• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEKSEM GEDHANG PISANG DALAM BAHASA JAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEKSEM GEDHANG PISANG DALAM BAHASA JAWA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

LEKSEM GEDHANG DALAM BAHASA JAWA

untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Deskripsi Bahasa

Diampu oleh Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana,S.U.,M.A

Oleh:

Amanah 14/370991/PSA/7737

ILMU LINGUISTIK

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

▸ Baca selengkapnya: arti cengkir dalam bahasa jawa

(2)

1. Latar Belakang

Manusia berbeda dengan binatang atau makhluk yang lain salah satunya karena memiliki bahasa. Bahasa sangat berfungsi bagi kehidupan manusia yaitu untuk mengidentifikasikan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Ada banyak hal yang ditandai oleh manusia dan itu terjadi sesuai dengan seberapa pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, misalnya leksem pisang dalam bahasa jawa. Leksem pisang dalam bahasa Jawa diantaranya yaitu gedhang raja, gedhang kepok, gedhang tanduk dan sebagainya. Masing – masing leksem tersebut memiliki pembeda sendiri-sendiri. Terkadang tidak semua bahasa memiliki kosa kata benda tersebut. Akan tetapi, ada juga yang memiliki beragam kosa kata dengan satu referensi atau benda yang dituju. Oleh karena itu, sangat penting sekali pemeriksaan kosakata dalam ranah tertentu agar tidak hanya berupa sisa-sisa kebudayaan.

Pisang termasuk kelompok brakahan yaitu tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan yang bukan nasi ( Suhandano, 2004:182). Potensi produksi buah pisang di Indonesia terutama pada daerah Jawa memiliki sebaran buah pisang yang luas dan ditanam dipekarangan maupun ladang serta sebagian sudah ada dalam bentuk perkebunan. Ini juga didukung oleh cuaca atau musim yangmana Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Dalam masyarakat Jawa pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan juga untuk keperluan ritual magis, yaitu sebagai bahan kelengkapan sesaji (Suhandano, 2004:175). Selain itu, pisang dalam bahasa Jawa termasuk dalam taksa kategori generik yang spesifiknya pada kemiripan karakteristik tumbuh-tumbuhan dibawah taksa generik. Sekalipun jumlah tumbuh-tumbuhan yang ada di bawah taksa generik pisang ini cukup banyak, misalnya mirip dalam hal bentuk batang, daun, bunga, dan buahnya. Suhandano (2004) berpendapat bahwa perbedaan antara pisang yang satu dengan pisang yang lain tidak begitu mencolok . Bahkan penutur bahasa Jawa yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak begitu akrab dengan pisang kadang-kadang sulit menemukan perbedaan jenis yang satu dengan yang lainnya.

(3)

suatu bahasa (Kridalaksana, 2008:216). Semantik dibagi menjadi dua yaitu semantik leksikal dan semantik gramatikal . Penelitian ini menggunakan semantik leksikal untuk menyelidiki unsur-unsur kosakata suatu bahasa pada umumnya atau makna yang sesuai dengan referennya . Kemudian menelusuri sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya penamaan leksem pisang dalam bahasa Jawa, karena penamaan terhadap sesuatu benda tidak bersifat arbiter. Ada beberapa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan atau penyebutan terhadap sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia yaitu peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat khas, penemuan dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan dan penamaan baru (Chaer, 2013:44). Selain itu juga menggunakan analisis komponensial untuk membedakan makna yang satu dengan yang lain.

Menurut Wijana dan Rohmadi (2008) analisis komponensial adalah usaha untuk menguraikan komponen-komponen makna yang dimiliki oleh sebuah kata dan membandingkannya dengan komponen-komponen makna yang dimilikinya. Karena Kata atau leksem dalam setiap bahasa itu dapat dikelompokkan dalam kelompok-kelompok tertentu yang maknanya saling berkaitan atau berdekatan karena sama-sama berada dalam satu bidang kegiatan atau keilmuan (Chaer, 2013:110). Sehingga pada penelitian ini akan dijelaskan tentang leksem-leksem pisang dalam bahasa Jawa dengan kajian semantik yang menggunakan medan makna dan komponen makna. Medan makna merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian bidang kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangakat unsur leksikal maknanya yang berhubungan (Kridalaksana, 2008:151). Sedangkan komponen makna setiap kata yang bersama-sama membentuk makna kata .

(4)

tidak dikenal oleh generasi muda pada zaman sekarang. Untuk para Linguis dapat mengetahui latar belakang penamaan khususnya buah pisang dalam bahasa Jawa dan melestarikan kebudayaan Jawa yang memiliki keberagaman leksikon khususnya buah pisang. Manfaat lainnya yaitu bisa membantu untuk referensi pada penyusunan kamus tentang klasifikasi buah-buahan khususnya yaitu pisang dalam bahasa Jawa.

2. Metode Penelitian

Sumber data yang digunakan yaitu sumber tulis maupun lisan. Pada sumber data lisan peneliti langsung wawancara kepada pedagang pisang yang ada di pasar dan juga informan asli orang jawa yang mengetahui tentang leksem pisang dalam bahasa Jawa. Selain itu, penulis juga menggunakan metode introspektif yaitu sebagai penutur asli bahasa Jawa dengan menambahkan leksem pisang pada bahasa Jawa. Sumber data tertulis yaitu berupa buku-buku dan kamus yang relevan dengan leksem pisang dalam bahasa Jawa.

Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini metode cakap yaitu percakapan antara peneliti dengan informan (Mahsun, 2000:68). Sehingga teknik yang digunakan menggunakan teknik cakap semuka karena peneliti melakukan wawancara bebas dengan beberapa orang yang dianggap mengetahui tentang leksem pisang dalam bahasa Jawa. Selain itu, untuk melengkapi data yang diperoleh sebagai hasil wawancara tadi, dilakukan pula pengumpulan data pustaka, sehingga diharapkan data yang diperoleh lebih lengkap sehingga dapat membantu dalam penyusunannya.

Analisis data pada penelitian ini diawali dengan mencatat leksem untuk pisang pada bahasa Jawa. Kemudian mengamati benda yang ditandai dengan leksem sehingga didapatkan beberapa ciri-ciri dari leksem pisang dalam bahasa Jawa. Metode yang digunakan adalah metode padan referensial karena data yang menjadi objek penelitian mengacu pada referen diluar bahasa (Sudaryanto, 1993:13). Kemudian dianalisis dengan menjabarkan makna leksikal dan analisis komponensial. Sehingga dari makna leksikal dapat diketahui apa yang melatarbelakangi penamaannya dan dari analisis komponen makna dapat diketahui ciri pembeda atau unsur apa yang membedakan varian-varian dalam suatu kategori.

Hasil Analisis

(5)

1. Gedhang Ambon

a. Gedhang ambon kuning

Gedhang ambon kuning merupakan pisang yang baunya wangi dan kulitnya berwarna kuning . Pisang ini cocok langsung dimakan tanpa di olah terlebih dahulu karena akan lembek. Apabila sudah masak maka rasanya manis, warna dagingnya agak putih kekuningan dan pulen (empuk dan enak) dan warna kulitnya kuning muda . Pisang jenis ini tidak memiliki biji serta berbentuk lonjong .

b. Gedhang ambon lumut

Gedhang ambon lumut merupakan pisang yang baunya wangi dan warna kulitnya hijau. Pisang ini sangat enak langsung dimakan tanpa perlu diolah terlebih dahulu karena jika digoreng nanti jadinya pisangnya akan lembek. Jika sudah masak rasanya manis, dengan warna daging putih kemerahan serta lunak. Meskipun sudah masak warna kulitnya tetap berwarna hijau dengan bintik-bintik coklat .

c. Gedhang ambon putih

Gedhang ambon putih merupakan pisang yang baunya harum dan warna kulitnya kuning keputih-putihan atau pucat. Ciri-cirinya memiliki bentuk yang lebih panjang daripada pisang ambon lumut. Setelah masak maka warna daging buahnya akan putih kekuningan, warna kulitnya kuning keputih-putihan serta rasa yang agak berbeda daripada jenis pisang ambon yang lain yaitu agak sedikit masam.

2. Gedhang ampyang

Gedhang ampyang memiliki nama lain pisang barangan memiliki ketebalan kulit 0,3 cm dengan ukuran panjangnya 12-15 cm . Setelah masak pisang ini akan berwarna kuning dengan bintik-bintik coklat pada permukaan dan rasanya manis . Sedangkan rasanya manis dengan warna daging kuning kemerahan dan berbentuk lonjong tanpa biji. 3. Gedhang emas

(6)

4. Gedhang kapasari

Gedhang kapasari memiliki sedikit biji, dalam satu buah kurang lebih ada 4-6 biji . Akan tetapi, pisang ini harganya sangat murah dan cepat masaknya. Setelah masak rasanya manis, dengan warna kulit kuning serta diujungnya ada warna hitam dan dagingnya berwarna putih dengan bentuk lonjong tapi agak besar . Pisang ini juga mudah ditemukan di pasar tradisional.

5. Gedhang Kepok

a. Gedhang kepok kuning

Gedhang kepok kuning sangat populer dikalangan masyarakat karena rasanya yang manis setelah masak . Apalagi setelah di olah seperti digoreng sangat enak sekali. Pisang ini dapat di olah menjadi pisang goreng kipas. Bentuk nya pipih atau gepeng sehingga ada yang menyebutnya pisang gepeng. Pisang kepok kuning memiliki kulit yang tebal dan panjangnya sekitar 10-12 cm .

b. Gedhang kepok putih

Gedhang kepok putih juga disebut dengan pisang gepeng karena bentuknya yang pipih. Setelah masak warna kulitnya berubah menjadi kuning dan dagingnya berwarna putih. Akan tetapi pisang ini jarang disukai oleh masyarakat karena rasanya kurang manis. Pisang ini cocok juga dimakan setelah olahan dengan cara digoreng seperti pisang kepok kuning. Gedhang kepok putih sangat sulit dibedakan dengan gedhang kepok kuning karena perbedaan diantara keduanya terletak pada daging buahnya. Jadi, kita sebagai pembeli terkadang sering tertipu, karena kita bisa membedakannya setelah kita merasakannya.

6. Gedhang kidang

Gedhang kidang memiliki warna kulit yang khas sekali yaitu berwarna merah jingga agak ungu. Akan tetapi, buah ini jarang sekali ditemui dipasar . Setelah masak warna daging buahnya putih kekuningan dengan rasa manisnya yang pas banget di lidah dengan bentuknya yang lonjong dan tidak berbiji. Akan tetapi, menurut masyarakat Jawa orang yang sedang hamil tidak boleh makan pisang ini karena membuat ibu menjadi lemah atau lemes ketika melahirkan. Pisang ini juga jarang ditemui di pasar-pasar tradisional.

