• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Rencana Zonasi Wilay

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Pendahuluan Rencana Zonasi Wilay"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Praktek Perencanaan Pesisir Page i KATA PENGANTAR

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah Yang maha Esa sehingga penulis dapat

menyelesaikan dokumen tugas mata kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir III yang berjudul “Laporan Pendahuluan Zonasi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Tulungagung” dengan lancar. Selama proses penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga laporan ini dapat

terselesaikan dengan optimal. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

laporan ini yaitu:

1. Bapak Putu Gede Ariastita ST.MT. dan Ibu Dian Rahmawati, ST.MT., sebagai

dosen mata kuliah Praktek Perencanaan Pesisir yang telah membimbing kami

dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu yang sangat bermanfaat,

2. Instansi pemerintah dan masyarakat Tulungagung yang telah membantu

memberikan segala informasi terkait data pengerjaan penyelesaian laporan ini,

3. Orang tua yang selalu memberikan motivasi,

4. Teman-teman PWK 2013 yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan laporan ini,

5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian laporan

ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Sekian, semoga laporan ini dapat bermanfaat secara luas bagi perkembangan

wilayah perencanaan serta rekomendasi ke depannya. Penulis menyadari bahwa

laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan.

Surabaya, 22 Februari 2016

(3)

Praktek Perencanaan Pesisir Page ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran ... 2

1.3. Ruang Lingkup ... 4

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 4

1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan ... 5

1.4. Sistematika Pelaporan ... 6

BAB II ... 8

KAJIAN KEBIJAKAN DAN KAJIAN LITERATUR... 8

2.1. Tinjauan Terhadap RZWP3K Provinsi Jawa Timur ... 8

2.1.1. Issu Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur ... 8

2.1.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur ... 16

2.2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penetapan Ruang Wilayah Kabupaten Tulungagung Tahun 2012 – 2032 ... 18

2.3. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Pesisir dan Kepulauan ... 23

2.4. Konsep Teoritis ... 24

2.4.1. Konsep Perencanaan Ruang ... 24

2.4.2. Pengertian Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ( RZWP-3-K) ... 27

2.4.3. Pengertian Kawasan Pesisir dan Batasan Wilayah Pesisir... 27

BAB III ... 34

GAMBARAN UMUM WILAYAH PESISIR KABUPATEN TULUNGAGUNG ... 34

3.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Perencanaan ... 34

3.2. Kondisi Fisik Dasar ... 35

(4)

Praktek Perencanaan Pesisir Page iii

3.2.2. Klimatologi ... 35

3.2.3. Geologi... 35

3.2.4. Hidrologi ... 35

3.2.5. Kebencanaan... 35

3.3. Batimetri dan Terestrial ... 36

3.4. Kondisi Oseanorafi Fisika... 36

3.3.1. Gelombang, Pasang Surut dan Arus ... 36

3.3.2. Kondisi Suhu, Angin, dan Salinitas ... 38

3.5. Penggunaan Lahan ... 38

3.6. Ekosistem... 42

3.7. Pemanfaatan Wilayah Laut ... 44

3.6.1 Sumber Daya Ikan ... 44

3.6.2 Sumber Daya Energi dan Pertambangan... 46

3.8. Kependudukan ... 47

3.6.1 Jumlah dan Kepadatan Jumlah Penduduk ... 47

3.8.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

3.8.3 Rasio Usia Produktif ... 48

3.9. Karakteristik Ekonomi ... 49

3.9.1 PDRB ... 49

3.9.2 Wilayah Domestik dan Regional ... 49

3.9.3 Sektor-Sektor Perekonomian kab Tulungagung ... 49

3.10 Karakteristik Sarana dan Prasarana Wilayah ... 53

3.10.1 Sarana dan Prasarana Pelabuhan/Perikanan ... 53

3.10.2 Transportasi ... 53

3.10.3 Air Bersih ... 54

3.10.3 Listrik ... 54

3.10.4 Komunikasi ... 54

3.10.5 Sanitasi ... 54

BAB IV ... 57

METODE PENDEKATAN ... 57

(5)

Praktek Perencanaan Pesisir Page iv

4.1.1. Metode Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... 57

4.1.2 Kerangka Pikir Substansi ... 59

4.2 Metode Inventarisasi Data ... 60

4.2.1 Metode Inventarisasi Data Fisik Dasar ... 60

4.2.2 Metode Inventarisasi Data Oseanografi Fisika ... 61

4.2.3 Metode Inventarisasi Data Penggunaan Lahan ... 62

4.2.4 Metode Inventarisasi Data Ekosistem Pesisir ... 63

4.2.5 Metode Inventarisasi Data Pemanfaatan Wilayah Laut ... 64

4.2.6 Metode Inventarisasi Data Sosial Demografi ... 65

4.2.7 Metode Inventarisasi Data Karakteristik Ekonomi... 66

4.2.8 Metode Inventarisasi Data Infrastruktur ... 66

4.3 Teknik dan Analisis Data ... 68

BAB V ... 70

MANAJEMEN KEGIATAN ... 70

5.1. Struktur dan Organisasi Pelaksanaan Kegiatan ... 70

5.2. Uraian Penugasan Tenaga Ahli ... 72

5.3. Rencana Kegiatan ... 73

5.3.1 Persiapan Pekerjaan ... 74

5.3.2 Pengumpulan Data, Fakta, dan Informasi ... 74

5.3.3 Penyusunan Fakta Dan Analisa ... 74

5.3.4 Penyusunan Rancangan Rencana ... 75

5.4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 77

5.5. Kewajiban Konsultasi ... 79

BAB VI ... 80

(6)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan

dimana batasnya dapat didefinisikan baik dalam konteks struktur administrasi

pemerintah maupun secara ekologis. Sebagai negara kepulauan, laut dan wilayah

pesisir memiliki nilai strategis dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif

yang dimilikinya sehingga berpotensi menjadi primemover pengembangan wilayah nasional. Bahkan secara historis menunjukkan bahwa wilayah pesisir ini telah berfungsi

sebagai pusat kegiatan masyarakat karena berbagai keunggulan fisik dan geografis

yang dimilikinya. Agar pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir dapat terselenggara

secara optimal, diperlukan upaya penataan ruang sebagai salah satu bentuk intervensi

kebijakan dan penanganan khusus dari pemerintah dengan memperhatikan

kepentingan stakeholders lainnya. Selain itu, implementasi penataan ruang perlu

didukung oleh program-program sektoral baik yang terselenggarakan oleh Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat, termasuk dunia usaha.

Sesuai dengan UU Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan

UU Nomor 1 Tahun 2014, terdapat 3 (tiga) struktur yang menyusun pengelolaan

pesisir dan pulau-pulau kecil, yakni perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan dan

pengendalian. Struktur perencanaan memuat perencanaan yang bersifat spasial

(keruangan) yaitu Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang

selanjutnya disebut RZWP-3-K. Pada pasal 7 ayat (3) disebutkan bahwa “Pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

(RZWP-3-K) sesuai dengan kewenangan masing-masing”. RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 407, bahwa “Segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan daerah wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada undang-undang ini”, sehingga kewenangan pengelolaan laut 0-12 mil sepenuhnya berada di provinsi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

No.PER.30/MEN/2010 tentang Perencanaan Pengelolaan WP-3-K, Pemerintah Daerah

(7)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 2 Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZBWP-3-K), dan dapat menyusun Rencana Zonasi Rinci

pada zona tertentu.

Dalam rangka memberikan acuan bagi semua pihak terkait dalam penyusunan

rencana zonasi WP-3-K Provinsi, baik untuk kalangan pemerintah, swasta, maupun

masyarakat pada umumnya, maka perlu disusun pedoman penyusunan Rencana

Zonasi WP-3-K Provinsi. Hingga saat ini wilayah pesisir Tulungagung belum

dimanfaatkan secara optimal. Sumberdaya laut belum berperan sebagai komoditi dan

aset ekonomi yang berfungsi dan kemampuannya perlu dilestarikan untuk

keberlanjutan proses produksi. Pemanfaatan sumberdaya laut terkadang tidak dilakukan secara bijaksana dan kurang memperhatikan kaedah-kaedah pelestarian

lingkungan. Berkaitan dengan amanah UU No. 27 Tahun 2007 dan pentingnya

dokumen perencanaan pengelolaan wilayah pesisir sebagai dasar untuk pemanfaatan

wilayah pesisir Kabupaten Tulungagung menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil Desa Tulungagung untuk mendukung terciptanya penataan ruang

laut dan pesisir secara serasi, seimbang dan berkelanjutan.

