PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
1. JUDUL PENELITIAN
UPAYA MENURUNKAN JUMLAH CACAT PADA MESIN DUAL D3E DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA (Studi kasus : PT. FILTRONA INDONESIA, Sidoarjo)
2. ABSTRAK
Kondisi saat penelitian dilakukan, terdapat beberapa jenis cacat yang dapat membuat jumlah cacat akan semakin bertambah sehingga akan menyebabkan nilai
efisiensi mesin akan menurun. Beberapa jenis cacat yang sering terjadi pada mesin dual,
yaitu Jump, Segmen variasi, Circumference, Gap. Output produksi yang dihasilkan oleh
mesin dual tidak bisa melebihi target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu
sebesar 147 tray.
Untuk meminimasi adanya cacat, digunakan metode failure mode and efect analysis process (FMEAP). Dengan menggunakan metode tersebut dapat mengidentifikasi
dan mendeteksi bentuk kegagalan yang memiliki potensi untuk menyebabkan produk
menjadi cacat. Sehingga bentuk kegagalan potensial (potential failure mode) dapat
ditekan melalui langkah – langkah antisipasi berdasarkan suatu prioritas. Diagram
fishbone dan measurement system analysis merupakan alat pendukung untuk mengidentifikasi nilai Severity, Occurrence dan Detection yaitu Fish-bone Diagram dan
Measurement System Analysis (MSA) yang akan menghasilkan Risk Priority Number
Dengan menggunakan metode failure mode and efect analysis process
(FMEAP) diharapkan nantinya nilai efisiensi mesin akan mensingkat dan target output
produksi perusahaan dapat terpenuhi.
Kata kunci : Cacat, efisiensi mesin, failure mode and efect analysis process (FMEAP), risk priority number dan diagram fishbon
1PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
1. TITTLE FINAL PROJECT
STRIVE TO DEGRADE THE DEFECT AMOUNT ON THE MACHINE DUAL
DAPTC 611 USING FMEA METHOD. (Case Study : PT. FILTRONA INDONESIA, Sidoarjo)
2. ABSTRACT
The condition when was researching, there are some defect type which can make
the amount cacat will progressively increase so that will cause the value of efisiensi
machine will be decreasing. Some defect type which often became of the machine dual,
that is Jump, variation Segment, Circumference, Gap. Output Production yielded by
machine dual cannot exceed the production goals specified by company that is equal to
147 tray.
To minimize the defect, it is use failure mode and efect analysis process (FMEAP) method. This method could identify and detect potential failure mode that cause
produsct defect. So this potential failure mode could pressed through anticipation steps
devices to identify severity value, occurrence and detection is fishbone diagram and
Measurement System Analysis (MSA) that result the Risk Priority Number (RPN). Value of
RPN become the reference of improvement priority. Through this severity value, occurrence and detection will obtain risk priority number. Where this risk priority number
used as reference for impovement action.
By using method of failure of mode of and efect analysis process ( FMEAP) expected later assess the efisiensi machine will shorten and goals output produce the
company can be fullfiled.
Keywords : Defect, efciency machine, Failure Mode And Efect Analysis Process (FMEAP), Risk Priority Number and Fishbone Diagram.
23. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. FILTRONA INDONESIA, yang berlokasi di jl. Brebek Industri I no 18 – 20, Surabaya, Jawa Timur dengan obyek pengamatan dual
filter.
4. PENDAHULUAN
Persaingan antar perusahaan semakin ketat baik dibidang jasa maupun manufaktur.
Dengan adanya persaingan tersebut memaksa perusahaan mencari berbagai alternatif
untuk memenangkan persaingan, mendapatkan profit yang sebesar-besarnya dan
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus
dilakukan tinjauan ulang terhadap proses produksi yang terdapat pada perusahaan, apakah
didalam proses produksi terdapat problem atau tidak. Jika didalam proses produksi
terdapat problem maka indikator yang mudah dilihat adalah jumlah cacat yang dihasilkan
produksi terdapat problem. 4.1 Latar Belakang
Didalam dunia industri cacat merupakan permasalahan yang perlu
diperhatikan oleh perusahaan. Didalam dunia industri terdapat dua jenis cacat, yaitu
: cacat yang dapat diolah kembali dan cacat yang sudah tidak dapat diolah kembali.
Untuk jenis cacat yang masih dapat diolah kembali tentunya perusahaan tidak terlalu
dirugikan (produk yang menjadi cacat masih dapat di rework lagi dan membutuhkan
biaya untuk proses produksi baru) tetapi untuk jenis cacat yang tidak dapat diolah
kembali perusahaan akan rugi (material akan terbuang sia-sia), oleh karena itu banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalisasi terjadinya cacat.
Dengan meminimalisasi jumlah cacat maka nilai efisiensi mesin akan meningkat sehingga upaya untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya akan tercapai. Dengan mendapatkan profit yang tinggi maka diharapkan dapat memenangkan persaingan dengan kompetitor lainnya. Persaingan tidak hanya terjadi didalam pasar
lokal saja akan tetapi pasar dunia juga (persaingan memperebutkan pasar yang sama
dengan banyak kompetitor yang memiliki produk kompetitif, harga terjangkau, dan
jaminan kualitas).