(7)

Gedhang kluthuk memiliki ciri khas berbiji banyak dan sebelum masak bisa dibuat campuran rujak, khususnya yaitu rujak cingur. Fungsi dari pisang ini sebagai penetralisir makanan yang berbahan rasa masam dan sambal yang pedas. Selain itu, daunnya banyak dimanfaatkan untuk bungkus karena bentuknya yang lebar. Akan tetapi, pisang ini setelah masak banyak dijauhi masyarakat karena terlalu banyak biji dan agak keras dan tajam. Padahal setelah masak rasanya manis dengan daging buahnya yang berwarna putih kekuningan.

8. Gedhang kulit tipis

Gedhang kulit tipis nama lainnya adalah pisang lampung dinamakan kulit tipis karena memiliki kulit yang tipis seperti gedhang emas. Bentuknya lonjong serta bawahnya lancip. Bentuknya lebih runcing daripada pisang emas. Setelah masak rasanya manis, warna daging buahnya putih kekuningan, warna kulitnya kuning dan tidak ada bijinya. Sangat cocok untuk dimakan langsung tanpa diolah terlebih dahulu.

9. Gedhang Raja a. Gedhang raja asli

Gedhang raja merupakan pisang yang biasa digunakan untuk sesaji bagi budaya jawa. Akan tetapi pisang yang dipilih yang sudah hampir masak serta yang jumlah pisangnya genap (asli, bukan dibuat genap) (Warpani, 2015:23). Pada acara pernikahan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja. Pisang ini sangat cocok dimakan langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Setelah masak rasanya sangat manis, warna daging buahnya kuning kemerahan, warna kulitnya kuning ada bintik coklat dan tidak ada bijinya.

b. Gedhang raja nangka

Gedhang raja nangka setelah masak memiliki rasa masam manis mirip seperti rasa buah nangka. Setelah masak warna kulitnya tetap berwarna hijau dan warna daging buahnya putih serta agak keras. Pisang ini memiliki kulit yang tebal dan termasuk pisang yang berukuran panjang. Bentuknya lonjong lancip bawah dan tidak memiliki bijinya. Jadi, pisang ini enak dimakan tanpa di olah terlebih dahulu.

(8)

Gedhang susu nama lainnya yaitu raja sereh. Rasanya sangat khas sekali yaitu manis dengan sepat-sepat sedikit. Cocok sekali untuk dimakan langsung tanpa diolah. Setelah masak warna kulitnya kuning kecoklatan dengan bintik coklat kehitaman dan warna daging buahnya putih. Pisang ini berbentuk lonjong serta diujungnya terdapat seperti tangkai yang berwarna hitam dan tidak memiliki biji. Akan tetapi, bagi yang tidak menyukai rasa masam dan sepat maka jarang menyukai pisang jenis ini.

11. Gedhang tanduk

Gedhang tanduk memiliki nama lain yaitu gedhang byar. Untuk ukuran pisang, termasuk pisang yang paling panjang. Cocok sekali dimakan setelah olahan yaitu dengan digoreng. Pisang ini memiliki bentuk lonjong yang menyerupai tanduk dan tidak memiliki biji. Setelah masak rasanya manis, warna kulitnya kuning kemerahan ada bintik coklat dan warna dagingnya kuning kemerahan.

12. Gedhang uter

Gedhang uter merupakan pisang yang terkadang buahnya ada bijinya dan terkadang tidak ada. Ciri-cirinya memiliki ketebalan kulit 0,3 cm dan panjangnya 9-12 cm, setelah masak rasanya manis, kulitnya berwarna kuning dan dagingnya berwarna putih kekuningan. Pisang ini berbentuk lonjong dan tengahnya agak besar sehingga terlihat berisi sehingga akan terlihat bulat.

Analisis semantis leksem-leksem pisang dalam bahasa Jawa

Pada penelitian ini tentang leksem pisang dalam bahasa Jawa dengan menggunakan analisis semantik. Analisis semantik dalam penelitian ini menguraikan makna leksikal leksem-leksem pisang dalam bahasa Jawa dengan komponen makna. Leksem-leksem-leksem pisang dalam bahasa Jawa memiliki makna dan unsur yang berbeda-beda , sehingga untuk mengetahui makna dan unsur-unsurnya, data dianalisis menggunakan analisis komponensial. Analisis komponen yang meliputi komponen-komponen pembentuk leksem-leksem dalam bahasa Jawa yaitu tebal kulit, panjang, warna kulit dan daging buah setelah masak, rasanya setelah masak, memiliki biji atau tidak, bentuk dan rujukan. Komponen-komponen tersebut digunakan untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat pada leksem pisang dalam bahasa Jawa.

(9)

yang melatarbelakangi terjadinya penamaan leksem pisang dalam bahasa Jawa yaitu sebagai berikut:

A. Penyebutan sifat khas.

Penamaan leksem pisang dalam bahasa Jawa yang dilatarbelakangi oleh penyebutan sifat khas dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe yaitu :

a. Berdasarkan aroma dan warna kulit .

