• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wayang Kulit Berperan Dalam Penyebaran I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Wayang Kulit Berperan Dalam Penyebaran I"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Wayang Kulit Berperan Dalam Penyebaran

Islam di Indonesia

Red:

SEMARANG -- Wayang kulit sebagai salah satu dari berbagai akar budaya seni tradisional

Indonesia, pada masa lampau, terutama di Jawa, ikut berperan penting terhadap

perkembangan agama Islam di negeri ini.

Agama Islam berkembang ke berbagai pelosok dunia termasuk di Indonesia. Kedatangan

agama Islam ke negeri ini telah melewati beberapa negara di dunia sudah barang tentu

memiliki adat, kebiasaan dan kebudayaan sendiri yang sedikit banyak telah memengaruhi

perkembangan agama Islam yang masuk ke Indonesia. Sehingga telah mengalami

penyesuaian-penyesuaian, termasuk penyebaran melalui seni tradisional wayang kulit, kata

Widodo, M.Sn. dosen Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik Universitas Negeri Semarang

(Unnes) di Semarang, Kamis.

Ia menambahkan, ada sekelompok tokoh ulama yang besar peranannya dalam menopang

berdirinya kerajaan Demak, yang dikenal dengan sebutanwali sanga (sembilan wali).

Kesembilan wali yang bergelar sunan itu adalah: Sunan Ampel, Sunan Gunungjati, Sunan

Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, dan Syeh

Siti Jenar (Syeh Lemah Abang).

Mereka adalah para ulama yang sangat terkenal khususnya di Jawa, sebagai penyebar ajaran

Islam. Tokoh sunan memiliki kelebihan-kelebihan gaib, dan kekuatan batin yang lebih serta

memiliki ilmu yang tinggi, mereka adalah orang yang dekat dengan Allah.

Para wali tidak hanya berkuasa di dalam keagamaan, tetapi juga berkuasa dalam

pemerintahan dan politik. Di samping itu para wali merupakan pengembang kebudayaan dan

kesenian yang handal.

Oleh mereka kesenian Jawa berkembang hingga mencapai puncaknya yang kemudian dikenal

dengan seni klasik. Salah satu kesenian yang hinga kini tetap populer adalah wayang kulit

purwa.

Asli Indonesia

Menurut Widodo, banyak orang beranggapan bahwa seni wayang berasal dari Negeri India.

Padahal menurut R.Gunawan Djajakusumah dalam bukunya Pengenalan Wayang Golek

Purwa di Jawa Barat, hal itu tidak benar. Wayang adalah kebudayaan asli Indonesia

(khususnya di Pulau Jawa).

(2)

dan Mahabrata. Tetapi selanjutnya cerita-cerita itu diubah dan direkayasa disesuaikan dengan

kebudayaan di Jawa, katanya.

Wayang kulit merupakan produk budaya yang dihasilkan jauh sebelum agama Islam masuk

di Indonesia yang keberadaannya masih dipertahankan. Namun dalam kelangsungannya

wayang kulit ini mengalami perubahan drastis baik menyangkut bentuk maupun

pemaknaannya.

Wayang kulit purwa yang telah menemukan bentuknya pada masa Hindu di Jawa, di masa

Islam ini mengalami perubahan di segala bidang dari tampilan wujud maupun fungsi

disesuaikan dengan ajaran-ajaran dan aturan dalam agama Islam.

Memasuki masa Islam di Indonesia, wayang kulit purwa berkembang pesat setelah terjadi

akulturasi antara budaya lama dengan budaya baru yaitu ajaran Islam, sehingga wujud

wayang kulit menjadi suatu karya seni yang tinggi nilainya.

Pada masa Islam ini ditegaskan bahwa penggunaan kulit sebagai bahan baku wayang yang

sebelumnya belum disebutkan secara jelas, tetapi pada masa ini digunakan kulit binatang

kerbau.

