Praktek Perencanaan Pesisir Page i KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Allah Yang maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan dokumen tugas mata kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir III yang berjudul “Laporan Pendahuluan Zonasi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Tulungagung” dengan lancar. Selama proses penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan optimal. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan ini yaitu:
1. Bapak Putu Gede Ariastita ST.MT. dan Ibu Dian Rahmawati, ST.MT., sebagai
dosen mata kuliah Praktek Perencanaan Pesisir yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu yang sangat bermanfaat,
2. Instansi pemerintah dan masyarakat Tulungagung yang telah membantu
memberikan segala informasi terkait data pengerjaan penyelesaian laporan ini,
3. Orang tua yang selalu memberikan motivasi,
4. Teman-teman PWK 2013 yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan laporan ini,
5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian laporan
ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu
Sekian, semoga laporan ini dapat bermanfaat secara luas bagi perkembangan
wilayah perencanaan serta rekomendasi ke depannya. Penulis menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Surabaya, 22 Februari 2016
Praktek Perencanaan Pesisir Page ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI ... ii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran ... 2
1.3. Ruang Lingkup ... 4
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 4
1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan ... 5
1.4. Sistematika Pelaporan ... 6
BAB II ... 8
KAJIAN KEBIJAKAN DAN KAJIAN LITERATUR... 8
2.1. Tinjauan Terhadap RZWP3K Provinsi Jawa Timur ... 8
2.1.1. Issu Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur ... 8
2.1.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur ... 16
2.2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penetapan Ruang Wilayah Kabupaten Tulungagung Tahun 2012 – 2032 ... 18
2.3. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Pesisir dan Kepulauan ... 23
2.4. Konsep Teoritis ... 24
2.4.1. Konsep Perencanaan Ruang ... 24
2.4.2. Pengertian Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ( RZWP-3-K) ... 27
2.4.3. Pengertian Kawasan Pesisir dan Batasan Wilayah Pesisir... 27
BAB III ... 34
GAMBARAN UMUM WILAYAH PESISIR KABUPATEN TULUNGAGUNG ... 34
3.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Perencanaan ... 34
3.2. Kondisi Fisik Dasar ... 35
Praktek Perencanaan Pesisir Page iii
3.2.2. Klimatologi ... 35
3.2.3. Geologi... 35
3.2.4. Hidrologi ... 35
3.2.5. Kebencanaan... 35
3.3. Batimetri dan Terestrial ... 36
3.4. Kondisi Oseanorafi Fisika... 36
3.3.1. Gelombang, Pasang Surut dan Arus ... 36
3.3.2. Kondisi Suhu, Angin, dan Salinitas ... 38
3.5. Penggunaan Lahan ... 38
3.6. Ekosistem... 42
3.7. Pemanfaatan Wilayah Laut ... 44
3.6.1 Sumber Daya Ikan ... 44
3.6.2 Sumber Daya Energi dan Pertambangan... 46
3.8. Kependudukan ... 47
3.6.1 Jumlah dan Kepadatan Jumlah Penduduk ... 47
3.8.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48
3.8.3 Rasio Usia Produktif ... 48
3.9. Karakteristik Ekonomi ... 49
3.9.1 PDRB ... 49
3.9.2 Wilayah Domestik dan Regional ... 49
3.9.3 Sektor-Sektor Perekonomian kab Tulungagung ... 49
3.10 Karakteristik Sarana dan Prasarana Wilayah ... 53
3.10.1 Sarana dan Prasarana Pelabuhan/Perikanan ... 53
3.10.2 Transportasi ... 53
3.10.3 Air Bersih ... 54
3.10.3 Listrik ... 54
3.10.4 Komunikasi ... 54
3.10.5 Sanitasi ... 54
BAB IV ... 57
METODE PENDEKATAN ... 57
Praktek Perencanaan Pesisir Page iv
4.1.1. Metode Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... 57
4.1.2 Kerangka Pikir Substansi ... 59
4.2 Metode Inventarisasi Data ... 60
4.2.1 Metode Inventarisasi Data Fisik Dasar ... 60
4.2.2 Metode Inventarisasi Data Oseanografi Fisika ... 61
4.2.3 Metode Inventarisasi Data Penggunaan Lahan ... 62
4.2.4 Metode Inventarisasi Data Ekosistem Pesisir ... 63
4.2.5 Metode Inventarisasi Data Pemanfaatan Wilayah Laut ... 64
4.2.6 Metode Inventarisasi Data Sosial Demografi ... 65
4.2.7 Metode Inventarisasi Data Karakteristik Ekonomi... 66
4.2.8 Metode Inventarisasi Data Infrastruktur ... 66
4.3 Teknik dan Analisis Data ... 68
BAB V ... 70
MANAJEMEN KEGIATAN ... 70
5.1. Struktur dan Organisasi Pelaksanaan Kegiatan ... 70
5.2. Uraian Penugasan Tenaga Ahli ... 72
5.3. Rencana Kegiatan ... 73
5.3.1 Persiapan Pekerjaan ... 74
5.3.2 Pengumpulan Data, Fakta, dan Informasi ... 74
5.3.3 Penyusunan Fakta Dan Analisa ... 74
5.3.4 Penyusunan Rancangan Rencana ... 75
5.4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 77
5.5. Kewajiban Konsultasi ... 79
BAB VI ... 80
Praktek Perencanaan Pesisir Page 1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan
dimana batasnya dapat didefinisikan baik dalam konteks struktur administrasi
pemerintah maupun secara ekologis. Sebagai negara kepulauan, laut dan wilayah
pesisir memiliki nilai strategis dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif
yang dimilikinya sehingga berpotensi menjadi primemover pengembangan wilayah nasional. Bahkan secara historis menunjukkan bahwa wilayah pesisir ini telah berfungsi
sebagai pusat kegiatan masyarakat karena berbagai keunggulan fisik dan geografis
yang dimilikinya. Agar pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir dapat terselenggara
secara optimal, diperlukan upaya penataan ruang sebagai salah satu bentuk intervensi
kebijakan dan penanganan khusus dari pemerintah dengan memperhatikan
kepentingan stakeholders lainnya. Selain itu, implementasi penataan ruang perlu
didukung oleh program-program sektoral baik yang terselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat, termasuk dunia usaha.
Sesuai dengan UU Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 1 Tahun 2014, terdapat 3 (tiga) struktur yang menyusun pengelolaan
pesisir dan pulau-pulau kecil, yakni perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan dan
pengendalian. Struktur perencanaan memuat perencanaan yang bersifat spasial
(keruangan) yaitu Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
selanjutnya disebut RZWP-3-K. Pada pasal 7 ayat (3) disebutkan bahwa “Pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP-3-K) sesuai dengan kewenangan masing-masing”. RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 407, bahwa “Segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan daerah wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada undang-undang ini”, sehingga kewenangan pengelolaan laut 0-12 mil sepenuhnya berada di provinsi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.PER.30/MEN/2010 tentang Perencanaan Pengelolaan WP-3-K, Pemerintah Daerah
Praktek Perencanaan Pesisir Page 2 Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZBWP-3-K), dan dapat menyusun Rencana Zonasi Rinci
pada zona tertentu.
Dalam rangka memberikan acuan bagi semua pihak terkait dalam penyusunan
rencana zonasi WP-3-K Provinsi, baik untuk kalangan pemerintah, swasta, maupun
masyarakat pada umumnya, maka perlu disusun pedoman penyusunan Rencana
Zonasi WP-3-K Provinsi. Hingga saat ini wilayah pesisir Tulungagung belum
dimanfaatkan secara optimal. Sumberdaya laut belum berperan sebagai komoditi dan
aset ekonomi yang berfungsi dan kemampuannya perlu dilestarikan untuk
keberlanjutan proses produksi. Pemanfaatan sumberdaya laut terkadang tidak dilakukan secara bijaksana dan kurang memperhatikan kaedah-kaedah pelestarian
lingkungan. Berkaitan dengan amanah UU No. 27 Tahun 2007 dan pentingnya
dokumen perencanaan pengelolaan wilayah pesisir sebagai dasar untuk pemanfaatan
wilayah pesisir Kabupaten Tulungagung menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Desa Tulungagung untuk mendukung terciptanya penataan ruang
laut dan pesisir secara serasi, seimbang dan berkelanjutan.