Melihat urgensitas dan pentingnya penyusunan dokumen rencana zonasi

kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kabuoaten Tulungagung maka untuk mengembangkan Pulau Tulungagung dengan mengedepankan seluruh potensi yang

dimiliki perlu dibuat suatu perencanaan yang lebih optimal. Dengan melakukan

pemanfaatan yang menyeluruh dan terintegrasi (komperehensif) dapat menciptakan

Kabupaten Tulungagung yang mandiri.

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan Penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung adalah :

1. Menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kabupaten Tulungagung

sebagaimana amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(PWP3K) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014.

2. Menyerasikan perencanaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

(8)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 3 3. Menyusun rencana implementasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir

Kabupaten Tulungagung;

4. Menyusun rencana monitoring pengendalian ruang wilayah pesisir

Kabupaten Tulungagung.

1.3.2 Sasaran Penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung adalah :

1. Terwujudnya Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kabupaten Tulungagung

yang berkelanjutan.

2.

Terwujudnya keterpaduan/integrasi perencanaan tata ruang wilayah

pesisir dan wilayah darat secara harmonis, selaras dan seimbang.

3.

Terciptanya kelestarian lingkungan hidup wilayah pesisir dan laut dalam

satu kesatuan perencanaan secara terpadu.

1.3.3 Fungsi Penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung adalah :

1.

Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

2.

Sebagai acuan dalam penyusunan RPWP-3-K dan RAPWP-3-K

3.

Sebagai instrumen penataan ruang di perairan laut wilayah pesisir, dan

pulau-pulau kecil

4.

Memberikan kekuatan hukum terhadap alokasi ruang di perairan laut

wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil

5.

Untuk memberikan rekomendasi dalam pemberian perizinan di perairan

laut wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil

6.

Sebagai acuan dalam rujukan konflik di perairan laut wilayah pesisir, dan

pulau-pulau kecil

7.

Sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang di perairan laut wilayah pesisir,

dan pulau-pulau kecil

(9)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 4 1.3.4 Manfaat Penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung adalah :

1.

Memfasilitasi akselerasi pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil

2.

Mengidentifikasi daerah-daerah yang sesuai untuk dimanfaatkan

3.

Mendorong pemanfaatan ruang dan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau

kecil yang efisien

4.

Mengurangi kemungkinan dampak negatif dari pemanfaatan sumberdaya

pesisir dan pulaupulau kecil

5.

Mengidentifikasi daerah-daerah yang penting secara ekologi dan

kelangsungan kehidupan habitat pesisir dan pulau-pulau kecil dan

mengurangi konflik dengan pemanfaatan ekonomi

6.

Menjamin dan memastikan alokasi ruang untuk keanekaragaman hayati

dan konservasi alam

7.

Mendorong kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pembangunan melalui keterlibatan dalam proses perencanaan

8.

Melindungi ruang yang secara turun-temurun dimanfaatkan untuk

kepentingan sosial budaya masyarakat seperti untuk upacara adat, wilayah ulayat, wilayah suci laut

9.

Mengurangi konflik pemanfaatan ruang baik antara pemanfaatan yang

tidak kompatibel maupun konflik antara pemanfaatan manusia dan

kelestarian lingkungan alam

1.3. Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah kegiatan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

(RZWP3K) Kabupaten Tulungagung, meliputi seluruh kawasan pesisir Kabupaten

Tulungagung yang meliputi empat kecamatan yaitu wilayah Kecamatan Besuki,

Kecamatan Pucanglaban, Kecamatan Tangunggunung, dan Kecamatan Kalidawir

(10)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 5 pada garis lintang 113,92 – 114,08 LS dan garis bujur 7,04 – 7,12 BT dengan batas-batas fisik seperti diperlihatkan pada peta terlampir. Sedangkan batas – batas wilayah kawasan studi adalah sebagai berikut:

 Utara : Kec. Bandung, Kec. Campurdarat, Kec. Boyolangu, Kec.

Selojeneng, Kec. Ngunut, Kec. Rejotangan  Barat : Kabupaten Trenggalek

 Selatan : Samudera Hindia  Timur : Kabupaten Blitar

1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan penyusunan RZWP3K Kabupaten Tulungagung meliputi:

1. Studi awal tentang kebijakan dan strategi pengembangan Kabupaten Tukungagung terutama RTRW Kabupaten Tulungagung yang telah disusun

2. Pertemuan awal yang diadakan dalam rangka pembahasan konsep RZWP3K

3. Penyusunan konsep integrasi RTRW Kabupaten Tulungagung dengan konsep RZWP3K yang disusun

4. Penyusunan katalog data yang dibutuhkan dalam penyusunan RZWP3K

5. Pengumpulan data, meliputi :

 Inventarisasi data sekunder potensi sumberdaya kelautan dan perikanan

 Pengolaan data sekunder berupa peta

 Indentifikasi data sekunder oseanografi termasuk pola arus, batimetri dan teresterial

 Indentifikasi data sekunder kondisi ekosistem seperti trumbu karan, padang lamun dan mangrove

 Identifikasi data sekunder sosial ekonomi dan budaya

 Interpretasi dan pengolahan hasil interpretasi citra pada daerah studi

 Survey lapangan pada wilayah perencanaan yang digunakan untuk pencarian data primer

 Melakukan pemetaan terhadap kondisi eksisting, potensi dan isu

permasalahan yang ada pada peta (berdasarkan hasil interpretasi citra dan ground check) dengan skala 1 : 50.000

(11)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 6  Analisis hasil interpretasi Citra.

 Analisis kebijakan pemanfaatan ruang yang ada

 Analisis potensi dan pola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan.

 Analisis kesesuaian lahan dan kesesuaian perairan

 Analisis kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tulungagung, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.

 Analisis mitigasi bencana di wilayah perencanaan

7. Penetuan tujuan pengelolaan untuk paket – paket sumberdaya 8. Penyusunan draft rencana zonasi, meliputi :

 Penyusunan struktur ruang.

 Rencana kawasan konservasi

 Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum

 Rencana Kawasan Strategis

 Arahan Pemanfaatan Ruang

9. Pertemuan dalam rangka pembahasaan daft rencana zonasi RZWP3K Kabupaten Tulungagung

10.Penyusunan laporan

1.4. Sistematika Pelaporan

Pembahasan pada Laporan Pendahuluan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung ini

disusun berdasarkan tatanan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang penyusunan laporan pendahuluan sebagai awal dari

tahap pelaporan dalam rangka penyusunan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung,

tujuan dan sasaran, ruang lingkup, serta sistematika pelaporan.

(12)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 7 Bab ini mengeksplorasi beberapa tinjauan RZBWP-3-K Kabupaten Tulungagung, teori,

konsep, serta kebijakan perencanaan kawasan peisisr terkait wilayah studi Kabupaten

Tulungagung Tulungagung.

BAB III Gambaran Umum Wilayah

Bab ini mendiskripsikan secara umum kondisi wilayah Pulau Tulungagung, potensi dan

permasalahan yang terjadi serta isu stategis di kawasan perencanaan.

BAB IV Metodologi

Bab ini memuat metode inventarisasi data dan metode analisis melalui analytical tools,

serta output yang diharapkan.

BAB V Manajemen Kegiatan

Bab ini berisi tentang rencana kegiatan yang direncanakan, jadwal pelaksanaan

kegiatan dan organisasi pelaksana kegiatan, rumusan tugas, serta tanggung jawab

tenaga ahli.