Stilasi bentuk wayang kulit purwa sudah sangat jauh dari sumbernya, namun demikian

bentuk wayang kulit masih dapat dikenali bagian-bagiannya. Bentuk wayang kulit purwa

yang telah digayakan sedemikian jauh itu membuat sangat berbeda dengan wujud manusia.

Gaya penggambaran wayang kulit purwa yang demikian itu merupakan pilihan para ahli pada

saat itu dan merupakan akibat dari langkanya penggambaran secara realistik.

Hal ini ditempuh agar wayang kulit purwa dapat tampil dengan baik dan tidak melanggar

larangan menurut ajaran agama Islam, dengan demikian wayang kulit purwa sudah dapat

diterima dalam agama Islam, karena tidak lagi menggambarkan manusia atau binatang secara

realistis.

Kenyataannya wujud wayang kulit purwa sudah berbeda jauh dengan gambaran manusia,

walau wayang kulit memiliki mata, hidung, dan mulut orang.

Namun demikian dengan hidung yang runcing, mata sipit dan panjang, serta bentuk mulut

yang berkelok-kelok, dan leher yang kecil sebesar lengan, tangan yang panjang hingga

menyentuh kaki tokoh, Arjuna nampak sebagai sosok yang bagus dan rupawan, sehingga

menjadi idola masyarakat pendukung wayang kulit purwa. Sumber Ide

Budaya keislaman dalam wayang kulit purwa tidak saja dijumpai pada wujudnya saja, tetapi

ditemukan pula pada istilah-istilah dalam bahasa padhalangan, bahasa wayang, nama tokoh

wayang, dan lakon (cerita) yang dipergelarkan.

Satu hal yang sangat menonjol dalam pengambaran wayang kulit terlihat pada penggambaran

tokoh Bathara Guru salah satu tokoh dewa yang bertangan empat, masih mengacu pada

penggambaran tokoh dari masa-masa hindu yang terdapat pada relief candi.

(3)

yang mendapat pengaruh agama Islam.

Jenis wayang kulit purwa ini tetap lestari hidup hingga sekarang dan menjadi sumber ide

dalam penciptaan bentuk wayang kulit baru yang sesuai dengan jiwa sekarang dan

perkembangan jaman.

Menurut Widodo, pengaruh Islam dalam wayang kulit purwa tidak saja pada bentuknya,

tetapi telah merambah pula pada aspek simbolisasi dan berkaitan pula dengan aspek lainnya

yang berhubungan dengan pergelaran wayang kulit purwa. Sehingga kelestariannya patut

untuk dijaga, karena merupakan salah satu bagian dari seni budaya bangsa yang menjadi

saksi sejarah perkembangan bangsa, khususnya perkembangan agama Islam di Indonesia,

katanya menegaskan. (ant/ah) Foto:Corbis

Penyebaran Islam Melalui Wayang

Nama : Irma Amalia Putri

NPM : 15214458

Kelas : 1EA13

Penyebaran Islam Melalui Wayang

I. Pendahuluan

Wayang adalah jenis seni pertunjukan yang mengisahkan seorang tokoh atau kerajaan dalam dunia perwayangan. wayang berasal dari kata Ma Hyang yang berarti menuju kepada roh spiritual, dewa atau Tuhan Yang Maha Esa. Cerita yang diambil dari buku Mahabharata atau Ramayana. Kesenian wayayang sudah ada di Indonesia sejak zaman kerajaan Hindu.

Pada zaman dahulu, wayang merupakan kesenian yang sangat populer. Pada masa pemerintahan raja - raja di Jawa, wayang dipakai sebagai sarana hiburan bagi rakyat.

(4)

menyambut tamu agung, memperingati hari ulang tahun raja, memperingati hari Jumenengan ( hari penobatan sebagai raja ), dan lain-lain.

Saat Wali Songo ( wali sembilan / sembilan sunan ) menyebarkan agama islam di jawa, ada seorang wali, yaitu Sunan Kalijaga, menggunakan wayang guna menyebarkan ajaran islam. Dengan wayang kulit, Sunan Kalijaga berharap pesan - pesannya dapat dengan mudah diterima masyarakat yang saat itu sangat menyenangi wayang.