Melihat urgensitas dan pentingnya penyusunan dokumen rencana zonasi
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kabuoaten Tulungagung maka untuk mengembangkan Pulau Tulungagung dengan mengedepankan seluruh potensi yang
dimiliki perlu dibuat suatu perencanaan yang lebih optimal. Dengan melakukan
pemanfaatan yang menyeluruh dan terintegrasi (komperehensif) dapat menciptakan
Kabupaten Tulungagung yang mandiri.
1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan Penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung adalah :
1. Menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kabupaten Tulungagung
sebagaimana amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(PWP3K) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014.
2. Menyerasikan perencanaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Praktek Perencanaan Pesisir Page 3 3. Menyusun rencana implementasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir
Kabupaten Tulungagung;
4. Menyusun rencana monitoring pengendalian ruang wilayah pesisir
Kabupaten Tulungagung.
1.3.2 Sasaran Penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung adalah :
1. Terwujudnya Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kabupaten Tulungagung
yang berkelanjutan.
2.
Terwujudnya keterpaduan/integrasi perencanaan tata ruang wilayahpesisir dan wilayah darat secara harmonis, selaras dan seimbang.
3.
Terciptanya kelestarian lingkungan hidup wilayah pesisir dan laut dalamsatu kesatuan perencanaan secara terpadu.
1.3.3 Fungsi Penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung adalah :
1.
Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan Rencana PembangunanJangka Menengah Daerah (RPJMD)
2.
Sebagai acuan dalam penyusunan RPWP-3-K dan RAPWP-3-K3.
Sebagai instrumen penataan ruang di perairan laut wilayah pesisir, danpulau-pulau kecil
4.
Memberikan kekuatan hukum terhadap alokasi ruang di perairan lautwilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil
5.
Untuk memberikan rekomendasi dalam pemberian perizinan di perairanlaut wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil
6.
Sebagai acuan dalam rujukan konflik di perairan laut wilayah pesisir, danpulau-pulau kecil
7.
Sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang di perairan laut wilayah pesisir,dan pulau-pulau kecil
Praktek Perencanaan Pesisir Page 4 1.3.4 Manfaat Penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung adalah :
1.
Memfasilitasi akselerasi pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir danpulau-pulau kecil
2.
Mengidentifikasi daerah-daerah yang sesuai untuk dimanfaatkan3.
Mendorong pemanfaatan ruang dan sumberdaya pesisir dan pulau-pulaukecil yang efisien
4.
Mengurangi kemungkinan dampak negatif dari pemanfaatan sumberdayapesisir dan pulaupulau kecil
5.
Mengidentifikasi daerah-daerah yang penting secara ekologi dankelangsungan kehidupan habitat pesisir dan pulau-pulau kecil dan
mengurangi konflik dengan pemanfaatan ekonomi
6.
Menjamin dan memastikan alokasi ruang untuk keanekaragaman hayatidan konservasi alam
7.
Mendorong kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalampembangunan melalui keterlibatan dalam proses perencanaan
8.
Melindungi ruang yang secara turun-temurun dimanfaatkan untukkepentingan sosial budaya masyarakat seperti untuk upacara adat, wilayah ulayat, wilayah suci laut
9.
Mengurangi konflik pemanfaatan ruang baik antara pemanfaatan yangtidak kompatibel maupun konflik antara pemanfaatan manusia dan
kelestarian lingkungan alam
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah kegiatan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(RZWP3K) Kabupaten Tulungagung, meliputi seluruh kawasan pesisir Kabupaten
Tulungagung yang meliputi empat kecamatan yaitu wilayah Kecamatan Besuki,
Kecamatan Pucanglaban, Kecamatan Tangunggunung, dan Kecamatan Kalidawir
Praktek Perencanaan Pesisir Page 5 pada garis lintang 113,92 – 114,08 LS dan garis bujur 7,04 – 7,12 BT dengan batas-batas fisik seperti diperlihatkan pada peta terlampir. Sedangkan batas – batas wilayah kawasan studi adalah sebagai berikut:
Utara : Kec. Bandung, Kec. Campurdarat, Kec. Boyolangu, Kec.
Selojeneng, Kec. Ngunut, Kec. Rejotangan Barat : Kabupaten Trenggalek
Selatan : Samudera Hindia Timur : Kabupaten Blitar
1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan penyusunan RZWP3K Kabupaten Tulungagung meliputi:
1. Studi awal tentang kebijakan dan strategi pengembangan Kabupaten Tukungagung terutama RTRW Kabupaten Tulungagung yang telah disusun
2. Pertemuan awal yang diadakan dalam rangka pembahasan konsep RZWP3K
3. Penyusunan konsep integrasi RTRW Kabupaten Tulungagung dengan konsep RZWP3K yang disusun
4. Penyusunan katalog data yang dibutuhkan dalam penyusunan RZWP3K
5. Pengumpulan data, meliputi :
Inventarisasi data sekunder potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
Pengolaan data sekunder berupa peta
Indentifikasi data sekunder oseanografi termasuk pola arus, batimetri dan teresterial
Indentifikasi data sekunder kondisi ekosistem seperti trumbu karan, padang lamun dan mangrove
Identifikasi data sekunder sosial ekonomi dan budaya
Interpretasi dan pengolahan hasil interpretasi citra pada daerah studi
Survey lapangan pada wilayah perencanaan yang digunakan untuk pencarian data primer
Melakukan pemetaan terhadap kondisi eksisting, potensi dan isu
permasalahan yang ada pada peta (berdasarkan hasil interpretasi citra dan ground check) dengan skala 1 : 50.000
Praktek Perencanaan Pesisir Page 6 Analisis hasil interpretasi Citra.
Analisis kebijakan pemanfaatan ruang yang ada
Analisis potensi dan pola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan.
Analisis kesesuaian lahan dan kesesuaian perairan
Analisis kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tulungagung, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.
Analisis mitigasi bencana di wilayah perencanaan
7. Penetuan tujuan pengelolaan untuk paket – paket sumberdaya 8. Penyusunan draft rencana zonasi, meliputi :
Penyusunan struktur ruang.
Rencana kawasan konservasi
Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum
Rencana Kawasan Strategis
Arahan Pemanfaatan Ruang
9. Pertemuan dalam rangka pembahasaan daft rencana zonasi RZWP3K Kabupaten Tulungagung
10.Penyusunan laporan
1.4. Sistematika Pelaporan
Pembahasan pada Laporan Pendahuluan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung ini
disusun berdasarkan tatanan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang penyusunan laporan pendahuluan sebagai awal dari
tahap pelaporan dalam rangka penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup, serta sistematika pelaporan.
Praktek Perencanaan Pesisir Page 7 Bab ini mengeksplorasi beberapa tinjauan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung, teori,
konsep, serta kebijakan perencanaan kawasan peisisr terkait wilayah studi Kabupaten
Tulungagung Tulungagung.
BAB III Gambaran Umum Wilayah
Bab ini mendiskripsikan secara umum kondisi wilayah Pulau Tulungagung, potensi dan
permasalahan yang terjadi serta isu stategis di kawasan perencanaan.
BAB IV Metodologi
Bab ini memuat metode inventarisasi data dan metode analisis melalui analytical tools,
serta output yang diharapkan.
BAB V Manajemen Kegiatan
Bab ini berisi tentang rencana kegiatan yang direncanakan, jadwal pelaksanaan
kegiatan dan organisasi pelaksana kegiatan, rumusan tugas, serta tanggung jawab
tenaga ahli.
