa) dengan rata-rata kepadatan penduduk secara geografis per -km2 tahun 2012 sebesar 3.179 jiwa/Km2, sedangkan tahun 2013 sebesar 3.291 jiwa/Km2 (Kabupaten Tangerang dalam Angka tahun 2012 – 2014)

Salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah kelahiran. Upaya yang harus dilakukan adalah konsistennya Pemerintah dalam pengendalian kelahiran, Pendewasaan usia perkawinan, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga pada koridor pembentukan keluarga kecil bahagia dan sejahtera menjadi keluarga berkualitas sebagaimana diamanatkan pada Undang-Undang RI Nomor. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan

sesuai Visi “Terwujudnya Peningkatan Kesertaan ber-KB dalam Pembangunan

Kependudukan menuju Keluarga Sejahtera”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera antara lain dengan upaya strategi keluarga berencana, keluarga sejahtera dan kebijakan kependudukan. Namun upaya tersebut tidak akan lepas dari peran serta aparatur baik pada tingkat pelaksanaan maupun lini lapangan serta peran serta masyarakat terutama tokoh agama maupun pemuda dan tokoh masyarakat lainnya.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembangunan perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan berkesinambungan melalui kegiatan-kegiatan yaitu pendataan keluarga dan membangun sistem yang memungkinkan terbentuknya jaringan pelayanan informasi yang memadai.

(5)

2

kependudukan haruslah dilihat secara komprehesif dan lintas sektoral, Program Keluarga Berencana menjadi indikator sukses suatu daerah dan menjadi sasaran pokok penilaian terhadap keberhasilan kepala daerah karena indikator menurunnya angka kelahiran akan berdampak kepada menurunya persoalan kemasyarakatan.

Menciptakan kesadaran akan pentingnya keluarga kecil masih tetap harus menjadi sasaran Program KB, karena keluarga kecil adalah kondisi yang paling menyakinkan bagi tercapainya keluarga yang berkualitas yaitu keluarga yang sehat, maju, mandiri, jumlah anak ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu mulai tahun 2000 Program KB telah mewacanakan gender dan partisipasi pria dalam pelaksanaan Program KB pada bagian lain khususnya pada penggunaan alat konstrasepsi sebagai bagian dari hak reproduksi, maka kualitas layanan harus menjadi pertimbangan utama karena integritas KB dalam upaya kesehatan reproduksi pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kesehatan khususnya dengan prioritas pada peningkatan kualitas hidup keluarga.

Berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah bahwa organisasi dan tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah, sebagai Badan yang mempunyai kewenangan dalam Pendendalian Penduduk dan Keluarga Berencana di Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 36 tahun 2015 tentang Rincian Tugas dan Fungsi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang, maka Tugas dan Pokok Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah (BKKBD) Kabupaten Tangerang adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pengendalian penduduk, penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga. Sedangkan fungsi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang adalah:

a. Perumusan bahan kebijakan teknis di bidang pengendalian penduduk, penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga;

(6)

3

c. Pembinaan dan koordinasi dengan instansi/lembaga lain terkait di bidang pengendalian penduduk, penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga;

d. Pengawasan dan pengendalian di bidang pengendalian penduduk, penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga;

e. Pelaksana pengkajian dan evaluasi serta pelaporan di bidang pengendalian penduduk, penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga; dan

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya;

Peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana/Penyuluh Keluarga Berancana (PLKB/PKB) dalam pelaksanaan program Kependudukan, Keluarga Berancana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) untuk mendukung visi dan misi BKKBD Kabupaten Tangerang merupakan salah satu komponen utama, dengan tingkat rasio PLKB/PKB 1:7 berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BKKBD Kabupaten Tangerang Tahun 2016 yang miliki arti 1 orang PLKB/PKB membina 7 desa/kelurahan, dalam hal ini masih belum ideal untuk pelaksanaan program KKBPK dimana kondisi ideal adalah jika 1 orang PLKB/PKB membina maksimal 2 desa/kelurahan.

