• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Ekonomi Regional Kabupaten Semara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Profil Ekonomi Regional Kabupaten Semara"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Profil Ekonomi Regional :

Kabupaten Semarang

Provinsi Jawa Tengah

09/28/2009

Arif Rahman Hakim

ONLINE AVAILABLE :

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, tugas paper dengan judul Analisis Ekonomi Regional di Kabupaten Semarang yang kemudian dalam paper ini penulis ubah judulnya menjadi Profil Ekonomi Regional Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah; dapat diselesaikan dengan baik. Pembuatan paper, dimaksudkan untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Ekonomi Regional pada Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia.

Penerapan dan simulasi dengan melalui data sekunder yang diterbitkan oleh instansi terkait dengan menggunakan metode Location Quotient, Metode Shift Share, dan Metode Tipologi Klassen. Tugas kuliah ini merupakan tugas akhir berbentuk makalah yang menjadi anjuran Suahazil Nazara, Ph.D; dimana beliau telah menerapkan kriteria tersendiri. Melakukan beberapa tahap dalam membuat sebuah karya tulis berbentuk hasil penelitian sudah penulis lakukan, hasil yang nampak harus penulis akui sedikit bahkan mungkin banyak bertabrakan dengan kriteria yang dianjurkan oleh pengampu. Untuk itu penulis minta maaf. Tugas makalah yang tersaji inilah menjadi saksi dari hasil optimal yang penulis lakukan.

Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Suahazil Nazara, Ph.D yang telah memberikan ilmu dan banyak masukan melalui pengajaran dan konsultasi pembuatan tugas makalah pada perkuliahan yang diselenggarakan di Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia.

Menyadari terbatasnya waktu dan juga kemampuan penulis, maka penulis tidak menutup kemungkinan bahwa kajian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dalam isi maupun pembahasan. Oleh karena itu saran dan kritik demi pengembangan kajian ini ke arah yang lebih baik dan lebih bermanfaat, sangatlah penulis harapkan.

Depok, September 2009

(3)

ABSTRAK

Kabupaten Semarang merupakan bagian dari region yang notabene merupakan salah

satu Kabupaten dari 33 Kabupaten atau Kota yang terdapat di Propinsi Jawa Tengah. Bagi

Kabupaten Semarang, terdapat tiga sektor yang dapat menyumbangkan PDRB dalam jumlah

besar yaitu sector industri, sektor perdagangan hotel dan restoran, dan sektor pertanian.

Konstribusi masing-masing sektor berfluktuasi tiap tahunnya, namun ketiga sektor tersebut

menyumbang hampir lebih dari separuh struktur PDRB di Kabupaten Semarang.

Pemberlakuan otonomi memberi kewenangan yang luas kepada daerah untuk lebih

bertanggung jawab terhadap perkembangan daerahnya. Upaya ini menjadi peluang sekaligus

tantangan untuk memacu perkembangan ekonomi regional Kabupaten Semarang

memperhatikan keserasian dan keterpaduan perkembangan ekonomi lokal agar tidak terjadi

ketimpangan wilayah. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi sektor basis dalam perekonomian

di Kabupaten Semarang sekaligus pemetaan potensi ekonomi dilingkup kecamatan yang berada

di wilayah Kabupaten Semarang.

Studi ini menggunakan data runtun waktu ( 2000 – 2005 ) yang diperoleh dari Badan

Pusat Statistik Kabupaten Semarang serta data lain yang relevan dengan studi yang tengah

dilakukan. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan melakukan pendekatan deskriptif

kuantitatif. Pendekatan deskriptif adalah penyajian dan penyusunan data kedalam tabel dan

grafik, sedangkan pendekatan kuantitatif dengan melakukan analisis data dengan

menggunakan Metode Location Quotient, Metode Shift-Share, dan Metode Tipologi Klassen.