1. Gedhang ambon kuning

Gedhang ambon kuning merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi karena aroma dan warna kulitnya . Gedhang ambon kuning dapat dianalisis sebagai berikut : gedhang termasuk kelompok tumbuhan yang tidak berasal pari atau makanan yang dapat mengenyangkan yang bukan nasi. Ambon merupakan sesuatu yang berbau-bau atau bau-bauan . Kuning merupakan sebuah kata sifat yang menunjukkan warna. Menurut peneliti, penamaan leksem gedhang ambon kuning pada nama pisang dimaksudkan pisang yang baunya wangi dan warna kulitnya setelah masak berwarna kuning muda .

Gedhang ambon kuning memiliki ketebalan kulit 0,4 cm dan panjangnya 15-20 cm . Apabila sudah masak maka rasanya manis, warna dagingnya agak putih kekuningan warna kulitnya kuning muda . Uraian di atas dapat dibuat tabel sebagai berikut :

Tabel 1

Analisis Komponen Makna Gedhang Ambon Kuning

Pokok Diferensiasi

(10)

Ukuran 15-20 cm

Rasa Manis

Warna kulit Kuning muda

Warna daging Agak putih kekuningan dan pulen (empuk dan enak).

Biji Tidak ada

Bentuk Lonjong

2. Gedhang ambon putih

Gedhang ambon putih merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi karena aroma dan warna kulitnya. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut : gedhang termasuk kelompok tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan yang bukan nasi. Ambon merupakan sesuatu yang berbau-bau, putih sebuah kata sifat yang menunjukkan arti warna. Menurut peneliti, penamaan dengan gedhang ambon putih menunjukkan kalau pisang ini berbau wangi dan warna kulitnya kuning pucat.

Pisang ambon putih memiliki ketebalan kulit 0,4 cm dan panjangnya 17-23 cm . Setelah masak memiliki warna daging putih kekuningan, warna kulitnya kuning keputih-putihan serta rasanya agak berbeda daripada jenis pisang ambon yang lain yaitu agak sedikit masam. Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2

Analisis komponen makna Gedhang ambon putih

Pokok Diferensiasi

Gedhang Ambon putih Ketebalan kulit 0,4 cm

Ukuran 17-23 cm

Rasa Manis sedikit masam

Warna kulit Kuning keputih-putihan

(11)

Biji Tidak ada

Bentuk Lonjong tapi lebih besar dari gedhang ambon lumut

b. Berdasarkan bentuk dan warna daging buah. 1. Gedhang kepok kuning

Gedhang kepok kuning merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi karena bentuk dan warna dagingnya. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang termasuk kelompok tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan selain nasi. Kepok yaitu bungkusan ketan, bertepuk tangan maksudnya bentuknya pipih atau gepeng. Kuning merupakan kata yang menunjukkan arti warna. Menurut peneliti , penamaan gedhang kepok kuning merupakan pisang yang berbentuk pipih dan kuning menunjukkan warna daging buahnya.

Gedhang kepok kuning memiliki rasa yang manis setelah masak . Bentuknya yang pipih atau gepeng sehingga ada yang menyebutnya pisang gepeng. Pisang kapok kuning memiliki tebal kuli 0,4 cm dan panjangnya 10-12 cm . Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3

Analisis komponen makna Gedhang kepok kuning

Pokok Diferensiasi

Gedhang kepok kuning Ketebalan kulit 0,4 cm

Ukuran 10-12 cm

Rasa Manis

Warna kulit Kuning

Warna daging Putih kekuningan.

Biji Tidak ada biji

(12)

2. Gedhang kepok putih

Gedhang kepok putih merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi karena bentuk dan warna dagingnya. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang termasuk kelompok tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan selain nasi. Kepok yaitu bungkusan ketan, bertepuk tangan maksudnya bentuknya menjadi pipih atau gepeng. Putih merupakan kata yang menunjukkan arti warna. Jadi menurut peneliti gedhang kepok putih merupakan pisang yang berbentuk pipih dan putih menunjukkan warna daging buahnya karena kuning keputih-putihan.

Gedhang kepok putih juga disebut dengan pisang gepeng karena bentuknya yang pipih. Ketebalan kulitnya 0,4 cm dan panjangnya 10-12 cm. Setelah masak warna kulitnya berubah menjadi kuning dan dagingnya berwarna putih. Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4

Analisis komponen makna Gedhang kepok putih

Pokok Diferensiasi

Gedhang kepok putih Ketebalan kulit 0,4 cm

Ukuran 10-12 cm

Rasa Manis

Warna kulit Kuning

Warna daging Putih

Biji Tidak ada biji

Bentuk Pipih

(13)

1. Gedhang kluthuk.

Gedhang kluthuk merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi karena memiliki sifat yang khas yaitu banyak biji. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut : gedhang termasuk kelompok tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan yang bukan nasi. Kluthuk merupakan kata yang melekat juga pada beberapa buah lagi yaitu jambu kluthuk dalam bahasa Jawa yang memiliki ciri banyak biji. Jadi , penamaan gedhang kluthuk merupakan pisang yang memiliki banyak biji karena kluthuk artinya pisang biji dalam kamus bausastra Jawa-Indonesia (Prawiroatmojo, 1957: 258).