PT. FILTRONA INDONESIA merupakan perusahaan penghasil filter rokok,
dimana terdapat berbagai macam produk filter mulai dari Mono Acetate Filters, Black Active Acetat Filters sampai dengan Special Filters seperti Thread Filter, NWA (non wrap acetate), COR dan juga Dual Filters. Produk-produk yang
dihasilkan oleh perusahaan ini tidak hanya dipesan oleh perusahaan–perusahaan rokok dari dalam negeri saja tetapi banyak juga perusahaan rokok luar negeri yang
Dual filter merupakan gabungan antara mono acetat dan black active acetat filters, yang mana kegiatan produksinya dimulai dari proses produksi dari mesin KDF2 (menghasilkan mono acetat filter) dan mesin KDF2 carbon (menghasilkan black active acetat filters). Mono acetat dan black active acetat filters yang selesai
diproduksi dimasukkan ke dalam tray yang kemudian akan diletakkan pada palet.
Palet tersebut nantinya akan dipindahkan menuju storage sementara (masing-masing
mesin memiliki storage sementara sendiri-sendiri), dari strorage sementara filter
akan dibawa menuju mesin dual untuk digabungkan.
Dalam memproduksi filter rokok membutuhkan satu mesin, yang mana didalam mesin tersebut terdapat komponen-komponen yang memiliki fungsi 3berbeda-beda. Ketika terdapat filter yang tidak sesuai dengan spesifikasi order maka
filter tersebut akan secara otomatis akan keluar dari mesin. Filter-filter yang lolos
dari proses inspeksi didalam mesin nantinya juga akan diinspeksi ulang setelah filter
dimasukkan kedalam tray dan sebelum filter akan dikirim ke konsumen. Proses inspeksi yang dilakukan diluar mesin dilakukan secara manual (untuk
mengetahui
cacat filter secara visual). Selain inspeksi secara manual, filter juga diinspeksi dengan mesin QTM (Quality Tester Module). Pada mesin QTM ini nantinya akan dapat diketahui secara detail tentang kadar PD (Preassure Droop) dan berat filter.
Proses inspeksi yang kedua ini dilakukan karena pihak perusahaan masih belum mempercayai kinerja mesin. Proses pengiriman filter ke konsumen pada palet ada
yang dilakukan dengan sistem pressing palet, maksudnya palet yang sudah diinspeksi akan di kemas dengan platik untuk meredam terjadinya goncangan (agar
Menurut John Moubry (1992) dalam bukunya yang berjudul reliability
centered maintenance II (RCM II), failure modes and efect analysis didefinisikan sebagai metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan yang mungkin menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk memastikan
pengaruh
kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk kegagalan. Metode tersebut diimplementasikan dengan harapan dapat menurunkan tingkat cacat dari output.
Cacat pada produk tidak hanya terjadi pada proses akhir saja melainkan bisa juga
terjadi pada awal maupun pada saat proses produksi sedang berlangsung. Melalui
metode failure modes and efect analysis process (FMEAP) diharapkan dapat mengidentifikasikan setiap bentuk kegagalan yang ada pada proses produksi. Dengan diidentifikasikannya setiap bentuk kegagalan tersebut maka dapat dilakukan
langkah-langkah perbaikan yang nantinya dapat diterapkan dalam mengantisipasi
terjadinya cacat produk.
Banyaknya jumlah cacat yang terjadi pada mesin dual D3E tentunya
merupakan problem yang harus diselesaikan oleh PT. FILTRONA INDONESIA. Dengan meningkatnya jumlah cacat maka nilai dari efisiensi mesin akan turun. Hal
ini disebabkan, jika terjadi cacat maka material (dari produk cacat) akan terbuang
sia-sia, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap jumlah output yang dihasilkan.
Semakin banyak jumlah cacat yang terjadi maka terdapat problem tentang efisiensi
mesin. Cacat yang dihasilkan oleh PT. FILTRONA INDONESIA ini tidak dapat di rework sehingga jika terdapat kerusakan pada mesin atau mesin downtime seketika
maka cacat akan semakin bertambah. Ketika mesin mengalami downtime maka mesin akan mengeluarkan produk cacat, operator akan dapat mengidentifikasi jenis
beroperasi. Kegiatan penanganan yang dilakukan oleh operator ini bersifat sementara (mesin sewaktu-waktu akan mengalami kerusakan yang sama) maka perlu
dilakukan perawatan secara berulang-ulang kali. 4.2 PERUMUSAN MASALAH
Keinginan perusahaan untuk mengurangi jumlah cacat yang terjadi pada proses pembuatan dual filter sehingga nantinya diharapkan nilai efisiensi dari mesin
dual D3E dapat meningkat. 44.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah :
1. Menggambarkan keadaan sebenarnya dari perusahaan saat penelitian dilakukan.
2. Mengidentifikasi potensi penyebab kegagalan dalam proses produksi.
3. Melakukan perbaikan pada proses produksi sehingga didapatkan nilai efisiensi yang meningkat.
4.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Batasan masalah yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah : 1. Penelitian dilakukan pada objek pengamatan dual filter.
