• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Tipologi dan Keragaman Pemikiran

Keagamaan di Indonesia

1

Oleh: Fadh Ahmad Arifan

(Alumni S2 Studi Islam, Pascasarjana UIN Malang)

Secara sederhana saya mengkategorikan gerakan

dan pemikiran keagamaan di Indonesia menjadi 4

tipologi berdasarkan doktrin dan kultur dakwahnya.

Tipologi tersebut di antaranya: Tradisionalis, Modernis, Fundamentalis dan Liberal.

Tipologi ini diadopsi dari RAND corporation, lembaga think tank yang dibiayai Raja

perbankan AS, David Rockefeller.2 Seperti yang telah saya singgung pada pertemuan yang lalu, salah satu pola kajian “Pemikiran modern dalam Islam” dapat dilakukan dengan cara membuat tipologi. Tipologi ini jauh lebih sederhana dari versi Abuddin Nata.3 Tipologi

tidak dimaksudkan untuk mengkotak-kotak Umat Islam, melainkan untuk memudahkan

mahasiswa dalam mengkaji berbagai warna pemikiran dalam Islam.

Tradisionalis dan Modernis

Saya tidak akan membahas panjang lebar mengenai dua kubu ini, karena sebagai

gerakan Mayoritas, dari dulu sampai sekarang baik elit dan tingkat akar rumput masih berkutat konflik furu‟iyyah/menyikapi perbedaan ritual keagamaan dan masalah rebutan jamaah.4 Meskipun pada era reformasi mereka jadi akur dikarenakan beberapa hal:

1Materi Perkuliahan “

Pemikiran Modern Dalam Islam” untuk Prodi Pendidikan Bhs Arab (PBA), Semester 5 di STAI al-Yasini, Kab Pasuruan, Jawa Timur

2

Laporan RAND Corporation “Civil Democratic Islam, Partner, Resources, and strategies” (2003)

3

Lihat Abuddin Nata, Peta keragaman Pemikiran Islam di Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 2001)

4

Berdirinya organisasi-organisasi trdisional-Modernis melahirkan dinamika dan wacana vis-a-vis berhadap-hadapan dalam banyak bidang, baik bidang sosial keagamaan maupun bidang politik. Di bidang keagamaan terjadi beberapa perdebatan, hal itu dikarenakan hampir semua ajaran keagamaan Modernis berbeda dengan ajaran Tradisionalis. Kaum Modernis –Persis dan Muhammadiyah- berusaha memberantas

unsur-unsur lokal dalam kehidupan keagamaan karena dianggap bid‘ah (bukan ajaran asli Islam) sementara kaum

(2)

 Kepentingan politik di Pentas nasional5

 Respon terhadap Gerakan Islam kontemporer

NU yang merupakan Ormas tradisionalis terbesar di Dunia, gerah dengan keberadaan

Islam fundamentalis, sedangkan Muhammadiyah gerah dengan keberadaan kaum liberal di

tubuhnya yang dalam hal ini diwakili JIMM. NU dalam majalah Risalah NU edisi

September 2007, melabeli gerakan HT, PKS, Salafy dan JT sebagai Gerakan Islam

transnasional. Dalam majalah Sabili juga disinggung isu beralihnya aset-aset masjid NU di

pedesaan ke tangan HTI.6 Tetapi perlu kita cermati adalah respon dari Muhammadiyah

yang mewakili kubu modernis tehadap keberadaan kubu fundamentalis.7 Muhammadiyah

sepertinya tidak ada selera untuk menggusur halaqah dan pengajian-pengajian HTI,

KAMMI dan jamaah salafy di masjid-masjid mereka. Maklum, secara kultur keagamaan

dan cita-cita, antara modernis dan fundamentalis memiliki kesamaan.

Di sisi lain, respon NU terhadap kaum liberal juga memble/lembek. Walau petinggi

PWNU Jawa timur sangat tegas bahkan KH. Mas subadar dari Pasuruan mendesak agar

kader NU yang liberal untuk dipecat. Elit Muhammadiyah dalam merespon polah tingkah

Islam liberal lebih tegas daripada NU. Pada muktamar ke-45 di Malang, JIMM resmi

dibubarkan, beberapa tahun kemudian elit-elit Muhammadiyah yang dicap liberal seperti

alm Moeslim Abdurrahman, Amin Abdullah, Abdul Munir Mulkhan dan Dawam raharjo

tidak lagi tercantum dalam kepengurusan inti Muhammadiyah.