Gedhang kluthuk memiliki ciri khas berbiji banyak dan sebelum masak bisa dibuat campuran rujak. Selain itu, daunnya banyak digunakan untuk bungkus karena lebar sekali. Pisang kluthuk memilki ketebalan kulit 0,3 cm dan panjangnya 9-12 cm. Setelah masak rasanya manis dengan daging buahnya berwarna putih kekuningan dan kulitnya berwarna kuning. Pisang ini memilki bentuk pipih dan berbentuk segi empat. Uraian diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Analisis komponen makna Gedhang kluthuk

Pokok Diferensiasi

Gedhang kluthuk Ketebalan kulit 0,3 cm

Ukuran 9-12 cm

Rasa Manis

Warna kulit Kuning

Warna daging Putih kekuningan

Biji Ada banyak

Bentuk Pipih berbentuk segi empat

(14)

Gedhang kulit tipis merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi karena ketebalan kulitnya. Gedhang kulit tipis merupakan pisang yang memiliki kulit tipis. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang termasuk kelompok tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan yang bukan nasi. Kulit merupakan pembungkus diluar. Tipis merupakan sedikit antara permukaan yang satu dengan yang lain. Jadi menurut peneliti, gedhang kulit tipis merupakan pisang yang memiliki kulit tipis sehingga dinamakan pisang kulit tipis.

Gedhang kulit tipis memiliki ciri-ciri ketebalan kulit 0,2 cm dan panjangnya 9 cm. Bentuknya lonjong serta bawahnya lancip. Setelah masak rasanya manis, warna daging buahnya putih kekuningan, warna kulitnya kuning dan tidak ada bijinya. Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 6

Analisis komponen makna Gedhang kulit tipis

Pokok Diferensiasi

Gedhang kulit tipis Ketebalan kulit 0,2 cm

Ukuran 9 cm

Rasa Manis

Warna kulit Kuning

Warna daging Putih kekuningan

Biji Tidak ada biji

Bentuk Lonjong bawahnya lancip

B. Keserupaan

Penamaan leksem pisang dalam bahasa Jawa yang dilatarbelakangi oleh keserupaan dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe yaitu :

(15)

Gedhang ambon lumut merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi warna kulitnya seperti lumut. Gedhang ambon lumut dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang termasuk kelompok tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan yang bukan nasi. Ambon merupakan sesuatu yang berbau , lumut merupakan tumbuhan hijau atau kuning kecil-kecil yang banyak tumbuh dan berkelompok membentuk hamparan menyerupai beludu atau batu, kayu, tanah atau tembok yang lembab. Menurut peneliti, gedhang ambon lumut merupakan pisang yang berbau wangi dan warna kulitnya hijau yang mirip dengan warna lumut. Jadi, penamaan pada pisang ini menggunakan nama lumut untuk mendeskripsikan warna kulit buahnya. Karena warna buahnya mirip atau serupa dengan warna lumut.

Gedhang ambon lumut memiliki ciri-ciri dengan ketebalan kulit 0,3 cm dan panjang 15-20 cm. Jika sudah masak rasanya manis, dengan warna daging putih kemerahan serta lunak dan warna kulitnya hijau lumut dengan bintik-bintik coklat . jenis pisang ini tidak ada bijinya dengan bentuk lonjong . Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 7

Analisis komponen makna Gedhang ambon lumut

Pokok Diferensiasi

Gedhang Ambon lumut Ketebalan kulit 0,3 cm

Ukuran 15-20 cm

Rasa Manis

Warna kulit Hijau lumut dengan bintik bintik.

Warna daging Putih kemerah-merahan dan lunak

Biji Tidak ada

Bentuk Lonjong.

(16)

Gedhang emas merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi karena warna kulitnya seperti emas. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang termasuk kelompok tumbuhan yang tidak berasal pari atau makanan yang dapat mengenyangkan yang bukan nasi. Emas merupakan logam mulia berwarna kuning yang dapat ditempa dan dibentuk. Menurut peneliti, penamaan leksem gedhang emas menunjukkan warna dari kulitnya seperti emas. Jadi, menggunakan kata emas untuk mendeskripsikan warna kulitnya.

Gedhang emas memiliki tebal kulit 0,2 cm. Setelah masak rasanya sangat manis dengan warna kulitnya kuning cerah atau keemasan. Daging buahnya lunak dan berwarna kuning terang serta tidak berbiji. Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 8

Analisis komponen makna gedhang emas

Pokok Diferensiasi

Gedhang emas Ketebalan kulit 0,2 cm

Ukuran 8-12 cm

Rasa Sangat manis

Warna kulit Kuning cerah .

Warna daging Kuning terang dan lunak

Biji Tidak ada

Bentuk Lonjong bawah tumpul

b. Berdasarkan rasa buah. 1. Gedhang ampyang

(17)

makanan ampyang. Sehingga penamaan pisang ini menggunakan kata ampyang untuk mendeskripsikan rasanya.

Gedhang ampyang memilki ketebalan kulit 0,3 cm dengan ukuran panjangnya 12-15 cm . Setelah masak pisang ini akan berwarna kuning dengan bintik-bintik coklat pada permukaan dan rasanya manis . Sedangkan rasanya manis dengan warna daging kuning kemerahan dan berbentuk lonjong tanpa biji. Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 9

Analisis komponen makna Gedhang ampyang

Pokok Diferensiasi

Gedhang ampyang Ketebalan kulit 0,3 cm

Ukuran 12-15 cm

Rasa Manis

Warna kulit Kuning dengan bintik coklat pada permukaan

Warna daging Kuning kemerahan

Biji Tidak ada

Bentuk Lonjong

2. Gedhang raja nangka

(18)

karena pisang ini rasanya seperti nangka. Sehingga, gedhang raja nangka merupakan pisang yang memiliki rasanya yang mirip buah nangka.