BAB VI Lampiran
Praktek Perencanaan Pesisir Page 8 BAB II
KAJIAN KEBIJAKAN DAN KAJIAN LITERATUR
2.1. Tinjauan Terhadap RZWP3K Provinsi Jawa Timur
2.1.1. Issu Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur
Di wilayah pesisir merupakan area yang juga memiliki potensi untuk terjadinya
bencana alam maupun bencana non alam yang biasanya diakibatkan karena proses
yang berkesinambungan terhadap dampak dari tindakan manusia dalam memperlakukan lingkungan. Bencana seharusnya dapat dihindari sedini mungkin
dalam upaya mitigasi bencana.Bencana merupakan serangkaian peristiwa yang
mengancam atau mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.Maka dalam kemungkinan terjadinya bencana, perlu
mitigasi yang merupakan serangkaian upaya untuk mengurang resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Pemahaman karakteristik bencana yang akan mengancam ini perlu diketahui
oleh aparatur pemerintah dan masyarakat terutama yang tinggal di wilayah yang
rawan bencana, karena ini bagian dari suatu upaya mitigasi karena dengan
pengenalan karakteristik tersebut, kita dapat memahami perilaku dari ancaman
sehingga dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan dalam mengatasinya atau
paling tidak mengurangi kemungkinan dampak yang ditimbulkannya.
A. RTRW Provinsi Jawa Timur
Isu strategis wilayah meliputi :
- Isu kemampuan lahan/carrying capacity dan isu konversi lahan - Isu kesenjangan ekonomi, sarana dan prasarana, SDM
- Isu bencana alam dan kerentanan
- Isu bencana lumpur LAPINDO dan implikasi sosial ekonomi
- Isu konversi hutan lindung dan lahan sawah pertanian terutama yang
Praktek Perencanaan Pesisir Page 9 - Isu kurang terintegrasinya sektor-sektor pertanian, serta antara sistem
produksi, koleksi, dan distribusi sehingga belum optimal pengembangan dan
peningkatan nilai tambah produksi sektor pertanian
- Isu globalisasi, urbanisasi, dan pertumbuhan perkotaan yang mengarah
kepada urban sprawl dan megacities terutama di kota-kota utama di Jatim
- Isu ketahanan pangan
- Isu pengembangan potensi-potensi infrastruktur strategis seperti
infrastruktur transportasi, infrastruktur energi dan telekomunikasi, seperti
Suramadu, pengembangan pelabuhan di Tuban, Lamongan, Gresik, hingga Situbondo, pengembangan sumber-sumber energi alternatif dan
pengolahannya.
B. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Isu strategis wilayah, meliputi :
Integrasi Penataan Ruang
Adapun isu – isu yang terkait dengan penataan ruang antara lain :
1. Banyak terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang walaupun
ada peraturan perundangannya;
2. Belum ada rencana tata ruang khusus wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Jawa Timiur termasuk kabupaten/kota
3. Pendirian bangunan dan/atau kegiatan lain di sempadan pantai
menyebabkan kerusakan hutan mangrove di jalur hijau (green belt). kerusakan terumbu karang (coral reef) karena pengeboman dan/atau bahan kimia beracun (potasium sianida)
4. Aktivitas maupun jumlah orang yang ingin memanfaatkan sumberdaya
wilayah pesisir makin meningkat,
5. Terjadi tumpang tindih pengelolaan dan pemanfaatan pesisir antar sektor, sesuai kepentingan masing-masing (konflik kewenangan);
6. Terjadi perubahan karakter pola permukiman akibat berkembangnya aktifitas
sosial ekonomi masyarakat
7. Pembangunan pola permukiman berkembang secara sporadik dan kurang
terencana;
8. Terdapat pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang tidak sesuai
Praktek Perencanaan Pesisir Page 10 9. Estetika pantai hilang karena pola pembangunan yang membelakangi pantai
serta adanya pembangunan di sempadan pantai.
Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim Global
Secara umum isu-isu yang berkaitan dengan mitigasi bencana antara lain :
1. Masyarakat belum memahami mitigasi bencana beserta langkah lanjut yang
harus dilakukan;
2. Bencana tsunami, gelombang besar, pemanasan global terjadi secara
tiba-tiba dan tidak bisa diprediksi;
3. Banjir rob berakibat kehilangan lahan akibat kenaikan paras air laut;
4. Bangunan pantai yang tidak terencana dengan baik, penambangan material
pantai, penebangan hutan bakau
5. Kerentanan masyarakat lebih tinggi dampak keterbatasan sarana prasarana;
6. Pemasangan tanda bahaya secara dini (early warning system) terbatas jumlahnya; kalau sudah dipasang rentan hilang;
Pemanfaatan Pulau Kecil dan Pulau Terluar
Provinsi Jawa Timur mempunyai sekitar 445 pulau kecil yaitu di Kabupaten :
Pacitan (31), Tulungagung (19), Blitar (28), Malang (100), Situbondo (5), Sumenep (121), Gresik (13), Sampang (1), Trenggalek (57), Sidoarjo (4),
Banyuwangi (15), Jember (50), Probolinggo (1), dan Bangkalan (1). Sebanyak
lebih kurang 20% berpenghuni, sedangkan sisanya yaitu 80% merupakan pulau
yang tidak berpenghuni. Diantara pulau-pulau tersebut terdapat 3 (tiga) pulau
berada di perbatasan Australia yakni P.Panekan dan P.Sekel (Kab.Trenggalek),
dan P.Nusa Barong (Kab.Jember).
Secara umum isu-isu berkaitan dengan pulau-pulau kecil dan pulau terluar antara
lain :
Pulau kecil sebagian besar tidak berpenghuni, biasanya memiliki sumberdaya
perikanan laut bernilai ekonomis dini
Pulau kecil menawarkan berbagai keindahan bawah laut Pulau kecil letak dan geografis kauh dan terisolir
Transportasi dan perhubungan merupakan salah satu faktor yang sulit
sehingga pengawasan dan pengamanan menjadi kendala
Letak pulau kecil terpencil menjadi sarang bagi kegiatan illegal yang dapat
Praktek Perencanaan Pesisir Page 11 Perlu investasi besar untuk pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya
Pengembangan Transportasi Laut
Keterhubungan antar wilayah pesisir masih kurang, terutama untuk menjangkau
pulau-pulau kecil.Kondisi ini menyebabkan masih sulitnya menjangkau ke wilayah
tersebut.Kesulitan ini tentunya menghambat pengembangan ekonomi maupun
pelayanan sarana dan prasarana wilayah.Kondisi ini tentunya perlu diatasi
dengan pengembangan pelabuhan pelabuhan perintis yang menghubungkan
antar pulau-pulau kecil tersebut.
Dari sisi prasarana kondisi transportasi laut di Jawa Timur belum optimal.Kapal yang melayani transportasi laut di Jawa Timur kondisinya relatif sudah
tua.Kondisi ini menyebabkan belum optimalnya pelayanan transportasi laut. Di
samping itu, infrastruktur penunjang, seperti pelabuhan dan dermaga di
bebarapa tempat masih belum optimal untuk memberikan pelayanan transportasi
laut.
Reklamasi Pantai yang Berdampak Kerusakan Pada Lingkungan
Adapun isu-isu yang berkembang dalam kaitan dengan reklamasi antara lain: 1. Sering menimbulkan konflik dengan masyarakat adat/masyarakat lokal karena
mereka merasa dirugikan
2. Menutup akses dan kegiatan masyarakat dalam menjalankan usaha
pemanfaatan sumberdaya
3. Menimbulkan perubahan fisik lingkungan yang menyebabkan menurunnya
ekosistem maupun potensi sumberdaya pesisir
4. Menggunakan bahan dasar pasir laut dan/atau terumbu/batu karang
berdampak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem.
Pencemaran dan Konservasi Sumberdaya Hayati
Rusaknya ekosistem pesisir dan laut mengakibatkan penurunan potensi ikan, hal ini dapat dilihat khususnya di Selat Madura, ruang ikan berada di luar peraiarn
selat, sedangkan di pesisir potensinya sudah sangat berkurang. Kerusak
ekosistem tersebut akibat ulah manusia melakukan kegiatan/usaha, seperti
pengurugan, pengambilan ikan dengan peledak, jaring bondet, pukat harimau
atau trawl mini, buangan limbah, dan sebagainya.