Program KKBPK pada tingkat desa/kelurahan mulai dari pembinaan masyarakat melalui kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Kelompok KB Desa, yang bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat melalui kesertaan berKB Pasangan Usia Subur (PUS) dalam mendukung program KKBPK.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala BKKBD Kabupaten Tangerang (Lampiran A : Transkrip Wawancara) dikemukakan bahwa keterbatasan untuk mengetahui apakah tugas PLKB/PKB dalam melakukan pembinaan terhadap desa/kelurahan yang menjadi tanggung jawabnya telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh BKKBD Kabupaten Tangerang, dan kuantitas pembinaannya sudah mencakupi seluruh desa/kelurahan binaan dalam kegiatan 1 bulan, serta apakah PLKB/PKB telah menggunakan 10 langkah PLKB/PKB yang menjadi standar Mekanisme Operasional Lini Lapangan (MEKOP) yang telah ditetapkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

(7)

4

PLKB/PKB tetapi kualitas pelaksanaan program KKBPK dilapangan tidak terganggu dan target pembinaan masyarakat di seluruh desa/kelurahan dapat dipenuhi.

Hasil wawancara dengan kepala sub bidang advokasi dan penggerakan pelunya sebuah sistem informasi yang tidak hanya bersifat mencatat dan melaporkan kegiatan yang dilakukan oleh PLKB/PKB tatapi juga sebagai forum untuk berkomunikasi dan berbagi informasi terkait dengan pelaksanaan program KKBPK pada tingkat desa/kelurahan.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini diangkat berdasarkan permasalahan yang ada pada pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh PLKB/PKB di lingkungan BKKBN Kabupaten Tangerang

Ekspetasi

Dengan ratio PLKB/PKB yang belum ideal dapat melakukan Advokasi, KIE, dan Informasi program KKBPK kepada masyarakat diseluruh desa/kelurahan binaan setiap bulannya

Realitas

PLKB/PKB belum dapat melakukan pembinaan diseluruh desa/kelurahan binaan setiap bulannya

Gambar 1.1 Diagram fishbone

Berdasarkan analisis dari fishbone diagram, faktor-faktor yang mempengaruhi dari belum maksimalnya cakupan laporan FASKES KB swasta adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan

Faktor kebijakan merupakan salah satu domain masalah yang mempengaruhi, domain ini memiliki akar masalah belum adanya sistem informasi untuk melakukan proses pencatatan dan pelaporan serta forum antar PLKB/PKB untuk berkomunikasi dan

Belum

Tenaga PLKB/PKB yang tidak terampil

(8)

5

berbagi informasi terkait pelaksanaan kegiatan program KKBPK di tingkat desa/kelurahan.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Akar masalah dalam domain SDM yaitu tenaga PLKB/PKB yang tidak terampil, dimana tenaga PLKB/PKB di tingkat desa/kelurahan masih banyak yang belum dilatih, Mutasi pegawai di kabupaten tangerang khususnya PLKB/PKB yang cepat dikarenakan banyaknya PLKB/PKB yang masih berstatus tenaga kontrak, hanya terikat 1 tahun oleh dinas terkait, Ratio PLKB/PKB yang belum ideal 1 PLKB/PKB : 7 desa/kelurahan. 3. Proses

Pada domain ini terdapat akar masalah yaitu laporan PLKB/PKB hanya bersifat rekapitulasi bukan dalam bentuk laporan perkegiatan yang dilakukan oleh PLKB/PKB baik waktu, tempat, kegiatan apa yang dilakukan serta output dari kegiatan tersebut.

1.3. Pertanyaan Penelitan (researchquestion)

Salah satu akar masalah tedapat pada domain sistem informasi yang akan dijadikan fokus utama penelitian ini yaitu proses pada sistem informasi pencatatan dan pelaporan PELKON belum sesuai dengan sistem pencatatan dan pelaporan PELKON yang menjadi dasar di bangunnya sistem informasi pencatatan dan pelaporan PELKON. Adapun pertanyaan

penelitan yang dapat diangkat penelitan ini adalah : “Bagaimana perancangan sistem informasi laporan kegiatan PLKB/PKB : Studi kasus BKKBD Kabupaten Tangerang ?