Gedhang raja nangka memiliki ciri warna kulitnya hijau dan warna daging buahnya putih serta agak keras setelah masak. Pisang ini memiliki ketebalan 0,4 cm, panjang 24-28 cm, bentuknya lonjong lancip bawah dan tidak ada bijinya. Uraian diatas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10

Analisis komponen makna Gedhang raja nangka

Pokok Diferensiasi

Gedhang raja nangka Ketebalan kulit 0,4 cm.

Ukuran 24-28.

Rasa Asam manis

Warna kulit Hijau.

Warna daging Putih dan agak keras.

Biji Tidak ada

Bentuk Lonjong lancip bawah

3. Gedhang susu

Gedhang susu merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi rasanya seperti rasa susu. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang merupakan tumubuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan tetapi bukan nasi. susu merupakan suatu cairan yang rasanya manis.. Jadi , penamaan gedhang susu merupakan pisang yang rasanya seperti susu . Karena komposisi antara susu dan pisang sangat mirip sekali yaitu komposisi susu: kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalium, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1 , dan vitamin C sedangkan komposisi pisang sama kecuali kalori dan vitamin B1.

(19)

daging buahnya putih dan rasanya agak masam. Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 11

Analisis komponen makna Gedhang susu

Pokok Diferensiasi

Gedhang susu Ketebalan kulit 0,3 cm

Ukuran 10-15 cm

Rasa Manis ada rasa sepat.

Warna kulit Kuning kecoklatan dengan bintik coklat kehitaman.

Warna daging Putih

Biji Tidak ada

Bentuk Lonjong di ujung terhadap hitam seperti tangkai

c. Berdasarkan sifat kekhasan 1. Gedhang kidang

Gedhang kidang merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi karena warna kulitnya mirip kidang. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut : gedhang termasuk tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan tapi bukan nasi. Kidang merupakan binatang menyusui sebangsa rusa kecil, cepat larinya dan bertanduk kecil warnanya coklatnya agak mencolok. Jadi, penamaan gedhang kidang menggunakan kidang karena sifat kekhasannya sama yaitu untuk menujukkan bahwa warna kulitnya itu mencolok daripada yang lain.

(20)

warna daging buahnya putih kekuningan dengan rasa manisnya yang pas banget di lidah. Bentuknya lonjong dan tidak berbiji. Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 12

Analisis komponen makna Gedhang kidang

Pokok Diferensiasi

Gedhang kidang Ketebalan kulit 0,4 cm

Ukuran 8-12 cm

Rasa Manis

Warna kulit Merah jingga agak unggu

Warna daging Putih kekuningan.

Biji Tidak ada biji

Bentuk Lonjong

2. Gedhang raja.

Gedhang raja merupakan leksem pisang yang penamaannya dilatarbelakangi dari manfaat buahnya seperti raja. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang merupakan tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan tetapi bukan nasi. raja merupakan pemimpin suatu kerajaan, menurut orang Jawa raja yaitu kedudukan yang tertinggi dan multifungsi. Jadi , penamaan ini menggunakan kata raja karena dalam adat Jawa gedhang raja selain dimanfaatkan sebagai makanan atau buah juga digunakan untuk sesaji. Sehingga leksem ini menggunakan kata raja karena manfaat dari gedhang raja seperti seorang raja.

Gedhang raja ciri-cirinya memiliki ketebalan kulit 0,3 cm, panjangnya 12-18 cm dan bentuknya lonjong agak melengkung dengan bagian pangkal bulat. Setelah masak rasanya sangat manis, warna daging buahnya kuning kemerahan, warna kulitnya kuning ada bintik coklat dan tidak ada bijinya. Uraian diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 13

(21)

Pokok Diferensiasi

Gedhang raja Ketebalan kulit 0,3 cm.

Ukuran 12-18 cm.

Rasa Manis

Warna kulit Kuning ada bintik coklat

Warna daging Kuning kemerahan

Biji Tidak ada biji

Bentuk Lonjong melengkung bagian pangkal tumpul.

d. Berdasarkan bentuk. 1. Gedhang tanduk .

Gedhang tanduk merupakan penamaannya dilatarbelakangi bentuknya yang mirip dengan tanduk. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang merupakan tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan tetapi bukan nasi. Tanduk merupakan cula dua yang tumbuh diatas kepala ( kambing, kerbau) dan bentuknya melengkung. Jadi, gedhang tanduk merupakan pisang yang memiliki ukuran panjang dan bentuknya seperti tanduk.

Gedhang tanduk memiliki dengan ketebalan kulit 0,5 cm dan panjangnya 25-30 cm. Pisang ini memilki bentuk lonjong yang menyerupai tanduk dan tidak memilki biji. Setelah masak rasanya manis, warna kulitnya kuning kemerahan ada bintik coklat dan warna dagingnya kuning kemerahan. Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 14

Analisis komponen makna Gedhang tanduk

Pokok Diferensiasi

(22)

Ukuran 25-30 cm

Rasa Manis

Warna kulit Kuning kemerahan dengan ada bintik coklat.