Studi menemukan temuan sebagai berikut : (1) Sektor Industri menjadi sektor basis di

Kabupaten Semarang. Selain itu, tingkat propinsi Jawa Tengah juga terdapat 5 sektor yang

dapat menjadi sektor basis yaitu sektor pertanian, industri, listrik gas dan air bersih,

perdagangan hotel dan restoran, dan jasa-jasa. (2) Sektor yang mengalami bauran industri

positif adalah sektor industri, listrik gas dan air, bangunan & konstruksi, perdagangan hotel dan

restoran, angkutan & komunikasi, kemudian jasa-jasa. Selain itu, hampir semua sektor

mempunyai daya saing tinggi kecuali sektor bangunan / konstruksi. (3) Hingga tahun 2004

terdapat 1 kecamatan yang konsisten dalam kategori daerah maju dan cepat tumbuh yaitu

Bergas. Kecamatan yang konsisten masuk kategori berkembang cepat yaitu Tengaran dan

Bawen, kemudian ditambah kecamatan Ambarawa, Bringin, Susukan, Tuntang, Banyubiru,

Jambu, dan Bancak. Kecamatan yang masuk dalam kategori maju tapi tertekan yaitu Pringapus,

Pabelan, dan Ungaran. Sedangkan kecamatan yang masih relatif tertinggal adalah Getasan,

Sumowono, dan Kaliwungu.

(4)

A. PENDAHULUAN

Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, sebab daerah merupakan bagian integral dari suatu negara. Indonesia adalah negara kesatuan, dimana rencana rencana pembangunan meliputi rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan regional. Pembangunan ekonomi nasional mempunyai dampak atas struktur ekonomi nasional dan struktur ekonomi daerah. Pembangunan yang berorientasi pada suatu sektor tertentu, biasanya menyebabkan prestasi sektor tersebut meningkat baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah selama kurun waktu tertentu ( Soepono; 1993 ). Meski demikian, kegiatan pembangunan seyogyanya lebih ditujukan pada urusan peningkatan kualitas masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi yang optimal, perluasan tenaga kerja, dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Salah satu ukuran untuk melihat kinerja pembangunan ekonomi dapat dilihat melalui Produk Domestik Bruto. Bila konteksnya daerah bernama Produk Domestik Regional Bruto. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) di Indonesia pada dasarnya terdiri dari sembilan sektor, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa persahaan serta jasa-jasa.

(5)

Sumber : BPS Kab. Semarang Tahun 2005, Hasil Pengolahan Data

Gambar 1. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang Tahun 2001-2005 Atas Dasar Harga Berlaku & Atas Dasar Harga Konstan

Bagi Kabupaten Semarang, terdapat tiga sektor yang dapat menyumbangkan PDRB dalam jumlah besar yaitu sektor industri, sektor perdagangan hotel dan restoran, dan sektor pertanian. Konstribusi masing-masing sektor berfluktuasi tiap tahunnya, namun ketiga sektor tersebut menyumbang hampir lebih dari separuh struktur PDRB di Kabupaten Semarang. Melalui tabel 1, dapat dilihat konstribusi sektor ekonomi di Kabupaten Semarang tahun 2001-2005.

Tabel 1.Konstribusi PDRB Kabupaten Semarang Menurut Sektor Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003-2005 ( Persen )

Sektor Ekonomi

Konstribusi Tiap Sektor

PDRB Harga Berlaku PDRB Harga Konstan

2001 2003 2005 2001 2003 2005

1 Industri 46,32 43,67 43,88 46,89 45,99 47,03

2 Perdagangan, Hotel, & Restoran 22,38 21,38 20,83 22,52 22,01 21,78

3 Pertanian 13,96 16,37 14,90 13,38 14,76 13,34

4 Jasa-Jasa 8,11 8,30 8,52 8,06 7,94 7,91

5 Bangunan/Konstruksi 3,55 3,93 4,13 3,50 3,58 3,79

6 Keuangan, sewa, & Js Pershn 3,01 3,11 3,58 3,00 2,95 3,15

7 Pengangkutan & Komunikasi 1,75 2,02 2,73 1,78 1,87 2,08

8 Listrik, gas, dan air bersih 0,80 1,12 1,33 0,75 0,78 0,81

9 Pertambangan & Penggalian 0,11 0,11 0,11 0,12 0,11 0,12

Sumber : BPS Kab. Semarang Tahun 2005, Hasil Pengolahan Data

(6)

tersebut harus mengekspor produknya ke daerah lain, sebaliknya apabila sektor tersebut menjadi sektor non basis maka sektor tersebut harus mengimpor produk sektor tersebut kedaerah lain ( Wijaya; 1996 dalam Azhar, dkk; 2001 dan Antara; 2005 ).

Pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan sektor basis daerah yang bersangkutan. Idealnya suatu daerah seyogyanya mampu menyediakan permintaan akan sumberdaya lokal untuk menggerakkan ekonomi daerah, termasuk tenaga kerja dan bahan baku sehingga tidak mengimpor dari luar. Upaya ini diharapkan dapat menghasilkan kekayaan daerah utamanya bergeraknya perekonomian lokal yang lebih baik. Terlebih lagi dengan diberlakukannya otonomi yang memberi kewenangan yang luas kepada daerah untuk lebih bertanggung jawab terhadap perkembangan daerahnya. Upaya ini menjadi peluang sekaligus tantangan untuk memacu perkembangan ekonomi regional Kabupaten Semarang memperhatikan keserasian dan keterpaduan perkembangan ekonomi lokal agar tidak terjadi ketimpangan wilayah.

Untuk itu perlu dilakukan identifikasi sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Semarang sekaligus pemetaan ekonomi ditiap kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Semarang.

B. TINJAUAN PUSTAKA

B.1 Sekilas Kabupaten Semarang

Kabupaten Semarang merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Semarang secara geografi berada pada 110014’ 54,75’’ sampai dengan 110039’ 3’’

Bujur Timur dan 70 3’57”- 70 33’ Lintang Selatan. Batas administrasi Kabupaten Semarang

adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Kendal. Ditengah-tengah Kabupaten Semarang terdapat Kota Salatiga. Rata-rata ketinggian tempat di Kabupaten Semarang antar kecamatan berbeda. Daerah terendah terdapat di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran dan daerah tertinggi terdapat di desa Batur Kecamatan Getasan.

(7)

Kabupaten Semarang secara adminintratif terdiri atas 17 kecamatan, 208 desa, 27 kelurahan, 1353 rukun warga, dan 6307 rukun tetangga. Beberapa pemekaran wilayah administrasi yang terjadi selama tahun 2005 adalah wilayah rukun warga sebanyak 30 wilayah dan wilayah rukun tetangga 5 wilayah. Jumlah prasarana desa sampai tahun 2004 mencapai 526 buah yang terdiri dari prasarana perhubungan 311 buah, pendidikan dan kesehatan 48 buah, perekonomian sebanyak 26 buah, dan sosial sebanyak 141 buah.

Penduduk Kabupaten Semarang pada tahun 2005 sebesar 896048 orang sehingga rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Semarang sekitar 1060 jiwa/km. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,46 persen. Dari hasil angka registrasi tersebut, diperoleh rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Semarang masih dibawah 100 yaitu sebesar 98,52. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk wanita lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, jumlah keluarga juga mengalami peningkatan dari 230351 pada tahun 2004 menjadi 232238 pada tahun 2005, dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4 orang.

Berdasarkan data dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang, banyaknya pencari kerja yang terdaftar selama tahun 2005 berjumlah 13091 orang. Berdasarkan jenis kelamin, komposisi pencari kerja tidak mengalami perubahan, pencari kerja perempuan masih lebih banyak daripada pencari kerja laki-laki. Masing-masing tercatat 4664 pencari kerja laki-laki dan 8427 pencari kerja perempuan. Mata pencaharian penduduk Kabupaten Semarang pada umumnya masih bekerja dibidang pertanian, hal ini menunjukkan bahwa potensi wilayah Kabupaten Semarang sebagian besar masih merupakan lahan pertanian.

Berdasarkan Neraca Daerah dan Aliran Kas Kabupaten Semarang TA 2004, anggaran pendapatan ditetapkan sebesar Rp 410.313.702.187,- atau 103,13 %. Dengan rincian sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah dianggarkan Rp 53.679.973.008,- realisasinya Rp 56.511.823.626,- ( 105,27 % ); Dana Perimbangan dianggarkan Rp 329.009.350.448,-realisasinya Rp 336.039.078.561 ( 102,13 % ) ; dan Lain-lain penerimaan yang sah dianggarkan Rp Rp 15.161.210.000,- realisasinya Rp 17.762.800.000,- ( 117,15 % ).

(8)

B.2 Sektor Basis

Diberlakukannya UU No 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah adalah suatu tonggak sejarah mengawali kewenangan pemerintah daerah mengatur rumah tangga pemerintahnnya sendiri. Kewenangan mengatur berbagai bidang termasuk bidang ekonomi, berarti pemerintah daerah dapat mendorong atau mempercepat tercapainya kemakmuran masyarakat melalui perencanaan ekonomi makro dan mikro secara matang dan cermat.

Suatu perencanaan pembangunan ekonomi diperlukan penentuan kegiatan kegiatan diantara sektor-sektor perekonomian. Pada dasarnya, masing-masing sektor tidak berdiri sendiri melainkan saling berkaitan. Kemajuan suatu sektor tidak akan terlepas dari dukungan yang diberikan oleh sektor lainnya sehingga sebenarnya keterkaitan antar sektor ini dapat dimanfaatkan untuk memajukan seluruh sektor yang terdapat dalam perekonomian. Dengan melihat keterkaitan antar sektor dan memperhatikan efisiensi serta efektivitas yang hendak dicapai dalam pembangunan, maka sektor yang mempunyai keterkaitan tinggi dengan banyak sektor pada dasarnya merupakan sektor yang perlu mendapatkan perhatian lebih ( Nazara; 2009 ).

Teori ekonomi basis mengklarifikasikan seluruh kegiatan ekonomi kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Deliniasi wilayah dilakukan berdasarkan konsep perwilayahan yaitu konsep homogenitas, nodalitas, dan administrasi ( Hendayana; 2003 ). Dijelaskan oleh Rusastra, dkk ( 2002 ) dalam Hendayana ( 2003 ) bahwa yang dimaksud kegiatan basis merupakan kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang maupun jasa ditujukan untuk ekspor keluar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional, dan internasional. Konsep efisiensi teknis maupun efisiensi ekonomis sangat menentukan dalam pertumbuhan basis suatu wilayah. Sedangkan kegiatan non basis merupakan kegiatan masyarakat yang hasilnya baik berupa barang atau jasa diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Konsep swasembada, mandiri, kesejahteraan, dan kualitas hidup sangat menentukan dalam kegiatan non basis ini.

(9)

dan kesempatan kerja non basis ditentukan oleh pendapatan dan kesempatan kerja sektor basis.

Meski perkembangan tiap sektor ekonomi terus terjadi sehingga berakumulasi pada peningkatan output, tidak serta merta mencerminkan pemerataan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja. Maka sektor ekonomi basis perlu didorong untuk meningkatkan pemerataan pendapatan dan penyediaan kesempatan kerja. Oleh karenanya sektor ini mesti mendapatkan perhatian pemerintah karena memiliki dasar yang kuat sebagai penopang kegiatan perekonomian. Melalui upaya ini, pemerintah diharapkan mampu menurunkan jumlah pengangguran, meningkatkan distribusi pendapatan, dan mengurangi angka kemiskinan ( Yamin; 2005 ).

Prospek pertumbuhan output di sektor basis sangatlah penting, selain dapat berpengaruh kepada proyeksi kesempatan kerja untuk satu periode dimasa yang akan dating pada sektor itu sendiri maupun yang lain. Kondisi ini menyebabkan perlunya campur tangan pemerintah guna menitikberatkan program pembangunan pada sektor yang berpotensi untuk dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Prioritas tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran yang cederung semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C. METODE PENELITIAN

C.1 Jenis Data dan Sumber Data

Studi ini menggunakan data runtun waktu ( 2000 – 2005 ) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang serta data lain yang relevan dengan studi yang tengah dilakukan. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan melakukan pendekatan deskriptif dan kuantitatif. Pendekatan deskriptif adalah penyajian dan penyusunan data kedalam tabel dan grafik, sedangkan pendekatan kuantitatif adalah data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Location Quotient, Metode Shift-Share, dan Metode Tipologi Klassen.