1.4. Tujuan Penelitan

Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis dan perancangan sebuah sistem informasi laporan kegiatan PLKB/PKB di lingkungan BKKBD Kabupaten Tangerang

1.5. Manfaat penelitan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagaimana berikut ini :

1. Manfaat untuk akademis, penelitan ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti selanjutnya terkait rancangan sistem informasi.

2. Manfaat bagi BKKBD, dengan penelitan ini diharapkan dapat menjadi referensi sebuah rancangan sistem informasi laporan kegiatan PLKB/PKB di lingkungan BKKBD Kabupaten Tangerang

(9)

6 1.6. Ruang lingkup penelitan

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Objek penelitian dibatasi pada proses bisnis sistem pelaporan kegiatan PLKB/PKB dan unit organisasi penerima manfaat layanan SI/TI BKKBD yaitu pada unit Bidang ADPIN.

2. Hasil akhir perancangan ini berupa pemodelan sebuah sistem informasi laporan kegiatan PLKB/PKB yaitu rancangan dengan menggunakan notasi-notasi UML

1.7. Sistematika penelitian

Sistematika penelitan ini dibagi menjadi bab-bab dan disusun secara sitematis dengan uratan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menjelaskan semua teori yang terkait dengan penelitian berdasrkan literature sebagai acuan serta tinjauan pustaka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan setiap tahapan dalam penelitian ini BAB IV PROFIL ORGANISASI

Menjelaskan profil perwakilan bkkbn provinsi banten sebagai objek penelitian BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan hasil dari proses yang dilakukan degnan mengelola data yang didaptkan sebagai bahan anlisa yang sesuai dengan kebutuhan penelitan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

7 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini menjelaskan berbagai hal yang menjadi acuan dan landasan dalam melaksanakan penelitan.

2.1. Sistem Informasi

Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur, sedangkan sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Manusia bergantung pada sistem informasi untuk melakukan komunikasi dengan peralatan fisik, instruksi pemrosesan informasi atau prosedur jaringan komunikasi , dan data (O’Brien, 2006).

Menurut (O’Brien, 2006) sistem informasi memiliki tiga peran penting bagi sebuah organisasi :

1. Mendukung proses dan operasi bisnis

2. Mendukung pengambilan keputusan. Sebuah sistem informasi dapat membantu manajer dan pelaku bisnis untuk membuat keputusan yang lebih baik.

3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif. Mendapatkan kelebihan strategis atas para pesaing melalui penggunan sistem informasi.

Menurut (Kimble, 2010) terdapat beberapa tipe sistem informasi menurut hirarkinya dama sebuah organisasi, yaitu :

1. Transaction processing systems (TPS)

Sistem terkomputerisasi yang menjalankan dan menyimpan transaksi rutin sehari-hari untuk menjalankan bisnis. Sistem ini bekerja pada level operasional. Input pada level ini adalah transaksi dan kejadian. Proses dalam sistem ini meliputi pengurutan data, melihat data, memperbaharui data. Sedangkan outputnya adalah laporan yang detail, daftar lengkap dan ringkasan. Usersnya Operations Personnel. Contoh: Accounts Payable.

2. Management Information System (MIS)

(11)

8

Sedangkan outputnya adalah Summary Reports. Yang menjadi users adalah Manager Tingkat Menengah. Contoh: Pembiayaan Tahunan /Laporan Keuangan Bulanan / Tahunan Management Information Systems

3. Decision-support systems (DSS)

Sistem informasi di management-level sebuah organisasi yang mengkombinasikan data dan model analitis yang rumit untuk mendukung pengambilan keputusan yang terstruktur dan semi terstruktur. Input pada level ini adalah data dengan volume yang rendah. Proses dalam sistem ini adalah Interactive. Sedangkan outputnya adalah Decision Analysis. Usersnya adalah Professionals, Staff. Contoh : Contract Cost Analysis

4. Executive Information System (EIS)

Sistem informasi ini bersifat strategis dan digunakan untuk membantu para eksekutif dan manjer senior menganalisa lingkungan di mana organisasi beroperasi, mengindintifikasi tren jangka panjang, dan merencanakan program yang tepat.