Fenomena menarik lainnya adalah ketika elit NU, Muhammadiyah beserta kubu

fundamentalis bersatu padu dalam melawan kubu liberal dalam Judicial review

Undang-Undang No. 1 tahun 1965 tentang Penodaan agama.8 Boleh dibilang ini adalah peluru

Selisih jalan NU-HTI Siapa yang Diuntungkan” h. 17-25

7

Identitas modernis dilekatkan pada organisasi-organisasi sebangsa Muhammadiyah –selain struktur kepengurusan, tujuan dan rencana kerja yang tersusun rapi- juga kemampuan merekonstruksi wacana yang berkembang saat itu. Muhammadiyah –misalnya memandang bahwa Islam tidak sebatas menjalankan ritual keagamaan (ibadah) semata, tetapi Islam juga harus diterjemahkan ke dalam realitas kehidupan keagamaan, sosial, ekonomi, politik kaum Muslimin Indonesia. Baca: Achmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan Keagamaam Muhammadiyah Periode Awal (Surabaya: LPAM, 2002), h. 5.

8

(3)

terakhir dari kubu liberal, pasalnya jika gugatan ini gagal maka cita-cita kebebasan

beragama yang mereka usung pasti musnah dan kucuran dana dari Barat akan terhenti.

Fundamentalis9

Gelombang gerakan Fundamentalis di indonesia berawal pada awal dekade 1970-an.

Pada tahun 1970-an, di Indonesia terjadi 2 peristiwa penting:

 Kemenangan partai penguasa (Golkar)

 Peminggiran Islam politik (eks-Masyumi)

Di tengah euforia kemenangan rezim orde baru, anehnya pada 1972, Amir Hizbut

Tahrir (HT) berkunjung ke Indonesia tanpa halangan, padahal di saat itu Rezim melarang

kebangkitan eks-Masyumi dan tokoh-tokohnya dalam pentas politik nasional. Tidak jelas

agenda pemimpin tertinggi HT tersebut di Indonesia, siapa saja tokoh-tokoh Islam yang ia

kunjungi. Uniknya pada tahun ini pula, Syaikh Yusuf Qardhawi mampir ke Indonesia.

Qaradhawi membawa oleh-oleh buku untuk KH. Abdullah Syafi‟i, guru dari Ust Rakhmat

Abdullah (founding fathers Jamaah Tarbiyah).10 Di tahun ini pula Masjid Kampus pertama

dan tersohor di Indonesia hingga sekarang yakni Masjid Salman ITB Bandung rampung

pembangunannya.11 Apakah ini suatu kebetulan semata? ataukah ada ”seseorang” yang

mengundang mereka kemari?. Wallahu’allam.

Gerakan Islam fundamentalis semakin beranak pinak setelah tahun 1980-an dan era

ICMI berkuasa. Ada salafi, Jamaah tarbiyah, HT dan Jamaah tabligh. Mereka menjamur di

masjid kampus, gerakan usroh dan rohis. Gerakan dakwah kampus muncul ketika Dr. M.

Natsir dkk mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), setelah kiprah politik

9

Istilah "fundamentalisme Islam" atau "Islam fundamentalis" ini banyak dilontarkan oleh kalangan pers terhadap gerakan-gerakan kebangkitan Islam kontemporer semacam Hamas, Hizbullah, Al-Ikhwanul Muslimin, Jemaat Islami, Salafy, dan Hizbut Tahrir. Penggunaan istilah fundamentalisme yang dilabelkan oleh media massa terhadap gerakan Islam kontemporer tersebut, disamping bertujuan memberikan gambaran yang 'negatif' terhadap berbagai aktivitas mereka, juga bertujuan untuk menjatuhkan 'kredibilitas' mereka di mata dunia.

10

Majalah Sabili edisi 18 Juni 2009, h 58.

11

(4)

eks Masyumi dikebiri dan adanya pergeseran pemikiran Nurcholis Madjid yang kala itu dijuluki ”Natsir muda”. Nur Kholis Madjid seperti yang tercatat dalam sejarah pernah meluncurkan gagasan kontroversial ”Islam Yes; partai Islam No!”. Langkah penggeseran madjid dari pemikiran awalnya dahulu sangatlah mengecewakan kelompok yang

berorientasi dakwah. Kekecewaan ini mendorong kelompok M. Natsir, Imaduddin

Abdurrahim PhD dan kawan-kawan lebih serius dalam gerakan dakwah masjid.12

Gerakan dakwah berawal dari Masjid Salman ITB dan menyebar ke berbagai

kampus-kampus di Indonesia. Pemikiran Cak Nur mendapat perlawanan diam-diam yang hingga

saat ini wilayah kampus negeri steril dari virus-virus gerakan Liberal dan Zionisme

berwajah melayu. Gerakan Islam yang membendung gerakan liberalisme, seperti PKS,

Salafi, Hizbut Tahrir, dan Jamaah Tabligh tumbuh pesat di kampus-kampus

non-keagamaan, sementara di kampus-kampus Islam anehnya sejak tahun 1980-an hingga

sekarang yang berkembang adalah kelompok liberal dan Marxis.13 Pasca runtuhnya rezim

Orde baru, mereka muncul ke permukaan. Dulunya yang bergerak di bawah tanah sekarang

terang-terangan dalam mensosialisasikan gagasannya kepada publik.

Berikut ini tipologi kaum fundamentalis:

NO Tipologi Gerakan Keagamaan Keterangan

1 Idealis HTI, Salafy, FPI, JAT, dll Kelompok ini Sering

menampakkan identitas

keagamaannya di muka umum, baik tampilan, gaya bicara dan gagasan. Misal: aktivis HTI ketika demo

selalu bawa bendera

bertuliskan Laa ilaha ilallah (ar-roya dan al-liwa), slogan-slogan urgensi penegakan daulah Khilafah dll.

12 Yudi Latif,

Intelegensia Muslim dan Kuasa: Geneakologi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20, (Bandung: Mizan, 2005), h. 519-530.

13

(5)

2 Spiritualis Jamaah Tabligh Sasaran Jamaah Tabligh adalah masyarakat perkotaan

terutama yang tidak

menyukai aktivitas politik dan ada minat terhadap spiritualisme

3 Inklusif PK Sejahtera PKS di bawah kendali Grand

murobbinya, KH. Hilmi aminuddin, mulai berani inklusif, mau menerima non-Muslim sebagai anggota, mengalami pergeseran cita-cita dari Khilafah ke Piagam madinah serta mau berkoalisi dengan partai sekuler.

Liberal

Gerakan liberalisme di mulai pada tahun 1970-an, pasca Harun Nasution pulang dari

Kanada. Harun sendirilah yang dikenal sebagai lokomotif liberalisme di Indonesia melalui

lembaga pendidikan tinggi. Ketika pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama (Menag) A.Mukti „Ali menunjuk dia sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, program liberalisasi pemikiran Islam segera ditabuh dan digulirkan.14 Boleh jadi karena merasa belajar Islam di

dunia barat dipandang lebih terhormat dan keren daripada belajar di Timur Tengah,

sehingga cara pandang terhadap Islam sendiri sudah dipengaruhi ajaran Sekulerisme,

Pluralisme agama, dan Liberalisme (SEPILIS).

Biasanya setelah tamat menimba ilmu agama di berbagai Universitas Amerika dan

Eropa. Orang-orang liberal sebangsa Harun nasution, Cak Nur dkk mulai menjalankan

misi-misi titipan dari dunia barat yang pada akhirnya bertujuan untuk merusak Islam

dengan tangan orang Islam itu sendiri.15

14

Di tangan Harun-lah UIN/IAIN/STAIN berhasil di “Mu’tazilah-kan”. Tentunya keberhasilan Harun menggeser dan mengubah model pemikiran di lingkungan IAIN ketika itu tak lepas dari dukungan politik dari pemerintah Orde Baru. Lihat Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi, (Gema insani, 2006)

15 Orientalis William Montogomerry Watt berpendapat, mereka yang disebut liberal adalah orang-orang

(6)

Mengapa para pemuja Liberalis, Pluralis dan Sekuleris begitu liar dalam berfikir? Menurut Guru Besar Fakultas Syari‟ah UIN Jakarta, Prof. DR. Huzaemah T. Yanggo, faktornya karena soal pribadi, dolar dan popularitas.16 Bila menyimak buku 50 tokoh Islam

Liberal Indonesia yang ditulis Budi Handrianto, banyak pengusung liberalisme yang

ternyata berasal dari keluarga miskin di pelosok desa. Seperti Nurkholis Madjid, Ulil

Abshar, Azyumardi Azra dan Komarudin Hidayat, maka tidak heran musuh-musuh Islam

bisa membeli mereka dengan ratusan lembar Dolar. Saya menduga ketika mereka belajar

ke Barat mengalami shock culture/ gegar budaya dimana akan terkagum kagum dengan

pola pikir Barat sehingga mereka kehilangan daya kritis.

Tipologi Pemikiran Keagamaan Indonesia

NO Tipologi Pemikiran Ciri-ciri

1 Tradisionalis Cenderung literalis (fiqh), Mempertahankan tradisi

lokal, tidak bisa membedakan mana ajaran dan non

ajaran.17 Luwes dalam politik.18

2 Modernis Penafsiran kontekstual, Menolak cara pandang agama

yang rigid. Menentang sikap taklid, dakwah

berorientasi tajdid dan amal sosial.

3 Fundamentalis Militan, gaya bicara normatif, secara retorika

seringkali lebih superior, anti slogan-slogan barat,

alergi tasawuf; Bersedia memakai penemuan dan

teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka.

4 Liberal Kebebasan berkreasi tanpa batas, Anti Negara islam,

menganggap tradisi masa lalu tidak relevan, agama

dibatasi pada lingkup pribadi; mendewa-dewakan

wordview Barat.

Islam baik secara implisit atau eksplisit, tapi mereka masih mengaku sebagai Muslim. Baca: William Montogomery watt, Islamic Fundamentalism and Modernity (London: Routletge, 1988)

16

Tabloid Suara Islam edisi 37, Tanggal 1-14 Februari 2008

17 Abuddin Nata,

Peta keragaman Pemikiran Islam di Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 2001), h. 144-145.

18

(7)

Sikap terhadap Sains Barat

Kita harus mengakui bahwa saat ini, dalam hal sains Barat adalah yang terdepan.

Mereka didukung SDM, Dana dan infrastruktur yang memadai sehingga mampu

menghasilkan karya-karya, gagasan dan teori-teori yang senantiasa aktual.19 Berkaitan

dengan tulisan ini, perlu saya paparkan bagaimana sikap gerakan keagamaan di Indonesia

terhadap teori-teori dan gagasan Barat beserta buku-bukunya:

NO Tipologi Pemikiran Sikap terhadap Sains Barat

1 Tradisionalis Mengadopsi asal tidak mengganggu tradisi

2 Modernis Menerima hal-hal positif

3 Fundamentalis Anti slogan-slogan Barat tapi bersedia memakai

penemuan dan teknologi modern.

4 Liberal Mengadopsi seluruh pemikiran Barat

Fundamentalis secara tegas menolak slogan-slogan Barat seperti: HAM, Sekulerisme,

Gender, Pluralisme agama, Teologi pembebasan, Hermenutika, paham Humanisme dan

sebagainya. Akan tetapi soal teknologi, mereka bersedia mengadopsi sebagaimana Iran

mengadopsi teknologi nuklir.

Sementara itu, kaum liberalis yang memang kebanyakan terpesona dengan pemikiran

dan gaya hidup Barat, sampai-sampai ketika studi ke Barat, mereka tidak bisa memilah apa

saja yang harus mereka pelajari, diambil dan diadopsi ketika studi ke Barat, supaya

bermanfaat untuk memajukan dunia Islam. Tapi kenyataannya bukannya belajar IPTEK

namun justru belajar agama, sesuatu yang mengenaskan dan baru terjadi di era

imperialisme modern Muslim belajar agama ke Barat, padahal dulu orang Barat tidak

pernah belajar agama ke kita tetapi mempelajari ilmu empiris yang mereka butuhkan untuk

19 Banyak pengusaha yahudi di Barat yang menginvestasikan 20% dari total kekayaannya untuk pendidikan.

(8)

memajukan peradaban Barat. Misalnya, sains, sastra, kedokteran, astronomi, ilmu militer

dan lain-lain.20

Kebijakan Barat terhadap Gerakan keagamaan di Indonesia

1. Strategi Pecah belah Kelompok Islam

Langkah pertama melakukan klasifikasi terhadap umat Islam berdasarkan

kecendrungan dan sikap politik mereka terhadap Barat dan nilai-nilai Demokrasi:

Kelompok Fundamentalis: menolak nilai-nilai Demokrasi dan kebudayaan Barat

kontemporer. Mereka menginginkan sebuah negara yang dapat menerapkan Hukum Islam

yang ekstrem dan moralitas. Mereka bersedia memakai penemuan dan teknologi modern

untuk mencapai tujuan mereka.

Berikutnya, Kelompok Tradisionalis: ingin suatu masyarakat yang konservatif.