Ada beberapa bentuk wayang, yaitu :

1. Wayang Wong ( Wayang Orang ), adalah kesenian wayang yang tokoh-tokohnya diperankan oleh manusia. Sejarah wayang wong dimulai sejak adanya pementasan wayang orang pertama kali pada tahun 1760. wayang orang merupakan bentuk perwujudan dari wayang kulit yang dipergakan manusia. Pada dasarnya, wayang orang ini merupakan refeksi dari wayang kulit. Pada wayang orang, semua tokoh wayang diperankan oleh manusia sehingga pertunjukan ini bisa bergerak dan berdialog sendiri. pertunjukan menjadi lebih hidup. Pementasan wayang orang dimaksudkan sebagai tontonan yang menghibur, dengan banyak piwulang (pelajaran) yang bisa dipakai untuk merefeksikan kehidupan manusia. lakon yang biasa dibawakan dalam wayang orang juga diambil dari Babad Purwa, yaitu Mahabharata dan Ramayana. Kesenian wayang orang yang ada saat ini pada dasarnya terbagi dalam dua aliran, yaitu gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta. Yang membedakan kedua aliran tersebut terletak pada dialog, tari, dan kostum atau pakaian.

(5)

juga dapat menikmati pertunjukan wayang kulit dari belakang kelir (layar) sehingga hanya melihat bayangannya saja.

3. Wayang Golek, adalah wayang yang tokoh-tokohnya terbuat dari boneka kayu tiga dimensi. Wayang golek merupakan wayang yang hidup terutama di daerah Pasundan, Jawa Barat. Wayang Golek dipandang lebih realistis dibanding wayang kulit dan wayang klithik, sebab selain bentuknya menyerupai badan manusia, dia juga dilengkapi kostum yang terbuat dari kain sehingga dapat dilihat secara utuh, pertunjukan wayang golek sebagai saran hiburan juga dipentaskan pada upacara-upacara tertentu seperti, bersih desa, syukuran, hajatan, sunatan dan lain sebagainya. Lakon yang dimainkan dalam pertunjukan wayang golek diambil Babad Menak, yaitu sejarah tanah arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Konon cerita ini ditulis Pujangga Ronggowarsito dari keraton Solo. Wayang golek dirias dengan warna yang cukup jelas penggolongan simbolisnya, dengan masing-masing tokoh tampak watak dan perangainya, yaitu :

1. Warna merah, untuk watak kemurkaan 2. Warna putih, untuk watak baik dan jujur

3. Warna merah jambu, untuk watak setengah-setengah 4. Warna Hijau, untuk watak tulus

5. Warna hitam, untuk watak kelanggengan

(6)

gagang yang terbuat dari kayu sehingga kalau dimainkan mengeluarkan bunyi "klithik, klithik", yang kemudian membuatnya disebut wayang klithik.Wayang klithik mempunyai bentuk yang mirip dengan Wayang Gedog. cerita wayang klithik diambil dari cerita Panji dan Damarwulan. cerita wayang klithik pada umumnya mengambil latar belakang zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran sampai zaman Prabu Brawijaya di Majapahit.

KARAKTER WAYANG DAN SYIAR ISLAM

Dalam pertunjukan wayang, kehadiran Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong selalu dinanti-nanti para penonton. Keempatnya merupakan karakter khas dalam wayang Jawa ( Punakawan ). Pendekatan ajaran islam dalam kesenian wayang juga tampak dari nama-nama tokoh punakawan. Barang kali tak banyak orang yang tahu kalau nama-nama tokoh pewayangan, seperti Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong sebenarnya berasal dari bahasa Arab.

Ada yang menyebutkan, Semar berasal dari kata Sammir yang artinya "siap sedia". Namun, ada pula yang meyakini bahwa kata Semar berasal dari bahasa arab Ismar. tokoh semar selalu tampil sebagai pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada, ia selalu tampil sebagai penasihat.