2.2. Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen diidentifikasikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi para pengguna yang akan memecahkan masalah, baik itu manajer maupun kalangan professional dalam mengambil keputusan guna memecahkan masalah organisasi (Mcleod, Reymond, George, and Schell, 2009)

Pengambilan keputusan oleh manajer untuk memecahkan masalah ketika meraka melaksanakan fungsi-fungsi dan memainkan peran tertentu. Mcleod menyatakan bahwa para manajer melakukan sepuluh peran utama manajerial yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga katagori utama yaitu : interpersonal, informasional, dan keputusan.

Informasi yang diberikan oleh SIM menjelaskan kepada manajer perusahan atau salah satu sistem utamanya dilihat dari apa yang telah terjadi di masa lalu apa yang sedang terjadi, dan apa yang kemungkinan akan terjadi di masa depan. SIM akan menghasilkan informasi tersebut melalui penggunaan dua jenis perangkat lunak:

1. Perangkat lunak pembuat laporan yang menghasilkan laporan berkala maupun laporan khusus.

2. Model matematis menghasilkan informasi sebagai hasil dari suatu simulasi atas operasi perusahaan.

(12)

9

penyampaian informasi menjadi penting. Akurasi data dan ketepatan waktu mempengaruhi kualitas dan ketepatan pengambilan keputusan dan kebijakan oleh manajer.

2.3. Software Development Life Cycle (SDLC)

Menurut (Dennis, Wixom, & Tegarden, 2015) SDLC adalah proses dalam memahami bagaimana suatu sistem informasi dapt mendukung kebutuhan bisnis, menggambarkan sistem, membangunnya dan menyerahkan kepada pengguna. Tahapan-tahapan yang ada pada SDLC menurut mereka adalah sebagai berikut :

2.3.1. Planning

Fase perencanaan adalah proses fundamental dalam memahami kenapa suatu sistem informasi harus dibangun dan menentukan bagaimana tim proyek akan menunu pembangunan sistem informasi. Fase ini memiliki dua langkah yakni :

1. Nilai bisnis dari sistem infromasi terhadap organisasi diidentifikasi dilakukan pada saat inisiasi proyek. Pada fase ini dilakukan analisis kelayakan yang akan menentukan aspek kunci dari proyek yang akan diajukan.

2. Pada saat proyek disetujui, maka proses manajemen proyek dimulai. Deliverable dari manajemen proyek adalah project plan

2.3.2. Analysis

Fase ini akan menjawab pertanyaan tentang siapa yang akan menggunakan sistem, apa yang akan dilakukan sistem, serta kapan dan dimana sistem akan digunakan. Pada fase ini tim proyek akan menyelidiki sistem yang digunakan saat ini, peluang untuk perbaikan dan mengembangkan konsep untuk sistem yang baru. Terdapat tiga tahapan dalam fase ini, yaitu :

1. Strategi analisis dikembangkan untuk membimbing tim proyek untuk untuk menganalisa sistem yang ada saat ini (as-is system) beserta permasalahnnya dan cara merencang sistem baru (to-be system)

2. Langkah berikutnya adalah pengumpulan kebutuhan (missalnya : melalui wawancara atau kuesioner) untuk mengembangkan konsep sistem yang baru yang akan digunakan sebagai sebagai dasar untuk mengembangkan sebuah set model yang mewakili data dan proses yang diperlukan untuk mendukung proses bisnis.

(13)

10 2.3.3. Design

Pada fase ini memutuskan bagaimana sistem akan beroperasi, dalam hal perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur jaringan; antarmuka pengguna, bentuk dan laporan-laporan, program-program khusus, basis data, dan file yang akan diperlukan. Meskipun sebagian besar keputusan-keputusan strategis tentang sistem yang dibuat dalam

pengembangan konsep sistem selama fase analisis, langkah-langkah dalam tahap desain menentukan persis bagaimana sistem akan beroperasi. Tahap desain memiliki empat langkah :

1. Strategi desain yang pertama kali dikembangkan. Menjelaskan apakah sistem akan dikembangkan oleh programer perusahaan, apakah sistem akan outsourcing ke perusahaan lain (biasanya firma konsultasi), atau apakah perusahaan akan membeli paket perangkat lunak yang sudah ada.

2. Langkah ini mengarah pada pengembangan desain arsitektur dasar untuk sistem, yang menggambarkan perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur jaringan yang akan digunakan. Desain antarmuka menentukan bagaimana pengguna akan bekerja melalui sistem, serta formulir dan laporan yang sistem akan gunakan.