Warna daging Kuning

Biji Tidak ada

Bentuk Lonjong menyerupai tanduk

2. Gedhang uter

Gedhang uter merupakan penamaan yang dilatarbelakangi bentuk seperti arti dari kata uter . Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang merupakan tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan tetapi bukan nasi. Uter merupakan kata kerja arttinya (di-) diiris (digunting) berbentuk bulat (daun pisang). Jadi , gedhang uter memiliki bentuk seperti uter. Sehingga dalam penamaannya menggunakan kata kerja uter untuk mendeskripsikan bentuk buah pisang uter.

Gedhang uter memiliki ketebalan kulit 0,3 cm dan panjangnya 9-12 cm, setelah masak rasanya manis, kulitnya berwarna kuning dan dagingnya berwarna putih kekuningan. Pisang ini berbentuk lonjong dan tengahnya agak besar serta tidak memilki biji. Uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 15

Analisis komponen makna Gedhang uter

Pokok Diferensiasi

Gedhang uter Ketebalan kulit 0,3 cm.

Ukuran 9-12 cm.

Rasa Manis.

Warna kulit Kuning.

(23)

Biji Tidak ada biji

Bentuk Lonjong tengah besar.

C. Tempat Asal

Penamaan leksem pisang dalam bahasa Jawa yang dilatarbelakangi oleh tempat asal yaitu:

1. Gedhang kapasari

Gedhang Kapasari merupakan penamaan yang dilatarbelakangi karena tempat asal. Pisang ini dapat dianalisis sebagai berikut: gedhang merupakan tumbuhan yang tidak berasal dari pari atau makanan yang dapat mengenyangkan tetapi bukan nasi. kapasari merupakan suatu nama kota di Surabaya. Jadi gedhang kapasari merupakan pisang yang banyak tumbuh di kota Kapasari, sehingga penamaannya menggunakan nama kota yaitu kapasari

Gedhang kapasari memiliki sedikit biji, dalam satu buah kurang lebih ada 4-6 biji. Setelah masak rasanya manis, dengan warna kulit kuning diujungnya ada warna hitam dan dagingnya berwarna putih dengan bentuk lonjong tapi agak besar . uraian diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 16

Analisis komponen makna Gedhang kapasari

Pokok Diferensiasi

Gedhang kapasari Ketebalan kulit 0,3 cm

Ukuran 10-15 cm

(24)

Warna kulit Kuning di ujungnya ada warna hitam

Warna daging Putih

Biji Ada biji 5-6 per buah

Bentuk Lonjong tumpul diujung

Kesimpulan

Dari hasil penelitian diatas ada dua kesimpulan yaitu pertama leksem-leksem pisang dalam bahasa Jawa yaitu sebagai berikut: (1) Gedhang Ambon jenisnya: gedhang ambon kuning, gedhang ambon lumut, dan gedhang ambon putih, (2) Gedhang Ampyang (3) Gedhang Kepok : gedhang kepok kuning dan gedhang kepok putih, (4) Gedhang Kidang, (5) Gedhang Kapasari, (6) Gedhang Kluthuk (7) Gedhang Uter, (8) Gedhang Emas (9) Gedhang Kulit Tipis, (10) Gedhang Raja jenisnya: gedhang raja asli dan gedhang raja nangka (11) Gedhang Susu (12) Gedhang Tanduk .

(25)

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dalimartha, Setiawan dan Felix Andrian. 2014. Fakta Ilmiah Buah dan Sayur. Jakarta: Penebar Plus.

Gatot, Murniatmo. 1980. Risalah Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Balai Peneletian Sejarah dan Budaya.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

(26)

Prawiroatmojo. 1957. Bausastra Jawa- Indonesia . Surabaya: Gunung Agung.

Ullmann, Stephen. 2011. Pengantar Semantik (diadaptasi oleh Sumarsono). Yoryakarta: Pustaka Pelajar.

Sudaryanto. 1993. Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Suhandano, 2004. Klasifikasi Tumbuh-Tumbuhan dalam bahasa jawa: Sebuah kajian Linguistik Antropologis. Disertasi UGM : 2004.

Sunarjono, Hendro. 2013. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suyanti, Sulusi Prabawati dan Dondy A.Styabud. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang . Balai Besar Penelitian dan Pengembanagan Pascapanen , Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (Online) http://staff.unila.ac.id/bungdarwin/files/2014/06/ok-teknologi-pascapanen-pisang.pdf. Diakses pada tanggal 09 maret 2015.

Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta. 2002. Kamus Bahasa Jawa. Yogyakarta: Penerbit Konisius (Anggota IKAPI).

Warpani, Suwardjoko Proboainagoro. 2015. Makna Tata Cara dan Perlengkapan Pengantin Adat Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.

Wibowo, Emiliana Sadilah dan Ani Rostiyati. 1990/1991. Sistem Pengetahuan Tradisional Masyarakat Jawa (Studi tentang Simbolisme dan Pengetahuan Flora Fauna). Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

(27)

LAMPIRAN

No. leksem pisang Ciri-ciri Gambar

1. Gedhang ambon kuning

a.Ketebalan kulit : 0,4 cm b.Ukuran : 15-20 cm c.Rasa : Manis

d.Warna kulit : Kuning muda

e.Warna daging : Agak putih kekuningan dan pulen (empuk dan enak)

f.Biji : Tidak ada biji g.Bentuk : Lonjong. 2. Gedhang ambon

lumut

a.Ketebalan kulit : 0,3 cm b.Ukuran : 15-20 cm c.Rasa : Manis

d.Warna kulit : Hijau lumut dengan bintik-bintik.