Gareng berasal dari kata Khair yang bermakna kebaikan atau kebagusan.

(7)

Jika Punakawan ini disusun secara berurutan Semar, Gareng, Petruk, Bagong secara harfah bermkna " Berangkatkan menuju kebaikan, maka kamu akan meninggalkan kejelekan".

PERTUNJUKAN WAYANG

Masyarakat menikmati pertunjukan wayang selain sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana penghayatan dan perenungan atas cerita dan falsafah wayang guna menghadapi hidup ini. mereka menonton pertunjukan wayang kulit dengan memperhatika setiap adegan dan mengikuti dengan seksama tiap dialog antartokohnya.

Pertunjukan wayang kulit bisa berlangsung pada hari-hari biasa, sesuai permintaan pemesan. Biasanya pertunjukan wayang kulit tidak dilangsungkan selama bulan ramadhan (puasa) dan syuro/ muharam (pada penanggalan jawa), karena pada bulan ramadhan umat islam sedang menjalankan ibadah puasa, sedangkan pada bulan syuro masyarakat jawa mempunyai kebiasaan untuk melakukan tirakat (prihatin).

SENDRATARI RAMAYANA

Sendratari Ramayana adalah seni pertunjukkan kesenian drama tari tradisional jawa yang menitikberatkan pada keindahan tari dan tata panggung yang menakjubkan. Lokasi pertunjukkan sendratari ramayana adalah pelataran candi Prambanan yang terkenal sangat elok, dan dilangsungkan pada malam bula purnama. Disebut sebagai seni pertunjukan yang menakjubkan antara lain karena pertunjukan ini ampu menyatukan beragam kesenian yang ada di Jawa dalam bentuk tari, drama, dan musik sehingga menjadi pertunjukan yang megah dengan panorama yang indah.

(8)

Agama Islam berkembang ke berbagai pelosok dunia termasuk di Indonesia. Kedatangan agama Islam ke negeri ini telah melewati beberapa negara di dunia sudah barang tentu memiliki adat, kebiasaan dan kebudayaan sendiri yang sedikit banyak telah memengaruhi perkembangan agama Islam yang masuk ke Indonesia. Sehingga telah mengalami penyesuaian-penyesuaian, termasuk penyebaran melalui seni tradisional wayang kulit.

Tokoh ulama yang besar peranannya dalam melakukan penyebaran islam melalui kesenian wayang, menopang berdirinya kerajaan Demak, yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga (sembilan wali)

Pada awal kemunculannya, kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara pulau Jawa. pada awal abad ke-17 dimana kerajaan Islam tertua di pulau jawa tumbuh disana, dengan menggunakan bahasa sunda dalam dialognya. Menurut legenda yang berkembang, sunan kudus menggunakan bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan islam dimasyarakat.

Pada periode penyebaran agama islam di Jawa para mubaligh (wali songo) dalam menjalankan dakwah islam telah memakai alat berupa Wayang Kulit. Salah seorang Wali Songo yang piawai memainkan wayang kulit sebagai media penyebaran islam adalah Sunan Kalijaga. Mengingat cerita itu sarat dengan unsur Hindu-Budha, maka Sunan Kalijaga berusaha memasukkan unsur-unsur islam dalam pewayangan. Ajaran-ajaran dan jiwa keislamanitu dimasukan sedikit demi sedikit. Bahkan lakon atau kisah dalam pewayangan tetap mengambil cerita Pandawa dan Kurawa yang mengandung ajaran kebaikan dan keburukan.

(9)

cara menyelipkan ajaran islam dalam pakem pewayangan yang asli. Dengan demikian masyarakat yang menonton wayang dapat menerima langsung ajaran islam dengan sukarela dan mudah.

Menurut adat kebiasaan, setiap tahun diadakan perayaan maulid Nabi di serambi Masjid Demak yang di ramaikan dengan rebana (terbangan0, gamelan dan pertunjukan wayang kulit. Untuk menarik rakyat, di serambi dihiasi beraneka ragam hiasan bunga-bungaan yang indah.