Secara umum isu-isu berkaitan dengan kerusakan dan pencemaran lingkungan
Praktek Perencanaan Pesisir Page 12 1. Kurang ketatnya pengawasan limbah oleh instansi terkait
2. Rendahnya kepedulian masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sampah dan
kebersihan lingkungan
3. Buangan minyak kotor dari kapal ikan, nelayan, dsb
4. Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) dan hutan di daratan meningkatkan
terjadinya erosi dan sedimentasi yang dapat mengancam ekosistem di laut
5. Semakin berkurangnya hutan bakau di wilayah pesisir;
9. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan
ekosistem mangrove sebagai kawasan yang kaya akan sumberdaya alam 10.Kurangnya pembinaan dan kerjasama antar seluruh stakeholder dalam
menjaga dan memperbaiki ekosistem mangrove
11.Terjadinya penurunan kualitas air laut akibat aktivitas industri, pelabuhan,
penambangan dan limbah rumah tangga
12.Peningkatan volume sampah di pantai akibat meningkatnya kegiatan ekonomi
masyarakat
Ekosistem mangrove mengalami degradasi cukup mengkhawatirkan; hutan
mangrove di Jawa Timur 85.000 hektar atau 6,24% luas hutan. Hingga saat ini hutan mangrove yang mengalami kerusakan mencapai 13.000 hektar akibat
tekanan berbagai kepentingan di wilayah pesisir. Pada sisi lain luasan terumbu
karang belum diketahui secara pasti, namun demikian tingkat kerusakannya
mencapai 60% yang disebabkan oleh penangkapan ikan menggunakan potasium
maupun bahan peledak.
Upaya memperbaiki ekosistem mangrove dan terumbu karang tersebut ditempuh
dengan rehabilitasi hutan mangrove di kabupaten/kota yang rusak
parah.Dilakukan penanaman terumbu karang buatan di daerah yang mengalami
kerusakan ekosistem, seperti di perairan pantai Utara dan Selat Madura berupa ban bekas atau keranjang beton.Perbaikan ekosistem mangrove dan terumbu
karang pada prinsipnya berkaitan erat dengan penyediaan habitat baru dalam
ruang laut sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan tempat asuhan ikan,
crustacea dan molusca.
Adapun isu – isu terkait dengan Konservasi Keanekaragaman hayati antara lain : 1. Menurunnya populasi beberapa jenis ikan di perairan laut;
2. Kerusakan hutan mangrove dan terumbu karang;
Praktek Perencanaan Pesisir Page 13 4. Belum ada realisasi penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah
5. Bekum ada penelitian luasan terumbu karang, termasuk tingkat
kerusakannya;
Pengembangan Ekonomi, Wisata Bahari dan Peningkatan
Kesejahteraan
Isu-isu terkait dengan pembangunan ekonomi, wisata bahari dan kesejahteraan
masyarakat wilayah pesisir adalah:
1. Masih ada peluang pengembangan perikanan, meliputi perikanan budidaya,
perikanan tangkap, usaha produktif pengolahan hasil perikanan dan kelautan; 2. Kurangnya pelayanan modal usaha untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat pesisir.
3. Tersedianya sarana dan prasarana lain yang mendukung kegiatan
perekonomian masyarakat;
4. Terdapatnya kawasan pelabuhan perikanan, pelabuhan umum, dan
pelabuhan khusus.
5. Potensi sektor pariwisata bahari di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
6. Peluang pasar hasil sumber daya laut secara nasional dan internasional cukup besar
7. Sumber daya wilayah pesisir dan lepas pantai belum termanfaatkan secara
optimal
8. Potensi sumberdaya alam yang melimpah dan peluang investasi
9. Kawasan pesisir dan pantai belum seluruhnya dikelola oleh Pemerintah
maupun Masyarakat
Isu-isu terkait dengan potensi obyek wisata bahari adalah:
1. Usaha pariwisata bahari belum memberikan nilai ekonomi yang memadai
2. Pengembangan paket wisata bahari belum terpadu
3. Kurang tersedianya fasilitas wisata bahari yang terjangkau masyarakat dan
penyebaran panduan potensi wisata bahari sangat terbatas
4. Sepanjang pantai, pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keindahan dan daya
tarik wisata;
5. Terumbu karang dan hamparan pasir putih di beberapa lokasi merupakan
pesona alam yang perlu dilestarikan
Praktek Perencanaan Pesisir Page 14 7. Menurunnya kualitas pantai, perairan dan terumbu karang yang menjadi
andalan utama untuk pengembangan wisata bahari
8. Masih ada sikap dan perilaku masyarakat kurang mendukung/menerima
kunjungan wisata
9. Adanya penggalian/penambangan di kawasan pesisir yang dapat merusak
ekosistem dan keindahan pantai.
Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya
Wilayah pesisir merupakan salah satu sentra perikanan di Jawa Timur, hal ini
terlihat dari adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di Lamongan dan Prigi di Trenggalek yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pelabuhan
Perikanan Pantai Tamperan di Pacitan, Mayangan di Kota Probolinggo, Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) sebanyak 9 (sembilan) lokasi yang dikelola Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur merupakan pusat pendaratan ikan
dari berbagai daerah di Indonesia.
Demikian pula halnya dengan potensi budidaya tambak luas baku 57.511,64 Ha
dengan luas bersih sekitar 50.137,94 Ha, dan pengolahan hasil perikanan yang
tersebar di wilayah pesisir. Namun demikian dari sisi produksi tampaknya budidaya tambak mengalami penurunan seiring dengan menurunnya kualitas
lingkungan di sekitarnya, khususnya produksi udang. Dengan demikian menjadi
penting terhadap pemilihan komoditi budidaya sesuai dengan kondisi kualitas
lingkungan saat ini.
Adapun isu-isu terkait dengan Kondisi Perikanan Tangkap dan Perikanan
Budidaya adalah ebagai berikut :
1. Perairan Laut Jawa, Selat Madura, dan Selat Bali merupakan wilayah padat
tangkap dan mengalami overfishing (gejala tangkap lebih)
2. Merupakan sentra produksi pengolahan hasil perikanan dalam kerangka pengembangan minapolitan mengingat terbukanya pasar domestik dan sentra
pariwisata di wilayah pesisir
3. Produksi tambak terus mengalami penurunan utamanya jenis komoditi udang
4. Belum berkembangnya budidaya laut di wilayah pesisir utamanya di Madura
Kepulauan
5. Degradasi fisik habitat pesisir
6. Konflik penggunaan ruang dan sumber daya
Praktek Perencanaan Pesisir Page 15 8. Kemiskinan penduduk wilayah pesisir khususnya nelayan dan pembudidaya
ikan tradisional
Pengembangan Kawasan Industri
Pembangunan kawasan-kawasan industri ini lebih banyak dilakukan di wilayah
pesisir, misalnya kawasan industri di Surabaya (SIER), Pasururan (PIER), muapun
yang akan direncanakan seperti di Lamongan (LIS), Tuban, dan Bangkalan.
Selain pengembangan kawasan industri (Industrial estate). Pengelolaan Pertambangan, Minyak dan Gas Bumi
Potensi sumberdaya mineral dan energi Provinsi Jawa Timur cukup besar diantaranya bahan gallian industri, bahan galian bangunan, batu ornament dan
mineral logam.
Pemakaian gas alam sampai saat ini di dominasi industri besar, sumber gas alam
diambil dari daerah Pagerungan, Terang/Sirasun, Muriah, Wunut Sidoarjo, dan
S.Saubi. Hasil penambangan terdiri dari berbagai macam komposisi gas, yakni
metana, etana, propana, butana, serta jenis-jenis gal lain. Sampai dengan tahun
2008 tercatat sebanyak 31 kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS), yang sudah
berproduksi maupun yang masih dalam kegiatan eksplorasi, maupun pembukaan blok-blok baru.
