• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH LIMBAH ECONOMY OF BIOGAS PLANTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH LIMBAH ECONOMY OF BIOGAS PLANTS"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Makalah Penanganan Limbah Peternakan

ECONOMY OF BIOGAS PLANT

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Mochamad Yunus, MS.

Kelompok 10 :

1. Mimin Susanti 125050101111054 2. Fatkhur Rokhman 125050101111055 3. Muchlas Agung H. 125050101111054

Kelas F Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas rahmat Allah SWT yang memberikan kemudahan dalam pengerjaan makalah “Economy Of Biogas Plant” ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan sebaik mungkin. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menyusun bisnis biogas.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk

memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Malang, 27 April 2015

(3)

DAFTAR ISI

Contents

Kata Pengantar...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan...2

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

2.1 Pembiayaan untuk proyek industri biogas...2

2.2 Analisis ekonomi proyek industri biogas...7

BAB III...14

PENUTUP...14

3.1 Kesimpulan...14

3.2 Saran...14

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahan bakar minyak (BBM) selama ini masih menjadi sumber energi utama diberbagai aspek kehidupan seperti pembangkit listrik, bahan bakar mesin kendaraan motor, bahan bakar kompor, bahan bakar mesin-mesin pabrik dan lain-lain. Namun dewasa ini mulai terjadi masalah secara global tentang ketersediaan dan harga BBM seperti kelangkaan yang menyebabkan harganya melambung tinggi dan

ketersediaannya semakin terbatas. Hal ini tentu menimbulkan masalah disegala aspek terutama disebabkan karena kenaikan harga bahan-bahan lain termasuk harga

kebutuhan rumah tangga. Oleh karenanya saat ini banyak pihak yang mulai mencari sumber energi alternatif lain untuk menggantikan bahan bakar minyak yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.

Indonesia dengan letak geografisnya yang beriklim tropis dengan tanah yang subur negara agraris yang memiliki kekuatan disektor pertanian serta peternakan. selain dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, hasil samping dari sektor peternakan seperti limbah kotoran ternak dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif (biogas) dan pupuk organik.

Pemanfaatan limbah tersebut selain dapat mengurangi penggunaan BBM juga dapat mengurangi resiko kerusakan lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia serta mengurangi polusi air, tanah dan udara karena kotoran ternak. Saat ini banyak

dilakukan pengkajian dan pengembangan dalam proyek pemanfaatan biogas sebagai bahan baku alternatif.

Salah satu faktor penting yang berperan dalam pengembangan proyek biogas adalah faktor pembiayaan yang tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Sehingga seringkali pihak pengembang harus mendapat suntikan dana baik dari pemerintah setempat maupun instansi terkait seperti bank, koperasi dan lain-lain. Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam memperoleh pembiayaan proyek biogas yaitu bunga pinjaman, periode pinjaman dan proyeksi jangka panjang kesuksesan ekonomi proyek tersebut yang dibuktikan dengan perhitungan profitabilitas.

1.2 Rumusan Masalah

(6)

1.3 Tujuan

a. Mengetahui bagaimana memperoleh pembiayaan untuk proyek industri biogas. b. Mengetahui analisa ekonomi proyek industri biogas.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembiayaan untuk proyek industri biogas

Pemanfaatan limbah menjadi energi dalam skala kecil dan menengah, baik oleh industri kecil dan menengah (IKM) maupun rumah tangga, masih relatif sedikit di Indonesia, salah satunya dikarenakan keterbatasan pendanaan yang dimiliki oleh IKM dan rumah tangga. Oleh karena itu, diperlukan dukungan pembiayaan investasi limbah menjadi energi, salah satunya melalui kredit program.

Rancangan biogas membutuhkan modal yang tinggi. Pembiayaan adalah salah satu element kunci dalam memastikan kelangsungan proyek pembuatan biogas. Skema pembiayaan rancangan biogas berbeda dari masing2 negara, tapi secara umum digunaka pinjaman berbunga rendah. Biasanya pinjaman gadai jarang digunakan. Indeks regulasi adalah pinjaman dengan bunga rendah, yang melindungi investor dari inflasi setelah re evaluasi hutang yang tak terbayar berdasarkan laju inflasi. Periode pembayaran lebih dari 20 tahun. Tipe pinjaman menjadi yang paling cocok untuk pembiayaan konstruksi pabrik biogas mencari permintaan untuk batas waktu

peminjaman yang panjang, bunga rendah dan angsuran awal rendah. Kekurangannya adalah tingginya pajak penjualan pada harga pasar penukaran sahan termasuk resiko penurunan harga saham yang dapat meyebabkan ketidaktentuan dalam susunan perencaan.

Dinegara seperti denmark, proyek biogas dibiayai dengan cara regulasi indek tunjangan hutang, yang dijamin oleh kotamadya. Sebagian besar proyek biogas yng terdahulu menerima juga menerima tambahan subsidi pemerintah hingga 30% biaya investasi proyek.

Sedangkan untuk Indonesia ada beberapa alaternatif pembiayaan investasi untuk proyek pengubahan limbah menjadi energi diantaranya yaitu :

a. Program peminjaman lunak LKH yang terdiri dari :

 Program PAE (Pollution Abatement Equipment) yang dimulai dari tahun 1992-2011 dengan sumber dana dari Jepang melalui JBIC (Japan Bank for International

(7)

semua skala. Dana revolving fund per tahun sekitar Rp. 38 miliar. Pelaksanaannya empat bank, Danamon, BII, BCA, Lippo, BNI dan Mandiri. Ini kredit investasi dengan bunga sesuai SBI. Khusus untuk Program PAE, BI bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Bank Peserta (BCA, Bank Danamon, BII, Lippo Bank, Bank Umum Nasional, PT. BBD (Persero), PT. BEII (Persero), PT. BNI (Persero), dan PT. Bapindo (Persero)). Menurut kajian Kesiapan UMKM Ramah Lingkungan Dalam Mendapatkan Akses Pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada tahun 2012 menyebutkan bahwa program tersebut berakhir belum ada lembaga perbankan di Indonesia yang menginisiasi peluncuran skim pinjaman atau pembiayaan untuk UMKM ramah lingkungan dengan mengadopsi program sejenis untuk tujuan serupa.

 Program Kreditanstalt fur Wiederaufbau-Industrial Efficiency And Pollution Control Tahap I yang selanjutnya disebut Program KfW-IEPC I adalah program yang bersumber dari hibah Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW) yang dipinjamkan oleh Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan kepada bank pelaksana untuk membiayai kegiatan investasi yang berorientasi lingkungan hidup dalam rangka pengendalian polusi dan efisiensi industri. Program IEPC (Industrial Efficiency and Pollution Control) Tahap I dimulai dari Tahun 1998-2013. Sasarannya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Bank pelaksana dari kegiatan program ini terdiri dari 4 BPD, 1 Bank Nasional yaitu Bank BNI, Bank Jateng, Bank Nagari, Bank Jabar Banten, dan BPD Bali dengan tingkat suku bunga efektif mencapai 9 – 14 persen. Tujuan dari pinjaman ini adalah untuk mendorong agar UMK dapat mengurangi limbah produksi melalui peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi, bahan baku dan pengolahan limbah.

 Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 2 Dana pinjaman ini bersifat bergulir (Revolving Fund), sehingga akan diteruspinjamkan kembali kepada nasabah yang menerapkan upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran lingkungan. Dana ini berasal dari bantuan Pemerintah Jerman melalui program Industrial Efficiency and Pollution Control tahap ke 2 (IEPC2) – Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW). Oleh karena itu disebut Program Pinjaman Lunak Lingkungan IEPC-KfW Phase II.

(8)

dana komersial perbankan. Besarnya pembiayaan yang dapat diterima oleh nasabah adalah s.d. Rp. 500 juta.

 Program Emission Reduction Investment (ERI) adalah program pinjaman lunak dengan mekanisme two step loan yang bertujuan membiayai investasi pengurangan emisi bagi industri lokal dalam mendorong penggunaan peralatan efisiensi energi.

b. Program di Kementerian ESDM : Program Biogas Rumah Indonesia atau biasa disebut dengan Program BIRU adalah program 4 tahun yang dikelola dan

diimplementasikan oleh HIVOS (Institut Kemanusiaan untuk Kerjasama Pembangunan) dengan bantuan teknis dari SNV (Lembaga Pembangunan Belanda) yang bertanggung jawab untuk pertukaran pengetahuan selama fase implementasi program. Dengan kemampuan program untuk mengatasi hubungan antara kemiskinan dan energi yang memungkinkan akses ke jasa energi untuk 10 juta orang (2 juta rumah tangga) sebagai salah satu hasil yang diinginkan, pemerintah Belanda menyediakan EUR 500 juta untuk mempromosikan energi terbarukan di sejumlah negara berkembang. Melalui Program Biogas Rumah Indonesia, Pemerintah Belanda mengalokasikan EUR 656,535 untuk memungkinkan pembentukan sektor biogas berorientasi pasar yang layak dan mandiri. Program ini diimplementasikan mulai 15 Mei 2009 hingga 31 Desember 2013.

c. Kredit program eksisting yang terdiri dari Pola Subsidi Bunga (Interest Subsidy Pattern), Pola Jasa Penjaminan (Assurance Services Pattern), Kredit Program Pola Kombinasi (Combination Pattern).

d. Kredit perbankan : Agence Française de Développement (AFD, atau Agen Pengembangan Perancis) adalah suatu institusi publik yang menyediakan pembiayaan pembangunan. Fokus Proyek ini pada tata kota dan infrastruktur, pembangunan

masyarakat desa, industri, sistem keuangan, dan pendidikan dan kesehatan. Di Indonesia sendiri, AFD memulai aktivitasnya sejak tahun 2007 dengan fokus untuk pinjaman program perubahan iklim (Climate Change Program), bantuan teknis dan keahlian dalam teknologi hijau (Green Technology), serta pendanaan publik dan swasta. Agence Francaise de Development (AFD) memberikan pinjaman senilai US$ 50 juta (Rp. 500 miliar)

(9)

dihasilkan industri dunia, terkait dengan perubahan (perbaikan) iklim dunia. Sebelum dengan Bank Bukopin, guna mendukung pengembangan energi terbarukan

dan proyek efisiensi energi di Indonesia, Agence Francaise de Development (AFD) juga tela memberikan dana pinjaman kepada PT Bank Mandiri Tbk senilai US$100 juta. Bank Mandiri telah memanfaatkan pinjaman pertama sebesar US$97 juta untuk membiayai proyek nasabah di bidang hydropower, biogas, dan combined-cycle powerplant. Fasilitas kedua ini juga membantu PT Bank Mandiri Tbk memperkuat struktur pembiayaan jangka panjang dan meningkatkan pembiayaan untuk proyek ramah lingkungan yang dapat mendukung peningkatan investasi di Indonesia.

e. Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Energi Perdesaan : DAK berbeda dengan kegiatan dimana sebelumnya yang hanya mengeimplementasikan pengembangan energi baru terbarukan untuk listrik maka untuk kegiatan DAK tahun 2013juga akan memfasilitasi pemanfaatan biogas. Diharapkan Kabupaten penerima memiliki rencana kegiatan yang akan didanai dari DAK bidang energi perdesaan secara partisipatif berdasarkan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan sehingga kegiatan akan menghasilkan energi yang diprioritaskan pada desa yang belum terjangkau listrik dari PT PLN (Persero).

f. Pusat Investasi Pemerintah (PIP) : Dasar hukum pembiayaan dari PIP adalah: · Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2011.

· Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

· Nota Kesepahaman antara Menteri Keuangan, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tanggal 18 Agustus 2010. Skema Pembiayaan yang dapat diberikan, antara lain:

- Penyediaan lahan infrastruktur - Pembiayaan konstruksi infrastruktur

- Pembiayaan melalui joint venture dengan Badan Usaha

PIP juga dapat melakukan kerja sama investasi atau pembiayaan proyek-proyek

(10)

g. Usulan Pembiayaan Waste to Energy Melalui Kredit Program Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)

KLH telah menggulirkan program pinjaman lunak sebagai bagian dari pelayanan intensif pendanaan untuk investasi lingkungan. Sebanyak Rp. 727,7 Miliar telah disalurkan kepada 401 usaha dimana diantaranya adalah 84 usaha skala besar dan 317 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi telah menerima pembagian berupa pinjaman lunak untuk pembiayaan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Program pinjaman lunak ini yaitu :

a) Program Pollution Abatement Equipment (PAE) bagi semua skala usaha, yang dibiayai dari pinjaman lunak Pemerintah Jepang melalui Bank International Coperation (JBIC);

b) Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 1 bagi usaha skala kecil dan menengah, yang didukung oleh Pemerintah Jerman melalui

Kreditanstalt fur Wiederaufbau (WfK) berupa hibah;

c) Program Industrial Efficiency and Pollution Control (IEPC) Tahap 2 bagi usaha skala kecil dan menengah, yang bersumber dari pinjaman lunak dari Pemerintah Jerman melalui Kreditanstalt fur Wiederaufbau (WfK); dan

d) Program Debt for Nature Swap (DNS) bagi usaha skala mikro dan kecil, yang dibiayai melalui pertukaran hutang Pemerintah Jerman.

Terkait dengan program nasional penurunan emisi 26 persen di tahun 2020,

Kementerian lingkungan hidup telah mengembangkan program pinjaman lunak baru yaitu Program Emision Reduction Investment (ERI). Program ini memberikan insentif

pembiayaan bagi pelaku usaha skala kecil, menengah dan besar (untuk chiller) yang berinfestasi untuk menurunkan konsumsi energinya. Terkait limbah biomassa dan sumber energy alternative, Kementerian lingkungan hidup mengajukan pengembangan program pinjaman lunak baru untuk kegiatan pemanfaatan waste to energy . Program ini

diperuntukkan bagi usaha skala mikro, kecil dan menengah.

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan Kementerian Keuangan, KLH, dan Kementerian ESDM, muncul usulan bahwa untuk pengembangan WtE dengan investasi sampai maksimum Rp. 500 juta (berkelompok), yaitu untuk Biogas Industri Tahu dan Biogas dari Kotoran Sapi, dapat menggunakan skema KKP-E

(11)

(membutuhkan waktu yang lebih lama), yaitu untuk PLT dari POME dan pelepah sawit dan penggunaan sekam padi untuk pemanas/pengering/silo padi/jagung.

2.2 Analisis ekonomi proyek industri biogas

Petani tunggal, petani gabungan atau kota madya umumnya adalah pengusaha yang memungkinkan untuk mengimplementasikan proyek biogas yg sukses. Proyek yang sukses ditentukan oleh beberapa faktor yang dapat dikendalikan dan dipengaruhi oleh strategi pengambilan keputusan investasi dan biaya operational. Pemilihan teknologi terbaik terkait level investasi dan biaya operasional sangatlah sulit. Jika menawarkan pabrik biogas , adalah penting menerima penawaran pada biaya operasional seperti :

- Biaya operasional CHP termasuk semua servis dan spare part (jumlah/kWh) - Total biaya perawatan pabrik biogas (%investasi/tahun)

- Kebutuhan energi listrik sendiri termasuk keperluan CHP (kWh/year) - Rata2 jam kerja staf perhari (perawatan dan uang makan)

Untuk pengembangan reaktor biogas limbah peternakan/kotoran sapi, asumsi yang dibangun dalam analisis ini terdari dari berbagai ukuran reaktor biogas, yaitu 6 m3, 8 m3, 10 m3, dan 12 m3 berdasarkan pengalaman Kementerian ESDM. Sebenarnya juga ada ukuran 4 m3, namun dari kunjungan lapangan di Koperasi Setia Kawan di Kabupaten Pasuruan (untuk biogas limbah peternakan sapi perah), ukuran tersebut banyak yang tidak berfungsi karena hasil produksi biogasnya kurang optimal. Secara rinci, berikut adalah asumsi-asumsi yang digunakan: Asumsi Dasar Perhitungan Analisis Keuangan dan Cost Benefit Analysis

(12)

Sumber : KESDM,2013

Dalam pengembangan reaktor biogas limbah peternakan sapi, terdapat dua kondisi awal yang menentukan hasil perhitungan, yaitu kondisi pengembangan reaktor biogas limbah peternakan sapi untuk menggantikan salah satu dari: i) penggunaan gas LPG atau ii)

penggunaan kayu bakar. Berbeda halnya dengan pengembangan reaktor biogas dari limbah industri tahu yang secara bersamaan dapat menggantikan atau menghemat penggunaan gas LPG dan kayu bakar, pengembangan reaktor biogas limbah peternakan hanya dapat

(13)

rumah tangga hanya menggunakan gas LPG saja, dan sebagian rumah tangga hanya menggunakan kayu bakar saja.

Jika proyek memperoleh sebuah internal rate of return ( irr ) lebih rendah dari 9 persen , anda harus mempertimbangkan kembali proyek ini semua tempat , dan meningkatkan beberapa dari mereka . IRR jika tingkat lebih tinggi daripada 9 persen , tempat yang baik dan hal ini perlu melanjutkan proyek tersebut dan pindah ke tahap perencanaan ke depan .Hal ini penting untuk membandingkan dengan material kenyataannya asumsi .Hal ini membantu untuk mendapatkan gambaran realistis munculnya wacana biogas tanaman itu sendiri , ruang yang dibutuhkan , massa yang benar dan biaya saat ini kondisi bangunannya .Model

perhitungan kasar yang berguna untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk

menendang memulai tahap perencanaan yang sebenarnya .Untuk langkah-langkah berikutnya dari proyek , menemukan pasangan yang mandiri dan dapat diandalkan perencanaan proyek tersebut merupakan keharusan .

Dari hasil perhitungan terhadap berbagai indikator keuangan yang digunakan, dapat ditunjukkan bahwa pengembangan reaktor biogas limbah peternakan sapi akan layak dilakukan untuk semua ukuran (6m3, 8m3, 10m3, dan 12m3) apabila produk biogas dari limbah peternakan sapi tersebut digunakan untuk mensubstitusi gas LPG yang selama ini digunakan oleh rumah tangga para peternak untuk kepentingan keseharian di rumah. Sedangkan apabila produk biogas dari limbah peternakan sapi tersebut hanya digunakan untuk mensubstitusi kayu bakar yang selama ini digunakan oleh rumah tangga, kelayakan secara keuangannya sangat tergantung dari besaran suku bunga yang harus ditanggung oleh debitur dan ukuran dari reaktor biogas limbah peternakan sapi yang dibangun. Semakin kecil suku bunga yang harus ditanggung debitur dan semakin besar ukuran reaktornya, semakin layak juga secara keuangan untuk pengembangan biogas dari limbah peternakan sapi.

Dari indikator keuangan yang ada, biogas dari limbah peternakan sapi layak secara keuangan digunakan untuk mensubstitusi penggunaan kayu bakar jika debitur hanya

(14)

Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung NPV (Dalam Juta Rp)

(15)

Hasil Analisis Keuangan Pembiayaan Pembangunan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi Berdasarkan Hasil Hitung ROI (Dalam Persen)

(16)

Pengembangan Reaktor Biogas Limbah Peternakan Sapi

Proyek yang sukses juga dipengaruhi oleh beberapa faktor tidak bisa dikontrol seperti : - Minat masyarakat

- Akses jaringan dan uang makan - Harga pasar global untuk bahan baku - Kompetisi bahan baku dari sektor lain

Industri pengumpul limbah merupakan masalah utama yang mempengaruhi ketersediaan bahan baku. Ini dapat menjadi masalah karena pasar pendaur ulang limbah adalah kompetitor tertinggi dan kontrak yang lama dengan produsen limbah sangat jarang dilakukan lebih dari 5 tahun.

Sebelum bank menawarkan pembiayaan proyek industri biogas, kesuksesan ekonomi jangka panjang dari proyek tersebut harus dibuktikan dengan perhitungan profitabilitas . perhitungan secara umum dilakukan dengan rencana persiapan dengan konsultasi perusahaan, tetapi dalam banyak kasus kususnya pada pertanian mandiri berdasarkan proyek biogas, pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan proyek pengembangan dengan 2 konsekuensi keuntungan : pengembang proyek/ partner dipaksa untuk memiliki pandangan pada aspek berbeda pada proyek dan pada kasus pembatalan proyek tidak ada biaya luar yang

dibutuhkan.

Pada kasus perlakuan pabrik biogas limbah kota, direkomendasikan untuk

(17)

kompleks dibanding penanganan bahan baku, sistem stabilitas biologi dan disain pabrik dibandingkan pabrik berdasarkan pertanian.

