• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN STUDI HADIS DI IAIN IMAM BO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN STUDI HADIS DI IAIN IMAM BO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN STUDI HADI DI IAIN IMAM BONJOL PADANG Faizin, dkk.

Abstrak: Perkembangan sebuah ilmu pengetehuan dapat dilihat dari karya ilmiah yang dihasilkan. Jurusan Tafsir hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Imam bonjol Padang sejak didirikan pada tahun 1989 telah menghasilkan karya skripsi di bidang hadis. Hasil penelusuran yang dilakukan di perpustakaan Jurusan Tafsir Hadis ditemukan 54 skripsi yang mengkaji hadis dan ilmunya. Secara garis besar, kajian hadis di di IAIN Imam Bonjol dapat diklasifikasikan menjadi tiga model, yakni: studi kualitas hadis, studi pemahaman hadis, dan studi teori ilmu hadis termasuk kajian tentang literature hadis dan tokoh. Dalam perkembangannya kajian hadis di IAIN Imam Bonjol Padang masih berkutat pata tiga model kajian tersebut, tanpa ada pengembangan yang segnifikan baik dari segi fokus kajian maupun penggunaan metode dan pendekatan. Selain itu, model kajian hanya mengandalkan studi dokumentasi. Hal ini ketika dihadapkan pada perkembangan global dikhawatirkan tidak mampu memberikan solusi.

Tulisan ini akan mendeskrispsikan tentang pengembangan studi hadis di IAIN Imam Bonjol Padang, khususnya karya skripsi di bidang hadis, baik yang berkaitan dengan fokus kajian maupun metode dan pendekatan dalam penulisan skripsi. Ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal penulisan skripsi di bidang hadis yang telah dilakukan untuk kemudian dianalisa dan dilakukan perbaikan dan pengembangan.

A. Pendahuluan

Studi hadis pada periode pertama Islam mendapat tempat yang sangat layak, sebab dalam posisinya sebagai syâri’ (pembaut hukum), Nabi dipandang sebagai prototipe agama Islam. Segala bentuk persoalan dapat diadopsi secara langsung dari Nabi. Setelah Nabi wafat kajian hadis tidak meredup, namun mencul sebagai otmosfir keilmuan Islam yang diminati oleh banyak kalangan. Inisiatif kodifikasi hadis yang dimotori oleh khalifah Umar ibn Abdul Aziz (w. 101 H/ 720 M) yang dilakoni oleh Muhammad Ibn Muslim Ibn Syihab al-Zuhri (w. 124 H/ 742 M) dan ulama hadis lainnya termasuk Imam Malik Ibn Anas ( w. 179 H/ 795 M)1 telah memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan

kajian hadis.

Produktiftta ktjitn htdia dtn ilmunyt mengtltmi peningktttn dtn perkembtngtn, demikitn jugt di Nuatnttrt. Kajian hadis di Nusantara berkembang seiring tersebarnya agama Islam. Berdasarkan fakta sejarah, kajian hadis di Nusantara mulai terlihat geliatnya sejak Abad XVII yang ditandai dengan munculnya kitab Hidayah Babîb fî al-Targhîb wa al-Tartîb karya Nur al-Dîn al-Raniri (w 1068 M/1656 H). Karya ini sekaligus merupakan karya rintisan pertama dalam bidang hadis di Nusantara. Usaha yang sama kemudian dilanjutkan oleh Abdurrauf al-Sinkili

(1024-1 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis; telaah Kritis dan Tinjauan dengan

(2)

1105/1615-1693) yang melahirkan dua karya di bidang hadis, yakni syarah kitab Hadits Arbai’in karya al-Nawâwi dan al-Mawâ’izh al-Badi’ah yang berisi tentang koleksi hadits qudsi.2

Seiring perkembangan pendidikan di Indonsia, pesantren sebagai basis utama penyebaran Islam di Indonesia yang eksistensinya sudah ada sekitar 500 tahun silam tentunya memiliki berbagai macam kajian keislaman, tak terkecuali hadis Nabi. Banyak sudah kitab-kitab hadis yang dipelajari di pondok pesantren seluruh Indonesia, sebut saja Bulugh al-Marâm, Riyad al-Shalihin, dan lain sebagainya. Semuanya memunculkan geliat akademik tersendiri bagi masyarakat muslim Indonesia, khususnya sebagai penguat keilmuan di bidang fiqh dan akhlak.

Di Indonesia, studi hadis berkembang lebih inten ketika masuk dalam kurikulum Perguruan Tinggi Agama Islam. Hampir semua mahasiswa mendapatkan materi hadis dan ilmu hadis, meskipun dengan porsi dan kajian yang berbeda-beda susuai dengan Fakultas dan Jurusannya masing-masing. Di samping itu, di IAIN Imam Bonjol Padang memiliki jurusan yang khusus mengkaji al-Quran dan Hadis, yakni jurusan Tafsir Hadis. Jurusan Tafsir Hadis mulai menyelenggarakan pendidikan tahun 1989. Sejak kelahirannya jurusan ini telah memberi dinamika bagi perkembangan studi hadis.

B. Gambaran Studi Hadis di IAIN Imam Bonjol (2000-2012)

Berdasarkan penelusuran skripsi di perpustakaan jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol terdapat 54 skripsi di bidang hadis. Dari jumlah itu dilakukan klasifikasi berdasarkan tema judul skripsi. Ada tiga model skripsi yang telah dihasilkan oleh mahasiswa jurusan Tafsir hadis, yakni: 22 skripsi khusus membahas tentang kualitas hadis, 22 studi pemahaman hadis, dan 10 sisanya adalah skripsi yang mengkaji teori ilmu hadis.

1. Studi Kualitas Hadis

Secara garis besar dari 22 skripsi yang membahas tentang kualitas hadis ada tiga tema kajian, yakni: (1) aspek teologi/aqidah ada enam skripsi (2) aspek ibadah ada 10 skripsi (3) aspek akhlak ada enam skripsi.Dari tahun 2000 hingga tahun 2012 tiga tema ini masih eksis, meskipun pada tahun tertentu sebagian tema tidak dibahas atau bidang hadis tidak menjadi pilihan bagi mahasiswa.