2. Pengamatan dilakukan pada mesin dual D3E.
3. Operator yang bertugas mengoperasikan mesin adalah operator yang berwenang menangani mesin secara langsung.
Asumsi yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah :
1. Proses produksi berjalan dengan normal ketika penelitian dilakukan, mesin tidak sedang di setup ulang karena ganti order.
2. Selama penelitian dilakukan tidak terdapat kebijakan baru yang diterapkan di perusahaan.
3. Kondisi lingkungan fisik pekerja tidak berbeda dengan kondisi fisik pada saat sedang dilakukan penelitian.
4.5 MANFAAT PENELITIAN
ini manfaat yang akan didapatkan adalah :
1. Dapat mengidentifikasi potensi kegagalan pada proses produksi yang nantinya
sebagai masukan bagi perusahaan dalam melakukan kegiatan proses produksi. 2. Dapat mengetahui tindakan yang bisa dilakukan dalam pencegahan timbulnya cacat produksi.
3. Dapat mengembangkan kemampuan peneliti dalam menganalisa dan mengevaluasi potensi kegagalan pada lantai produksi.
5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Efect Analysis)
Didalam mengevaluasi perencanaan sistem dari sudut pandang reliability, failure modes and efect analysis (FMEA) merupakan metode yang vital. Sejarah FMEA berawal pada tahun 1950 ketika teknik tersebut digunakan dalam
merancang
dan mengembangkan sistem kendali penerbangan. Sejak saat itu teknik FMEA diterima dengan baik oleh industri luas.
Terdapat standar yang berhubungan dengan metode FMEA. Standar Inggris yang digunakan secara garis besar menjelaskan BS 5760 atau British Standar 5760,
yaitu :
o Bagian 2 Guide to the assesment of reliability o Bagian 3 Guide to reliabilitypractice
o Bagian 5 Guide failure modes and efect analysis (FMEA) memberikan pedoman dalam pengaplikasian teknik tersebut.
5Standar militer Amerika, US MIL STD 1629 (procedur for performing a failure modes efect and criticality analysis) yang banyak dipertimbangkan menjadi
referensi standar.
5.2 Dasar FMEA (Failure Mode and Efect Analysis)
FMEA merupakan salah satu alat dari Six Sigma untuk mengidentifikasi
1. Mengenali dan mengevaluasi kegagalan potensi suatu produk dan efeknya. 2. Mengidentifikasi tindakan yang bisa menghilangkan atau mengurangi kesempatan dari
kegagalan potensi terjadi.
3. Pencatatan proses (document the process). Sedangkan manfaat FMEA adalah sebagai berikut :
Hemat biaya. Karena sistematis maka penyelesaiannya tertuju pada potensial
causes
(penyebab yang potential) sebuah kegagalan / kesalahan. Hemat waktu ,karena lebih tepat pada sasaran.
Kegunaan FMEA adalah sebagai berikut : Ketika diperlukan tinda
kan preventive / pencegahan sebelum masalah terjadi. Ketika ingin mengetahui / mendata alat deteksi yang ada jika terjadi
kegagalan.
Pemakaian proses baru
Perubahan / pergantian komponen peralatan
Pemindahan komponen atau proses ke arah baru
5.3 Pengertian FMEA (failure mode and efect analysis)
FMEA (failure mode and efect analysis) adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure
mode). FMEA digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab
dari suatu masalah kualitas. Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk
dalam kecacatan/kegagalan dalam desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang telah
ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari
produk itu.
yang tidak tepat, material yang tidak sesuai, dan lain-lain. FMEA Proses akan menghilangkan kegagalan yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam variabel
proses, misal kondisi diluar batas-batas spesifikasi yang ditetapkan seperti ukuran
yang tidak tepat, tekstur dan warna yang tidak sesuai, ketebalan yang tidak tepat, dan
lain-lain. Penelitian tugas akhir ini menggunakan metode FMEA Proses. Para ahli memiliki beberapa definisi mengenai failure modes and efect
analysis, definisi tersebut memiliki arti yang cukup luas dan apabila dievaluasi lebih
dalam memiliki arti yang serupa. Definisi failure modes and efect analysis tersebut
disampaikan oleh :
Menurut Roger D. Leitch, definisi dari failure modes and ef
ect analysis adalah
analisa teknik yang apabila dilakukan dengan tepat dan waktu yang tepat akan memberikan nilai yang besar dalam membantu proses pembuatan keputusan dari engineer selama perancangandan pengembangan. Analisa tersebut biasa 6 Menurut John Moubray, definisi dari failure modes and efect analysis adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan yang
mungkin menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk memastikan pengaruh kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk kegagalan. 5.4 Tujuan Failure Modes And Efect Analysis
Terdapat banyak variasi didalam rincian failure modes and efect analysis (FMEA), tetapi semua itu memiliki tujuan untuk mencapai :
1. Mengenal dan memprediksi potensial kegagalan dari produk atau proses yang dapat terjadi.
2. Memprediksi dan mengevalusi pengaruh dari kegagalan pada fungsi dalam sistem
yang ada.
3. Menunjukkan prioritas terhadap perbaikan suatu proses atau sub sistem melalui
daftar peningkatan proses atau sub sistem yang harus diperbaiki.
mencegah atau mengurangi kesempatan terjadinya potensikegagalan atau pengaruh
pada sistem.