Terdapat banyak sumur tua migas yang saat ini tidak produktif lagi, adapun
sumur-sumur yang telah ditutup dan tidak produktif dibuat sebelum tahun 1970
(sumur-sumur tua) yang jumlahnya sekitar 1.575 sumur, secara administratif
tersebar di Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Mojokerto,
Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, dan Kota Surabaya. Teknologi yang digunakan
untuk ,mengelola sumu tua tersebut dengan teknologi konvensional baik secara
tradisional maupun teknologi tepat guna. Teknologi tradisional dengan
penimbaan tenaga manusia, hewan ternak maupun mesin pengerek.Sedangkan teknologi tepat guna memakai peralatan mesin submersible.
Isu-Isu yang berkaitan dengan pertambangan umum maupun minyak dan gas
bumi adalah sebagai berikut :
1. Belum meratanya hasil pembangunan, kesempatan kerja dan berusaha di
bidang pertambangan;
2. Belum intensifnya upaya meningkatkan nilai tambah hasil tambang;
Praktek Perencanaan Pesisir Page 16 5. Informasi, data potensi dan kegiatan penambangan kurang di update;
6. Bagi hasil minyak dan gas bumi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
kontraktor tidak dilaksanakan secara transparan;
7. Berdasarkan UU No.22 Tahun 2001 tentang Migas, kewenangan bidang migas
berada di pusat, dalam hal ini pemerintah daerah tidak banyak dilibatkan;
8. Pemerintah daerah belum diberi kewenangan pengelolaan sumur tua migas;
9. Keresahan masyarakat sebagai dampak kegiatan eksplorasi maupun produksi
minyak;
10.Penambangan legal maupun ilegal di kawasan pesisir merusak lingkungan 11.Terdapat tambang pasir besi yang depositnya cukup besar ;
Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM)
Rendahnya kualitas SDM di wilayah pesisir tidak hanya terjadi pada masyarakat
pesisir saja, tetapi juga terjadi pada SDM instansi terkait.Secara umum isu-isu
berkaitan dengan rendahnya SDM pesisir adalah :
1. Rendahnya taraf pendidikan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
2. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan,
3. Minimnya Sekolah Menengah Kejuruan bidang Kelautan/Perikanan
4. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga sebagian besar masyarakat tidak mampu melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi.
5. Rendahnya Pengetahuan tentang kebaharian
6. Rendahnya penguasaan teknologi pengelolaan sumberdaya laut
7. Masih kurangnya prioritas pemerintah untuk memacu peningkatan kualitas SDM masyarakat pesisir.
8. Minimnya kegiatan pelatihan berbasis kelautan, perikanan dan pengelolaan pesisir
2.1.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur
A. Rencana Sistem Wilayah Pengembangan
Perwilayahan di Provinsi Jawa Timur direncanakan dalam Wilayah
Pengembangan (WP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman
perkotaan. Perwilayahan Jawa Timur dibagi dalam 8 Wilayah Pengembangan
(WP), sedangkan untuk wilayah pesisir yaitu :
Praktek Perencanaan Pesisir Page 17 Bangkalan, Kabupaten dan Kota Pasuruan, Kabupaten Sampang, Kabupaten
Pamekasan dan Kabupaten Sumenep, dengan pusat pelayanan di Kota
Surabaya.
2. WP Malang Raya, meliputi : Kota dan Kabupaten Malang, Kota Batu, dengan
pusat pelayanan di Kota Malang.
3. WP Kediri dan sekitarnya, meliputi : Kota dan Kabupaten Kediri, Kabupaten
Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung, dengan pusat
pelayanan di Kota Kediri.
4. WP Probolinggo – Lumajang, meliputi : Kota dan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang, dengan pusat pelayanan di Kota Probolinggo.
5. WP Jember dan sekitarnya, meliputi : Kabupaten Jember, Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Situbondo, dengan pusat pelayanan di Perkotaan
Jember.
6. WP Banyuwangi, meliputi : Kabupaten Banyuwangi, dengan pusat pelayanan
di Perkotaan Banyuwangi
B. Sistem Pusat Pelayanan dan Pengembangan Pulau-Pulau Kecil
Rencana pengembangan struktur pusat-pusat pelayanan di Gugus Pulau Kangean dibuat secara hirarki dan ditempatkan secara berjenjang dan terpadu
sesuai skala pelayanannya, yang masing-masing mempunyai keterkaitan
fungsional. Adapun hirarki pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan di
Gugus Pulau Kangean terbagi atas :
1. Pusat Pengembangan Primer atau Pusat Pelayanan Utama, dengan Skala pelayanan kabupaten dan regional. Untuk wilayah pulau-pulau di Kecamatan
Sapekenpusat pengembangannya adalah Sapeken. Sektor yang
dikembangkan: pemerintahan, perikanan tangkap, industri perikanan, pusat
pemasaran produk-produk perikanan, sektor jasa kelautan (pelabuhan penumpang, pelabuhan pendaratan ikan), dan pariwisata.
2. Pusat Pengembangan Sekunder atau Sub Pusat Pelayanan Utama, merupakan pusat pelayanan atau pengembangan sekunder yang dialokasikan tersebar
merata ke setiap pulau dengan skala pelayanan sekunder, yang
pengembangannya disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana
perikanan dan daya dukung sumberdaya pesisir dan laut. Wilayahnya adalah
Praktek Perencanaan Pesisir Page 18 pemasaran produk perikanan, jasa kelautan (pelabuhan penumpang) dan
pariwisata.
3. Pusat Pengembangan Lokal atau Pusat Pelayanan Lingkungan Pemukiman,yaitu merupakan suatu pusat orientasi pelayanan kebutuhan
penduduk yang berada di setiap pulau terutama pulau-pualu yang dihuni
dengan pusat pengembangan Saobi, Tanjung Kiaok, Sakala, dan Pegerungan
Besar. Sektor yang dikembangkan antara lain: perikanan tangkap, perikanan
budidaya, industri perikanan, jasa kelautan (tambatan perahu), dan wisata
bahari.
2.2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penetapan Ruang Wilayah Kabupaten Tulungagung Tahun 2012 – 2032
A. Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tulungagung dirumuskan berdasarkan:
1) Visi dan misi pembangunan wilayah Kabupaten Tulungagung,
2) Karakteristik wilayah kabupaten,
3) Isu strategis, dan
4) Kondisi obyektif yang diinginkan. (1)Visi-Misi Kabupaten Tulungagung
Visi PemerintahKabupaten Tulungagungberdasarkan RPJP Tahun 2005 – 2025 adalah :
“MEWUJUDKAN TULUNGAGUNG YANG SEJAHTERA, MANDIRI DAN BERDAYA SAING”
Sedangkan Misi Pembangunan Kabupaten Tulungagung adalah :
1) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia masyarakat Kabupaten
Tulungagung sehingga berdaya untuk aktif berpartisipasi dalam proses
pembangunan daerah
2) Memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tulungagung secara
merata dan berkeadilan, melalui pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis
agribisnis dan agroindustri.
3) Mewujudkan kemandirian Kabupaten Tulungagung dalam membangun
perekonomian daerah berbasis pengembangan daya saing daerah.
4) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten
Praktek Perencanaan Pesisir Page 19 (2)Karakteristik Kabupaten Tulungagung
Kabupaten Tulungagung terletak pada dua bentang alam yaitu kawasan pantai
selatan dan kawasan pegunungan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka
karakteristik potensi unggulan Kabupaten Tulungagungadalah pertanian, perikanan,
industri, dan pariwisata.
(3)Isu Strategis
Sedangkan isu strategis di Kabupaten Tulungagung adalah sebagai berikut:
Konflik Lahan dimana pengendalian konversi kawasan pertanian beririgasi
teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan. Selain itu juga permukiman penduduk di wilayah yang mempunyai ketinggian antara 25 dpl
-100 dpl cenderung menyebar.
Konservasi hutan dengan pengendalian konversi kawasan hutan lindung
menjadi lahan pertanian.
Konservasi alam dengan Ekowisata: pengembangan potensi wisata alam
dengan tetap memperhatikan pelestarian alam sekitar dan mempertahankan
kawasan Tulungagung sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.