3. Basis data dan spesifikasi file dikembangkan. Langkah ini akan mendefinisikan data apa yang akan disimpan dan dimana mereka akan disimpan.

4. Tim analis mengembangkan desain program, yang mendefinisikan program-program yang harus ditulis dan apa yang akan dikerjakan program secara tepat.

2.3.4. Implementation

Fase akhir pada SDLC adalah tahap implementasi, di mana sistem benar-benar dibangun. Fase ini biasanya paling mendapatkan perhatian, karena untuk sebagian besar sistem fase ini merupakan fase terpanjang dan paling mahal dalam proses pengembangan sistem. Tahap ini memiliki tiga langkah:

1. Langkah pertama adalah Sistem konstruksi. Sistem ini dibangun dan diuji untuk memastikan bahwa sistem melakukan sesuai dengan apa yang dirancang.

(14)

11

3. Tim analis menetapkan rencana dukungan untuk sistem. Rencana ini biasanya termasuk kajian pasca implementasi formal maupun informal serta cara yang sistematis untuk mengidentifikasi perubahan besar dan kecil yang diperlukan sistem.

2.4. Metodologi Pengembangan Sistem

Menurut (Dennis, Wixom, and Tegarden, 2015) Pendekatan yang dapat dilakukan dalam metodologi pengembangan sistem SDLC terdiri dari :

2.4.1. Pengembangan Terstruktur

Metodologi pengembangan sistem disebut pengembangan terstruktur apabila mengadopsi pendekatan langkah demi langkah formal SDLC bergerak secara logis dari satu tahap ke yang berikutnya (setiap tahap harus selesai terlebih dahulu untuk melajutkan ke tahap selanjutnya). Keuntungan menggunakan metodologi ini requirement harus didefinisikan lebih mendalam sebelum proses coding dilakukan. Kekurangan menggunakan metodologi ini adalah sedikit kemungkinan untuk dilakukan perubahan pada saat proyek berlangsung. Ada dua model yang termasuk dalam metode pengembangan terstruktur, yaitu Waterfall development dan parallel development, perbedaan dari kedua model tersebut adalah jika

parallel development memungkinkan beberapa tahap dilakukan secara bersama-sama untuk mempersingkat waktu. Untuk lebih jelasnya perbedaan antara kedua model tersebut dapt dilihat pada gambar 2.3 dan gambar 2.4

(15)

12

Gambar 2.4 Model Parallel Development

2.4.2. Rapid Application Development (RAD)

Metodologi berbasis RAD berusaha untuk mengatasi kedua kelemahan dari metodologi desain terstruktur dengan menyesuaikan fase SDLC untuk mendapatkan beberapa bagian dari sistem yang dikembangkan dengan cepat dan ke dalam tangan pengguna. Dengan cara ini, pengguna dapat lebih memahami sistem dan menyarankan revisi yang membawa sistem lebih dekat kepada apa yang dibutuhkan. Metodologi ini biasanya mensyaratkan beberapa teknik dan alat-alat khusus agar proses bisa cepat, misalnya melakukan sesi joint

application development (JAD), penggunaan alat-alat computer aided software engineering

(CASE:Tools), kode generator dan lain-lain. 1. PhasedDevelopment

(16)

13

Gambar 2.5 Model Phase Development

2. Prototyping

Metodologi ini melakukan analisis, desain dan implementasi secara bersamaan, kemudian dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan review dari pengguna. Prototyping

adalah sebuah sistem dalam fungsi yang sangat minimal.

Gambar 2.6 Model Prototyping Development 3. Throw-away Prototyping

(17)

14

Gambar 2.7 Model Throwaway Prototyping Development

2.4.3. AgileDevelopment

Metodologi ini merupakan metodologi yang paling cepat saat ini dalam pengembangan sebuah sistem informasi. Metodologi ini meringkaskan proses pemodelan dan pembuatan dokumentasi. Pengembangan metodologi ini adalah eXtreme Programming (XP) dan Scrum.