5. Mendokumentasikan proses secara keseluruan. 5.5 Langkah dasar FMEA
Terdapat langkah dasar dalam proses FMEA yang dilakukan oleh tim desain for six sigma (DFSS) adalah :
1. Membangun batasan proses yang dibatasi oleh struktur proses.
2. Membangun proses pemetaan dari FMEA yang mendiskripsikan proses produksi
secara lengkap dan alat penghubung tingkat hirarki dalam struktur proses dan ruang
lingkup.
3. Melihat struktur proses pada seluruh tingkat hirarki dimana masing-masing parameter
rancangan didefinisikan.
4. Identifikasi kegagalan potensial pada masing-masing proses. 5. Mempelajari penyebab kegagalan dari pengaruhnya.
o Pengaruh dari kegagalan adalah konsekuensi langsung dari bentuk kegagalan pada
tingkat proses berikutnya, dan puncaknya ke konsumen. Pengaruh biasanya diperlihatkan oleh operator atau sistem pengawasan.
o Terdapat dua hal utama penyebab pada keseluruhan tingkat, dengan diikuti oleh
pertanyaan seperti :
- Apakah variasi dari input menyebabkan kegagalan ?
- Apakah yang menyebabkan proses gagal, jika diasumsikan input tepat dan sesuai spesifikasi ?
- Jika proses gagal, apa konsekuensinya terhadap kesehatan dan keselamatan operator, mesin, komponen itu sendiri, proses berikutnya, konsumen dan peraturan ?
6. Pengurutan dari bentuk kegagalan proses potensial menggunakan risk priority number
77. Mengklasifikasikan variabel proses sebagai karakteristik khusus yang membutuhkan
kendali seperti keamanan operator yang berhubungan dengan parameter proses, yang
tidak mempengaruhi produk.
8. Menentukan kendali proses sebagai metode untuk mendeteksi bentuk kegagalan atau
penyebab. Terdapat dua tipe kendali, yaitu :
o Rancangan yang digunakan untuk mencegah penyebab atau bentuk kegagalan dan
pengaruhnya.
o Kegiatan tersbut dilakukan untuk mendeteksi penyebab dalam tindakan korektif.
9. Identifikasi san mengukur tindakan korektif. Menurut nilai risk priority number (RPN), tim melakukannya dengan :
o Mentranfer resiko kegagalan pada sistem diluar ruang linkup pekerjaan. o Mencegah seluruh kegagalan.
o Meminimumkan resiko kegagalan dengan : - Mengurangi severity.
- Mengurangi occurance.
- Meningkatkan kemampuan deteksi.
10. Analisa, dokumentasi dan memperbaiki FMEA. Failure modes and efect analysis
(FMEA) merupakan dokumen yang harus dianalisa dan diurus secara terus-menerus.
5.6 Identifikasi Element-Element FMEA Proses
Element FMEA dibangun berdasarkan informasi yang mendukung analisa. Beberapa elemen-elemen FMEA adalah sebagai berikut :
1. Nomer FMEA (FMEA Number)
Berisi nomer dokumentasi FMEA yang berguna untuk identifikasi dokumen 2. Jenis (item)
Berisi nama dan kode nomer sistem, subsistem atau komponen dimana akan dilakukan
3. Penanggung Jawab Proses (Process Responsibility)
Adalah nama departemen/bagian yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya
proses item diatas.
4. Disiapkan Oleh (Prepared by)
Berisi nama, nomer telpon, dan perusahaandari personal yang bertanggung jawab
terhadap pembuatan FMEA ini. 5. Tahun Model (Model Year(s))
Adalah kode tahun pembuatan item, bentuk ini yang dapat berguna terhadap analisa
sistem ini.
6. Tanggal Berlaku (Key Date)
Adalah FMEA due date dimana harus sesuai dengan jadwal 7. Tanggal FMEA (FMEA Date)
Tanggal dimana FMEA ini selesai dibuat dengan tanggal revisi terkini 8. Tim Inti (Core Team)
Berisi daftar nama anggota tim FMEA serta departemennya. 9. Fungsi Proses (Process Function)
Adalah deskripsi singkat mengenai proses pembuatan item dimana sistem akan dianalisa
10. Bentuk Kegagalan Potensial (Potential Failure Mode)
Merupakan suatu kejadian dimana proses dapat dikatakan secara potensial gagal untuk
memenuhi kebutuhan proses atau tujuan akhir produk.
11. Efek Potensial dari Kegagalan (Potential Efect(s) of Failure)
8Merupakan suatu efek dari bentuk kegagalan terhadap pelanggan. Dimana setiap
perubahan dalam variabel yang mempengaruhi proses akan menyebabkan proses itu
menghasilkan produk diluar batas-batas spesifikasi. 12. Tingkat Keparahan (Severity (S))
13. Klasifikasi (Classification)
Merupakan dokumentasi terhadap klasifikasi karakter khusus dari subproses untuk
menghasilkan komponen, sistem atau subsistem tersebut. 14. Penyebab Potensial (Potential Cause(s))
Adalah bagaimana kegagalan tersebut bisa terjadi. Dideskripsikan sebagai sesuatu
yang dapat diperbaiki.