Tiga tema besar, aqidah, ibadah, dan akhlak, merupakan pokok ajaran Islam. Uniknya tema-tema yang dikaji dalam kualitas hadis, baik dari sisi sanad maupun matan adalah tema yang sudah dikenal di tengah masyarakat sebagai bagain dari ajaran Islam, namun oleh banyak kalangan kajian ini masih dipandang sebagai tema-tema kontroversial yang harus dilakukan pengujian kembali otentitasnya, meskipun hadis-hadis ini sebelumnya sudah dikaji oleh berbagai kalangan, bahkan sudah dijadikan dasar dalam dalam penetepan hukum, seperti yang terdapat di dalam kitab-kitab fiqh. Studi hadis tentang adzan bagi bayi minsalnya, adalah sesuatu yang dianggap sakral oleh masyarakat. Oleh ulama

2Azumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &

(3)

fiqh, tema ini menjadi perdebatan yang cukup panjang. ada yang membolehkan dan ada juga yang menyangkal, dengan alasan bahwa kualitas hadis yang menjadi landasannya dinilai lemah (dha’if) oleh sebagain ulama hadis.

Tiga tema besar ini wajar menjadi pilihan bagi banyak mahasiswa, sebab kurikulum tahun 2001, 2005 dan 2008 yang digunakan dalam kurun waktu 2001 hingga 2012, khususnya pada mata kuliah hadis, memberikan peluang yang cukup besar bagi mahasiswa untuk memilih tiga tema ini. Mata kuliah hadis yang diajarkan di antaranya adalah: hadis hukum, hadis ibadah, hadis aqidah dan akhlak.3

Dilihat dari segi metode yang digunakan oleh penulis skripsi yang secara khusus mengupas kualitas rangkaian sanad dan matan hampir semua skripsi menggunakan pendekatan takhrij al-hadis, baik kritik sanad (naqd al-sanad) maupun kritik matan (nakqd al-matan). Minsalnya Azli Yulita menyebutkan, di dalam abstrak skripsinya:

Dalam penelitian ini penulis memakai metode takhrij, yaitu takhrij sanad dan takhrij matan … kebersambungan sanad antara satu perawi dengan perawi lainnya dapat dibuktikan dengan tercatatnya adanya hubungan guru dengan murid. Dengan demikian sanad yang diteliti ini berkualitas dhaif dan matan-nya berkualitas shahih al-matan. Dengan demikian hadis ini boleh diamalkan dalam amalan-amalan baik (fadhail al-amal).4

Takhrij al-hadis menjadi standar mutlak dan satu-satunya jalan bagi penulis skripsi di bidang hadis untuk menguji kualitas sanad dan matan. Hal ini jelas masih menggunakan kerangka konsep yang dikembangkan oleh ulama klasik. Kegiatan takhrij al-hadis menurut Mahmud al-Thahhan5 ialah

menunjukkan tempat terdapatnya sebuah hadis di dalam kitab-kitab sumber aslinya (yang menyebutkan sanad hadis secara lengkap) dan kemudian menjelaskan bagiamana kualitas kesahihan hadis bila diperlukan. Jadi, ada dua kegiatan pokok dalam takhrij al-hadis, yakni: pertama melacak hadis di dalam kitab-kitab hadis sumber asli (dilalah ‘ala mawadhi’ hadits fiy mashadirih al-ashliyyah), yakni kitab-kitab hadis yang penulisan hadis-hadisnya dengan mencantumkan sanad secara lengkap. Kedua meneliti kualitas hadis sehingga diketahui tingkatannya, apakah berkualitas shaih, hasan, atau dha’if.

Selain itu, sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian kaulitas hadis juga sama dengan sumber-sumber yang digunakan oleh para ulama, minsalnya, untuk melacak keberadaan hadis dalam kitab aslinya, digunakan Mu’jam Mufahras li Fazh Hadits al_Nabawiy, karya A.J.Wensinck dkk. atau al-Jami’ al-Shghir karya Imam al-Suyuthiy. Sementara untuk mengetahui biografi berikut penilaian ulama terhadap perawi digunakan kitab rijâl, seperti; tahzib

al-3Lihat: Buku Pedoman IAIN Imam Bonjol Padang Tahun 2001 h. 134, lihat juga: Buku Pedoman akademik Fakultas Uhsuluddin IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2008, h. 24, lihat juga: Buku Profil Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2012, h. 34-39

4Azli Yulita, Studi Terhadap Hadis tentang Azan bagi Bayi, (dokumen skripsi , 2000) h. iii

(4)

tahzib karya Ibn Hajar al-Asqalani dan Tahzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal karya al-Mizzy dan lain-lain.

Para penulis skripsi di bidang kualitas hadis ini tidak menyebutkan metode penelitian secara detail, minsalnya menyangkut jenis penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analis data, pendekatan yang digunakan dan lain-lain. Hal ini menjadikan karya di bidang hadis lemah dari sisi metodologis. Penelitian terkesan dilakukan secara tidak sistematis dan tidak terstruktur. Meskipun dalam operasionalnya beberapa bentuk metodologi penelitian diterapkan.

2. Studi Pemahaman Hadis

Secara umum fokus kajian skripsi sudah relatif bervariasi. Hal ini ditandai dengan adanya tema-tema lain selain tema-tema yang berkaitan dengan Aqidah, ibadah dan akhlak, seperti: tema-tema yang berkaitan dengan kesehatan sebagaimana yang ditulis oleh Helma Suryani,6 Roza Susanti,7 Reflita,8 dan Yuli

Marni.9 Meskipun dengan pembahasan yang relatif sederhana, namun dipandang

sudah melirik aspek-aspek kehidupan masyarakat secara umum, khususnya masalah kesehatan. Selain itu, kajian-kajian tasawuf mulai dilihat dari aspek pemahaman hadis, seperti tema tantang kehinaan dunia10 dan hidup miskin.11

Skripsi yang ditulis oleh Revinardi dengan judul Studi Terhadap Pemahaman Hadis-Hadis Tentang Salam Di Dalam Buku Fiqh Lintas Agama. Tema kajian pemahaman hadis sudah sampai pada upaya kritik terhadap karya kontemporer, meskipun dalam realitanya penulis masih menggunakan turast klasik sebagai subjek komparasi. Di samping itu apa yang ditulis oleh Zulfahmi dengan judul, Pemahaman Hadis Di Kalangan Jamaah Mesjid (Studi Kasus Di Mesjid Nurul Iman Aur Duri Padang) sebenarnya sudah mencoba melihat pemahaman masyarakat tantang hadis dengan melakukan field research terhadap kelompok masyarakat tertentu. Sayangnya dua bentuk studi ini belum banyak diminati dan belum mendapat perhatian yang serius.

Metode dan pendekatan yang digunakan oleh peneliti cukup beragam. Skripsi dengan judul Studi Pemahaman Hadis tentang Seni Musik yang ditulis oleh Arma Deni menggunakan penelitian kepustakaan. Penulis pada awalnya menyebutkan sumber data atau sumber buku yang digunakan kemudian mengemukakan metode yang digunakan dalam penelitian, yakni:

Berhubungan penelitian ini menggunakan library research, maka penulis menggunakan pola berfikir yang objektif, guna memperoleh hasil yang

6Helma Suryani, Studi Pemahaman Hadis Tentang Urine Sebagai Obat, (dokumen skripsi, 2002)

7Roza Susanti, Studi Pemahaman Hadis Tentang Kemiripan Anak dengan Orang Tua, (dokumen skripsi, 2003)

8Reflita, Studi Pemahaman Hadis Mukhtalif Tentang Penyakit Menular, (Dokumen skripsi 2004)

9Yuli Marni, Khitan wanita dalam Perspektif Hadis, (dokumen skripsi, 2010)

10Hasep Saputra, Studi Terhadap Hadis-Hadis Tentang Kehinaan Dunia, (dokumen skripsi, 2008)

(5)

mengarah kepada kebenaran. Di samping itu dalam mencapai kesimpulan yang besifat logis dan sistematis, penulis menggunakan metode, yang mana pada setiap penelitian, metode ini selalu digunakan, yaitu: [1] Deduktif, yaitu berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik toleh pada pengetahuan yang bersifat umum itu, penulis menilai sesuatu yang khusus. [2] Induktif, yaitu berangkat dari fakta yang khusus, peristiwa yang kongkrit, kemudian dari peristiwa yang khusus dan kongkrit itu ditarik generalisasi yang bersifat umum. [3] Komparatif, yaitu meneliti faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi dan fenomena yang diselidiki, kemudian membandingkan satu faktor dengan faktor lain.12

Dari data di atas ada bebarapa kata kunci yang terkait dengan metode dan pendekatan yang digunakan oleh penulis dan diuraikan di dalam metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi di bidang pemahaman hadis ini, yakni:

a. Library research (penelitian kepustakaan)

Dari 22 skripsi yang membahas tentang pemahaman hadis ada 20 skripsi yang menggunakan penelitian kepustakaan Semuanya menyebutkan literatur-litaratur yang dijadikan sebagai sumber data penelitian, baik primer maupun sekunder. Literatur yang digunakan adalah kitab-kitab hadis, kitab-kitab syarah hadis, dan kitab-kitab yang berkaitan dengan teori pemahaman hadis. Karena sumber data yang digunakan oleh penulis skirpsi hadis adalah literatur, maka pemilihan library research sebagai metode sangat tepat. Namun, penyebutan libabry research bukan atas dasar alasan yang bisa dibebenarkan secara ilmiah. Sebab hasil wawancara dengan beberapa informan13 menyebutkan bahwa ini

dilakukan berdasarkan skripsi yang pernah mereka akses sebelumnya. Yopi Deska Utama bahkan mengaku bahwa ia tidak pernah membaca buku metode penelitian kepustakaan, ia hanya menyadur skripsi.

b. Metode mawdhu’i (tematis)

Penyebutan istilah mawdhu’i atau tematis dalam penelitian hadis biasanya memiliki dua orientasi, pertama mawdhu’i sebagai salah satu cara dalam pengolahan data. Ini dumulai dari pengklasifikasian hadis berdasarkan tema-tema tertentu kemudian hadis tersebut dikumpulakan dalam sub tema tertentu dan dibahas secara konfrehensif. Kedua mawdhu’i sebagai salah satu bentuk pendekatan dalam memahami hadis. Ini biasanya digunakan untuk penyelesaian hadis mukhtalif14 disebut dengan tematis-korelatif, yakni memahami hadis setema

kemudian dilakukan upaya pemaduan (korelasi) makna antara satu hadis dengan

12Arma Deni, Studi Pemahaman Hadis tentang Seni Musik (Dokumen Skipsi, 2003), h. 14 13Merina Yunisa (wawancara tanggal 21 Oktober 2013), Rahmat Fauzi (wawancara tanggal 23 Oktober 2013), Yopi Deska Utama (wawancara tanggal 26 Oktober 2013)

(6)

hadis lainnya untuk mendapatkan makna yang utuh sehingga hadis yang tampak saling bertentangan itu dapat diselesaikan.

c. Pemahaman tekstual dan kontekstual

Istilah tekstual dan kontekstual biasanya dimaknai sebagai salah satu pendekatan dalam pemahaman hadis. Pemahaman hadis tekstual menurut Syuhudi Ismail ialah memahami hadis sesuai dengan apa yang tertulis dalam teks hadis tersebut.15 Setidaknya ada tiga aspek dalam pemahaman hadis secara tekstual,

yakni pemahaman hadis beradasarkan kaedah bahasa, kaedah ushul fiqh, dan takwil. Sementara pemahaman hadis secara kontekstual dimaknai sebagai memahami hadis dengan mengkaji ketarkaitannya dengan peristiwa atau situasi yang melatarbelakangi munculnya hadis tersebut, singkatnya mamahami hadis dengan mempertimbang-kan konteksnya.16 Pemahaman hadis secara kontekstual

bisa bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan, seperti filosofis, tematis-korelatif, atau bisa juga menggunakan pendekatan keilmuan lain, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, dan lain-lain.

3. Studi Teori Ilmu Hadis

Studi tokoh dinilai sudah bervariasi, dimulai dari tokoh pemahaman hadis, seperti: Muhammad al-Gazali dan Yusuf al-Qardhawi, tokoh periwayatan hadis, seperti: Abu Hurairah, Ahmad Ibn Hanbal, tokoh ahli hadis, seperti Hakim al-Naisaburi. Sementara untuk studi otentitas hadis, masih mengambil tema-tema umum yang dipandang kontroversial dan membutuhkan menjelasan lebih kongkrit. Tema ini minsalnya diusung oleh Elda Syarif dan Norman Ohira. Selain itu, juga terdapat studi terhadap teori pengujian validitas hadis seperti yang ditulis oleh M. Mujamma’ul Khair. Tema ini sebenarnya sudah menjadi bahasan yang panjang oleh ulama klasik dengan melahirkan berbagai kitab dibidang ilmu illal al-hadits, ada kesan bahwa skripsi yang ditulis hanya sekedar pengulangan apa yang pernah disajikan oleh ulama klasik.

Adapun metode yang digunakan hampir semua data skripsi yang ada menggunakan jenis penelitian dokumentasi atau kepustakaan. Studi yang dilakukan oleh Elda Syarif dalam karya skripsinya mempertanyakan pandangan Umar Ibn Khaththab tantang hadis ahad sebagai sumber hukum Islam. Ia menyebutkan metode studinya deskriptif analitis:

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini, penulis melakukan penelusuran melalui Library research yaitu dengan cara mengunpulkan, membaca dan mengkaji buku-buku sumber utamanya serta buku lain yang dianggap relevan dengan pembahasan sebegai referensi pendukung. Sedangkan pembahasan akan menggunakan metode

15Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 6

(7)

deskriptif analisis, yaitu dengan cara menjelaskan bagaimana pendapat Umar Ibn al-Khaththab tentang hadis ahad sebagai sumber hukum Islam.17

Dari pertanyaan yang akan dijawab dalam studi ini jelas menggunakan pendekatan historis. Studi ini tentunya diarahkan pada penjelasan historis mengapa dan bagaimana pandangan Umat Ibn al-Khaththab tentang hadis ahad sebagai sumber hukum Islam. Sayangnya Elda Syarif tidak jeli memadukan objek dan metode penelitian sehingga kontribusi ilmiah yang dihasilkan tidak memberikan gamabran yang mendalam mengenai tujuan dan sasaran studi.

B. Pengembangan Materi Studi Hadis 1. Studi Kualitas Hadis

Studi kualitas hadis masih perlu dilakukan dalam upaya pemeliharaan hadis sebagai sumber ajaran Islam. Upaya pengujian kembali hadis-hadis yang pernah diteliti oleh ulama merupakan usaha membangun budaya ilmiah dalam masyarakat akademis, khususnya mereka yang consern di bidang hadis. Sisi positif lain yang ingin dipetik dari tradisi ilmiah ini adalah latihan bagi mahasiswa dalam meneliti keshahihan hadis. Dengan demikian dapat memelihara budaya ilmiah agar generasi pecinta hadis tetap langgeng.

Karena studi kualitas hadis ini penting dan perlu mendapat tempat yang luas dalam masyarakat akademis, khususnya mahasiswa, maka penting untuk memilah dan memilih materi ataupun fokus kajian. Ini bertujuan agar materi-meteri tersubut benar-benar memberikan manfaat bagi kehidupan beragama. Menyangkut meteri ataupun fokus kajian, para informan berpendapat perlu adanya pengembangan lebih lanjut. Kekayaan materi hadis merupakan potensi dan peluang besar, namun kakayaan tersebut tidak serta merta menjadikan seluruh materi hadis relevan untuk diuji kualitasnya.

Menurut Edi Safri18 studi kualitas hadis penting untuk dikaji dalam

penulisan skripsi mahasiswa. Namun, dalam hal ini mahasiswa harus kritis dalam melihat persoalan yang diangkat sehingga studi kualitas hadis tidak sekedar dijadikan sebagai syarat kelulusan saja, tetapi benar-benar menyentuh persoalan kontemporer yang berkaitan langsung dengan masalah yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Selian itu, guru besar ilmu hadis pada Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang yang pernah peneliti hadis-hadis dan riwayat populer sebagai materi dakwah, menurutnya penting untuk meneliti riwayat populer yang berkembang di tengah masyarakat seperti yang pernah ia lakukan, sebab ini tentunya akan memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam, sekaligus membendung kemungkinan adanya penyalahgunaan materi hadis untuk kepentingan tertentu.

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Ali Sati, 19 menurut Ali Sati,

perkembangan aliran yang dianggap sesat perlu menjadi perhatian para sarjana

17Elda Syarif, Suatu Kajian tentang Hadis Ahad sebagai Sumber Hukum Islam, (Dokumen skripsi, 2001), h. 9

(8)

hadis. Kebanyakan mereka menggunakan riwayat-riwayat ataupun hadis untuk memperkuat eksistensi ajarannya. Dalam hal ini, mahasiswa yang akan mengkaji masalah hadis penting melihat perkembangan hadis di tengah masyarakat, khususnya yang disampaikan oleh aliran-aliran tertentu. Menguji validitas riwayat yang disampaikan penting untuk menjaga ajaran Islam dari penistaan ataupun pemalsuan yang mengatasnamkan nabi.

Sarmida Hanum20 mengungkapkan bahwa perbangkan Islam banyak

mengutip hadis sebagai dasar dalam penetapan sistem perbankan. Hal ini harus dilirik oleh mahasiswa tafsir hadis sebagai objek penelitian, sebab sebagai sarjana di bidang hadis, mempunyai tanggungjawab moral dan kewajiban untuk memverifikasi data yang digunakan. Di samping itu, menurut Sarmida Hanum21

banyak ajaran ataupun praktek di tengah masyarakat yang oleh masyarakat tertentu dipandang sebagai ibadah dan bagian dari taradisi Islam, minsalnya materi-materi barzanji yang dibaca saat perhelatan tertentu. Ini merupakan peluang kajian yang menerik yang bertujuan meluruskan pemahaman akan prektek yang mereka lakukan.

Hadis-hadis nabi sering dikutib sebagai landasan dalam penulisan buku-buku tuntunan ibadah praktis, buku-buku-buku-buku pedoman pelaksanaan kegiatan, seperti pedoman pesantren ramadhan, bahan ajar yang digunakan di sekolah-sekolah, ataupun hadis-hadis yang tertera di dalam bolutin, majalah islam dan lain-lain. Bagi Sarmida Hanum22 dan Sri Chalida23 hadis-hadis dan riwayat-riwayat seperti

disebutkan diatas penting untuk diteliti kualitasnya, sebab tidak semua penulis buku ataupun materi yang dikutib berkualitas shahih. Disamping itu, perkembangan teknologi internet sedang marak digunakan, hal ini diperkuat oleh adanya mesin pencari yang bisa melacak semua bentuk informasi, termasuk ajaran Islam. Tidak sedikit masyarakat yang menggunakan media ini untuk menambah pengatahun dan wawasan keislamannya. Oleh sebab itu, situs-situs yang berisi konten ajaran Islam yang reting pengunjungnya cukup benyak perlu mendapat perhatian, sebab sudah pasti dalam tulisannya menggunakan hadis sebagai landasan.

2. Studi Pemahaman Hadis

Terkait studi pemahaman hadis, Edi Safri24 mengungkapkan bahwa sejauh

ini studi pemahaman hadis masih penting untuk diungkapkan dalam karya skripsi. Pemahaman hadis tentang persoalan-persoalan keagamaan yang mendasar dan dipandang penting untuk dikaji ulang (reinterpretasi), baik dalam masalah aqidah, syariat, maupun akhlak. Sebab tiga persoalan ini memiliki cakupan yang sangat luas dan merupakan pokok-pokok ajaran Islam yang sangat mendasar. Meskipun ulama, baik klasik maupun kontempor sudah membicarakannya, namun kajian kritis tetap harus dilakukan termasuk upaya penyingkapan makna secara kontekstual sesuai dengan kondisi dan perkembangan zaman. Edi Safri juga

20Wawancara tanggal 25 September 2013 21Ibid.

22Ibid.

23Wawancara tanggal 26 September 2013

(9)

menyarankan agar hadis-hadis yang berkaitan dengan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan hal-hal lain yang bernuansa studi hadis kontemporer juga diungkap sebagai sumbangan ilmu bagi perkembangan masyarakat hari ini.

Ali Sati25 menyebutkan agar masalah-masalah sosial, politik, ekonomi,

hukum mendapat perhatian dalam penulisan skripsi. Sebab menurutnya masalah ini belum banyak dilihat dari aspek pemahaman hadis sementara kebutuhan masyarakat akan penjelasan masalah ini secara akademis sangat diperlukan. Selain itu, Ali Sati melihat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan modern telah melihirkan ide-ide baru sebagai bagian dari produk pemikiran Islam. Kajian kontemporer, mulai dari masalah gender, multikulturalisme, HAM, pluralisme, dan lain-lain adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam. Oleh karenanya, sebagai sarjana hadis mahasiswa harus kritis melihat persoalan ini dengan mengetengahkan hadis sebagai rujukan.

Selain ide-ide di atas, Sarmida Hanum26 menyarankan beberapa kajian

yang perlu mendapat ruang bagi mahasiswa yang berminat menulis skripsi di bidang hadis, di antaranya: psikologi, pendidikan, seni, keshatan, ilmu-ilmu eksakta seperti: biologi, lingkungan hidup, fisika, metematika dan lain-lain. Secara subjektif, sarmida mencontohkan bahwa di Fakultas Ushuluddin terdapat jurusan psikologi Islam. Ketika berbicara masalah Islam, maka kita tidak bisa lepas dari hadis sebagai sumber ajarannya. Oleh sebab itu, pemahaman hadis dengan pendekatan psikologi penting untuk dikaji mengingat epistimogi psikologi Islam ini masih hangat dibincangkan dan menjadi perdebatan bagi berbagai kalangan.

Benar kiranya, jika kajian pemahaman hadis harus melihat keilmuan umum yang berkembang saat ini. Selain sebagai upaya integrasi ilmu, ia juga memperluas pandangan bahwa ajaran Islam tidak terbatas pada aqidah, ibadah dan akhlak saja, namun melingkupi semua aspek kehidupan dan ia bisa dilihat dengan menggunakan berbagai bentuk kacamata ilmu. Adanya upaya pengkajian hadis dengan melibatkan aspek rasional yang berkaitan dengannya, maka ia akan lebih luas dan melihat persoalan secara jeli, sesuai dengan karekter ajaran Islam yang rahmah li al-‘alamin. Oleh karena itu, kapasitas keilmuan mahasiswa Tafsir Hadis harus ditingkatkan, baik ilmu pokok di bidang hadis, maupun ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan pengembangan studi hadis. Meskipun nomenklatur keilmuan hadis masuk dalam kategori ilmu-ilmu ushuluddin (pokok-pokok agama), namun upaya integrasi dan interkoneksi harus menjadi perhatian, baik bagi dosen maupun penyelenggara jurusan. Setting kurikulum harus benar-benar diperhatikan sehingga mahasiswa mampu memadukan hadis dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Studi hadis di IAIN Imam Bonjol Padang dinilai perlu melihat aspek-aspek kontemporer yang menjadi masalah masyarakat secara umum. Ini bertujuan agar studi pemahaman hadis benar-benar mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat luas, khususnya dalam praktek pengamalan keagamaan.

25 Wtwtnctrt ttnggtl 20 September 2013

(10)

3. Studi Teori Ilmu Hadis

Data dokumen skripsi menunjukan bahwa pembahasan studi ilmu hadis baru berkisar pada studi tokoh hadis, studi otentitas hadis sebagai sumber ajaran Islam, serta studi terhadap teori-teori pengujian validitas hadis. Materi studi teori ilmu hadis ini dinilai masih bisa dikembangkan pada objek-objek yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Kajian seperti ini tentunya dilakukan secara deskriptif dalam rengka reinterpretasi teori-teori yang dianggap mapan oleh sebagian kalangan.

Selain itu, munculnya tokoh-tokoh kontemporer dalam melahirkan teori interpetasi teks agama (al-Quran & hadis), seperti: Fazlur Rahman, Syahrur, Hasan Hanafi, Musahadi Ham, termasuk yang berasal dari Indonesia seperti: Ahmad Syurkati, Mahfus Termas, KH. Hasyim Asy’ari, Ahmad Hasan Bandung, TM. Hasby Ash-Shidiqi, Syuhudi Ismail, Danil Djuned, Ali Mustafa Ya’kup, Daud Rasyid, Kamaruddin Amin, termasuk tokoh hadis asal Sumatera Barat yang bernah berkiprah di dunia hadis, seperti: Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabauwi, Buya Mawardi, Mahmud Yunus dan lain-lain. Tokoh yang disebutkan ini perlu mendapat tempat dalam studi ilmu hadis sebab belum ada kajian khusus mengenai hal ini dalam data skripsi sebelumnya. Keberadaan mereka telah memberikan warna baru dan kontribusi positif bagi studi hadis di Indonesia.

Kajian hadis juga banyak dilakukan oleh kalangan orientalis sebagai bentuk apresiasi dan kritik mereka terhadap sumber ajaran Islam (al-Quran dan Hadis). Oleh sebab itu, kajian kritis pandangan orientalis terhadap bangunun keilmuan hadis bisa dilakukan. Selain bertujuan untuk menjaga orisinalitas hadis, kajian kritis pendangan orientalis terhadap hadis ini juga bertujuan untuk mendapatkan jawaban logis atas kritikan.

Studi hadis di Indonesia telah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan bahkan sudah menghasilkan karya-karya di bidang hadis dan ilmunya. Sejarah perkembangan, tokoh yang berperan dan kontribusinya terhadap perkembangan hadis di Indonesia belum banyak dilirik oleh mahasiswa. Berdasarkan penelusuran skripsi yang peneliti lakukan, belum ada skripsi yang secara khusus membahas masalah ini. Oleh sebab itu, tema-tema tentang studi hadis di Indonesia perlu diformulasikan untuk masa yang akan datang. Di Indonesia, studi hadis banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga tertentu, seperti ormas Islam, pemerintah, lembaga pendidikan, forum kajian, aliran/mazhab tertentu dan lain-lain. Studi ini bertujuan untuk mengatahui perkembangan dan pengunaan literatur di bidang hadis oleh lemabag-lembaga tersebut, termasuk pengaruhnya dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, minsalnya penggunaan hadis oleh majlis tarjih Muhammadiyah dalam penetapan fatwa.

C. Pengembangan Metodologi Studi Hadis

(11)

artian yang terus-menerus terhadap sesuatu. Penelitian juga merupakan pengkajian yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru.27 Oleh sebab itu,

metode yang dikembangkan dan digunakan dalam penelitian harus sesuai dengn objek yang diteliti. Penentuan metode penelitian sangat tergantung pada kapasitas dan profesionalitas peneliti dan tujuan penelitian.

Penelitian hadis tidak bisa dipisahkan dari teks-teks agama yang dijadikan sebagai landasan dalam meniru Nabi. Hadis bagi umat Islam merupakan suatu yang sangat penting karena di dalamnya terdapat tradisi yang berkembang di zaman Rasulullah. Selain itu hadis juga merupakan catatan praktis dan verbal yang memiliki nilai tuntunan bagi umat Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi praktis dan verbal tersebut bertransmisi menjadi tradisi non-verbal berupa catatan dan tulisan. Pada masa nabi, tardisi prektis dan verbal tersebut relatif mudah dipahami, terlebih Nabi sebagai sumber primer masih hidup. Ketika tradisi itu beranjak dari praktis-verbal ke non-verbal (tulis), maka dibutuhkan seperangkat ilmu agar teks hadis itu bisa dilaksanakan sesuai dengan praktek di zaman Nabi.

Seiring perubahan zaman kebutuhan dan permasalahan umat semakain komplek diiringi adanya keinginan untuk melaksanakan ajaran Islam sesuai yang diajarkan Nabi, maka dalam tatanan praktis hadis menjadi sesuatu yang hidup ditengah masyarakat. Praktek ajaran nabi sudah menjadi tradisi dalam budaya kuam muslimin. Tidak jarang tradisi tersebut berasimilasi dengan budaya lokal sehinga iapun diklaim sebagai budaya Islam. Hal ini menjadikan persoalan hadis semakin kompleks, tidak terbatas pada persoalan teks saja, namun sudah beranjak dari teks ke tradisi. Dengan kata lain teks hadis sudah termanifestasikan dalam kehidupan masyarakat luas sehingga banyak sekali tradisi-tarasi yang dinisbatkan kepada Nabi.

Setidaknya ada beberapa bentuk penyebaran hadis di tengah masyarakat sebagai sebuah tradisi yang sering dinisbatkan kepada Nabi, yakni tulisan, lisan, dan praktek. Tradisi tulisan terkadang bertujuan untuk mensosialisasikan ajaran Islam dengan menggunakan berbagai media, seperti buku, jurnal, majalah, bulotin, termasuk tulisan-tulisan yang sengaja dipampang di tempat umum. Tardisi lisan dapat berupa materi dakwah yang disampaikan oleh mubaligh, praktek bacaan-bacaan zikir dan doa, pengajaran agama Islam yang diterapkan di lembaga pendidikan mulai TK hingga perguruan tinggi, dan lain-lain. Sementara tradisi praktek merupakan wujud impelementasi ajaran Nabi melalui berbagai aktifitas kehidupan, baik dalam bentuk prektek ibadah maupun hubungan sosial. Singkatnya, objek kajian hadis tidak lagi terbatas pada persoalan teks, namun sudah berkembang ke permasalahan sosial kemasyarakatan. Oleh sebab itu, perlu sinergisitas metode dan pendekatan untuk mengungkap masalah ini.

Studi dokumen terhadap skripsi di bidang hadis menunjukkan adanya sisi kelemahan metodologi yang mendasar. Rekonstruksi metodologi sebenarnya mendesak dilakukan, mengingat permasalahan ini sudah terjadi sangat lama.

(12)

Tidak sedikit terjadi pengulangan kesalahan dalan penulisan skripsi khususnya dari sisi metode dan pendekatan. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kualitas karya ilmiah yang dihasilkan mahasiswa. Berdasarkan hasil kajian dokumen dan wawancara dan analisa penulis dari berbagai sumber, maka ada bebarapa bentuk metode dan pendekatan yang ditawarkan, berikut uraiannya:

1. Pengujian Validitas

Studi kualitas ini langsung berhadapan dengan data-data yang terkait dengan kepustakaan, maka studi ini dapat dilakukan dengan penelitian dokumentasi. Penulisan skripsi oleh mahasiswa tafsir hadis hampir tidak menguraikan/ menggunkan rincian langkah teknis metode penelitian. Menurut Kaelan, langkah-langkah teknis tersebut menguraikan tantang bagaimana metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan metode analisis data.28

2. Studi Interpretasi teks

Studi interpretasi teks dimaksudkan sebagai studi deskriptif tentang berbagai objek studi hadis, di antaranya: [1] studi pemaknaan terhadap teks hadis tertentu menyangkut bagaimana teks hadis tersebut dipahami dan dipraktekkan oleh para ulama. Minsalnya, Studi Pemahaman hadis tentang Nikah Mut’ah oleh Sahabat Nabi. [2] studi tentang teori ilmu hadis yang ditawarkan oleh para ulama terhadap problem-problem Ulum al-Hadits. Minsalnya: Konsep Keshahihan Matan Hadis menurut Hanafiah, [3] studi terhadap literatur hadis menyangkut kandungan hadis, sistematika penyusanan, dan kualitas hadis yang dimuat. Jenis studi interpretasi teks ini dapat dilakukan dengan penelitian library research yang bertujuan mendeskripsikan kitab, konsep ilmu, pemikiran tokoh yang bisa saja pengumpulan datanya dilakukan secara kualitatif ataupun kuantitatif.29

Untuk memperkaya kajian dan upaya integrasi ilmu, interpretasi teks bis menggunakan kerangka keilmuan umum, seperti: sosiologi, antropologi, psikologi, sejarah, ekonomi, kedokteran, dan lain-lain. Analisis yang mendalam hanya dapat dilakukan ketika mahasiswa mampu memadukan kandunagn hadis dengan keilmuan lain yang dipandang relevan dijadikan sumber penelitian.

3. Studi Reinterpretasi teks

Reinterpertasi teks ini diarahkan pada upaya pembacaan kembali terhadap teks-teks yang ada, konsep-kosep yang ada, ataupun pemahaman teks yang sudah ada sesuai dengan konteksnya. Dengan menggunakan paradigma kritis rasional, reinterpretasi teks pengacu pada penelitian kepustakaan dengan menggali teks sebagai sumber data, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

4. Rekonstruksi teks

Tidak jauh berbeda dengan point tiga di atas, bentuk penelitian rekontruksi

teks lebih menekankan pada upaya kritis terhadap

teori/konsep/pemikitan/pemahaman yang sudah ada dengan tujuan malahirkan

28Ibid., h. 237

(13)

solusi, baik dengan membangun teori baru atau memodifikasi teori sebelumnya yang dipandang tidak relavan dalam menjawab realitas yang berkembang saat ini. Untuk penelitian ini dapat menggunakan penelitian library research yang bentuknya kualitatif.30 Karena ia berkaitan dengan realitas yang berkambang,

maka penelitian bentuk ini bisa menggunakan pendekatan keilmuan umum, seperti: sosiologi, antropologi, psikologi, historis, dan lain-lain. Dengan catatan kerangka keilmuan umum yang dipilih harus sesuai dengan materi yang terkandung dalam teks hadis.

5. Studi hadis dan fenomena sosial

Untuk memperoleh data kauntitaf ataupun kualitatif berkaitan dengan meteri hadis yang berkembang di tengah masyarakat, baik dalam bentuk praktek, tradisi, ataupun riwayat-riwayat yang berkembang melalui lisan perlu dilakukan penelitian lapangan dengan metode pendekatan ilmu sosial murni. Meskipun demikian perlu digaris bawahi bahwa penelitian fenomena sosial muslim bisa dimasukkan dalam studi hadis adalah penelitian dimana aktivitas tersebut merupakan aplikasi terhadap teks-teks hadis yang diyakani ada. Masuk dalam kategori jenis ini adalah fenomena sosial muslim dalam bentuk tradisi yang terun-temurun dimana meraka tidak tahu atas dasar apa melakukan hal tersebut. Penjelasan mereka terhadap praktek itu tidak lebih dengan ungkapan “dari dulu sudah seperti ini” atau “inilah yang dilakukan oleh nenek moyang kami”, cenderung taqlid buta. Objek seperti ini merupakan bagian penelitian sosial yang mengarah pada on muslim society.31

6. Development research

Media pembelajaran hadis berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Lahirnya software-sofware di bidang hadis adalah bentuk perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak bisa dipungkiri. Era digitalisai memberikan dampak positif bagi tersebarnya ilmu pengetahuan, tidak ketinggalan hadis Nabi. Hal ini tentunya merupakan kontribusi besar bagi perkembangan hadis di tengah-tengah masyarakat sehingga akses ilmu pengatahuan menjadi mudah dan praktis. Kajian dan pengembangan IT sebagai media pembelajaran hadis tentu menarik untuk diteliti dan dikambangkan lebih lanjut. Dalam hal ini dibutuhkan develompment research melalui pemanfaatan IT. Oleh sebab itu, perlu ada kurikulum khusus yang dapat mengakomodasi wawasan dan pengetahuan mahasiswa di bidang teknologi informatika.

Bentuk pertama, kedua dan ketiga sudah banyak dilakukan, numun dalam penulisan skripsi di IAIN Imam Bonjol Padang perlu melakukan rekonstruksi epitimologis. Berdasarkan penjelasan pada sub bab seleblumnya, permasalahan mendasar terletak pada bangunan metode dan pendekatan yang digunakan sehingga sasaran ilmiah dalam format epistimologis tidak tercapai secara sempurna. Sementara bentuk keempat, kelima, dan keenam belum banyak dilakukan oleh penggiat hadis, terlebih mahasisa, khususnya yang berkaitan dengan fenomena sosial umat Islam. Untuk masa yang akan datang tiga bentuk

(14)

terakhir ini harus menjadi perhatian yang lebih besar. Disamping penguatan metodologis, pengayaan ilmu mahasiswa mendesak untuk dilakukan mengingat persoalan masyarakat yang semakin hari semakin kompleks. Diharapkan hasil penelitain dapat menjadi solusi bagi pemecahan masalah.

D. Penutup

Hasil penelitian ini menunjukkan pengembangan studi hadis di IAIN Imam Bonjol Padang mendesak untuk dilakukan karena studi hadis yang dilakukan sebelumnya dipandang belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Persoalan mendasar terletak pada penetapan fokus kajian dan penerapan metode dan pendekatan dalam penulisan skripsi. Pengembangan studi hadis di IAIN Imam Bonjol padang dilakukan pada tiga pola penulisan skripsi dengan dua cara, yakni pengayaan fokus studi dan perbaikan metode dan pendekatan. Pengayaan fokus studi dapat dilakukan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang berkaitan dengan masalah sosial, ekomomi, poltik, budaya, sejarah dan lain-lain serta permasalahan lain yang berkaitan langsung dengan prektek keberagamaan masyarakat yang membutukan interpretasi/reinterpretasi. Perbaikan dan penyempurnaan metode. Dalam hal ini diaujkan enam tawaran, yakni: studi uji validitas teks, studi interpretasi teks, studi reinterpretasi teks, studi rekonstruksi teks, studi fenomena sosial masyarkat muslim, dan developmen research.

E. Daftar Rujukan

Abdullah, Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-Interconectif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, Cet. Ke-3

---, Studi Agama Normativitas atau Historisitas?, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002

Azra, Azumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVII; Akar Pembaharuan Islam Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007 Cet. Ke-3

al-Hadiy, Abu Muhammad ‘Abd al-Mahdiy ibn Abd al-Qadir ibn ‘Abd, Thuruq Takhrij Hadits Rasulillah Shalallahu ‘Alaih wa Sallam, Kairo, Dar al-I’tisham, 1987

Idri, Studi Hadis, Jakarta: Kencana, 2010

Ismail, Syuhudi, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis; Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendeketan Ilmu Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1995

_______Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual, Jakarta: Bulan Bintang, 1994

(15)

Kaelan, Metode Penelitian Agama: Kualitatif Interdisipliner, Yogyakarta: Paradigma, 2010

al-Khatib, Muhammad Ajjaj, Ushul al-Hadits, Ulumuh wa Musthalahu, Damaskus: Dâr al-Fikr, t.t.

Maizuddin, Metodelogi Pemahaman Hadis, Padang: Hayfa Press, 2008

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984

Al-Qaradhawi, Yusuf, Kaifa Nata’amal ma’a Sunnah Nabawiyah, USA: al-Ma’had al-‘Alami li al-Afkar al-Islami, 1990

Safri, Edi, Imam al-Syafi’I: Metode Penyelesaian Hadis-hadis Mukhtalif, Padang: IAIN Press, 1999

Siba’i, Mustafa, Sunnah wa Makanatuhu fi Tasyri’ Islâmi, Beirut: al-Maktabah al-Islami, 1985

Syamsuddin, Sahiron (ed), Hermeneutika al-Quran Hadis, Yogyakarta: Elsaq Press, 2010

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009

Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi; Perspektif Muhammad al-Gazali dan Yusuf al-Qaradhawi, Yogyakarta: Teras, 2008

Al-Thahhan, Mahmud, Ushul al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, Mathba’ah al-‘Arabiyyah, ttp., tth.

Wahid, Ramli Abdul, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Medan: IAIN Press, 2010

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/74083152.pdf diakses 12 Desember 2012

Data Dokumen Skripsi

Azli Yulita, Studi Terhadap Hadis tentang Azan bagi Bayi, dekumenn skripsi, 2000

Helma Suryani, Studi Pemahaman Hadis Tentang Urine Sebagai Obat, dokumen skripsi, 2002

Roza Susanti, Studi Pemahaman Hadis Tentang Kemiripan Anak dengan Orang Tua, dokumen skripsi, 2003

Reflita, Studi Pemahaman Hadis Mukhtalif Tentang Penyakit Menular, Dokumen skripsi 2004

Yuli Marni, Khitan wanita dalam Perspektif Hadis, dokumen skripsi, 2010

(16)

Amsal, Studi Pemahaman Hadis-Hadis tentang Hidup Miskin, dokumen skripsi, 2008

Roza Susanti, Studi Pemahaman Hadis tentang Kemiripan anak dengan Orang Tua, Dokumen skripsi, 2003

Norman Ohira, Kawahyuan Hadis, dokumen skripsi, 2001

Referensi

Dokumen terkait

M: Selain kesulitan membaca Al- Qur’an dengan benar, pelajaran Al - Qur’an Hadis tidak lepas dari hafalan ayat Al-Qur’an ataupun Hadis, saya merasa kesulitan dalam

Fokus penelitian ini menelusuri hadis-hadis ift}a>r yang hidup di masyarakat, selain itu penelitian ini berusaha mendeskripsikan konstruksi masyarakat, atas tradisi

(library research). Penelitian lapangan dilakukan terutama untuk memperoleh data tentang materi-materi hadis yang disampaikan oleh para juru Khatib dalam

BAB III: Dalam bab ini merupakan pembahasan mengenai gambaran qunu>t secara umum, hadis-hadis mengenai qunu>t, serta objek penelitian terhadap tradisi pembacaan

Kata kunci: Nilai, Tradisi, Manaqib, Syeikh Abdul Qadir Jilani, Living Hadis. Latar belakang dalam penelitian ini adalah adanya sebuah tradisi manaqib Syeikh

Sejarah merupakan referensi penting untuk mengetahui perjalanan sebuah kehidupan.Dari sejarahlah manusia dapat mengetahui asal muasal sebuah tradisi yang berkembang

Keinginan pihak STAIN Pekalongan untuk adanya kelas yang concern mengkaji studi hadis akhirnya tidak bisa terlaksana, karena minimnya peminat pada Prodi Ilmu

Keinginan pihak STAIN Pekalongan untuk adanya kelas yang concern mengkaji studi hadis akhirnya tidak bisa terlaksana, karena minimnya peminat pada Prodi Ilmu