C.2 Metode Analisis

C.2.1 Metode Location Quotient

(10)

t

Vt= output total nasional

Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu :

a. LQ > 1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah.

b. LQ = 1; artinya komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.

c. LQ < 1; artinya komoditas juga termasuk non basis. Produksi komoditas disuatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan dari luar.

C.2.2 Metode Shift-Share

Teknik analisis shift share digunakan untuk menunjukkan sektor-sektor yang berkembang di wilayah studi dibandingkan dengan referensi. Teknik ini menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan kinerja perekonomian regional. Dengan demikian dapat ditunjukkan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah bila daerah tersebut memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional. Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan sektor disuatu wilayah dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya, dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari beberapa perbandingan tersebut ( Soepono;1993 ).

Bentuk persamaan metode ini adalah sebagai berikut :

Dij= Nij+ Mij+ Cij ... ( 3.2 )

Keterangan :

Dij : perubahan pertumbuhan

Nij : pengaruh pertumbuhan wilayah referensi Mij : pengaruh pergeseran proporsional

(11)

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 (tiga) bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

b. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan.

c. Pergeseran Diferensial (differential shift) membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Analisis SS (Shift Share) ini menggunakan indikator:

(1) bila komponen pertumbuhan proporsional (Mij) suatu sektor > 0, maka sektor bersangkutan mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan pengaruh positif kepada perekonomian wilayah, begitu pula sebaliknya;

(2) bila komponen daya saing (Cij) suatu sektor > 0, maka keunggulan komparatif dari suatu sektor tersebut meningkat dalam perekonomian wilayah yang lebih luas, begitu pula sebaliknya.

C.2.3 Metode Tipologi Klassen

Metode ini digunakan untuk mengetahui corak atau kondisi perekonomian tiap kecamatan di Kabupaten Semarang dibandingkan dengan kinerja perekonomian Kabupaten Semarang. Variabel yang dianalisis dalam analisis ini adalah PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi tahunan selama tahun pengamatan dan menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan 2000 dan jumlah penduduk pada tahun yang sama.

Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah dengan menggunakan tipologi klassen, diperoleh 4 klasifikasi pertumbuhan masing-masing daerah, yaitu :

a. Daerah maju dan cepat tumbuh( rapid growth region )

b. Daerah maju tapi tertekan(retarded region )

(12)

d. Daerah relatif tertinggal(relatively backward region )

ri = laju pertumbuhan PDRB kecamatan r = laju pertumbuhan PDRB kota / kabupaten Yi = pendapatan perkapita kecamatan

Y = pendapatan perkapita kota / kabupaten

D. Hasil dan Pembahasan D.1 Metode Location & Quotient

Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah ada keunggulan komparatif dalam perekonomian daerah yang dianalisis sehingga dapat diketahui sektor basis ekonomi wilayah Kabupaten Semarang. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2.Hasil Perhitungan dengan Metode LQ di Kabupaten Semarang

Sektor Ekonomi Tahun Rerata Keterangan

2000 2001 2002 2003 2004 2005

1 Pertanian 0.7576 0.9686 0.7803 0.7827 0.6818 0.0708 0.6736 Non Basis

2 Pertambangan & Penggalian

0.0835 0.1125 0.0724 0.0715 0.1200 0.0133 0.0789 Non Basis

3 Industri 1.4773 0.8912 1.4956 1.4744 1.4307 0.1585 1.1546 Basis

4 Listrik, gas, dan air bersih

0.6002 0.9147 0.5684 0.6163 0.6644 0.0731 0.5728 Non Basis

5 Bangunan / Konstruksi

0.8685 1.2863 0.8834 0.8875 0.6521 0.0743 0.7753 Non Basis

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran

0.9576 1.3892 0.9119 0.9043 1.0938 0.1190 0.8960 Non Basis

7 Pengangkutan & Komunikasi

0.3435 0.4977 0.3357 0.3427 0.3479 0.0404 0.3180 Non Basis

8 Keuangan, sewa, & Js Pershn

0.7815 1.1518 0.7746 0.7801 0.8731 0.0940 0.7425 Non Basis

9 Jasa-Jasa 0.7976 1.2214 0.8116 0.8342 0.8044 0.0857 0.7592 Non Basis

Sumber : Sumber : BPS Kab. Semarang Tahun 2005, Hasil Pengolahan Data

(13)