15. Keterjadian (Occurrence (O))
Adalah sesering apa penyebab kegagalan spesifik dari suatu proyek tersebut terjadi.
16. Pengendali Proses saat ini (Current Process Control)
Merupakan deskripsi dari alat pengendali yang dapat mencegah atau memperbesar
kemungkinan bentuk kegagalan terjadi atau mendeteksi terjadinya bentuk kegagalan
tersebut
17. Deteksi (Detection (D))
Merupakan penilaian dari kemungkinan alat tersebut dapat mendeteksi penyebab
potensial terjadinya suatu bentuk kegagalan.
18. Nomor Prioritas Resiko (Risk Priority Number (RPN))
Merupakan angka prioritas resiko yang didapatkan dari perkalian Severity, Occurrence, dan Detection
RPN = S * O * D
19. Tindakan yang direkomendasikan (Recommended Action(s))
Setelah bentuk kegagalan diatur sesuai peringkat RPNnya, maka tindakan perbaukan
harus segera dilakukan terhadap bentuk kegagalan dengan nilai RPN tertinggi. 20. Penanggung jawab Tindakan yang Direkomendasikan (Responsibility (for the Recommended Action))
Mendokumentasikan nama dan departemen penanggung jawab tindakan perbaikan
21. Tindakan yang Diambil (Action Taken)
Setelah tindakan diimplementasikan, dokumentasikan secara singkat uraian tindakan
tersebut serta tanggal efektifnya. 22. Hasil RPN (Resulting RPN)
Setelah tindakan perbaikkan diidentifikasi, perkiraan dan rekam Occurrence, Severity,
dan Detection baru yang dihasilkan serta hitung RPN yang baru. Jika tidak ada tindakan lebih lanjut diambil maka beri catatan mengenai hal tersebut.
23. Tindak Lanjut (Follow Up)
Dokumentasi proses FMEA ini akan menjadi dokumen hidup dimana akan dilakukan
perbaikan terus menerus sesuai kebutuhan perusahaan. 5.7 Menentukan Severity, Occurrence,Detection dan RPN
Untuk menentukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan meka tim FMEA harus mendefinisikan terlebih dahulu tentang Severity, Occurrence, Detection, serta
hasil akhirnya yang berupa Risk Priority Number. 1. Severity
Severity adalah langkah pertama untuk menganalisa resiko yaitu menghitung seberapa besar dampak/intensitas kejadian mempengaruhi output proses. Dampak
9tersebut diranking mulai skala 1 sampai 10, dimana 10 merupakan dampak terburuk.
Proses sistem peringkat yang dijelaskan pada tabel 2.1 sesuai dengan standar AIAG
(Automotive Industry Action Group) dibawah ini :
Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk Severity of Efects dalam FMEA
Process
Efect Criteria : Severity of Efect for FMEA Rank Berbahaya
Dapat membahayaka
n operator mesin atau
operator perangkai
Kegagalan mempengaruhi keamanan
operasional produk atau tidak sesuai dengan peraturan pemerintah
Kegagalan akan terjadinya tanpa adanya
peringatan terlebih dahulu 10
Berbahaya dengan peringatan
Dapa
t membahayakan operator mesin atau operator perangkai
Kegagalan mempengaruhi keamanan
operasional produk atau tidak sesuai dengan peraturan
Kegagalan akan terjadi dengan didahului
peringatan 9
Sangat Tinggi
Gangguan major pada lini produksi
100% produk harus dibongkar
Produk tidak terdapat dioperasikan dan
kehilangan fungsi utamanya 8
Tinggi Gangguan minor pada lini produksi Produk harus dipilah dan sebagian
dibongkar ulang Produk dapat b
7
Sedang Gangguan minor pada lini produksi Sebagian produk harus dikerjakan ulang
(tanpa ada pemilahan)
Produk dapat beroperasi, tetapi sebagian
item tambahan tidak dapat berfungsi 6
Rendah Gang guan minor pada lini produksi 100% produk harus dikerjakan ulang
Produk dapat beroperasi, tetapi sebagian
item tambahan beroperasi dengan performansi yang berkurang
5 Sangat Rendah
Gangguan minor pada lini produksi
Produk harus dipilah dan
sebagian
dikerjakan ulang
Fit & finish atau squeak & rattle tidak
sesuai
Pelanggan secara umum menyadari defect
tersebut 4
10Minor Gangguan minor pada lini produksi Sebagian produk harus dikerjakan secara
on-line ditempat
Fit & finish atau squeak & rattle tidak
sesuai
Sebagian pelanggan menyadari defect
Sangat Minor
Gangguan minor pada lini produksi
Sebagian kecil produk harus dikerjakan
ulang ditempat
Fit & finish atau squeak & rattle produk
tidak sesuai
Pelanggan yang sangat jeli yang menyadari
defect tersebut 2
Tidak Ada Bentuk kegagalan tidak memiliki efek samping
1
Sumber: Chrysler Corporation, Ford Motor Company, General Motors Corporation,
(Second edition, February 1995) Potential Failure and Efects Analysis (FMEA) Reference Manual
Untuk menyesuaikan dengan kondisi industri pembuatan baja lembaran seng, maka dibuat model penilaian severity dimana efek yang paling serius menjadi prioritas
ketika dilakukan evaluasi potensial resiko. Berikut ini modifikasi tabel severity yang