Gambar 2.8 Model Agile Development

2.5. Pemilihan Metode Pengembangan Sistem

Memilih sebuah metodologi bukanlah hal yang mudah dilakukan karena tidak ada satupun metodologi yang bisa dikatakan terbaik. Setiap organisasi biasanya memiliki standarisasi tertentu. Banyak hal yang bisa dijadikan pertinmbangan dalam pemilihan sebuah

metodologi. Menurut (Dennis, Wixom, and Tegarden, 2015) ada beberapa petimbangan dalam pemilihan metodologi yakni :

(18)

15

Ketika kebutuhan pengguna untuk sistem tidak jelas, pada kondisi ini maka metodologi yang tepat untuk digunakan adalah metodologi RAD berbasis prototype dan throwaway prototyping

2. Penguasaan teknologi (familiarity with technology)

Penguasaan teknologi adalah salah satu bagian yang penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan metodologi apa yang akan digunakan, karena dapat menimbulkan

pembengkakan waktu dan biaya.

3. Tingkat kerumitan sistem (system complexity)

Kerumitan sebuah sistem membutuhkan analisis dan desain yang hati-hati. Oleh sebab itu metodologi yang dipandang kurang baik untuk diterapkan pada kondisi tingkat kerumitan sistem yang sangat tinggi adalah metodologi agile dan prototyping.

4. Tingkat kehandalan sistem (system reliability)

Metodologi berbasis prototype umumnya bukan pilihan baik karena metodologi tersebut kurang berhati-hati pada tahap analisis dan desain.

5. Waktu pelaksanaan pengembangan (short time schedules)

RAD cocok di implementasikan jika proyek-proyek dengan jadwal waktu singkat dan membutuhkan kecepatan deliverables.

6. Visibility jadwal pelaksanaan (schedule visibility )

Untuk bergerak dari keputusan-keputusan penting metodologi berbasi RAD paling cocok jika manajer proyek mengenali dan memberikan perhatian lebih baik pada tahapan yang memiliki factor resiko dan ekspetasi yang tinggi.

2.6. Unified Modeling Language

Menurut (Dennis, Wixom, and Tegarden, 2015) Unified Modeling Language (UML) merupakan bahasa standar untuk visualisasi, spesifikasi, konstruksi dan dokumentasi dari artifak sebuah perangkat lunak, dan dapat digunakan untuk semua tahapan dalam proses pengembangan sistem mulai dari analisis, perancangan sampai implementasi.

(19)

16 2.6.1. Use caseDiagram

Diagram use case penting untuk mengorganisasikan dan memodelkan perilaku dari suatu sistem yang dibutuhkan serta diharapkan pengguna. Use case adalah alat bantu untuk membuat pengguna potensial mengatakan sesuatu tentang sistem dari sudut pandangnya. Ide dasarnya adalah bagaimana melibatkan pengguna sistem di tahap awal analisis dan percancangan sistem. Dengan demikian diharapkan akan dibangun suatu sistem yang dibutuhkan oleh pengguna.

Diagram use case menunjukkan tiga aspek dari sitem yaitu : actor, use case dan sistem.

Actor dapat mewakili peran orang, alat atau sistem yang lain ketika berkomunikasi dengan use case. Menurut (Dennis, Wixom and Tegarde, 2015) elemen-elemen use case diagrams sepeti pada tabel2.1

(20)

17 2.6.2. ActivityDiagram

Diagram ini merupakan model analisis yang digunakan untuk menggambarkan sebuah proses aktifitas. Diagram ini dapat dipakai untuk berbagai model proses. Menurut (Dennis, Wixom and Tegarden, 2015), elemen-elemen activity diagram seperti pada tabel2.2

Tabel 2.2 Elemen-elemen Activity diagram

2.6.3. SequenceDiagram

Untuk menggambarkan objek yang ada dalam use case dan message yang berjalan dalam suatu use case digunakan sequence diagram. Diagram ini juga menggambarkan objek dan relasinya termasuk kronologi (urutan) perubahan secara logis setelah menerima sebuah

(21)

18

Tabel 2.3 Elemen-elemen sequence diagram

2.6.4. ClassDiagram

Diagram ini menggambarkan sejumlah class dan hubungan antar class tersebut di dalam sistem, selama perancangan, class diagram digunakan untuk meng-capture struktur class yang membangun sistem. Dua elemen utama dari class diagram adalah class dan