nasional berdiri didaerah ini sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperluas kesempatan kerja. Selain itu hasil ini juga sejalan dengan perhitungan LQ untuk wilayah Jawa Tengah dimana sektor industri juga menjadi sektor basis. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3.Hasil Perhitungan dengan Metode LQ di Propinsi Jawa Tengah

Sektor Ekonomi Tahun Rerata Keterangan

2000 2001 2002 2003 2004 2005

1 Pertanian 1.2664 0.8434 1.2282 1.1795 1.3106 1.3478 1.1960 Basis

2 Pertambangan & Penggalian

0.1142 0.0845 0.1289 0.1384 0.0937 0.0959 0.1093 Non Basis

3 Industri 1.0460 1.8239 1.0466 1.0615 1.0860 1.0964 1.1934 Basis

4 Listrik, gas, dan air bersih

1.9101 1.2441 1.8763 1.8325 1.7520 1.7400 1.7258 Basis

5 Bangunan / 0.6999 0.4680 0.6869 0.6766 0.9104 0.8947 0.7228 Non Basis

6 Perdagangan, Hotel, & Restoran

1.3936 0.9536 1.4111 1.4263 1.1610 1.1309 1.2461 Basis

7 Pengangkutan & Komunikasi

1.0254 0.6993 1.0081 0.9605 0.9143 0.8544 0.9103 Non Basis

8 Keuangan, sewa, & Js Pershn

0.4517 0.2918 0.4180 0.4050 0.3814 0.3771 0.3875 Non Basis

9 Jasa-Jasa 1.8880 1.2953 1.9837 2.0119 2.1960 2.2750 1.9416 Basis

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2005, Hasil Pengolahan Data

Meski demikian masih ada peluang bagi Kabupaten Semarang untuk mengembangkan sektor lain seperti sektor keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan, jasa-jasa, dan pertanian. Dimana sektor ini memiliki konstribusi besar dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Semarang seperti terlihat pada tabel 1 diatas.

D.2 Metode Shift-Share

Metode ini digunakan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi daerah studi bila dibandingkan dengan daerah referensi sehingga dapat ditentukan kinerja atau produktivitas ekonomi daerah dibanding dengan daerah yang lebih besar. Hasil analisis disajikan dalam tabel 4.

Berdasarkan tabel 4, Kabupaten Semarang mengalami perubahan PDRB dari tahun 2000 hingga tahun 2005 sebesar 759906,53. Ini terjadi karena dipengaruhi oleh komponen-komponen berikut, yaitu:

- Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang ditunjukkan dengan variabel Nij sebesar 12342,26. Dimana hal ini berarti pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB di Kabupaten Semarang.

(14)

- Komponen daya saing yang ditunjukkan dengan variabel Cij sebesar 709753,44. Dimana hal ini memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB di Kabupaten Semarang.

Selain itu, rentang periode ini sektor yang mengalami bauran industri positif adalah sektor industri, listrik gas dan air, bangunan & konstruksi, perdagangan hotel dan restoran, angkutan & komunikasi, kemudian jasa-jasa. Selain itu, hampir semua sektor mempunyai daya saing tinggi kecuali sektor bangunan / konstruksi.