(28)

f.Biji : Tidak ada biji g.Bentuk : Lonjong.

3. Gedhang ambon putih

a.Ketebalan kulit : 0,4 cm b.Ukuran : 17-23 cm

c.Rasa : Manis sedikit masam. d.Warna kulit : kuning pucat.

e.Warna daging : putih kekuningan. f.Biji : Tidak ada biji g.Bentuk : Lonjong tapi lebih besar dari gedhang ambon lumut. 4. Gedhang ampyang a.Ketebalan kulit : 0,3 cm

b.Ukuran : 12-15 cm c.Rasa : Manis.

d.Warna kulit : kuning dengan bintik-bintik coklat pada permukaan.

e.Warna daging : kuning kemerahan. f.Biji : Tidak ada biji g.Bentuk : Lonjong

No. Leksem pisang Ciri-ciri Gambar

5. Gedhang emas a.Ketebalan kulit : 0,2 cm b.Ukuran : 8-12 cm c.Rasa : Sangat manis. d.Warna kulit : kuning cerah atau keemasan.

e.Warna daging : kuning terang dan lunak.

f.Biji : Tidak ada biji g.Bentuk : Lonjong bawah tumpul

6. Gedhang kapasari a.Ketebalan kulit : 0,3 cm b.Ukuran : 10-15 cm c.Rasa : Manis.

d.Warna kulit : kuning diujungnya ada warna hitam.

(29)

f.Biji : Ada biji tapi sedikit

a.Ketebalan kulit : 0,4 cm b.Ukuran : 10-12 cm

c.Rasa : Lebih manis dari pisang kepok putih.

d.Warna kulit : kuning

e.Warna daging : putih kekuningan f.Biji : Tidak ada biji. g.Bentuk : Pipih

8. Gedhang kepok putih.

a.Ketebalan kulit : 0,4 cm b.Ukuran : 10-12 cm

9. Gedhang kidang a.Ketebalan kulit : 0,4 cm b.Ukuran : 8-12 cm c.Rasa : Manis.

d.Warna kulit : Merah jingga agak unggu.

e.Warna daging : Putih kekuningan. f.Biji : Tidak ada biji g.Bentuk : Lonjong 10. Gedhang kluthuk a.Ketebalan kulit : 0,3 cm

b.Ukuran : 9-12 cm c.Rasa : Manis. d.Warna kulit : Kuning.

(30)

11. Gedhang kulit tipis

a.Ketebalan kulit : 0,2 cm b.Ukuran : 9 cm c.Rasa : Manis.

d.Warna kulit : Kuning keputih-putihan.

e.Warna daging : Putih kekuningan. f.Biji : Tidak ada biji.

g.Bentuk : Lonjong bawah lancip. 12. Gedhang raja a.Ketebalan kulit : 0,3 cm

b.Ukuran : 12-18 cm

a.Ketebalan kulit : 0,4 cm b.Ukuran : 24-28 cm

c.Rasa : Manis sedikit masam. d.Warna kulit : Hijau.

e.Warna daging : Putih dan agak keras. f.Biji : Tidak ada biji

g.Bentuk : Lonjong lancip bawah.

(31)

terhadap hitam seperti tangkai.

15. Gedhang tanduk a.Ketebalan kulit : 0,5 cm b.Ukuran : 25-30 cm c.Rasa : Manis.

d.Warna kulit : Kuning kemerahan ada bintik coklat.

e.Warna daging : Kuning. f.Biji : Tidak ada biji

g.Bentuk : Lonjong menyerupai tanduk.

16. Gedhang uter a.Ketebalan kulit : 0,3 cm b.Ukuran : 9-12 cm c.Rasa : Manis. d.Warna kulit : Kuning.

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

nilai OR 6,1 dengan 95%CI= 1,2– 31,2(lower limit di atas 1) sehingga secara statistik dukungan suami tentang kontrasepsi terdapat hubungan sebagai faktor risiko

Berdasarkan data yang kami peroleh saat praktikum Ilmu Produksi Aneka ternak di  peternakan Love Bird milik Bpk.. Winarno di

PENDOKUMENTASIAN KEGIATAN

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 40 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu pada Badan Koordinasi

© 2020 PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) | #Jagainfrastruktur #Indonesiamaju 15 Pendampingan Tahap Penyiapan dan Transaksi Penjaminan Proyek KPBU Syariah 1 2. PERAN

Hasil penelitian menunjukkan cadangan karbon di atas permukaan tanah di hutan Bukit Tangah Pulau termasuk dalam kategori tinggi dengan jumlah 63572,85 ton, dan jumlah serapan CO 2

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PERIPHERAL SLIT MENGGUNAKAN METODE ARRAY 1x4 UNTUK APLIKASI RADAR MARITIM FREKUENSI 3,2 GHZ.. (M. Zulfadli, Indra Surjati,

Untuk Kecamatan Kedung, Welahan, Pecangaan, Pakis Aji, dan Kalinyamatan memiliki kemiripan yang paling banyak sehingga mereka membentuk satu klaster, sedangkan