digunakan pada industri pembuatan drum adalah sebagai berikut
Tabel 2.2 Modifikasi Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk Severity of Efects
dalam FMEA Process
Efect Criteria : Severity of Efect for FMEA Rank Sangat Kegagalan langsung menjadi cacat Major
Tanpa Peringatan
peringatan terlebih dahulu 10
Major Kegagalan langsung menjadi cacat Dengan
Peringatan
Kegagalan akan terjadi dengan didahului
peringatan 9
Gangguan major pada lini produksi
produsen
Defect mempengaruhi 6-5 tingkat defect
berikutnya Sangat Tinggi
Produk dapat digunakan, tetapi derajat
performansinya yang berkurang 8
Tinggi Gangguan minor pada lini produksi produsen
7
11 Defect mempengaruhi 4-3 tingkat defect berikutnya
Produk dapat digunakan, tetapi derajat
performansinya yang berkurang
Gangguan major pada lini produksi
produsen
Defect mempengaruhi 2-1 t
ingkat defect
berikutnya Sedang
Produk dapat digunakan, tetapi derajat
6
Gangguan major pada lini produksi
produsen
Defect tidak mempengaruhi tingkat defect
berikutnya Rendah
Produk dapat digunakan, tetapi dera
jat
performansinya yang berkurang 5
Gangguan minor pada lini produksi
pelanggan
Produk harus dipilah sebelum digunakan
Spesifikasi produk tidak sesuai tapi diterima
Pelanggan secara umum menyadari defect
tersebut Sangat Rendah
Menimbulkan Complain
4
Gangguan minor pada lini produksi
pelanggan
Spesifikasi produk tidak sesuai tapi diterima
Pelanggan secara umum menyadari defect
tersebut Minor
Menimbulkan Complain
3
Gangguan minor pada lini produksi
pelanggan
Spesifikasi produk tidak sesuai tapi diterima
defect tersebut Sangat
Minor
Tidak menimbulkan Complain
2
Tidak Ada Bentuk kegagalan tidak memiliki efek samping
1
2. Occurrence
Occurrence adalah kemungkinan bahwa penyebab tersebut akan terjadi dan menghasilkan bentuk kegagalan selama masa penggunaan produk. Dengan 12memperkirakan kemungkinan occurrence pada skala 1 sampai 10. Pada tabel 2.3
berdasarkan standar AIAG mendeskripsikan proses sistem peringkat. Karena peringkat
kegagalan jatuh antara dua angka skala. Standar menilai dengan cara interpolasi dan
pembulatan nilai Occurrence.
Tabel 2.3 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk the Occurrence of Failure dalam FMEA Process
Probability of Failure Failure
Rates Cpk Ran
k
Sangat tinggi : 1 in 2 <
0.33 10
Kegagalan hampir tak bisa dihindari 1 in 3
Tinggi : Umumnya berkaitan dengan 1 in 8
≥ 0.51 8
proses terdahulu yang sering kali gagal 1 in 20
≥ 0.67 7
Sedang: Umumnya berkaitan dengan proses 1 in 80
≥ 0.83 6
terdahulu yang kadang
mengalami kegagalan 1 in 400 ≥
1.00 5
tetapi tidak dalam jumlah yang besar 1 in 2000
≥ 1.17 4
Rendah: Kegagalan terisolasi berkaitan
proses serupa 1 in
15,000 ≥ 1.33 3
Sangat rendah: Hanya kegagalan terisolasi
hampir identik 1 in
150,000 ≥
1.50 2
Remote: Kegagalan mustahil. Tak pernah ada
kegagalan terjadi dalam proses yang identik
1 in 1,500,000 ≥
1.67 1
Sumber: Chrysler Corporation, Ford Motor Company, General Motors Corporation,
(Second edition, February 1995) Potential Failure and Efects Analysis (FMEA) Reference Manual
3. Detection
Nilai Detection diasosiasikan dengan pengendalian saat ini. Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan / mengontrol kegagalan yang dapat
terjadi. Proses penilaian ditunjukkan pada tabel 2.4 berdasarkan standar AIAG adalah
sebagai berikut :
13Tabel 2.4 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat Untuk The Detection of a Cause of
Failure or Failure Mode dalam FMEA Process % Repeatability
&
Likelihood of Detection by Process Control % R & R
%
Reproducibility Rank
% Repeatability ≥
Hampir Tidak Mungkin Tidak ada alat pengontrol yang mampu mendeteksi > 100 %
%
Reproducibility 10
% Repeatability <
Sangat Jarang
Alat pengontrol saat ini sangat sulit mendeteksi bentuk atau penyebab kegagalan > 100 % %
9
% Repeatability ≥
Jarang Alat pengontrol saat ini sulit
mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan > 80 % %
Reproducibility 8
% Repeatability <
Sangat Rendah
Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan sangat rendah
> 80 % %
Reproducibility 7
% Repeatability ≥
Rendah Kemampuan alat kontrol untuk
dan penyebab kegagalan rendah > 60 %
%
Reproducibility 6
% Repeatability <
Sedang Kemampuan alat kontrol untuk
mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan sedang > 60 %
%
Reproducibility 5
% Repeatability ≥
Agak Tinggi
Kemampuan alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan sedang sampai tinggi ≥ 30 %
%
14Tabel 2.4 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat Untuk The Detection of a Cause of
Failure or Failure Mode dalam FMEA Process (lanjutan) % Repeatability