Pengembangan kawasan agrowilis sebagai kawasan agropolitan regional yang
menjadi kawasan strategis propinsi.
Peningkatan aksesbilitas: dengan akan dibangunnya prasarana jalan lintas
selatan yang menghubungkan kawasan jawa bagian selatan, peningkatan
akses serta perbaikan pola jaringan transportasi kabupaten yang tidak
memusat ke wilayah kota kabupaten serta pengembangan lingkar wilis untuk
mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang serta rencana
pengembangan lingkar timur dan lingkat barat.
Rencana strategis pengembangan perkeretaapian meliputi jalur lingkar:
Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng) – Wonokromo – Sidoarjo – Bangil – Lawang – Malang – Blitar – Tulungagung - Kediri – Kertosono – Surabaya dan rencana pengembangan jalur perkeretaapian ganda ditujukan pada jalur-jalur
perkeretaapian Malang – Kepanjen – Blitar – Tulungagung – Kertosono.
Pengembangan energi: terdapat rencana pengembangan sumber energy
mikrohidro, solar cell, maupun biogas dan energi angin perlu diwaspadai agar
daya dukung lahan tetap terjaga dan tidak membahayakan penduduk.
Kerusakan lingkungan: Musim hujan berdampak erosi dan mengakibatkan
Praktek Perencanaan Pesisir Page 20 untuk kegiatan pertanian, erosi akan menurunkan kesuburan tanah,
mengurangi daya serap dan daya simpan air tanah yang berakibat lahan
menjadi kering dan tandus.
Pengembangan industri: pengembangan dan pengendalian secara bertahap
yang didukung dengan pengembangan aksesibilitas.
Pengembangan kawasan pesisir dimana terdapat jalan lintas selatan (JLS).
Namun pengembangan ini mengalami kesulitan dikarenakan wilayah selatan
juga terdapat kawasan lindung dan kawasan karst.
(4)Kondisi Obyektif yang Harapkan
Berdasarkan hasil kegiatan diskusi (FGD), wawancara dari seluruh stakeholders
yang terkait, maka kondisi obyektif yang diinginkan adalah pengembangan
pertanian dan perikanan yang didukung oleh pariwisata dan industri menjadi satu
sektor unggulan yang saling terkait di Kabupaten Tulungagung.
Berdasarkan potensi ruang kabupaten secara umum serta visi dan misi yang telah
ditetapkan di Kabupaten Tulungagung beserta kebijakan diatasnya, maka tujuan
penataan ruang wilayah Kabupaten Tulungagung yang menjadi bahan
pertimbangan adalah:
“Mewujudkan Daerah berbasis agropolitan ditunjang industri, pariwisata, dan berbasis pada potensi lokal berkelanjutan”
B. Kebijakan Penataan Ruang
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang
harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang Wilayah Kabupaten
Tulungagung. Kebijakan penataan ruang Wilayah Kabupaten Tulungagung
berfungsi sebagai :
Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten;
Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten;
Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW
kabupaten; dan
Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
Praktek Perencanaan Pesisir Page 21 Kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam mewujudkan tujuan penataan
ruangnya; dan
Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria :
Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan
penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah kabupaten
bersangkutan;
Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan
pada wilayah kabupaten bersangkutan;
Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
C. Strategi Penataan Ruang
Strategi dari penataan ruang wilayah Kabupaten Tulungagung dapat dijelaskan
sebagai berikut:
(1) Pemantapan kawasan agropolitan mandiri dan ramah lingkungan
dengan strategi meliputi:
a. menetapkan kawasan pengembangan agropolitan;
b. menetapkan sektor unggulan pengembangan agropolitan;
c. mengembangkan infrastruktur pendukung agropolitan; dan
d. mengembangkan sumber daya manusia pada kawasan agropolitan.
(2) Pengembangan industri berdaya saing tinggi dalam menarik investasi
berdasarkan potensi lokal dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan kawasan industri berwawasan lingkungan;
b. mengembangkan dan memberdayakan industri besar, menengah, serta
kecil dan mikro; dan
c. mengembangkan pusat promosi dan pemasaran.
(3) Pengembangan pariwisata secara berkelanjutan dengan strategi
meliputi:
a. mengembangkan pariwisata berbasis ekowisata;
b. mengembangkan prasarana dan sarana pendukung pariwisata; dan
c. mengembangkan kawasan pariwisata unggulan.
Praktek Perencanaan Pesisir Page 22 a. meningkatkan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan;
b. meningkatkan fungsi kawasan perdesaan sebagai pendukung
pengembangan agropolitan dan minapolitan; dan
c. meningkatkan interaksi desa-kota dalam meningkatkan efisiensi
pengembangan agropolitan dan minapolitan.
(5) Pengembangan sistem sarana dan prasarana wilayah dengan strategi
meliputi:
a. mengembangkan sistem transportasi intermoda;
b. meningkatkan jaringan energi dan pelayanan secara interkoneksi;
c. mengembangkan jaringan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan
air baku dan pengairan pertanian;
d. meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan komunikasi; dan
e. mengembangkan sarana prasarana lingkungan permukiman.
(6) Pengendalian secara ketat terhadap pemanfaatan ruang kawasan
lindung dengan strategi meliputi:
a. mempertahankan fungsi kawasan hutan lindung;
b. meningkatkan kualitas kawasan resapan air di wilayah selatan Kabupaten; c. memantapkan kawasan perlindungan setempat;
d. memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan cagar budaya;
e. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana; dan
f. memantapkan kawasan lindung geologi disertai dengan pemantapan
zonasi.
(7) Pengembangan kawasan budidaya sesuai daya tampung dan daya
dukung lingkungan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan kawasan hutan produksi dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan;
b. mengembangkan kawasan hutan rakyat dalam mendukung kearifan lokal;
c. mengamankan lahan pertanian berkelanjutan dan menjaga suplai pangan
nasional;
d. mengembangkan minapolitan untuk meningkatkan produk dan nilai
tambah perikanan;
Praktek Perencanaan Pesisir Page 23 f. meningkatkan kawasan permukiman perkotaan secara sinergis dengan
permukiman perdesaan; dan
g. mengembangkan kawasan pesisir potensial di bagian selatan Kabupaten.
(8) Pengembangan kawasan strategis di wilayah Kabupaten dengan
strategi meliputi:
a. meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan ekonomi
khusus di Kabupaten sebagai salah satu kawasan andalan;
b. meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan strategis
sosial dan budaya;
c. meningkatkan dan memantapkan fungsi kawasan strategis
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara
optimal; dan
d. memantapkan fungsi kawasan strategis perlindungan ekosistem dan
lingkungan hidup.
(9) Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara
dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai
zona penyangga; dan
c. memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
2.3. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Pesisir dan Kepulauan
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Pesisir dan Kepulauan adalah sebagai
berikut :
1. Kebijakan dari tujuan Terciptanya keseimbangan dan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah perkotaan dan perdesaan baik di wilayah daratan dan kepulauan
guna menciptakan kesejahteraan di bidang ekonomi, social dan budaya melalui
pembangunan fisik dan nonfisik dan Terciptanya suatu kawasan yang berjatidiri dan
beridentitas yang berlandaskan pada nilai-nilai agama, budaya dan kearifan lokal
guna mencapai kemajuan yang mandiri, adalah :
a. Optimalisasi pengembangan Kawasan Kepulauan di Kabupaten Tulungagung;
Praktek Perencanaan Pesisir Page 24 2. Kebijakan terciptanya keseimbangan dan pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah perkotaan dan perdesaan baik di wilayah daratan dan kepulauan guna
menciptakan kesejahteraan di bidang ekonomi, social dan budaya melalui
pembangunan fisik dan nonfisik dapat dicapai dengan strategi :
Melakukan optimasi pola ruang Kawasan Kepulauan di Kabupaten Tulungagung
sebagai kawasan permukiman, pelabuhan, pariwisata dan industri perikanan
serta kawasan lindung sehingga tetap terjadi keseimbangan pengembangan
kawasan;
Melindungi ekosistem pesisir yang rentan terhadap perubahan fungsi kawasan;
serta
Peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di Kawasan Kepulauan.