BAB VI Lampiran

(13)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 8 BAB II

KAJIAN KEBIJAKAN DAN KAJIAN LITERATUR

2.1. Tinjauan Terhadap RZWP3K Provinsi Jawa Timur

2.1.1. Issu Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur

Di wilayah pesisir merupakan area yang juga memiliki potensi untuk terjadinya

bencana alam maupun bencana non alam yang biasanya diakibatkan karena proses

yang berkesinambungan terhadap dampak dari tindakan manusia dalam memperlakukan lingkungan. Bencana seharusnya dapat dihindari sedini mungkin

dalam upaya mitigasi bencana.Bencana merupakan serangkaian peristiwa yang

mengancam atau mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan dampak psikologis.Maka dalam kemungkinan terjadinya bencana, perlu

mitigasi yang merupakan serangkaian upaya untuk mengurang resiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Pemahaman karakteristik bencana yang akan mengancam ini perlu diketahui

oleh aparatur pemerintah dan masyarakat terutama yang tinggal di wilayah yang

rawan bencana, karena ini bagian dari suatu upaya mitigasi karena dengan

pengenalan karakteristik tersebut, kita dapat memahami perilaku dari ancaman

sehingga dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan dalam mengatasinya atau

paling tidak mengurangi kemungkinan dampak yang ditimbulkannya.

A. RTRW Provinsi Jawa Timur

Isu strategis wilayah meliputi :

- Isu kemampuan lahan/carrying capacity dan isu konversi lahan - Isu kesenjangan ekonomi, sarana dan prasarana, SDM

- Isu bencana alam dan kerentanan

- Isu bencana lumpur LAPINDO dan implikasi sosial ekonomi

- Isu konversi hutan lindung dan lahan sawah pertanian terutama yang

(14)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 9 - Isu kurang terintegrasinya sektor-sektor pertanian, serta antara sistem

produksi, koleksi, dan distribusi sehingga belum optimal pengembangan dan

peningkatan nilai tambah produksi sektor pertanian

- Isu globalisasi, urbanisasi, dan pertumbuhan perkotaan yang mengarah

kepada urban sprawl dan megacities terutama di kota-kota utama di Jatim

- Isu ketahanan pangan

- Isu pengembangan potensi-potensi infrastruktur strategis seperti

infrastruktur transportasi, infrastruktur energi dan telekomunikasi, seperti

Suramadu, pengembangan pelabuhan di Tuban, Lamongan, Gresik, hingga Situbondo, pengembangan sumber-sumber energi alternatif dan

pengolahannya.

B. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Isu strategis wilayah, meliputi :

Integrasi Penataan Ruang

Adapun isu – isu yang terkait dengan penataan ruang antara lain :

1. Banyak terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang walaupun

ada peraturan perundangannya;

2. Belum ada rencana tata ruang khusus wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di

Jawa Timiur termasuk kabupaten/kota

3. Pendirian bangunan dan/atau kegiatan lain di sempadan pantai

menyebabkan kerusakan hutan mangrove di jalur hijau (green belt). kerusakan terumbu karang (coral reef) karena pengeboman dan/atau bahan kimia beracun (potasium sianida)

4. Aktivitas maupun jumlah orang yang ingin memanfaatkan sumberdaya

wilayah pesisir makin meningkat,

5. Terjadi tumpang tindih pengelolaan dan pemanfaatan pesisir antar sektor, sesuai kepentingan masing-masing (konflik kewenangan);

6. Terjadi perubahan karakter pola permukiman akibat berkembangnya aktifitas

sosial ekonomi masyarakat

7. Pembangunan pola permukiman berkembang secara sporadik dan kurang

terencana;

8. Terdapat pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang tidak sesuai

(15)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 10 9. Estetika pantai hilang karena pola pembangunan yang membelakangi pantai

serta adanya pembangunan di sempadan pantai.

Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim Global

Secara umum isu-isu yang berkaitan dengan mitigasi bencana antara lain :

1. Masyarakat belum memahami mitigasi bencana beserta langkah lanjut yang

harus dilakukan;

2. Bencana tsunami, gelombang besar, pemanasan global terjadi secara

tiba-tiba dan tidak bisa diprediksi;

3. Banjir rob berakibat kehilangan lahan akibat kenaikan paras air laut;

4. Bangunan pantai yang tidak terencana dengan baik, penambangan material

pantai, penebangan hutan bakau

5. Kerentanan masyarakat lebih tinggi dampak keterbatasan sarana prasarana;

6. Pemasangan tanda bahaya secara dini (early warning system) terbatas jumlahnya; kalau sudah dipasang rentan hilang;

Pemanfaatan Pulau Kecil dan Pulau Terluar

Provinsi Jawa Timur mempunyai sekitar 445 pulau kecil yaitu di Kabupaten :

Pacitan (31), Tulungagung (19), Blitar (28), Malang (100), Situbondo (5), Sumenep (121), Gresik (13), Sampang (1), Trenggalek (57), Sidoarjo (4),

Banyuwangi (15), Jember (50), Probolinggo (1), dan Bangkalan (1). Sebanyak

lebih kurang 20% berpenghuni, sedangkan sisanya yaitu 80% merupakan pulau

yang tidak berpenghuni. Diantara pulau-pulau tersebut terdapat 3 (tiga) pulau

berada di perbatasan Australia yakni P.Panekan dan P.Sekel (Kab.Trenggalek),

dan P.Nusa Barong (Kab.Jember).

Secara umum isu-isu berkaitan dengan pulau-pulau kecil dan pulau terluar antara

lain :

 Pulau kecil sebagian besar tidak berpenghuni, biasanya memiliki sumberdaya

perikanan laut bernilai ekonomis dini

 Pulau kecil menawarkan berbagai keindahan bawah laut  Pulau kecil letak dan geografis kauh dan terisolir

 Transportasi dan perhubungan merupakan salah satu faktor yang sulit

sehingga pengawasan dan pengamanan menjadi kendala

 Letak pulau kecil terpencil menjadi sarang bagi kegiatan illegal yang dapat

(16)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 11  Perlu investasi besar untuk pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan

sumber daya

Pengembangan Transportasi Laut

Keterhubungan antar wilayah pesisir masih kurang, terutama untuk menjangkau

pulau-pulau kecil.Kondisi ini menyebabkan masih sulitnya menjangkau ke wilayah

tersebut.Kesulitan ini tentunya menghambat pengembangan ekonomi maupun

pelayanan sarana dan prasarana wilayah.Kondisi ini tentunya perlu diatasi

dengan pengembangan pelabuhan pelabuhan perintis yang menghubungkan

antar pulau-pulau kecil tersebut.

Dari sisi prasarana kondisi transportasi laut di Jawa Timur belum optimal.Kapal yang melayani transportasi laut di Jawa Timur kondisinya relatif sudah

tua.Kondisi ini menyebabkan belum optimalnya pelayanan transportasi laut. Di

samping itu, infrastruktur penunjang, seperti pelabuhan dan dermaga di

bebarapa tempat masih belum optimal untuk memberikan pelayanan transportasi

laut.

Reklamasi Pantai yang Berdampak Kerusakan Pada Lingkungan

Adapun isu-isu yang berkembang dalam kaitan dengan reklamasi antara lain: 1. Sering menimbulkan konflik dengan masyarakat adat/masyarakat lokal karena

mereka merasa dirugikan

2. Menutup akses dan kegiatan masyarakat dalam menjalankan usaha

pemanfaatan sumberdaya

3. Menimbulkan perubahan fisik lingkungan yang menyebabkan menurunnya

ekosistem maupun potensi sumberdaya pesisir

4. Menggunakan bahan dasar pasir laut dan/atau terumbu/batu karang

berdampak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem.

Pencemaran dan Konservasi Sumberdaya Hayati

Rusaknya ekosistem pesisir dan laut mengakibatkan penurunan potensi ikan, hal ini dapat dilihat khususnya di Selat Madura, ruang ikan berada di luar peraiarn

selat, sedangkan di pesisir potensinya sudah sangat berkurang. Kerusak

ekosistem tersebut akibat ulah manusia melakukan kegiatan/usaha, seperti

pengurugan, pengambilan ikan dengan peledak, jaring bondet, pukat harimau

atau trawl mini, buangan limbah, dan sebagainya.