&
Detection Criteria: Likelihood of
Detection by Process Control % R & R
%
Reproducibility Rank
% Repeatability <
Tinggi Kemampuan alat kontrol untuk
mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan tinggi ≥ 30 %
%
Reproducibility 3
% Repeatability ≥
Sangat Tinggi
dan penyebab kegagalan sangat tinggi
< 30 % %
Reproducibility 2
% Repeatability <
Hampir Pasti Kemampuan alat kontrol untuk
mendeteksi bentuk dan penyebab kegagalan hampir pasti
< 30 % %
Reproducibility 1
4. Risk Priority Number (Angka Prioritas Resiko)
RPN merupakan produk matematis dari keseriusan efects (Severity), kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan
dengan efects (Occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum
terjadi pada pelanggan (Detection). RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai
berikut :
RPN = S * O * D
Angka ini digunakan untuk mengidentifikasikan resiko yang serius, sebagai petunjuk
5.8 Analisa Sistem Pengukuran (Measurement System Analysis)
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ukur yang dipakai untuk mendeteksi terjadinya suatu kegagalan dalam proses. Dari perhitungan akan
didapatkan Gage repeatability, reproducibility, dan nilai number of distinct category
(n). Repeatability adalah variasi pengukuran yang didapat pada saat operator menggunakan alat yang sama untuk mengukur dimensi yang sama beberapa kali.
Reproducibility merupakan variasi pengukuran antara satu operator dengan operator
yang lain. Number of distinct category untuk mengetahui seberapa banyak / teliti alat
ukur dapat membedakan. Perhitungan MSA ini dapat dilakukan dengan software Minitab.
5.8.1 Cause and Efect Diagram
Diagram ini disebut juga dengan diagram tulang ikan karena bentuknya seperti ikan. Selain itu disebut juga dengan diagram Ishikawa karena yang menemukan adalah
Prof. Ishikawa yang berasal dari Jepang. Diagram ini digunakan untuk menganalisa
15dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam menentukan
karakteristik kualitas output kerja, mencari penyebab-penyebab yang sesungguhnya
dari suatu masalah. Ada 5 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan yaitu: metode kerja, mesin / peralatan lain, bahan baku, dan pengukuran
kerja. MUTU BAHAN METODE KERJA
PENGUKURAN PERALATAN
Mengapa hanya diklasifikasikan pada 4 point, karena menurut Dr. Kaoru
Ishikawa dalam bukunya Teknik Pengendalian Mutu menyatakan hampir separuh kasus yang terjadi di lantai produksi disebabkan oleh bahan mentah, mesin atau peralatan, dan metode kerja. Yang kemudian ketiga penyebab tersebut
mengakibatkan
dispersi produk pada histogram bertambah besar
Cause and Efect Diagram ini mempunyai keuntungan yaitu :
1. Menganalisa kondisi sesungguhnya untuk tujuan peningkatan kualitas service atau
produk, penggunaan sumber yang efisien dan mengurangi biaya.
2. Mengurangi kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian dan komplain dari customer.
3. Melakukan standarisasi terhadap operasional yang telah ada maupun akan datang.
4. Mentraining personel dalam melakukan aktivitas keputusan masalah dan perbaikan.
5.8.2 Pareto Diagram
Untuk mengidentifikasi penyebab terbesar yang terjadi dapat digunakan pareto digram. Pareto digunakan untuk menstratifikasi data ke dalam
kelompok-kelompok
dari yang terbesar sampai terkecil. Dengan bentuknya berupa diagram batang, pareto
berguna untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian atau penyebab masalah yang paling
umum. Analisa pareto didasarkan pada hokum 80/20 yang berarti bahwa 80% kerugian hanya disebabkan oleh hanya 20% masalah terbesar.
6. Efisiensi Mesin
Besarnya efisiensi dipengaruhi oleh actual tray dan standart tray yang ditetapkan oleh perusahaan. Untuk Output standar time tergantung dari kecepatan
mesin yang digunakan pada mesin dual. Besarnya efisiensi dapat diperoleh dengan
rumus :
Output trayactual ... (1)
7. METODOLOGI PENELITIAN
Tahap penelitian merupakan sebuah kerangka penelitian yang memuat
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam memecahkan permasalahan yang dicapai.
Bab ini merupakan tahap-tahap dan tata cara penulisan laporan penelitian. Fungsinya
16adalah sebagai kerangka utama yang menjaga arah tata cara penulisan laporan
penelitian untuk mencapai tujuan yng ditetapkan dan meminimalisasi kesalahan yang
mungkin timbul pada penulisan laporan. Disajikan dalam gambar 3.1
7.1 Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan pengamatan awal pada perusahaan untuk melihat kondisi sebenarnya dari perusahaan dan mencari permasalah yang dihadapi oleh perusahaan, dalam hal ini adalah jumlah defect yang tinggi.