Mereka mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan. Di Indonesia, yang digolongkan

Tradisionalis ialah Nahdlatul Ulama dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah).

Kelompok Modernis: ingin Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka

ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman.

Terakhir, Kelompok Sekularis: ingin Dunia Islam untuk dapat menerima pemisahan

antara agama dan negara dengan cara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi

industri Barat, dengan agama dibatasi pada lingkup pribadi.

2. Strategi belah bambu dan Adu domba

Setelah membagi-bagi umat Islam atas empat kelompok itu, langkah berikutnya yang

penting yang direkomendasi Rand Corporation adalah politik belah bambu. Mendukung

satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, berikutnya membentrokkan antar kelompok

tersebut. Upaya itu tampak jelas dari upaya membentrokkan antara NU yang dikenal

tradisionalis dengan ormas Islam yang oleh Barat sering disebut Fundamentalis seperti FPI,

HTI, atau PKS.Hal ini dirancang sangat detail. Berikut langkah-langkahnya:21

20 Baca Daud rasyid,

Islam dalam Berbagai dimensi (Jakarta: Gema insani, 2000), h. 130-131

21Laporan RAND Corporation “

(9)

NO Tipologi Pemikiran

Rekomendasi RAND kepada Barat

1 Tradisionalis Mendukung kaum tradisionalis dalam menentang

kaum fundamentalis: mendorong perbedaan antara kaum

tradisionalis dan fundamentalis, Mendorong kerja sama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis, Menambah kehadiran kaum modernis pada lembaga-lembaga tradisionalis.

2 Modernis Mendukung kelompok Modernis: mengedarkan

karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi, Mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda; Memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam.

3 Fundamentalis Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis:

Mendorong media untuk memeriksa isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tidak bermoralnya kaum fundamentalis dan kaum teroris; Mencegah menunjukkan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum Fundamentalis, ekstrimis dan teroris. Kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan; Mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.22

4 Liberal/sekuleris Secara selektif mendukung kaum sekuler: Mendorong

pengakuan fundamentalisme sebagai suatu musuh bersama; Mendorong ide bahwa agama dan Negara juga dapat dipisahkan dalam Islam dan bahwa Hal ini tidak

membahayakan keimanan tapi malah akan

memperkuatnya.

22

Pecah belah antara kaum fundamnetalis bisa dibuktikan dengan adanya saling mengkafir-kafirkan antara faksi-faksi salafy/wahabi, saling caci-maki (khawarij teriak khawarij), mencela ulama, debat atau klaim kebenaran antar faksi-faksi. Menurut penelusuran Majalah Sabili, mereka ini disebut salafy ekstrem, salafy yang disokong dana besar dari oknum syekh Saudi Arabia yang mengelola semacam lembaga zakat. Sistem

dakwah mereka bukan dengan Mau’idzatul hasanah tapi dengan doktrin. Dalam berdakwah mereka tidak

memahami Fiqh dakwah yang baik. Akibatnya menimbulkan masalah di tengah-tengah umat. (Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

ari hasil penelitian terlihat bahwa TK Raudlatul Azhar telah menerapkan keenam tipe keterlibatan orangtua yang telah disampaikan Morisson dengan baik, adapun

DALAM sejarah penulisan bahasa Sunda derigan huruf Latin (yang pada mulanya di- lakukan oleh orang-orang Belanda, Francis, Inggris, dan orang asing lainnya yang tertarik dengan

Hasil kajian ini menunjukkan bahawa penglibatan komuniti etnik tempatan dalam pasaran tumbuhan ubatan memberi impak yang besar kepada keberterusan penggunaan tumbuhan ubatan

laut ini menyebabkan air laut yang mengandung unsur garam akan merembes ke dalam air tanah sehingga menimbulkan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa pembelajaran dengan model TTW dipadu PBL memiliki potensi lebih besar dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada

Jamur diinduksikan dibagian tengah media agar yang masing-masing terdiri dari kontrol, media agar yang ditambahkan metanol dan media agar yang ditambahkan larutan

Namun CMV- satRNA juga tidak menunjukkan adanya reksi antagonis dengan TMV maupun PVY karena infeksi masing-masing virus tidak menghambat perkembangan virus lain yang diamati

Skripsi yang berjudul “PEMBUATAN PUPUK GRANULA CRF BERBAHAN LEMPUNG DAN KAJIAN PROFIL PELEPASAN KCl KE DALAM MEDIA AQUADEST PADA BERBAGAI SUHU” ini disusun untuk