3. Kebijakan terciptanya suatu kawasan yang berjatidiri dan beridentitas yang
berlandaskan pada nilai-nilai agama, budaya dan kearifan lokal guna mencapai
kemajuan yang mandiri dapat dicapai dengan strategi:
Peningkatan pemanfaatan dan pengembangan laut, pesisir dan perikanan darat
serta pariwisata secara terpadu;
Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam memelihara
ekosistem pesisir dan wilayah kepulauan.
Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan
terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan
yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan;
Menjadikan kawasan lindung sebagai obyek wisata dan penelitian ekosistem
pesisir; serta
Menghindari pembukaan areal tambak baru pada hutan mangrove
2.4. Konsep Teoritis
2.4.1. Konsep Perencanaan Ruang
Konsep perencanaan ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Beberapa konsep perencanaan ruang antaranya: a. Comprehensive Planning
Perencanaan komprehensif adalah perencanaan terpadu (integrated) dalam pengertian bahwa perencanaan itu mencakup seluruh aspek penting (esensial)
Praktek Perencanaan Pesisir Page 25 menyeluruh. Selain itu, berfungsi juga sebagai pedoman dalam menguraikan
rencana-rencana yang lebih khusus kearah tujuan yang lebih luas. Perencanaan
komprehensif mengandung konsep keseluruhan yang di susun secara sistemik dan sistematik (Sa’ud & Makmun, 2007:19). Perencanaan ini pada dasarnya menekankan pada kemampuan akal pikiran dalam memecahkan problem-problem
yang berkembang dan terjadi dalam masyarakat. Problema yang ada dipecahkan
melalui pendekatan ilmiah dalam analisisnya sehingga
permasalahan-permasalahan dapat dicarikan solusinya secara cermat serta tidak menimbulkan
permasalahan baru di kemudian hari.
Kelebihan perencanaan ini bersifat ”keahlian”. Karena itu, perencana dituntut memahami perencanaan baik dari sisi teknis maupun filosofis. Pada
umumnya, perencanaan ini dilakukan bersifat perorangan, namun tidak menutup
kemungkinan bersifat kolektif atau kelompok dengan asumsi kepentingan individu
menyesuaikan kepentingan kelompok. Karakter dasar perencanaan bersifat
komprehensif (menyeluruh), yakni mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial,
budaya dan lingkungan, sehingga semua masalah ingin coba diselesaikan.
Kelemahan dalam perencanaan ini biasanya kurang dapat memperhitungkan sumber daya yang tersedia, karena berasumsi bahwa sumber daya dapat dicari
dan diusahakan. Pembuat keputusan dipegang para ahli/perencana, sedangkan
masyarakat hanya diberikan sedikit peran, biasanya hanya dalam bentuk publik
hearing yang sifatnya serimonial. Dalam hal ini, perencana menganggap paling tahu atas segala permasalahan. Di samping itu, perencanaan bersifat
reduksionisme, determenistik dan obyektif sehingga bersifat sektoral. b.Structure Planning
Perencanaan struktur adalah perencanaan yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu struktur yang stabil, cukup kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan.
Suatu struktur disebut stabil bila struktur tersebut tidak mudah terguling, miring
atau tergeser selama umur penataan ruang direncanakan. Suatu struktur disebut
cukup kuat dan mampu layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan struktur dan
kehilangan kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil
dan dalam batas yang dapat diterima. Suatu struktur disebut awet bila struktur
Praktek Perencanaan Pesisir Page 26 mencapai tujuan perencanaan tersebut, perencanaan struktur harus mengikuti
peraturan perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah berupa standarnya. c. Strategic Planning
Perencanaan strategis adalah perencanan dimana masyarakat sebagai
pembuat keputusan, pihak-pihak terkait dibantu para ahli yang bertindak sebagai
fasilitator. Bersifat komprehensif karena semua aspek dikaji tetapi hanya berkaitan
dengan isu strategis, hasil kajiannya bersifat menyeluruh bukan hanya aspek fisik
serta memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Kelemahan perencanaan
strategis terletak pada keterbatasan pengetahuan sumber daya manusia organisasi yang tidak merata sehingga tidak semua memahami visi dan misi
organisasi. Dalam pencermatan lingkungan internal dan eksternal organisasi harus
dilakukan oleh anggota organisasi yang berpengalaman dan mengenal betul
karakter organisasi sehingga mampu mengetahui isu-isu organisasi yang strategis.
Selan itu perencanaan ini termasuk perencanaan jangka panjang, dimana strategi
yang dimaksud sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai pada
masa depan.
d.Continuous Planning
Perencanaan ini adalah perencanaan yang dilakukan secara terus menerus,
berdasarkan pada pemantauan dan evaluasi dari hasil mengamati dan memeriksa
kesesuaian pemanfaatan ruang. Perencanaan yang dilakukan secara menerus ini,
akan membawa pada arah pengembangan untuk aspek yang direncanakan. Setiap
ada kerusakan atau penurunan kualitas dan kuantitas segera terdapat perbaikan,
sehingga sifatnya mencapai dan mempertahankan kualitas dan kuantitas, namun
tetap disesuaikan dengan kebutuhan ruang. e. Consensus Planning
Perencanaan konsensus adalah perencanaan yang mengutamakan adanya partisipasi masyarakat dengan komunikasi yang intersubjektif atau memiliki aspek
kesamaan dan kebersamaan (common and shared). Pada perencanaan ini perencana berperan sebagai negosiator dan fasilitator, dimana kekuasaan sifatnya
tidak terpusat. Untuk pengendalian atau kontrolnya bersifat eksplisit dengan
mengutamakan penekanan pada komunikasi yang logis. Perencanaan ini tidak
menfokuskan pada isu yang utama dimana keefektifannya diambil berdasarkan
Praktek Perencanaan Pesisir Page 27
2.4.2. Pengertian Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ( RZWP-3-K)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1
Tahun 2014 dan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Rencana
Zonasi Bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZBWP-3-K) adalah
pendetailan dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil pada sebagian
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
2.4.3. Pengertian Kawasan Pesisir dan Batasan Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan,
percampuran yang terjadi berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya
daerah yang berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar. Sehingga dari
kondisi yang ada di wilayah pesisir tersebut dapat dijadikan seuatu yang potensial
bagi suatu daerah dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Keberadaan dari wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keragaman
potensi sumber daya alam yang tinggi, dan sangat penting bagi pengembangan
sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan penyangga kedaulatan bangsa, oleh karena itu perlu dikelola secara berkelanjutan dan berwawasaan global, dengan
memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat, dan tata nilai bangsa yang
berdasarkan norma hukum nasional. Hal ini dijelaskan dalam UU. No 26 Tahun 2007.
Garis batas nyata dari wilayah pesisir tidak ada, batas wilayah pesisir hanyalah
berupa garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat.
Menurut UU. No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir, dijelaskan
bahwa batasan wilayah pesisir kearah daratan mencakup wilayah administrasi
daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk perairan dangkal, rawa payau dan laguna.
Perencanaan Kawasan Pesisir
Lahirnya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Praktek Perencanaan Pesisir Page 28 pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait dalam untuk melakukan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu.
Pengelolaan wilayah pantai secara terpadu (Intergrated Coastal Zone
Management) merupakan kunci bagi pemecahan problem dan konflik di wilayah
pantai yang sangat pelik dan kompleks). Keterpaduan di dalam manajemen publik
dapat didefinisikan sebagai penentuan goals dan objektif secara simultan,
melakukan secara bersama-sama pengumpulan informasi, perencanaan dan
analisis secara kolektif, penggunaan secara bersama-sama perangkat/ instrumen
pengelolaan (Djunaedi, 2002).