Secara umum isu-isu berkaitan dengan kerusakan dan pencemaran lingkungan

(17)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 12 1. Kurang ketatnya pengawasan limbah oleh instansi terkait

2. Rendahnya kepedulian masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sampah dan

kebersihan lingkungan

3. Buangan minyak kotor dari kapal ikan, nelayan, dsb

4. Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) dan hutan di daratan meningkatkan

terjadinya erosi dan sedimentasi yang dapat mengancam ekosistem di laut

5. Semakin berkurangnya hutan bakau di wilayah pesisir;

9. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan

ekosistem mangrove sebagai kawasan yang kaya akan sumberdaya alam 10.Kurangnya pembinaan dan kerjasama antar seluruh stakeholder dalam

menjaga dan memperbaiki ekosistem mangrove

11.Terjadinya penurunan kualitas air laut akibat aktivitas industri, pelabuhan,

penambangan dan limbah rumah tangga

12.Peningkatan volume sampah di pantai akibat meningkatnya kegiatan ekonomi

masyarakat

Ekosistem mangrove mengalami degradasi cukup mengkhawatirkan; hutan

mangrove di Jawa Timur 85.000 hektar atau 6,24% luas hutan. Hingga saat ini hutan mangrove yang mengalami kerusakan mencapai 13.000 hektar akibat

tekanan berbagai kepentingan di wilayah pesisir. Pada sisi lain luasan terumbu

karang belum diketahui secara pasti, namun demikian tingkat kerusakannya

mencapai 60% yang disebabkan oleh penangkapan ikan menggunakan potasium

maupun bahan peledak.

Upaya memperbaiki ekosistem mangrove dan terumbu karang tersebut ditempuh

dengan rehabilitasi hutan mangrove di kabupaten/kota yang rusak

parah.Dilakukan penanaman terumbu karang buatan di daerah yang mengalami

kerusakan ekosistem, seperti di perairan pantai Utara dan Selat Madura berupa ban bekas atau keranjang beton.Perbaikan ekosistem mangrove dan terumbu

karang pada prinsipnya berkaitan erat dengan penyediaan habitat baru dalam

ruang laut sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan tempat asuhan ikan,

crustacea dan molusca.

Adapun isu – isu terkait dengan Konservasi Keanekaragaman hayati antara lain : 1. Menurunnya populasi beberapa jenis ikan di perairan laut;

2. Kerusakan hutan mangrove dan terumbu karang;

(18)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 13 4. Belum ada realisasi penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah

5. Bekum ada penelitian luasan terumbu karang, termasuk tingkat

kerusakannya;

Pengembangan Ekonomi, Wisata Bahari dan Peningkatan

Kesejahteraan

Isu-isu terkait dengan pembangunan ekonomi, wisata bahari dan kesejahteraan

masyarakat wilayah pesisir adalah:

1. Masih ada peluang pengembangan perikanan, meliputi perikanan budidaya,

perikanan tangkap, usaha produktif pengolahan hasil perikanan dan kelautan; 2. Kurangnya pelayanan modal usaha untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat pesisir.

3. Tersedianya sarana dan prasarana lain yang mendukung kegiatan

perekonomian masyarakat;

4. Terdapatnya kawasan pelabuhan perikanan, pelabuhan umum, dan

pelabuhan khusus.

5. Potensi sektor pariwisata bahari di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

6. Peluang pasar hasil sumber daya laut secara nasional dan internasional cukup besar

7. Sumber daya wilayah pesisir dan lepas pantai belum termanfaatkan secara

optimal

8. Potensi sumberdaya alam yang melimpah dan peluang investasi

9. Kawasan pesisir dan pantai belum seluruhnya dikelola oleh Pemerintah

maupun Masyarakat

Isu-isu terkait dengan potensi obyek wisata bahari adalah:

1. Usaha pariwisata bahari belum memberikan nilai ekonomi yang memadai

2. Pengembangan paket wisata bahari belum terpadu

3. Kurang tersedianya fasilitas wisata bahari yang terjangkau masyarakat dan

penyebaran panduan potensi wisata bahari sangat terbatas

4. Sepanjang pantai, pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keindahan dan daya

tarik wisata;

5. Terumbu karang dan hamparan pasir putih di beberapa lokasi merupakan

pesona alam yang perlu dilestarikan

(19)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 14 7. Menurunnya kualitas pantai, perairan dan terumbu karang yang menjadi

andalan utama untuk pengembangan wisata bahari

8. Masih ada sikap dan perilaku masyarakat kurang mendukung/menerima

kunjungan wisata

9. Adanya penggalian/penambangan di kawasan pesisir yang dapat merusak

ekosistem dan keindahan pantai.

Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya

Wilayah pesisir merupakan salah satu sentra perikanan di Jawa Timur, hal ini

terlihat dari adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di Lamongan dan Prigi di Trenggalek yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pelabuhan

Perikanan Pantai Tamperan di Pacitan, Mayangan di Kota Probolinggo, Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI) sebanyak 9 (sembilan) lokasi yang dikelola Dinas

Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur merupakan pusat pendaratan ikan

dari berbagai daerah di Indonesia.

Demikian pula halnya dengan potensi budidaya tambak luas baku 57.511,64 Ha

dengan luas bersih sekitar 50.137,94 Ha, dan pengolahan hasil perikanan yang

tersebar di wilayah pesisir. Namun demikian dari sisi produksi tampaknya budidaya tambak mengalami penurunan seiring dengan menurunnya kualitas

lingkungan di sekitarnya, khususnya produksi udang. Dengan demikian menjadi

penting terhadap pemilihan komoditi budidaya sesuai dengan kondisi kualitas

lingkungan saat ini.

Adapun isu-isu terkait dengan Kondisi Perikanan Tangkap dan Perikanan

Budidaya adalah ebagai berikut :

1. Perairan Laut Jawa, Selat Madura, dan Selat Bali merupakan wilayah padat

tangkap dan mengalami overfishing (gejala tangkap lebih)

2. Merupakan sentra produksi pengolahan hasil perikanan dalam kerangka pengembangan minapolitan mengingat terbukanya pasar domestik dan sentra

pariwisata di wilayah pesisir

3. Produksi tambak terus mengalami penurunan utamanya jenis komoditi udang

4. Belum berkembangnya budidaya laut di wilayah pesisir utamanya di Madura

Kepulauan

5. Degradasi fisik habitat pesisir

6. Konflik penggunaan ruang dan sumber daya

(20)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 15 8. Kemiskinan penduduk wilayah pesisir khususnya nelayan dan pembudidaya

ikan tradisional

Pengembangan Kawasan Industri

Pembangunan kawasan-kawasan industri ini lebih banyak dilakukan di wilayah

pesisir, misalnya kawasan industri di Surabaya (SIER), Pasururan (PIER), muapun

yang akan direncanakan seperti di Lamongan (LIS), Tuban, dan Bangkalan.

Selain pengembangan kawasan industri (Industrial estate). Pengelolaan Pertambangan, Minyak dan Gas Bumi

Potensi sumberdaya mineral dan energi Provinsi Jawa Timur cukup besar diantaranya bahan gallian industri, bahan galian bangunan, batu ornament dan

mineral logam.

Pemakaian gas alam sampai saat ini di dominasi industri besar, sumber gas alam

diambil dari daerah Pagerungan, Terang/Sirasun, Muriah, Wunut Sidoarjo, dan

S.Saubi. Hasil penambangan terdiri dari berbagai macam komposisi gas, yakni

metana, etana, propana, butana, serta jenis-jenis gal lain. Sampai dengan tahun

2008 tercatat sebanyak 31 kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS), yang sudah

berproduksi maupun yang masih dalam kegiatan eksplorasi, maupun pembukaan blok-blok baru.

Terdapat banyak sumur tua migas yang saat ini tidak produktif lagi, adapun

sumur-sumur yang telah ditutup dan tidak produktif dibuat sebelum tahun 1970

(sumur-sumur tua) yang jumlahnya sekitar 1.575 sumur, secara administratif

tersebar di Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Mojokerto,

Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, dan Kota Surabaya. Teknologi yang digunakan

untuk ,mengelola sumu tua tersebut dengan teknologi konvensional baik secara

tradisional maupun teknologi tepat guna. Teknologi tradisional dengan

penimbaan tenaga manusia, hewan ternak maupun mesin pengerek.Sedangkan teknologi tepat guna memakai peralatan mesin submersible.