Tabel 4.Hasil Perhitungan dengan Metode Shift-Share di Kabupaten Semarang

Sektor Ekonomi Nij Mij Cij Dij Keterangan

1 Pertanian 1931.32 -2793.08 16262.73 15400.98 tumbuh lambat,

daya saing tinggi 2 Pertambangan &

Penggalian

14.84 -1526.37 2213.37 701.85 tumbuh lambat,

daya saing tinggi

3 Industri 5531.93 112922.79 320979.48 439434.20 tumbuh cepat, daya

saing tinggi 4 Listrik, gas, dan

air bersih

89.33 125.27 9194.17 9408.77 tumbuh cepat, daya

saing tinggi 5 Bangunan /

Konstruksi

432.13 49771.50 -10687.47 39516.16 tumbuh cepat, daya saing rendah 6 Perdagangan,

Hotel, & Restoran

2780.69 -127110.98 261884.85 137554.56 tumbuh lambat, daya saing tinggi 7 Pengangkutan &

Komunikasi

212.58 7789.69 21060.94 29063.21 tumbuh cepat, daya

saing tinggi 8 Keuangan, sewa,

& Js Pershn

378.34 -7740.41 34374.52 27012.45 tumbuh lambat,

daya saing tinggi

9 Jasa-Jasa 971.10 6372.42 54470.83 61814.35 tumbuh cepat, daya

saing tinggi

Total 12342.26 37810.83 709753.44 759906.53 tumbuh cepat, daya

saing tinggi Sumber : BPS Kabupaten Semarang Tahun 2005, Hasil Pengolahan Data

D.3 Metode Tipologi Klassen

Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi disuatu daerah / wilayah studi yang dikaitkan dengan perekonomian daerah / wilayah referensi. Dengan melakukan perbandingan dengan menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi dan perndapatan perkapita, maka kita dapat mengetahui klasifikasi daerah tersebut berada dalam kriteria yang mana. Hasil disajikan dalam tabel 5.

Berdasarkan hasil dari tabel 5 dapat dilihat posisi dari kinerja perekonomian tiap Kecamatan di Kabupaten Semarang. Klasifikasi kecamatan dapat dijelaskan sebagai berikut : - Daerah maju dan cepat tumbuh dimana kecamatan ini memiliki pertumbuhan ekonomi

(15)

- Daerah berkembang cepat dimana kecamatan ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Semarang, tapi pendapatan perkapita lebih rendah dibanding Kabupaten Semarang. Tahun 2001 terdapat 2 kecamatan yaitu Tengaran dan Bawen. Sedangkan tahun 2004 terdapat 9 kecamatan yaitu Tengaran, Bancak, Ambarawa, Banyubiru, Bawen, Bringin, Tuntang, Susukan, dan Jambu. Untuk kecamatan Bancak merupakan hasil pemekaran dari kecamatan Bringin.

Tabel 5.Hasil Analisis dengan Metode Tipologi Klassen Tiap Kecamatan di Kabupaten Semarang, Tahun 2001 & 2004

Sumber : BPS Kabupaten Semarang Tahun 2005, Hasil Pengolahan Data Keterangan :

* : Pemekaran dari Kecamatan Susukan ** : Pemekaran dari Kecamatan Bringin

- Daerah maju tapi tertekan dimana kecamatan ini memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibanding Kabupaten Semarang, tapi pertumbuhan ekonomi lebih rendah daripada Kabupaten Semarang. Tahun 2001 terdapat 1 kecamatan yaitu Susukan. Tahun 2004 terdapat 3 kecamatan yaitu Pringapus, Pabelan, dan Ungaran.

(16)

E. Penutup

Melalui analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode LQ, SS, dan Tipologi Klassen untuk Kabupaten Semarang diperoleh temuan sebagai berikut :

1. Sektor Industri menjadi sektor basis di Kabupaten Semarang. Selain itu, tingkat propinsi Jawa Tengah juga terdapat 5 sektor yang dapat menjadi sektor basis yaitu sektor pertanian, industri, listrik gas dan air bersih, perdagangan hotel dan restoran, dan jasa-jasa.

2. Sektor yang mengalami bauran industri positif adalah sektor industri, listrik gas dan air, bangunan & konstruksi, perdagangan hotel dan restoran, angkutan & komunikasi, kemudian jasa-jasa. Selain itu, hampir semua sektor mempunyai daya saing tinggi kecuali sektor bangunan / konstruksi.

3. Hingga tahun 2004 terdapat 1 kecamatan yang konsisten dalam kategori daerah maju dan cepat tumbuh yaitu Bergas. Kecamatan yang konsisten masuk kategori berkembang cepat yaitu Tengaran dan Bawen, kemudian ditambah kecamatan Ambarawa, Bringin, Susukan, Tuntang, Banyubiru, Jambu, dan Bancak. Kecamatan yang masuk dalam kategori maju tapi tertekan yaitu Pringapus, Pabelan, dan Ungaran. Sedangkan kecamatan yang masih relatif tertinggal adalah Getasan, Sumowono, dan Kaliwungu.

Meski sektor industri menjadi sektor basis di Kabupaten Semarang, Pemkab tetap perlu memperhatikan sektor lain seperti sektor pertanian, perdagangan hotel & restoran serta jasa-jasa. Ketiga sektor ini memberikan konstribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Semarang setelah sektor industri, selain itu sektor-sektor ini juga termasuk dalam sektor basis di Propinsi Jawa Tengah.

Pemerintah Kabupaten Semarang perlu memperhatikan kecamatan yang masuk dalam kategori kecamatan berkembang cepat kecamatan dalam lingkup kecamatan yang pada akhirnya berkonstribusi dalam peningkatan pendapatan di Kabupaten Semarang pada umumnya.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Antara, Made.Kebutuhan Investasi Sektor Basis dan Non Basis dalam Perekonomian Regional Bali. Makalah, 2005.

Azhar, Syarifah, Lies, Fuaidah dan M Nassir Abdussamad. Analisis Sektor Basis dan Non

Basis di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Makalah, 2001.

BPS Kabupaten Semarang. Kabupaten Semarang dalam Angka 2005 : 2005

BPS Kabupaten Semarang. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2000-2005 : 2005.

Hendayana, Rachmat.Aplikasi Metode Locatoin Quotient ( LQ ) dalam Penentuan Komoditas

Unggulan Nasional. Informatika Pertanian, Vol 13, Desember 2003.

Kadariah. Perhitungan Pendapatan Nasional. LP3ES. Jakarta : 1987.

Nazara, Suahazil.Bahan Kuliah Ekonomi Regional. Bahan Ajar Kuliah Ekonomi Regional PPIE Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2009.

Soepono, Prasetyo. Analisis Shift Share: Perkembangan dan Penerapan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, September, 1993.

Yamin, Muhammad. Analisis Pengaruh Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Distribusi

Pendapatan dan Peningkatan Lapangan Kerja di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang Tahun 2001-2005Atas Dasar Harga Berlaku & Atas Dasar Harga Konstan
Tabel 2. Hasil Perhitungan dengan Metode LQ di Kabupaten Semarang
Tabel 3. Hasil Perhitungan dengan Metode LQ di Propinsi Jawa Tengah
Tabel 4. Hasil Perhitungan dengan Metode Shift-Share di Kabupaten Semarang
+2

Referensi

Dokumen terkait

This decree requires that imported and domestically produced refined vegetable oils be enriched with vitamin A; it also requires that imported and domestically produced soft

9 Ridho Alamanda Bahasa Prancis Juara 2 lomba pidato dalam rangka Pekan Frankofoni yang diadakan oleh Jurusan Bahasa Prancis Universitas Negeri Jakarta bekerja sama dengan

Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Qardh, Istishna, dan Ijarah pada dua.. bank umum syariah

Masa kerja dimulai baik sejak menjadi guru honorer atau guru bantu maupun ketika diangkat langsung menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, dan (3) variabel terikat

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan suhu lingkungan dan lama thawing yang berbeda terhadap kualitas semen beku (motilitas, persen hidup

a. Sadar akan pentingnya bahasa inggris sebagai sarana komunikasi, SMP N 9 Magelang membagi pelajaran bahasa inggris menjadi dua yaitu “Bahasa Inggris” dan

Adalah kondisi bisnis perusahaan yang bergerak dalam pasar dengan pertumbuhan rendah tapi pangsa pasarnya tinggi.. Perusahaan dapat mengeruk keuntungan tanpa memerlukan investasi

Pada awal berdirinya masjid ini diberi nama Jami’ul Kahhirah (Kairo) karena mengambil nama tempat universitas tersebut didirikan, Belakangan, namanya diubah menjadi