7.2 Perumusan Masalah Dan Menetukan Tujuan Penelitian
Melalui tahap idntifikasi masalah, maka permasalahan yang akan diteliti adalah meningkatkan efisiensi mesin dual. Dengan adanya defect yang tinggi pada produk menunjukkan bahwa nilai efisiensi dari mesin akan menurun. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan maka ditetapkan tujuan penelitian dari Tugas
Akhir ini adalah :
1. Menggambarkan keadaan sebenarnya dari perusahaan saat penelitian dilakukan.
2. Mengidentifikasi potensi penyebab kegagalan dalam proses produksi.
3. Melakukan perbaikan pada proses produksi sehingga didapatkan nilai efisiensi yang meningkat.
7.3 Studi Pustaka
yang akan dicapai. 7.4 Studi Lapangan
Melakukan studi pada perusahaan dilakukan dengan pengamatan dan
orientasi di lantai produksi, untuk melihat kondisi nyata produksi filter rokok. 7.5 Pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan dilakukan pemgumpulan informasi yang
berhubungan dengan proses pembuatan dual filter, pengidentifikasian jenis cacat
secara visual yang terjadi pada dual filter, dan penentuan jenis cacat yang sering muncul pada dual filter. Pengumpulan informasi dilakukan dengan melihat langsung kondisi lantai produksi sebenarnya dan dan menanyakan secara
langsung kepada pihak supervasior tentang proses produksi dan jenis cacat yang dapat di identifikasi secara visual.
7.6 Pengolahan data
Pada tahap ini dilakukan pengukuran terhadap besarnya nilai severity, occurance, dan detection pada proses pembuatan dual filter dengan menggunakan mesil dual D3E. Penentuan nilai severity, occurance, dan detection tersebut dilakukan dengan cara brainstorming dengan pihak supervisior PT. FILTRONA INDONESIA. Hal tersebut dilakukan karena pihak supervasior dipandang memiliki keahlian, pengalaman kerja dan mengenal banyak tentang karakteristik dari mesin yang bersangkutan sehingga menjamin suatu kepastian tentang keakuratan data yang diperoleh.
172. Penentuan jenis cacat pada dual filter 3.Perhitungan jumlah cacat yang terjadi 1. Memahami proses produksi dual filter 1. Penentuan nilai Severity
2. Penentuan nilai Occurance 3. Penentuan nilai Detection Identifikasi
Tujuan Penelitian Studi
Pustaka Studi Lapangan
Pengumpulan data Pengolahan data RPN
Implementasi dari solusi perbaikan proses
Mengukur nilai efisiensi mesin setelah implementasi Kesimpulan dan Saran Analisa Data
Gambar 3.1
7.7 RPN (Risk Priority Number)
Setelah mengetahui nilai severity, occurance, dan detection pada proses pembuatan
dual filter, maka akan diketahuai nilai RPN = S x O x D yang kemuadian akan dipilih
nilai RPN yang paling besar untuk dilakukan recomanded action. 7.8 Implementasi dari solusi perbaikan proses
Setelah mengetahui alternatif perbaikan proses yang telah dipilih, maka pada tahap ini dilakukan implementasi terhadap alternatif perbaikan tersebut. Dengan membandingkan antara kondisi sistem sebelum perubahan dengan sesudah perubahan, maka kita dapat melihat hasil dari implementasi tersebut. 7.8 Penentuan nilai efisien mesin setelah implementasi
Setelah tahap implementasi tersebut selesai dilakukan, maka wujud dari
187.10 Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, serta pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya peningkatan efisiensi mesin secara kontinyu.
8. DAFTAR PUSTAKA
Dhillon, B. S. 1992. System Reliablibity, Maintainability and Management. Department of Mechanical Engineering University Of Ottawa.
Dieter, G.E. 2003. Engineering Design 3 rd
Edition. McGraw-Hill International Editions.
Eugenee Yanti A. 2004. Eliminasi Terjadinya Defect Cetakan Etiket Sampoerna Hijau di PT. Sampoerna Percetakan Nusantara Dengan Metode Failure
Mode and Efect Analysis Process. Tesis, Jurusan Teknik Industri., ITS. Fandy Tjiptono dan Anastasia D. 1994. Total Quality Management. Andi Yogyakarta.
Leitch, R.D. 1995. Reliability Analysis for Engineering An Introduction. New York : Oxford University Press Inc.
Moubray, J. 1992. Reliability Centered Maintenance 2 nd
Edition. Industrial Press Inc.
Rico S. 2005. Mereduksi Defect Dan Biaya Kerugian Produk Dengan Metode Failure Mode and Efect Analysis Process. Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Industri., ITS. 1920
9. JADWAL KEGIATAN
maka diperlukan adanya jadwal penelitian. Adapun jadwal kegiatan secara umum
diiperlihatkan dalam gant chart di bawah ini : Bulan
No Kegiatan Sept Okt Nov Des
1 Identifikasi masalah, tujuan penelitian 2 Studi literature
3 Studi lapangan 4 Pengumpulan data 5 Pengolahan data
6 Analisa dan Kesimpulan 7 Penulisan laporan akhir LEMBAR PENGESAHAN
Demikian proposal penelitian ini saya ajukan sebagai syarat pengerjaanTugas Akhir. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih
Disetujui Oleh Surabaya, 4 Oktober 2006 Dosen Pembimbing Tugas Akhir Pengusul