(22)

19

Tabel 2.4 Elemen-elemen class diagram

2.6.5. DeploymentDiagram

(23)

20

Tabel 2.5 Elemen-elemen Deployment Diagram

2.7. Penelitian terdahulu

2.7.1. Systems information modeling : Enabling digital asset management

Penelitian ini dilakukan oleh Peter E.D. Love , Jingyang Zhou , Jane Matthews , Harbin Luo bertujuan untuk mengetahui bahwa penggunaan teknologi baru tanpa didasari dengan keakraban dengan teknologi dasar dapat memperkecil peluang keberhasilan dalam

membangun sistem informasi, bagaimana kesalahan dan kelalaian di identifikasi,

dikatagorikan dan diukur agar dapat memperbesar peluang keberhasilan dalam membangun sebuah sistem informasi

2.7.2. Government knowledge management system analysis : a case study at Badan Kepegawaian Negara

Penelitian ini dilakukan oleh Elin Cahyaningsih , Sofiyanti Indriasari , Pinkie Anggia , Dana Indra Sensuse, Wahyu Catur Wibowo bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebuah

(24)

21 2.8. TheoreticalFramework

Berdasarkan pengidentifikasian masalah, tujuan penelitan, kajian teori dan studi dari penelitian sebelumnya, maka dapat dibangun Theoritical Framewrok penelitan tentang perancangan sistem informasi laporan kegiatan PLKB/PKB di lingkungan BKKBD Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada gambar 2.9

Masalah (kondisi saat ini)

Proses laporan pelaksanaan kegiatan program KKBPK oleh PLKB/PKB

 Proses monitoring dan evaluasi kinerja PLKB/PKB masih bersifat output pelayanan KB bukan pada proses pelaksanaan kegiatan.

 Laporan terbatas pada rekapitulasi hasil kegiatan, tidak pada rincian kegiatan yang dilakukan. Belum adanya sistem informasi PLKB/PKB

 Proses pelaporan masih manual, tingkat kesalahan tinggi.

 Informasi terkait kegiatan dan program disampaikan lambat karena harus mengumpulkan para PLKB/PKB

 Penilaian kinerja PLKB/PKB baru dilakukan atas dasar hasil pelayanan KB, belum pada proses kerja PLKB/PKB dalam melaksanakan program KKBPK.

Konsep SIM Feasibility Analysis

Data PLKB/PKB

(25)

Gambar

Gambar 1.1 Diagram
Gambar 2.3 Model Waterfall Development.
Gambar 2.4 Model Parallel Development
Gambar 2.6 Model Prototyping Development
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena F bukan hipotesis yang hendak kita buktikan maka penelusuran kita lanjutkan ke R-4.. Pada R-4, A adalah fakta sehingga

Berita-berita tentang ibadah haji di SKH Republika dilakukan dengan frekuensi jauh lebih banyak daripada berita yang dimuat di surat kabar lainnya tidak lepas

Kepemimpinan adalah suatu inti kegiatan kelompok, hasil timbal balik, dan hubungan antar pribadi dan sebuah keperibadian yang memliki pengaruh tertentu terhadap orang lain

Banyumas PERAWAT RUANG PERAWATAN 1 9 3 HIDAYATUL MUKAROMAH WONOSOBO 11 JULI 1983 NEMPLAK, RT/RW 014/005 KARANGANYAR, WADASLINTANG, WONOSOBO PERAWAT RUANG PERAWATAN 1 9 4 SEPTI

Berdasarkan keadaaan ini, dalam pembelajaran matematika bagi anak berkebutuhan khusus, diperlukan bahan ajar khusus untuk pelaksanaan pembelajaran matematika, yang

Bagi tenaga kesehatan dokter, Ikatan Dokter Indonesia yang mendapat amanah untuk menyusun standar profesi bagi seluruh anggotanya, dimulai dari standar etik (Kode Etik

mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap skor tingkat kesehatan bank.. umum swasta nasional devisa

Dengan demikian skema SRG yang paling menguntungkan baik bagi pengelola gudang (Koperasi LEMS) ataupun Petani yaitu jika Petani menjual biji kakao fermentasi ke Koperasi LEMS