Isu-Isu yang berkaitan dengan pertambangan umum maupun minyak dan gas

bumi adalah sebagai berikut :

1. Belum meratanya hasil pembangunan, kesempatan kerja dan berusaha di

bidang pertambangan;

2. Belum intensifnya upaya meningkatkan nilai tambah hasil tambang;

(21)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 16 5. Informasi, data potensi dan kegiatan penambangan kurang di update;

6. Bagi hasil minyak dan gas bumi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan

kontraktor tidak dilaksanakan secara transparan;

7. Berdasarkan UU No.22 Tahun 2001 tentang Migas, kewenangan bidang migas

berada di pusat, dalam hal ini pemerintah daerah tidak banyak dilibatkan;

8. Pemerintah daerah belum diberi kewenangan pengelolaan sumur tua migas;

9. Keresahan masyarakat sebagai dampak kegiatan eksplorasi maupun produksi

minyak;

10.Penambangan legal maupun ilegal di kawasan pesisir merusak lingkungan 11.Terdapat tambang pasir besi yang depositnya cukup besar ;

Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM)

Rendahnya kualitas SDM di wilayah pesisir tidak hanya terjadi pada masyarakat

pesisir saja, tetapi juga terjadi pada SDM instansi terkait.Secara umum isu-isu

berkaitan dengan rendahnya SDM pesisir adalah :

1. Rendahnya taraf pendidikan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

2. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan,

3. Minimnya Sekolah Menengah Kejuruan bidang Kelautan/Perikanan

4. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga sebagian besar masyarakat tidak mampu melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi.

5. Rendahnya Pengetahuan tentang kebaharian

6. Rendahnya penguasaan teknologi pengelolaan sumberdaya laut

7. Masih kurangnya prioritas pemerintah untuk memacu peningkatan kualitas SDM masyarakat pesisir.

8. Minimnya kegiatan pelatihan berbasis kelautan, perikanan dan pengelolaan pesisir

2.1.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur

A. Rencana Sistem Wilayah Pengembangan

Perwilayahan di Provinsi Jawa Timur direncanakan dalam Wilayah

Pengembangan (WP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman

perkotaan. Perwilayahan Jawa Timur dibagi dalam 8 Wilayah Pengembangan

(WP), sedangkan untuk wilayah pesisir yaitu :

(22)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 17 Bangkalan, Kabupaten dan Kota Pasuruan, Kabupaten Sampang, Kabupaten

Pamekasan dan Kabupaten Sumenep, dengan pusat pelayanan di Kota

Surabaya.

2. WP Malang Raya, meliputi : Kota dan Kabupaten Malang, Kota Batu, dengan

pusat pelayanan di Kota Malang.

3. WP Kediri dan sekitarnya, meliputi : Kota dan Kabupaten Kediri, Kabupaten

Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung, dengan pusat

pelayanan di Kota Kediri.

4. WP Probolinggo – Lumajang, meliputi : Kota dan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang, dengan pusat pelayanan di Kota Probolinggo.

5. WP Jember dan sekitarnya, meliputi : Kabupaten Jember, Kabupaten

Bondowoso dan Kabupaten Situbondo, dengan pusat pelayanan di Perkotaan

Jember.

6. WP Banyuwangi, meliputi : Kabupaten Banyuwangi, dengan pusat pelayanan

di Perkotaan Banyuwangi

B. Sistem Pusat Pelayanan dan Pengembangan Pulau-Pulau Kecil

Rencana pengembangan struktur pusat-pusat pelayanan di Gugus Pulau Kangean dibuat secara hirarki dan ditempatkan secara berjenjang dan terpadu

sesuai skala pelayanannya, yang masing-masing mempunyai keterkaitan

fungsional. Adapun hirarki pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan di

Gugus Pulau Kangean terbagi atas :

1. Pusat Pengembangan Primer atau Pusat Pelayanan Utama, dengan Skala pelayanan kabupaten dan regional. Untuk wilayah pulau-pulau di Kecamatan

Sapekenpusat pengembangannya adalah Sapeken. Sektor yang

dikembangkan: pemerintahan, perikanan tangkap, industri perikanan, pusat

pemasaran produk-produk perikanan, sektor jasa kelautan (pelabuhan penumpang, pelabuhan pendaratan ikan), dan pariwisata.

2. Pusat Pengembangan Sekunder atau Sub Pusat Pelayanan Utama, merupakan pusat pelayanan atau pengembangan sekunder yang dialokasikan tersebar

merata ke setiap pulau dengan skala pelayanan sekunder, yang

pengembangannya disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana

perikanan dan daya dukung sumberdaya pesisir dan laut. Wilayahnya adalah

(23)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 18 pemasaran produk perikanan, jasa kelautan (pelabuhan penumpang) dan

pariwisata.

3. Pusat Pengembangan Lokal atau Pusat Pelayanan Lingkungan Pemukiman,yaitu merupakan suatu pusat orientasi pelayanan kebutuhan

penduduk yang berada di setiap pulau terutama pulau-pualu yang dihuni

dengan pusat pengembangan Saobi, Tanjung Kiaok, Sakala, dan Pegerungan

Besar. Sektor yang dikembangkan antara lain: perikanan tangkap, perikanan

budidaya, industri perikanan, jasa kelautan (tambatan perahu), dan wisata

bahari.

2.2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penetapan Ruang Wilayah Kabupaten Tulungagung Tahun 2012 – 2032

A. Tujuan Penataan Ruang

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tulungagung dirumuskan berdasarkan:

1) Visi dan misi pembangunan wilayah Kabupaten Tulungagung,

2) Karakteristik wilayah kabupaten,

3) Isu strategis, dan

4) Kondisi obyektif yang diinginkan. (1)Visi-Misi Kabupaten Tulungagung

Visi PemerintahKabupaten Tulungagungberdasarkan RPJP Tahun 2005 – 2025 adalah :

“MEWUJUDKAN TULUNGAGUNG YANG SEJAHTERA, MANDIRI DAN BERDAYA SAING”

Sedangkan Misi Pembangunan Kabupaten Tulungagung adalah :

1) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia masyarakat Kabupaten

Tulungagung sehingga berdaya untuk aktif berpartisipasi dalam proses

pembangunan daerah

2) Memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tulungagung secara

merata dan berkeadilan, melalui pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis

agribisnis dan agroindustri.

3) Mewujudkan kemandirian Kabupaten Tulungagung dalam membangun

perekonomian daerah berbasis pengembangan daya saing daerah.

4) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten

(24)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 19 (2)Karakteristik Kabupaten Tulungagung

Kabupaten Tulungagung terletak pada dua bentang alam yaitu kawasan pantai

selatan dan kawasan pegunungan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka

karakteristik potensi unggulan Kabupaten Tulungagungadalah pertanian, perikanan,

industri, dan pariwisata.

(3)Isu Strategis

Sedangkan isu strategis di Kabupaten Tulungagung adalah sebagai berikut:

 Konflik Lahan dimana pengendalian konversi kawasan pertanian beririgasi

teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan. Selain itu juga permukiman penduduk di wilayah yang mempunyai ketinggian antara 25 dpl

-100 dpl cenderung menyebar.

 Konservasi hutan dengan pengendalian konversi kawasan hutan lindung

menjadi lahan pertanian.

 Konservasi alam dengan Ekowisata: pengembangan potensi wisata alam

dengan tetap memperhatikan pelestarian alam sekitar dan mempertahankan

kawasan Tulungagung sebagai kawasan dengan zona resapan tinggi.

 Pengembangan kawasan agrowilis sebagai kawasan agropolitan regional yang

menjadi kawasan strategis propinsi.

 Peningkatan aksesbilitas: dengan akan dibangunnya prasarana jalan lintas

selatan yang menghubungkan kawasan jawa bagian selatan, peningkatan

akses serta perbaikan pola jaringan transportasi kabupaten yang tidak

memusat ke wilayah kota kabupaten serta pengembangan lingkar wilis untuk

mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang serta rencana

pengembangan lingkar timur dan lingkat barat.

 Rencana strategis pengembangan perkeretaapian meliputi jalur lingkar:

Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng) – Wonokromo – Sidoarjo – Bangil – Lawang – Malang – Blitar – Tulungagung - Kediri – Kertosono – Surabaya dan rencana pengembangan jalur perkeretaapian ganda ditujukan pada jalur-jalur

perkeretaapian Malang – Kepanjen – Blitar – Tulungagung – Kertosono.

 Pengembangan energi: terdapat rencana pengembangan sumber energy

mikrohidro, solar cell, maupun biogas dan energi angin perlu diwaspadai agar

daya dukung lahan tetap terjaga dan tidak membahayakan penduduk.

 Kerusakan lingkungan: Musim hujan berdampak erosi dan mengakibatkan

(25)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 20 untuk kegiatan pertanian, erosi akan menurunkan kesuburan tanah,

mengurangi daya serap dan daya simpan air tanah yang berakibat lahan

menjadi kering dan tandus.

 Pengembangan industri: pengembangan dan pengendalian secara bertahap

yang didukung dengan pengembangan aksesibilitas.

 Pengembangan kawasan pesisir dimana terdapat jalan lintas selatan (JLS).

Namun pengembangan ini mengalami kesulitan dikarenakan wilayah selatan

juga terdapat kawasan lindung dan kawasan karst.

(4)Kondisi Obyektif yang Harapkan

Berdasarkan hasil kegiatan diskusi (FGD), wawancara dari seluruh stakeholders

yang terkait, maka kondisi obyektif yang diinginkan adalah pengembangan

pertanian dan perikanan yang didukung oleh pariwisata dan industri menjadi satu

sektor unggulan yang saling terkait di Kabupaten Tulungagung.

Berdasarkan potensi ruang kabupaten secara umum serta visi dan misi yang telah

ditetapkan di Kabupaten Tulungagung beserta kebijakan diatasnya, maka tujuan

penataan ruang wilayah Kabupaten Tulungagung yang menjadi bahan

pertimbangan adalah:

“Mewujudkan Daerah berbasis agropolitan ditunjang industri, pariwisata, dan berbasis pada potensi lokal berkelanjutan”

B. Kebijakan Penataan Ruang

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang

harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang Wilayah Kabupaten

Tulungagung. Kebijakan penataan ruang Wilayah Kabupaten Tulungagung

berfungsi sebagai :

 Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah

kabupaten;

 Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten;

 Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW

kabupaten; dan

 Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang

wilayah kabupaten.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :  Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;

(26)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 21  Kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam mewujudkan tujuan penataan

ruangnya; dan

 Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria :

 Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan

penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah kabupaten

bersangkutan;

 Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan

pada wilayah kabupaten bersangkutan;

 Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang

diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan  Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

C. Strategi Penataan Ruang

Strategi dari penataan ruang wilayah Kabupaten Tulungagung dapat dijelaskan

sebagai berikut:

(1) Pemantapan kawasan agropolitan mandiri dan ramah lingkungan

dengan strategi meliputi:

a. menetapkan kawasan pengembangan agropolitan;

b. menetapkan sektor unggulan pengembangan agropolitan;

c. mengembangkan infrastruktur pendukung agropolitan; dan

d. mengembangkan sumber daya manusia pada kawasan agropolitan.

(2) Pengembangan industri berdaya saing tinggi dalam menarik investasi

berdasarkan potensi lokal dengan strategi meliputi:

a. mengembangkan kawasan industri berwawasan lingkungan;

b. mengembangkan dan memberdayakan industri besar, menengah, serta

kecil dan mikro; dan

c. mengembangkan pusat promosi dan pemasaran.

(3) Pengembangan pariwisata secara berkelanjutan dengan strategi

meliputi:

a. mengembangkan pariwisata berbasis ekowisata;

b. mengembangkan prasarana dan sarana pendukung pariwisata; dan

c. mengembangkan kawasan pariwisata unggulan.

(27)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 22 a. meningkatkan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan;

b. meningkatkan fungsi kawasan perdesaan sebagai pendukung

pengembangan agropolitan dan minapolitan; dan

c. meningkatkan interaksi desa-kota dalam meningkatkan efisiensi

pengembangan agropolitan dan minapolitan.

(5) Pengembangan sistem sarana dan prasarana wilayah dengan strategi

meliputi:

a. mengembangkan sistem transportasi intermoda;

b. meningkatkan jaringan energi dan pelayanan secara interkoneksi;

c. mengembangkan jaringan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan

air baku dan pengairan pertanian;

d. meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan komunikasi; dan

e. mengembangkan sarana prasarana lingkungan permukiman.

(6) Pengendalian secara ketat terhadap pemanfaatan ruang kawasan

lindung dengan strategi meliputi:

a. mempertahankan fungsi kawasan hutan lindung;

b. meningkatkan kualitas kawasan resapan air di wilayah selatan Kabupaten; c. memantapkan kawasan perlindungan setempat;

d. memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam,

pelestarian alam, dan cagar budaya;

e. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana; dan

f. memantapkan kawasan lindung geologi disertai dengan pemantapan

zonasi.

(7) Pengembangan kawasan budidaya sesuai daya tampung dan daya

dukung lingkungan dengan strategi meliputi:

a. mengembangkan kawasan hutan produksi dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan;

b. mengembangkan kawasan hutan rakyat dalam mendukung kearifan lokal;

c. mengamankan lahan pertanian berkelanjutan dan menjaga suplai pangan

nasional;

d. mengembangkan minapolitan untuk meningkatkan produk dan nilai

tambah perikanan;

(28)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 23 f. meningkatkan kawasan permukiman perkotaan secara sinergis dengan

permukiman perdesaan; dan

g. mengembangkan kawasan pesisir potensial di bagian selatan Kabupaten.

(8) Pengembangan kawasan strategis di wilayah Kabupaten dengan

strategi meliputi:

a. meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan ekonomi

khusus di Kabupaten sebagai salah satu kawasan andalan;

b. meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan strategis

sosial dan budaya;

c. meningkatkan dan memantapkan fungsi kawasan strategis

pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara

optimal; dan

d. memantapkan fungsi kawasan strategis perlindungan ekosistem dan

lingkungan hidup.

(9) Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara

dengan strategi meliputi:

a. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak

terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai

zona penyangga; dan

c. memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

2.3. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Pesisir dan Kepulauan

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Pesisir dan Kepulauan adalah sebagai

berikut :

1. Kebijakan dari tujuan Terciptanya keseimbangan dan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah perkotaan dan perdesaan baik di wilayah daratan dan kepulauan

guna menciptakan kesejahteraan di bidang ekonomi, social dan budaya melalui

pembangunan fisik dan nonfisik dan Terciptanya suatu kawasan yang berjatidiri dan

beridentitas yang berlandaskan pada nilai-nilai agama, budaya dan kearifan lokal

guna mencapai kemajuan yang mandiri, adalah :

a. Optimalisasi pengembangan Kawasan Kepulauan di Kabupaten Tulungagung;

(29)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 24 2. Kebijakan terciptanya keseimbangan dan pemerataan pembangunan di seluruh

wilayah perkotaan dan perdesaan baik di wilayah daratan dan kepulauan guna

menciptakan kesejahteraan di bidang ekonomi, social dan budaya melalui

pembangunan fisik dan nonfisik dapat dicapai dengan strategi :

 Melakukan optimasi pola ruang Kawasan Kepulauan di Kabupaten Tulungagung

sebagai kawasan permukiman, pelabuhan, pariwisata dan industri perikanan

serta kawasan lindung sehingga tetap terjadi keseimbangan pengembangan

kawasan;

 Melindungi ekosistem pesisir yang rentan terhadap perubahan fungsi kawasan;

serta

 Peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di Kawasan Kepulauan.

3. Kebijakan terciptanya suatu kawasan yang berjatidiri dan beridentitas yang

berlandaskan pada nilai-nilai agama, budaya dan kearifan lokal guna mencapai

kemajuan yang mandiri dapat dicapai dengan strategi:

 Peningkatan pemanfaatan dan pengembangan laut, pesisir dan perikanan darat

serta pariwisata secara terpadu;

 Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam memelihara

ekosistem pesisir dan wilayah kepulauan.

 Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan

terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan

yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan;

 Menjadikan kawasan lindung sebagai obyek wisata dan penelitian ekosistem

pesisir; serta

 Menghindari pembukaan areal tambak baru pada hutan mangrove

2.4. Konsep Teoritis

2.4.1. Konsep Perencanaan Ruang

Konsep perencanaan ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur

ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

Beberapa konsep perencanaan ruang antaranya: a. Comprehensive Planning

Perencanaan komprehensif adalah perencanaan terpadu (integrated) dalam pengertian bahwa perencanaan itu mencakup seluruh aspek penting (esensial)

(30)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 25 menyeluruh. Selain itu, berfungsi juga sebagai pedoman dalam menguraikan

rencana-rencana yang lebih khusus kearah tujuan yang lebih luas. Perencanaan

komprehensif mengandung konsep keseluruhan yang di susun secara sistemik dan sistematik (Sa’ud & Makmun, 2007:19). Perencanaan ini pada dasarnya menekankan pada kemampuan akal pikiran dalam memecahkan problem-problem

yang berkembang dan terjadi dalam masyarakat. Problema yang ada dipecahkan

melalui pendekatan ilmiah dalam analisisnya sehingga

permasalahan-permasalahan dapat dicarikan solusinya secara cermat serta tidak menimbulkan

permasalahan baru di kemudian hari.

Kelebihan perencanaan ini bersifat ”keahlian”. Karena itu, perencana dituntut memahami perencanaan baik dari sisi teknis maupun filosofis. Pada

umumnya, perencanaan ini dilakukan bersifat perorangan, namun tidak menutup

kemungkinan bersifat kolektif atau kelompok dengan asumsi kepentingan individu

menyesuaikan kepentingan kelompok. Karakter dasar perencanaan bersifat

komprehensif (menyeluruh), yakni mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial,

budaya dan lingkungan, sehingga semua masalah ingin coba diselesaikan.

Kelemahan dalam perencanaan ini biasanya kurang dapat memperhitungkan sumber daya yang tersedia, karena berasumsi bahwa sumber daya dapat dicari

dan diusahakan. Pembuat keputusan dipegang para ahli/perencana, sedangkan

masyarakat hanya diberikan sedikit peran, biasanya hanya dalam bentuk publik

hearing yang sifatnya serimonial. Dalam hal ini, perencana menganggap paling tahu atas segala permasalahan. Di samping itu, perencanaan bersifat

reduksionisme, determenistik dan obyektif sehingga bersifat sektoral. b.Structure Planning

Perencanaan struktur adalah perencanaan yang bertujuan untuk

menghasilkan suatu struktur yang stabil, cukup kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan.

Suatu struktur disebut stabil bila struktur tersebut tidak mudah terguling, miring

atau tergeser selama umur penataan ruang direncanakan. Suatu struktur disebut

cukup kuat dan mampu layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan struktur dan

kehilangan kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil

dan dalam batas yang dapat diterima. Suatu struktur disebut awet bila struktur

(31)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 26 mencapai tujuan perencanaan tersebut, perencanaan struktur harus mengikuti

peraturan perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah berupa standarnya. c. Strategic Planning

Perencanaan strategis adalah perencanan dimana masyarakat sebagai

pembuat keputusan, pihak-pihak terkait dibantu para ahli yang bertindak sebagai

fasilitator. Bersifat komprehensif karena semua aspek dikaji tetapi hanya berkaitan

dengan isu strategis, hasil kajiannya bersifat menyeluruh bukan hanya aspek fisik

serta memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Kelemahan perencanaan

strategis terletak pada keterbatasan pengetahuan sumber daya manusia organisasi yang tidak merata sehingga tidak semua memahami visi dan misi

organisasi. Dalam pencermatan lingkungan internal dan eksternal organisasi harus

dilakukan oleh anggota organisasi yang berpengalaman dan mengenal betul

karakter organisasi sehingga mampu mengetahui isu-isu organisasi yang strategis.

Selan itu perencanaan ini termasuk perencanaan jangka panjang, dimana strategi

yang dimaksud sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai pada

masa depan.

d.Continuous Planning

Perencanaan ini adalah perencanaan yang dilakukan secara terus menerus,

berdasarkan pada pemantauan dan evaluasi dari hasil mengamati dan memeriksa

kesesuaian pemanfaatan ruang. Perencanaan yang dilakukan secara menerus ini,

akan membawa pada arah pengembangan untuk aspek yang direncanakan. Setiap

ada kerusakan atau penurunan kualitas dan kuantitas segera terdapat perbaikan,

sehingga sifatnya mencapai dan mempertahankan kualitas dan kuantitas, namun

tetap disesuaikan dengan kebutuhan ruang. e. Consensus Planning

Perencanaan konsensus adalah perencanaan yang mengutamakan adanya partisipasi masyarakat dengan komunikasi yang intersubjektif atau memiliki aspek

kesamaan dan kebersamaan (common and shared). Pada perencanaan ini perencana berperan sebagai negosiator dan fasilitator, dimana kekuasaan sifatnya

tidak terpusat. Untuk pengendalian atau kontrolnya bersifat eksplisit dengan

mengutamakan penekanan pada komunikasi yang logis. Perencanaan ini tidak

menfokuskan pada isu yang utama dimana keefektifannya diambil berdasarkan

(32)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 27

2.4.2. Pengertian Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ( RZWP-3-K)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1

Tahun 2014 dan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Rencana

Zonasi Bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZBWP-3-K) adalah

pendetailan dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil pada sebagian

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

2.4.3. Pengertian Kawasan Pesisir dan Batasan Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan,

percampuran yang terjadi berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya

daerah yang berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar. Sehingga dari

kondisi yang ada di wilayah pesisir tersebut dapat dijadikan seuatu yang potensial

bagi suatu daerah dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.

Keberadaan dari wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keragaman

potensi sumber daya alam yang tinggi, dan sangat penting bagi pengembangan

sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan penyangga kedaulatan bangsa, oleh karena itu perlu dikelola secara berkelanjutan dan berwawasaan global, dengan

memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat, dan tata nilai bangsa yang

berdasarkan norma hukum nasional. Hal ini dijelaskan dalam UU. No 26 Tahun 2007.

Garis batas nyata dari wilayah pesisir tidak ada, batas wilayah pesisir hanyalah

berupa garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat.

Menurut UU. No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir, dijelaskan

bahwa batasan wilayah pesisir kearah daratan mencakup wilayah administrasi

daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis

pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk perairan dangkal, rawa payau dan laguna.

Perencanaan Kawasan Pesisir

Lahirnya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah

(33)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 28 pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait dalam untuk melakukan

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu.

Pengelolaan wilayah pantai secara terpadu (Intergrated Coastal Zone

Management) merupakan kunci bagi pemecahan problem dan konflik di wilayah

pantai yang sangat pelik dan kompleks). Keterpaduan di dalam manajemen publik

dapat didefinisikan sebagai penentuan goals dan objektif secara simultan,

melakukan secara bersama-sama pengumpulan informasi, perencanaan dan

analisis secara kolektif, penggunaan secara bersama-sama perangkat/ instrumen

pengelolaan (Djunaedi, 2002).

Integrated Coastal Zone Management (ICZM)

Pengelolaan Kawasan Pesisir secara terintegrasi (Integrated Coastal Zone Managemenent / ICZM), adalah suatu pendekatan yang menyeluruh yang dikenal dalam pengelolaan kawasan pesisir. Beberapa definisi diperkenalkan oleh

beberapa pakar kelautan dan pesisir yang ada di dunia. Salah satu definisi lain

dari ICZM adalah suatu kesatuan system yang terintegrasi yang memiliki

hubungan terhadap tujuan lokal, regional, nasional, dan internasional. ICZM ini

memfokuskan diri kepada interaksi antar berbagai kegiatan dan pengelolaan sumberdaya yang ada di dalam kawasan pesisir dan antar kegiatan-kegiatan yang

berada di suatu kawasan pesisir dengan kegiatan kegiatan yang berada di daerah

lain (OECD, 1993).

ICZM merupakan proses pencapaian tujuan dan sasaran dari pembangunan

berkelanjutan wilayah pesisir, dalam batasan fisik, sosial, dan ekonomi, serta

dalam batasan hukum, lembaga, serta sistem keuangan dan administrasi. ICZM

berfokus pada hubungan antara kegiatan sektoral untuk mencapai tujuan yang

lebih komprehensif (UNEP, 1995) Berikut prinsip-prinsip ICZM:

a. Pendekatan Holistik: Segala macam elemen yang berkaitan dengan hidrologi, geomorfologi, iklim, ekologi, sosial ekonomi, dan sistem budaya

harus diperhitungkan secara terpadu dan holistik. Area laut dan daratan

dalam kawasan pesisir harus dikelola dengan baik secara bersama-sama.

b. Pendekatan Ekosistem: Pendekatan ekosistem dalam manajemen dan

perencanaan pesisir harus diterapkan untuk menjamin keberlanjutan

(34)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 29 c. Tata Kelola yang Baik: tata kelola yang baik dari kawasan pesisir

membutuhkan koordinasi lintas sektoral dari berbagai pelayanan administrasi

kawasan pesisir, baik secara horizontal maupun vertikal.

d. Solidaritas Inter dan Intragenerasi: ICZM harus diterapkan untuk

menjamin distribusi sumberdaya pesisir yang lebih baik antara generasi saat

ini dan masa depan.

e. Menjaga Kekhasan: Aktivitas yang terjadi di dalam kawasan pesisir

sangatlah kompleks harus diperhatikan dengan baik, dan diprioritaskan untuk

menjaga kekhasan identitas masyarakat setempat.

f. Prinsip Pencegahan: Pencegahan diperlukan agar aktivitas yang terjadi

tidak melebihi kapasitas daya dukung pesisir dan untuk meminimalisasi

dampak negatif dari pariwisata dan pembangunan.

Konsep Minapolitan

Konsep minapolitan pada dasarnya adalah konsep pengembangan wilayah

dimana konsep ini menitik beratkan pada pengembangan komoditas-komoditas

unggulan pada sektor perikanan di suatu wilayah pesisir. Dengan kecenderungan

kegagalan model pembangunan di suatu daerah yang secara umum menyebabkan perekonomian di daerah tersebut yang tidak berkembang sehingga

menyebabkan pembangunan terhambat. Dengan terhambatanya pembangunan di

suatu daerah, maka dapat pula menyebabkan menyebabkan disparitas antar

wilayah.

Minapolitan adalah Konsep Pembangunan Ekonomi Kelautan dan Perikanan

berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan

berdasarkan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi tinggi.

Sementara itu, kawasan minapolitan adalah kawasan ekonomi berbasis kelautan

dan perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan, jasa, permukiman, dan kegiatan lainnya yang saling terkait.

Dalam perencanaan pengembangan kawasan minapolitan perlu di ketahui

terlebih dahulu tentang unsur-unsur apa saja yang masuk dalam pengembangan

minapolitan. Seperti kita ketahui tujuan pengembangan kawasan minapolitan

adalah untuk mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan

perikanan sebagai kegiatan utama dalam meningkatkan pendapatan dan

(35)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 30 yang berdaya saing tinggi. Hal ini harus di tunjang dengan perencanaan yang

berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan

terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di

kawasan Minapolitan.

Secara konseptual Minapolitan mempunyai 2 unsur utama yaitu, pertama

Minapolitan sebagai konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis

wilayah dan, kedua, Minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan

komoditas utama produk kelautan dan perikanan.

Konsep Minapolitan didasarkan pada 3 azas, yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan

dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention), dan penguatan daerah. Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan

dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan

sumberdaya kelautan dan perikanan benar-benar untuk kesejahteraan rakyat dan

menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan.

Dengan konsep minapolitan diharapkan pembangunan sektor kelautan dan

perikanan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi. Pertama, prinsip integrasi diharapkan dapat mendorong agar

pengalokasian sumber daya pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara

menyeluruh atau holistik dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan

stakeholders, baik instansi sektoral, pemerintahan di tingkat pusat dan daerah,

kalangan dunia usaha maupun masyarakat. Kepentingan dan dukungan tersebut

dibutuhkan agar program dan kegiatan percepatan peningkatan produksi

didukung dengan sarana produksi, permodalan, teknologi, sumberdaya manusia,

prasarana yang memadai, dan sistem manajemen yang baik.

Kedua, pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus dilaksanakan secara efisien agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan biaya murah namun

mempunyai daya guna yang tinggi. Dengan konsep minapolitan pembangunan

infrastruktur dapat dilakukan secara efisien dan pemanfaatannya pun diharapkan

akan lebih optimal. Selain itu prinsip efisiensi diterapkan untuk mendorong agar

sistem produksi dapat berjalan dengan biaya murah, seperti memperpendek mata

rantai produksi, efisiensi, dan didukung keberadaan faktor-faktor produksi sesuai

(36)

Praktek Perencanaan Pesisir Page 31 Ketiga, pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus

berorientasi pada kualitas, baik sistem produksi secara keseluruhan, hasil produksi,

teknologi maupun sumberdaya manusia. Dengan konsep minapolitan pembinaan

kualitas sistem produksi dan produknya dapat dilakukan secara lebih intensif.

Keempat, prinsip percepatan diperlukan untuk mendorong agar target produksi

dapat dicapai dalam waktu cepat, melalui inovasi dan kebijakan terobosan. Prinsip

percepatan juga diperlukan untuk mengejar ketinggalan dari negara-negara

kompetitor, melalui peningkatan market share produk-produk kelautan dan

perikanan Indonesia tingkat dunia. Selanjutnya, konsep minapolitan akan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan minapolitan di daerah-daerah

potensial unggulan. Kawasan-kawasan minapolitan akan dikembangkan melalui

pembinaan sentra-sentra produksi yang berbasis pada sumber daya kelautan dan

perikanan. Setiap kawasan minapolitan beroperasi beberapa sentra produksi

berskala ekonomi relatif besar, baik tingkat produksinya maupun tenaga kerja

yang terlibat dengan jenis komoditas unggulan tertentu. Dengan pendekatan

sentra produksi, sumber daya pembangunan, baik sarana produksi, anggaran,

permodalan, maupun prasarana dapat dikonsentrasikan di lokasi-lokasi potensial, sehingga peningkatan produksi kelautan dan perikanan dapat dipacu lebihcepat.

Agar kawasan minapolitan dapat berkembang sebagai kawasan ekonomi

yang sehat, maka diperlukan keanekaragaman kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan

produksi dan perdagangan lainya yang saling mendukung. Keanekaragaman

kegiatan produksi dan usaha di kawasan minapolitan akan memberikan dampak

positif (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian setempat dan akan

berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

Dengan pendekatan kawasan dan sentra produksi, diharapkan pembinaan

unit-unit produksi dan usaha dapat lebih fokus dan tepat sasaran. Walaupun demikian, pembinaan unit-unit produksi di luar kawasan harus tetap dilaksanakan

sebagaimana yang selama ini dijalankan, namun dengan konsep minapolitan

pembinaan unit-unit produksi di masa depan dapat diarahkan dengan

menggunakan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi.

Penggerak utama ekonomi di Kawasan Minapolitan dapat berupa sentra

produksi dan perdagangan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan

Gambar

Gambar 1.1. Peta Tematik Wilayah Pesisir Kabupaten Tulungagung
Tabel. Tingkat Dependensi Rasio Per Kecamatan
Tabel. Persentase Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut
Gambar 3.1.1. Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP-3-K Provinsi.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta saat ini adalah sebagai berikut: (1) pengembangan kampus belum terpadu dan memperhitungkan

Jika dilakukan observasi di lokasi kejadian kecelakaan, pemasangan rambu rambu sementara yang dilakukan petugas layanan jalan tol belum sesuai dengan aturan SK DIREKSI

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan alasan hukum Islam diajarkan sebagai mata kuliah wajib di Fakultas Hukum di Indonesia,

Anda tidak bisa menambahkan produk yang sudah habis, sedang, atau akan mengikuti Flash Sale Shopee, atau produk yang tidak sesuai dengan kriteria. Anda bisa mengecek kriteria utama

Sebaliknya, agen moral harus mempertimbangkan konsekuensi keputusan dalam hal membuat kebahagiaan, atau dalam hal membuat aturan yang apabila diikuti berkemungkinan

Jika salah satu pemain mengatakan suatu angka, pemain lain harus mengatakan angka yang lebih besar 1 hingga 10 angka dari angka tersebut. Dan begitu seterusnya hingga

Dari hasil penelitian ini, telah dihasilkan suatu Sistem Informasi Geografis Jalur Angkutan Umum di Kota Manado berbasis mobile web yang dapat digunakan sebagai sarana

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database