Integrated Coastal Zone Management (ICZM)
Pengelolaan Kawasan Pesisir secara terintegrasi (Integrated Coastal Zone Managemenent / ICZM), adalah suatu pendekatan yang menyeluruh yang dikenal dalam pengelolaan kawasan pesisir. Beberapa definisi diperkenalkan oleh
beberapa pakar kelautan dan pesisir yang ada di dunia. Salah satu definisi lain
dari ICZM adalah suatu kesatuan system yang terintegrasi yang memiliki
hubungan terhadap tujuan lokal, regional, nasional, dan internasional. ICZM ini
memfokuskan diri kepada interaksi antar berbagai kegiatan dan pengelolaan sumberdaya yang ada di dalam kawasan pesisir dan antar kegiatan-kegiatan yang
berada di suatu kawasan pesisir dengan kegiatan kegiatan yang berada di daerah
lain (OECD, 1993).
ICZM merupakan proses pencapaian tujuan dan sasaran dari pembangunan
berkelanjutan wilayah pesisir, dalam batasan fisik, sosial, dan ekonomi, serta
dalam batasan hukum, lembaga, serta sistem keuangan dan administrasi. ICZM
berfokus pada hubungan antara kegiatan sektoral untuk mencapai tujuan yang
lebih komprehensif (UNEP, 1995) Berikut prinsip-prinsip ICZM:
a. Pendekatan Holistik: Segala macam elemen yang berkaitan dengan hidrologi, geomorfologi, iklim, ekologi, sosial ekonomi, dan sistem budaya
harus diperhitungkan secara terpadu dan holistik. Area laut dan daratan
dalam kawasan pesisir harus dikelola dengan baik secara bersama-sama.
b. Pendekatan Ekosistem: Pendekatan ekosistem dalam manajemen dan
perencanaan pesisir harus diterapkan untuk menjamin keberlanjutan
Praktek Perencanaan Pesisir Page 29 c. Tata Kelola yang Baik: tata kelola yang baik dari kawasan pesisir
membutuhkan koordinasi lintas sektoral dari berbagai pelayanan administrasi
kawasan pesisir, baik secara horizontal maupun vertikal.
d. Solidaritas Inter dan Intragenerasi: ICZM harus diterapkan untuk
menjamin distribusi sumberdaya pesisir yang lebih baik antara generasi saat
ini dan masa depan.
e. Menjaga Kekhasan: Aktivitas yang terjadi di dalam kawasan pesisir
sangatlah kompleks harus diperhatikan dengan baik, dan diprioritaskan untuk
menjaga kekhasan identitas masyarakat setempat.
f. Prinsip Pencegahan: Pencegahan diperlukan agar aktivitas yang terjadi
tidak melebihi kapasitas daya dukung pesisir dan untuk meminimalisasi
dampak negatif dari pariwisata dan pembangunan.
Konsep Minapolitan
Konsep minapolitan pada dasarnya adalah konsep pengembangan wilayah
dimana konsep ini menitik beratkan pada pengembangan komoditas-komoditas
unggulan pada sektor perikanan di suatu wilayah pesisir. Dengan kecenderungan
kegagalan model pembangunan di suatu daerah yang secara umum menyebabkan perekonomian di daerah tersebut yang tidak berkembang sehingga
menyebabkan pembangunan terhambat. Dengan terhambatanya pembangunan di
suatu daerah, maka dapat pula menyebabkan menyebabkan disparitas antar
wilayah.
Minapolitan adalah Konsep Pembangunan Ekonomi Kelautan dan Perikanan
berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan
berdasarkan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi tinggi.
Sementara itu, kawasan minapolitan adalah kawasan ekonomi berbasis kelautan
dan perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan, jasa, permukiman, dan kegiatan lainnya yang saling terkait.
Dalam perencanaan pengembangan kawasan minapolitan perlu di ketahui
terlebih dahulu tentang unsur-unsur apa saja yang masuk dalam pengembangan
minapolitan. Seperti kita ketahui tujuan pengembangan kawasan minapolitan
adalah untuk mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan
perikanan sebagai kegiatan utama dalam meningkatkan pendapatan dan
Praktek Perencanaan Pesisir Page 30 yang berdaya saing tinggi. Hal ini harus di tunjang dengan perencanaan yang
berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan
terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di
kawasan Minapolitan.
Secara konseptual Minapolitan mempunyai 2 unsur utama yaitu, pertama
Minapolitan sebagai konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis
wilayah dan, kedua, Minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan
komoditas utama produk kelautan dan perikanan.
Konsep Minapolitan didasarkan pada 3 azas, yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan
dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention), dan penguatan daerah. Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan
dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan benar-benar untuk kesejahteraan rakyat dan
menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan.
Dengan konsep minapolitan diharapkan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi. Pertama, prinsip integrasi diharapkan dapat mendorong agar
pengalokasian sumber daya pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara
menyeluruh atau holistik dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan
stakeholders, baik instansi sektoral, pemerintahan di tingkat pusat dan daerah,
kalangan dunia usaha maupun masyarakat. Kepentingan dan dukungan tersebut
dibutuhkan agar program dan kegiatan percepatan peningkatan produksi
didukung dengan sarana produksi, permodalan, teknologi, sumberdaya manusia,
prasarana yang memadai, dan sistem manajemen yang baik.
Kedua, pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus dilaksanakan secara efisien agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan biaya murah namun
mempunyai daya guna yang tinggi. Dengan konsep minapolitan pembangunan
infrastruktur dapat dilakukan secara efisien dan pemanfaatannya pun diharapkan
akan lebih optimal. Selain itu prinsip efisiensi diterapkan untuk mendorong agar
sistem produksi dapat berjalan dengan biaya murah, seperti memperpendek mata
rantai produksi, efisiensi, dan didukung keberadaan faktor-faktor produksi sesuai
Praktek Perencanaan Pesisir Page 31 Ketiga, pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus
berorientasi pada kualitas, baik sistem produksi secara keseluruhan, hasil produksi,
teknologi maupun sumberdaya manusia. Dengan konsep minapolitan pembinaan
kualitas sistem produksi dan produknya dapat dilakukan secara lebih intensif.
Keempat, prinsip percepatan diperlukan untuk mendorong agar target produksi
dapat dicapai dalam waktu cepat, melalui inovasi dan kebijakan terobosan. Prinsip
percepatan juga diperlukan untuk mengejar ketinggalan dari negara-negara
kompetitor, melalui peningkatan market share produk-produk kelautan dan
perikanan Indonesia tingkat dunia. Selanjutnya, konsep minapolitan akan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan minapolitan di daerah-daerah
potensial unggulan. Kawasan-kawasan minapolitan akan dikembangkan melalui
pembinaan sentra-sentra produksi yang berbasis pada sumber daya kelautan dan
perikanan. Setiap kawasan minapolitan beroperasi beberapa sentra produksi
berskala ekonomi relatif besar, baik tingkat produksinya maupun tenaga kerja
yang terlibat dengan jenis komoditas unggulan tertentu. Dengan pendekatan
sentra produksi, sumber daya pembangunan, baik sarana produksi, anggaran,
permodalan, maupun prasarana dapat dikonsentrasikan di lokasi-lokasi potensial, sehingga peningkatan produksi kelautan dan perikanan dapat dipacu lebihcepat.
Agar kawasan minapolitan dapat berkembang sebagai kawasan ekonomi
yang sehat, maka diperlukan keanekaragaman kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan
produksi dan perdagangan lainya yang saling mendukung. Keanekaragaman
kegiatan produksi dan usaha di kawasan minapolitan akan memberikan dampak
positif (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian setempat dan akan
berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Dengan pendekatan kawasan dan sentra produksi, diharapkan pembinaan
unit-unit produksi dan usaha dapat lebih fokus dan tepat sasaran. Walaupun demikian, pembinaan unit-unit produksi di luar kawasan harus tetap dilaksanakan
sebagaimana yang selama ini dijalankan, namun dengan konsep minapolitan
pembinaan unit-unit produksi di masa depan dapat diarahkan dengan
menggunakan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi.
Penggerak utama ekonomi di Kawasan Minapolitan dapat berupa sentra
produksi dan perdagangan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan