• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ciri Dan Ketrampilan Manajerial chpter 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ciri Dan Ketrampilan Manajerial chpter 7"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Ciri Dan Ketrampilan Manajerial (Managerial Traits and Skills) Hakikat dari ciri dan ketrampilan

Istilah ciri menunjuk kepada sejumlah atribut individual, termasuk aspek kepribadian, tempramen, kebutuhan, motivasi, serta nilai-nilai. Ciri kepribadian adalah watak yang relativ stabil untuk dalam sebuah cara tertentu. Contohnya termasuk rasa percaya diri, sifat ekstroversi, kedewasaan emosional, dan tingkat energi.

Sebuah kebutuhan atau motif adalah keinginan akan jenis-jenis rangsangan atau

pengalaman tertentu, para ahli psikologi biasanya membedakan antara kebutuhan fisiologis (misalnya rasa lapar dan haus)dan motif sosial seperti keberhasilan, rasa dihormati, afiliasi, dan indenpendensi.

Nilai adalah sifat yang diinternalisasikan mengenai apa yang benar dan salah, etis dan tidak etis, yang bermoral dan tidak bermoral. Nilai adalah penting karena mempengaruhi pilihan dan aspirasi seorang pemimpin, persepsi seorang pemimpin mengenai situasi dan masalah, dan pilihan prilaku.

Ketrampilan

Istilah ketrampilan mengacu kepada kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam cara yang efektif, seperti ciri-ciri, ketrampilan dditentukan bersama dengan belajar dan keturunan. Ketrampilan dapat di definisikan pada berbagai tingkatan yang umum dan abstraksi, yang dimulai dari istilah yang didefinisikan secara sangat umum dan luas (ex: kecerdasan, ketrampilan hubungan antar pribadi) jika dalam arti yang lebih sempit dan spesifik (ex: pertimbangan verbal, kemampuan persuasif)

Taksonomi tiga kategori dari ketrampilan kepemimpinan.

Ketrampilan Teknis: pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan teknik untuk melakukan aktivitas khusus, dan kemampuan untuk menggunakan peralatan dan perangkat yang relevan dengan aktivitas tersebut.

Ketrampilan Hubungan antar-pribadi: Pengetahuan tentang prilaku manusia dan proses hubungan antar pribadi; kemampuan untuk mengetahui perasaan, sikap, dan motif orang lain dari apa yang mereka katakan dan lakukan(empati dan sensitivitas sosial) kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif( ex: kefasihan bicara, persuasif) dan kemampuan untuk membuat hubungan yang effektif dan kooperatif.

Ketrampilan Konseptual: pemikiran logis kefasihan dalam pembentukan konsep dan konseptualisasi hubugan yang komplex dan ambigu kreativitas dalam pembuatan ide dan pemecahan masalah.

Penelitian awal mengenai ciri dan ketrampilan pemimpin

Para peneliti kepemipinan awal merasa yakin bahwa ciri-ciri yang penting bagi efektivitas kepemimmpinan dapat diidentifikasikan dengan penelitian empiris. Jenis ciri-ciri yang paling sering dipelajari penelitian awal:

 Karakter fisik (ex: tinggi badan, ketrampilan)

 Aspek kepribadian (misalnya harga diri, dominan, kestabilan emosional)  Bakat (kecerdasan umum, kefasihan verbal, dan kreativitas)

Ciri dan Ketrampilan yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin Bedassarkan pada Stogdill (1970)

Ciri Ketrampilan

(2)

Ambisius, berorientasi keberhasilan Asertif

Kooperatif Tegas

Dapat diandalkan

Dominan (motivasi keuasaan) Enerjik (tingkat aktivitas tinggi) Gigih

Keyakinan diri

Toleran terhadap tekanan

Bersedia untuk mengambil tanggung jawab Pandai

Terampil secara konseptual Kreatif

Diplomatis dan bijaksana Fasih berbicara

Memiliki pengetahuan tentang pekerjaan Teratur

Persuasif

Terampil secara sosial

Program- Program utama dari penelitian mengenai ciri pemimpin

Beberapa studi mencari ciri yang memprediksikan kemajuan ke tingkat manajemen

yang lebih tinggi,sedangkan yang lainnya mencari ciri yang hubungan dengan kinerja effektif dalam pekerjaan manajerial seseorang yang sekarang. Beberapa ciri dapat relevan bagi suatu kriteria, namun bukan untuk yang lainnya. Misalkan, seseorang anajer yang amat ambisius dan terampil dalam manajemen kesan dapat maju lebih cepat dari manajer yang lainnyayang mempunyai kompetisi lebih besar dalam melakukan pekerjaannya yang sekarang. Studi-studi yang paling berguna mencoba untuk mengindetifikasikan bagaimana ciri dan ketrampilan terermin dalam prilaku yang menjelaskan mengapa sesorang itu efektif dalam suatu posisi manajerial tertentu, atau mengapa orang tersebut dipromosikan ke tingkat posisi yang lebih tinggi.

Dari berbagai hasil penelitian dapat diringkas disini dengan menjelaskan ciri dan

ketrampilan spesifik yang kelihatannya amat relevan untuk memprediksi apakah sesorang manajer maju atau menyimpang.

1. Stabilitas Emosional. Para manajer yang menyimpang kurang mampu menangani tekanan. Mereka lebih rentang terhadap kemurungan, ledakan, kemarahan, dan prilaku yang tidak konsisten, yang merugikan hubungan antar-pribadinya dengan para bawahan, rekan sejawat, dan para atasan. Para manajer yang berhasil biasanya bersifat tenang, percaya diri.

2. Sifat Defensif. Paara manajer yang menyimpang akan lebih besar

kemungkinannya akan bersikap dengan mencoba untuk menutupi kesalahan dan menyalahkan orang lain. Para manajer yang berhasil mau mengakui kesalahannya, menerima tanggung jawab dan kemudian mengambil tindakan untuk memecahkan masalah tersebut.

(3)

kepada kegiatan bersaing dengan para pesaingnya atau meyakinkan para atasannya. Sebaliknya, banyak manajer yang menyimpang tersebut terlalu ambisius untuk memajukan karier mereka dengan mengorbankan yang lainnya.

4. Ketrampilan Antarpribadi. Para manajer yang menyimpang kemungkinan akan lebih lemah dalam ketrampilan antar pribadi. Alasan yang paling umum untuk penyimpangan adalah ketidakpekaan, yang tercermin pada prilaku kasar atau intimidasi terhadap orang lain. Sebaliknya, para manajer yang sukses lebih peka/sensitif, taktis dan penuh perhatian. Mereka mampu berbaur dengan segala jenis orang, dan mereka mengembangkan jaringan hubungan kerjasama yang lebih besar.

5. Ketrampilan Teknis dan Kognitif. Bagi kebanyakan manajer yang menyimpang, kecerdasan teknisnya merupakan sebuah sumber pemecahan masalah yang berhasil serta keberhasilan teknis pada tingkat manajemen yang lebih rendah, yang biasanya disini keahliannya lebih besar daripada yang dimiliki para bawahan. Beberapa manajer yang menyimpang hanya memiliki keahlian teknis pada sebuah bidang fungsionalyang sempit. Para manajer yang sukses lebih besar kemungkinannya akan memiliki pengalaman dalam

berbagai macam fungsi dan situasi di mana mereka memperoleh perspektif dan keahlian yang lebih luas dalam menangani berbagai jenis masalah yang berbeda.

Ciri dan Efektivitas Manajerial

Tinjauan mengenai program penelitian utama memperlihatkan bahwa para peneliti telah mempelajari sejumlah ciri kepribadian yang berbeda yang berhubungan dengan efektivitas manajerial dan promosi dirinya. Bagian ini akan meringkaskan dan mengintegrasikan penemuan mengenai aspek kepribadia yang paling relevan bagi

kepemimpinan efektiv dari para manajer dan para administrator dalam organisasi yang besar. Ciri-ciri yang memprediksikan efetivitas kepemimpinan

a) Tingkat energi tinggi dan toleransi terhadap tekanan. b) Rasa percaya diri

c) Pusat kendali internal

d) Kestabilan dan kematangan emosional e) Integritas pribadi

f) Motivasi kekuasaan

g) orientasi kepada keberhasilan h) Kebutuhan akan afilasi

Tingkat Energi dan Toleransi Terhadap Tekanan

Tigkat energi yang tinggi dan toleransi terhadap tekanan membantu para manajer

menanggulangi tingkat kecepat kecepatan yang tinggi, jam-jam kerja yang panjang, serta permintaan yang tidak ada habisnya terhadap kebanyakan pekerjaan manajerial. Pekerjaan manajerial serigkali mempunyai tingkat tekanan yang tinggi dikarenakan tekanan untuk membuat keputusan penting tanpa informasi yang mencukupi serta kebutuhan untuk memecahkan konflik peran dan memuaskan permintaan yang saling bertentangan. Toleransi terhadap tekanan khususnya penting bagi para manajer yang harus

(4)

tambahan terhadap pengambilan keputusan yang lebih baik, seorang pemimpin yang memiliki toleransi terhadap tekanan dan ketenangan yang tinggi akan lebih besar kemugkinannya untuk tetap tenang dan memberikan pengarahan yang mantap dan pasti terhadap para bawahan dalam situasi kritis.

Rasa Percaya Diri

Isitilah percaya diri didefinisikan secara umum untuk memasukan berbagai konsep yang saling berhubungan seperti harga diri dan kemajuan diri. Rasa percaya diri berbeda antara para manajer yang efektif dan yang tidak efektif dalam studi mengenai peristiwan kritis oleh boyatzis (1982).

Sejumlah prilaku yang berhubungan dengan rasa percaya diri mungkin dapat

menjelaskan bagaimana hal ini memudahkan efektivitas kepemimpinan. Tanpa adanya rasa percaya diri yang kuat, seorang pemipin lebih kecil kemungkinannya untuk membuat upaya mempengaruhi, dan setiap upaya mempengaruhi yang dilakukan akan lebih kecil

kemungkinannya untuk berhasil. Oara pemipin yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih kemungkinannya untuk mencoba tugas yang sulit dan menetapkan sasaran yang menantang baginya.

Pusat Kendali Internal

Ciri lain yang terlihat relevan bagi efetiviras manajerial disebut ‘orientasi pusat

kendali’’ yang diukur dengan skala kepribadian yang dikembangkan oleh Rotter (1966). Orang yang memiliki pusat kendali internal yang kuat (disebut “internal). Sebaliknya, orang yang memiliki orientasi kendali eksternal yang kuat (disebut”eksternal) yakin bahwa

peristiwa kebanyakan ditentukan oleh sesuatu kebetulan atau nasib dan mereka tidak dapat berbuat apa pun untuk memperbaiki hidup mereka.

Kestabilan dan Kematangan Emosional

Istilah kematangan emosional dapat didefinisikan secara luas yang menyangkut berbagai motif, ciri dan nilai yang saling berhubungan. Seseorang yang matang secara emosional dapat menyusuaikan diri dengan baik dan tidak menderita kekacauan psikologis yang berat. Orang yang memiliki kematangan emosional yang tinggi tidak terlalu

egonistis(mereka lebih mementingkan oranglain), mereka lebih banyak memiliki kendali terhadap diri sendiri (tidak implusif, lebih stabil untuk melawan godaan yang hedonistis), memiliki lebih banyak emosi yang stabil (tidak mudah berpindah dari keadaan jiwa yang ekstrem atau sentakan kemarahan), dan mereka tidak terlalu bersikap defensif (mereka lebih dapat menerima kritik, lebih bersedia belajar dari pengalaman)

Integritas Pribadi

Integritas berarti bahwa prilaku seseorang konsisten dengan nilai yang menyertainya, dan orang tersebut bersifat jujur, etis dan dapat dipercaya. Integritas merupakan penentu utama mengenai apakah orang akan merasakan bahwa seseorang pemimpin dapat dipercaya atau tidak. Berbagai jenis prilaku berhubungan dengan integritas. Sebuah petunjuk penting tentang integrias adalah sejauh mana orang itu jujur dan dapat dipercaya darpada

memperdayanya. Para pemimpin akan kehilangan kredibilitas bila orang menemukan bahwa mereka telah berbohong atau membuat pernyataan yang menyimpang secara berlebihan dari yang segbenarnya. Indikator lain mengenai integritas adalah menetapi janji. Kemudian indikator lain mengenai integritas adalah sejauh mana seorang pemimpin memenuhi tanggung jawabnya terhadap pelayanan dan kesetiaan dari para pengikutnya.

Motivasi Kekuasaan

(5)

mempengaruhi orang lain maupun peristiwa, dan besar kemungkinan berusaha untuk mendapatkan posisi otoritas. Orang yang memiliki kebutuhan yang kuat akan kekuasaan mencari posisi otoritas dan kekuasaan, dan lebih besar kemungkinannya bagi mereka untuk membiasakan diri dengan politik kekuasaan organisasi.

Para manajer di organisasi yang besar harus menggunakan kekuasaan untuk

mempengaruhi para bawahan, rekan sejawat, dan atsan. Suatu kebutuhan akan kekuasaan memang diperlukan, namun efektivitas seorang manajer juga tergantung pada bagaimana kebutuhan tersebut dapat diwujudkan. Para manajer yang memiliki orientasi kepada suatu kekuasaan yang personal menggunakan kekuasaan untuk membesarkan diri mereka sendiri status yang kuat.

Orientasi kepada Keberhasilan

Orientasi kepada kebrhasilan termasuk sejumlah sikap, nilai dan kebutuhan yang

saling berhubungan: kebutuhan akan keberhasilan, keinnginan untuk unggul, dorongan untuk berhasil, kesediaan untuk memikul tanggung jawab, dan perhatian terhadap sasaran tugas. Orientasi keberhasilan yang kuat juga dapat menghasilkan prilaku yang merendahkan efektivitas manajerial. Motivasi akan keberhasilan hanya akan meningkatkan efektivitas kepemimpinan bila ditempatkan lebih rendah daripada suatu kebutuhan yang kuat akan kekuasaan sosialisasi, sehingga usaha-uusaha manajer tersebut diarahkan kepada membangun sebuah tim yang berhasil.

Kebutuhan akan Afiliasi

Orang yang memiliki kebutuhan yang kuat akan afilasi akan mendapatkan kepuasan yang besar karena disukai dan diterima orang lain. Tidak efektifnya para manajer yang memiliki kebutuhhan yang tinggi akan afilasi dapat dipahami dengan meniliti pola prilaku umum bagi manajer. Mereka mencoba menghindari konflik atau lebih suka menghaluskan daripada menghadapi perbedaan yang benar-benar ada.

Lima Besar Ciri Kepribadian

Lima ciri kepribadian yang terdefinisi luas dalam taksonomi adalah surgency, dapat diandalkan, menyenangkan, penyesuaian dan intelektansi.

Hubungan antara lima besar ciri dengan ciri khusus Bedasarkan Hogan, Curphy & hogan (1994)

Hubungan antara lima besar ciri Ciri khusus Surgency

Kehati-hatian Ramah Tamah Penyesuaian Intelektansi

Ekstroversi (ramah)

Tingkah energi dan aktivitas

Kebutuhan akan kekuasaan (asertif) Dapat Diandalkan

Integritas Pribadi

Kebutuhan akan keberhasilan Ceria dan optimistik

Mengasuh (simpatik, membantu) Kebutuhan akan afilasi

(6)

Harga Diri

Pengendalian Diri Rasa ingin tahu Berpikiran terbuka Berorientasi belajar

Tabel diatas memperlihatkan bagaimana kelima kategori luas tentang ciri tersebut sesuai dengan banyak ciri khusus yang ditemukan relevan untuk kemunculan, kemajuan, atau efektivitas kepemimpinan dalam studi-studi atas ciri yang ditinjau sebelumnya.

KETRAMPILAN DAN EFEKTIVITAS MANAJERIAL

Studi awal mengenai ciri dan penelitian lainnya yang dijelaskan dalam bab ini

mengidentifikasikan sejumlah ketrampilan manajerial yang relevan dengan efektivitas manajerial.

#Ketrampilan teknis

Ketrampilan teknis meliputi pengetahuan tentang metode, proses dam perlengkapan

untuk melakukan aktivitas khusus dari unit organisatoris manajer itu. Ketrampilan teknis juga meliputi pengetahuan faktual tentang organisasi (peraturan, struktur, sistem manajemen, karakteristik karyawan) dan pengetahuan tentang produk dan jasa organisasi(spesifikasi teknis, kekuatan dan keterbatasan). Perolehan dari pengetahuan teknis dipermudah oleh ingatan yang baik mengenai rincian, serta kemampuan untuk belajar materi teknis dengan cepat.

Para manajer yang mengawasi pekerjaan dari orang lain membutuhkan pengetahuan yang amat luas mengenai teknis dan peralatan yang digunakan para bawahan untuk

melaksanakan pekerjaan tersebut. Pengetahuan teknis khususnya relevan bagi manajer yang bersifat wirausahawan. Visi yang inspirasiolan dari sebuah produk atau jasa terlihat dapat timbul dari mana saja, namun sebenarnya merupakan hasil dari belajar serta pengalaman yang bertahun-tahun lamanya.

#Ketrampilan Koseptual

Ketrampilan koseptual (atau”kognitif”) meliputi kemampuan analitis, berpikir logis,

membentuk konsep, pemikiran yang induktif, dan pemikiran deduktif. Dalam ari umumnya , ketrampilan koseptual termasuk penilaian yang baik, dapat melihat kedepan, intuisi,

kreativitas, dan kemampuan untuk menemukan arti dan keteraturan dalam peristiwa yang tidak pasti dan ambigu.

Salah satu jenis ketrampilan konseptual, disebut kompleksitas kognitif, termasuk

kemampuan untuk menggunakan isyarat untuk membuat perbedaan dan mengembangkan kategori untuk menggolongkan sesuatu, demikian juga kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan yang komplex dan mengembangkan solusi kreatif pada masalah. Ketrampilan konseptual penting bagi perencanaan yang efektif, mengorganisasi, serta pemecahan masalah. Untuk mencapai koordinasi yang efektif, seorang manajer perlu memahami bagaimana

berbagai bagian organisasi itu saling berhubungan satu sama lain dan bagaimana perubahan pada satu bagian dari sistem itu berdampak pada bagian yang lain.

#Kecerdasan Antar Pribadi

Kecerdasan antar pribadi (juga disebut”kecerdasan sosial”) meliputi pengetahuan mengenai prilaku manusia dan proses kelompok, kemampuan untuk mengerti perasaan, sikap, serta motivasi dari orang lain dan kemampuan untuk mengkomunikasikan dengan jelas dan persuasif.

(7)

dan dipolamasi, sifat persuasif, dan kemampuan komunikasi lisan penting untuk

mengembangkan dan mempertahankan hubungan kerja sama dengan para bawahan, atasan , rekan kerja, dan orang luar. Kecerdasan antar pribadi juga penting untuk mempengaruhi orang. Empati dan pemahaman sosial berarti kemampuan untuk mengerti motivasi, nilai dan emosi seseorang. Kecerdasan antar pribadi juga memperkuat efektivitas dari prilaku yang berorientasi hubungan. Kecerdasan antarpribadi yang kuat membutan seorang manajer untuk mendengarkan , simpatik, dan tidak memberikan penilaian kepada persoalan sesorang, keluhan, atau kecaman.

KOMPETENSI LAINNYA YANG RELEVAN

Pada beberapa tahun terakhir ini telah didefinasikan tambahan kompetensi

kepemimpinan, termasuk kecerdasan emosional. Kecerdasan sosial, dam metaconition, walaupun kompetinsi ini dapat dianggap sebagai ketrampilan, masing-masing melibatkan sekelompok ketrampilan dan ciri yang berhubungan, yang membuatnya sulit untuk mencocokan kompetensi itu ke dalam salah satu dari tiga kategori ketrampilan umum. Kecerdasan Emosional

Emosi merupakan perasaan yang kuat yang menuntut perhatian dan besar

kemungkinannya mempengaruhi proses dan prilaku kognitif. Contoh dari emosi meliput, kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, rasa jijik, malu, terkejut, dan cinta. Kecerdassan emosional didefinisikan sebagai batas dimana seseorang menyesuaikan diri dengan perasaanya dan dengan perasaan orang lain. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengintegrasikan emosi dan alasa sedemikian rupa, sehingga emosi digunakan untuk memudahkan proses kognitif, dan emosi dikelola secara kognitif. Kecerdasan emosional meliputi beberapa ketrampilan komponen yang saling

berhubungan. Aspek lain dari kecerdasan emosional yang membutuhkan kesadaran diri dan ketrampilan komunikasi adalah kemampuan untukk mengekspresikan perasaan seseorang secara akurat kepada orang lainnya dengan bahasa dan komunikasi non-verbal.

Meski demikian, hanya ada sedikit penelitian untuk mendukung usulan hubungan

antara kecerdasan emosional dan efektivitas kepemimpinan. Kenaikan yang signifikan dalam kecerdasan emosional barangkali membutuhkan pelatihan individual yang intensif, umpan balik yang relevan, dan keinginan yang kuat untuk pengembangan pribadi yang cukup besar. Kecerdasan Sosial

Kecerdasan soial didefinisikan sebagai kemampuan untuk menentukan persyaratan untuk kepemimpinan dalam suatu situasi tertentu dan memilih sebuah respon yang tepat (cantor &kihlstrom, 1987; ford, 1986; zaccaro, gilbert, thor & mumford,1991). Kedua

komponen utama dari kecerdasan sosial adalah sifat perspektif sosial dan fleksibilitas prilaku. Sifat perspektif sosial adalah kemampuan untuk memahami kebutuhan fungsional,

masalah, dan kesempatan yang relevan bagi sebuah kelompok atau organisasi, hubungan sosial dan proses kolektif yang akan memperkuat atau membatasi upaya untuk

mempengaruhi kelompok atau organisasi. Seorang pemimpin yang memiliki sifat perspektif sosial yang tinggi memahami apa yang harus dilakukan agar membuat sebuah kelompok atau organisasi mennjadi lebih efektif dan bagaimana melakukannya.

Fleksibilitas prilaku adalah kemampuan dan kesediaan untuk meragamkan prilaku seseorang untuk memudahkan persyaratan situasional. Seorang pemimpin yang memiliki fleksibilitas prilaku yang tinggi mengetahui bagaimana dan bersedia untuk menggunakan berbagai prilaku berbeda.

(8)

Dalam lingkungan yang bergolak dimana organisasi harus terus-menerus beradaptasi, melakukan inovasi, dan menemukan diri mereka kembali, para pemimpin harus cukup fleksibel untuk belajar dari kesalahan, mengubah asumsi dan keyakinan mereka dan memperbaiki model mental mereka. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap perubahan barangkal melibatkan ciri dan juga ketrampilan. Ciri ini terlihat sama dengan yang terkait dengan kecerdasan emosional dan sosial. Orientasi kepada keberhasilan, kestabilan emosional, intelektansi, pengawasan diri dan orientasi pusat kendali internal semuanya terlihat relevan untuk belajar dari pengalaman keberhasilan dan kegagalan. Para manajer yang memiliki ciri berpikiran terbuka, mereka memilih keyakinan dan rasa ingin tahu terhadap eksperimen dengan pendekatan baru, dan secara aktif mereka mencari umpan balik mengenai kekuatan dan kelemahan mereka sendiri.

RELEVANSI SITUASIONAL DARI KETRAMPILAN

Para manajer membutuhkan banyak jenis ketrampilan untuk memenuhi persyaratan peran mereka, tetapi relativ pentingnya berbagai ketrampilan itu bergantung pada situasi kepemimpinan. Variabel moderator situasional yang relevan meliputi tingkat manajerial, jenis organisasi, dan sifat dari lingkungan eksternal.

Ketrampilan yang Dibutuhkan pada Tingkatan Berbeda

Satu aspek situasi yang mempengaruhi pentingnya ketrampilan adalah posisi sorang

manajer dalam hirarki otoritas dari organisasi. Prioritas ketrampilan pada tingkaat manajemen berbeda berhubungan dengan membedakan persyaratan peran pada setiap tingkatan.

Persyaratan ketrampilan bagi para manajer pada setiap tingkatan cukup bervariasi bergantung pada jenis organisasi, besarnya, struktur organisasinya. (Mc Lennan, 1967). Sebagai contoh, ketrampilan teknis lebih penting bagi para eksekutif puncak dalam organisasi dimana keputusan operasi sangat terpusat. Hal serupa, dibutuhkan lebih banyak ketrampilan teknis dari para eksekutif puncak yang memiliki peran yang khusussecara fungsional (ex:

melakukan penjualan kepada pelanggna penting, rancangan produk) selain tanggung jawab administratif umum.

Syarat Ketrampilan dan Lingkungan Eksternal

Ketrampilan yang dibutuhkan seorang manajer yang bersifat wirausahawan untuk

membangun sebuah organisasi yang baru tidak sama dengan ketrampilan yang dibutuhkan seorang kepala ekskutif sebuah organisasi yang besar dan sudah mapan. Bersama dengan terus meningkatnya langkah globalisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan sosial, akan terdapat sebuah premium atas kompetensi seperti kerumitan kognitif, kecerdasan emosional dan sosial, kesadaran diri, sensitvitas budaya, fleksibilitas prilaku dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap perubahan.

EVALUASI TERHADAP PENELITIAN TENTANG CIRI

Kemajuan yang cukup berarti tekah dibuat dalam mengidentifikasi ciri dan

ketrampilan yang relevan bagi efektivitas dan kemajuan manajerial. Sifat dari kebanyakan ciri membatasi kegunaannya untuk memhami efektivitas. Sulit untuk menginterpretasikan relevansi ciri yang abstract kecuali dengan menguji bagaimana ciiri-ciri ini diekspresikan dalam prilaku sebenarnya dari para pemimpin. Kematangan emosional mempengaruhi kapasitas sesorang pemimpin untuk belajar dari umpan balik dan pengalaman untuk mengadaptasikan prilaku terhadap kondisi yang berubah. Kecerdasan emosional mempengaruhi kapasitas seorang pemimpin untuk memproses informasi dan membuat analisis yang rasional.

(9)

berarti kembali kepada analisis dari pola-pola ciri. Misalnya, para pemimpin yang efektif menyeimbangkan suatu kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi dengan kematangan

emosional yang diminta untuk memastikan agar para bawahan diberikan kekuasaan bukannya dominasi. Konsep dari keseimbangan telah dijelaskan bagi individual, tetapi ini juga berlaku pada kepemimpinan bersama. Sebagai contoh, keseimbangan dapat menyangkut berbagai pemimpin yang berbeda dalam sebuah tim manajemen yang memiliki atribut tambahan yang mengompensasikan kelemahan dan meningkatkan kekuatan lainnya.

APLIKASI: PEDOMAN BAGI PARA MANAJER

Ketrampilan dan ciri khusus secara positif berhubungan dengan efektivitas manajerial serta kemajuan memiliki beberapa implikasi yang praktis bagi orang dalam merencanakan karier mereka sendiri sebagai seorang manajer.

 Memahami kekuatan dan kelemahan anda

Para manajaer yang efektif memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan dapat diperoleh melalui pemantauan prilaku dirinya sendiri hasil dari prilaku tersebut.  Mengembangkan ketrampilan yang relevan

para manajer yang efektif adalah lebih berorientasi menuju pembelajaran berkelanjuatan dan pengembangan diri.

 Mengingat bahwa sebuah kekuatan dapat menjadi sebuah kelemahan

Sebuah ciri atau ketrampilan yang merupakan sebuah kekuatan dalam sebuah situasi, nantinnya dapat menjadi sebuah kelemahan saat situasinya berubah. Orang cenderung menekankan sebuah ketrampilan yang membawa keberhasilan berulang pada awal karier mereka, dan kemudian saat hal itu tidak lagi relevan, kekuatan tersebut menjadi sebuah kelemahan.

 Memberikan kompensasi atas kelemahan

Salah satu cara untuk memberikan kompensasi atas kelemahan adalah dengan

Referensi

Dokumen terkait

(1) BPIH Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dikembalikan oleh Kementerian Agama kepada PIHK sesuai dengan jumlah Jemaah Haji yang telah melunasi

Cacing dewasa yang mengembara dalam jaringan Cacing dewasa yang mengembara dalam jaringan subkutan dan mikrofilaria dalam darah seringkali tidak subkutan dan

Bukan pegawai PNS atau pekerjaan tetap lainnya (guru, pengajar, dosen tetap) dalam masa kontrak dengan pihak manapun pada masa Surat Perjanjian Kerja berlaku,

Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.. Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2010

Packed Red Cell mungkin dapat meningkatkan pasokan hemin sebagai unsur yang diperlukan H.influenza dalam pertumbuhannya.. banyak eritrosit yang ditambahkan, semakin

Hasil penelitian (Kun Ismawati, 2015) menjelaskan bahwa variabel LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profabilitas kebangkrutan dan pengaruhnya prositif,

Untuk mendukung peralatan dalam suatu gedung distribusi Listrik merupakan salah satu rangkaian penting dalam melayani kebutuhan energi listrik, dimulai dari pembangkit