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh para pemilik reaktor biogas limbah peternakan sapi bahwa masa manfaat reaktor biogas limbah peternakan sapi mampu bertahan sampai 20 tahun. Sama halnya dengan pengembangan reaktor bioas dari limbah industri tahu, dalam analisis biaya dan manfaat untuk pengembangan reaktor biogas dari limbah peternaan sapi ini, pinjaman yang akan diberikan memiliki asumsi jangka waktu pengembalian selama lima tahun. Berdasarkan hasil perhitungan analisis biaya dan manfaat untuk semua ukuran reaktor biogas limbah peternakan sapi, dari nilai BCR yang dihasilkan menunjukkan bahwa pengembangan tersebut layak secara ekonomi untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari 1, baik untuk yang sebelumnya menggunakan gas LPG maupun kayu bakar sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangganya. Dalam perhitungan CBA ini, besaran beban bunga debitur dan beban subsidi bunga tidak berpengaruh terhadap kelayakan secara ekonomi, dikarenakan hal tersebut hanya bersifat transfer tanggungan, antara beban bunga yang ditanggung oleh debitur dan beban subsidi bunga oleh pemerintah.

(18)

BAB III

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Proyek pengembangan reaktor biogas membutuhkan dana investasi yang tinggi sehingga diperlukan adanya dukungan biaya investasi dari pihak pemerintah maupun lembaga keuangan terkait yang mampu menyokong berjalannya proyek pengembangan biogas. Investasi dalam proyek pengembangan biogas haruslah berasal dari pinjaman berbunga rendah dan jangka waktu pembayaran panjang, minimal 5 tahun. Untuk dapat memperoleh pinjaman dari pihak bank, maka perusahaan haruslah memiliki analisa ekonomi yang nyata terhadap proyek yang dikembangkannya. Proyek pengembangan biogas dinilai layak untuk dilanjutkan atau tidak dinilai dari hasil analisa IRR. Nilai IRR apabila kurang dari 9 persen maka proyek pengembangan biogas tidak layak untuk dilanjutkan sedangkan apabila IRR lebih dari 9 pesen maka proyek menguntungkan untuk dilanjutkan.

3.2 Saran

Proyek biogas merupakan proyek yang menguntungkan baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan sehingga perlu adanya dukungan dari berbagai pihak salah satunya masyarakat peternakan. Hendaknya didaerah yang merupakan sentra-sentra peternakan dilakukan pengembangan proyek biogas agar mampu mengurangi tingkat cemaran lingkungan oleh limbah peternakan dan menambah kesejahteraan peternak.

(19)

Anonim. 2014. ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PEMBIAYAAN INVESTASI

LIMBAH MENJADI ENERGI MELALUI KREDIT PROGRAM. Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI dan UK Low Carbon Support Programme UK Department for

International Development.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian variabel stres kerja mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap kepuasan kerja, variabel kualitas kehidupan kerja mempunyai

Sudu-sudu turbin savonius dipasang dengan posisi tertentu untuk mendapatkan efisiensi yang maksimal dalam memanfaatkan daya angin, dalam skripsi ini meneliti

Hal ini menandakan bahwa posisi petani (produsen) semangka pada saluran I selalu dalam kondisi yang lemah dibanding dengan saluran II, dikarenakan pada saluran II

Faktor internal dan eksternal dari segmen usaha ikan hias yang telah ditentukan selanjutnya diolah untuk mengetahui posisi strategis pada usaha budidaya kelompok Mitra

Pada sistem distribusi radial 3 fasa dalam keadaan seimbang, hasil perbandingan THD antara metode PSO dengan metode numerical errornya tidak lebih dari 10%.Dalam sistem

- Lansia tidak ingat dengan umur dan susah mendengar - Lansia kebanyakan tidak bersekolah..

Pada tingkat kabupaten/kota, faktor yang mempengaruhi penderita filariasis di Provinsi NAD adalah jarak ke sarana pelayanan terdekat, jarak yang diperlukan untuk

Nilai di dalam suatu modul program Pascal sifatnya adalah lokal, artinya hanya dapat digunakan pada modul atau unit program yang bersangkutan saja, tidak dapat