Untuk mengumpulkan masyarakat di sekitar, pertama-tama ditabuhlah gong bertalu-talu yang suaranya kedengaran dimana-mana. Kebiasaan masyarakat jawa pada masa itu apabila mendengar bunyi-bunyian, mereka pun berdatangan. mereka masuk melalui gapura yang dijaga para wali. kepada mereka dikatakan bahwa siapa saja yang mau lewat gapura dosanya akan diampuni sebab dia telah masuk islam. Dengan catatan bahwa orang yang memasuki gapura harus membaca syahadat. Setelah mengambil air wudhu di sebelah kiri kolam, mereka dibolehkan masuk masjid untuk mendengarkan cerita-cerita wayang gubahan para wali yang bernafaskan nilai-nilai keislaman. Bila waktu shalat tiba, mereka diajak shalat yang dipimpin oleh wali.

Dalam pertunjukan wayang, dalang mempunyai peranan paling utama sehingga mereka harus menguasai teknik perkeliran (pertunjukan wayang kulit) dengan baik di bidang seni sastra, seni karuwitan, seni menggerakan boneka-boneka wayang kulitnya, maupun penjiwaan karakter wayang serta harus terampil dalam membawakan lakon-lakon.

(10)

mudah diterima oleh masyarakat, maka para mubaligh menggunakan simbol atau falsafat.

Wayang kulit penuh dengan simbolik. Dalam pertunjukannya menggambarkan perjalanan hidup manusia, yakni manusia yang mencari keinsyafan akan sangkaan -perannya, bukan manusia yang hanya hidup dan tidak mati.

Gambaran yang jelas dapat dilihat dari struktur lakon yang dibawakan oleh dalang yakni menceritakan perjalanan hidup salah satu tokoh pewayangan.

Pada cerita "Jimat Kalimasodo", bahwa Jimat Kalimasodo adalah senjata ampuh milik Prabu Darmokusumo (Yudistira). Dalam cerita yang dilikiskan puntadewa sebagai seorang raja yang berbudi pekerti luhur sebagai manifestasi kalimat syahadat yang selamanya mengilhami kearifan dan keadilan. Jimat ini dimiliki oleh keluarga yang baik, seperti keluarga Pandawa. istilah Pandawa Lima sering diartikan sebagai Rukun Islam yang lima.

Salah satu perlengkapan yang disebut Gunungan atau kayon yang memiliki makna simbolis. Kayon menyerupai jantung manusia. Hal ini mengandung falsafah bahwa dalam kehidupan umat islam, jantung hatinya harus senantiasa berada di masjid.

Kreativitas para wali memanfaatkan budaya setempat sebagai media penyebaran islam yang efektif tersebut, telah mempercepat pertumbuhan dan perkembangan islam di pulau jawa. Selain itu para wali juga berjasa dalam mempopulerkan seni wayang sebagai bentuk kesenian pentas yang merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang telah berakar jauh ke masa lalu dan cukup banyak mengalami pertumbuhan dan penyempurnaan dari masa ke masa.

(11)

kepada masyarakat melalui dakwahnya. Wayang yang digunakan oleh sunan gresik merupakan Wayang kulit.Sehingga dakwah yang dilakukan oleh sunan Gresik ini mudah sekali diterima, dipahami, dan dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sunan Giri menyampaikan dakwahnya sambil berlayar, beliau menyiarkan agama Islam kepada penduduk setempat sehingga namanya cukup terkenal ditanah air nusantara ini. Pada saat itu Sunan Giri mengusulkan agar peresmian Masjid Demak ini diresmikan pada hari jum'at yang sekaligus akan melaksanakan sholat jum'at berjamaah di masjid tersebut dalam penyampaian dakwah Sunan Giri ini menggunakan wayang kulit pada peresmian Masjid Demak, dalam peresmian ini Sunan Kalijaga mengusulkan peresmian Masjid Demak diiringi dengan pertunjukan wayang kulit, namun wayang kulit yang digunakan Sunan Kalijaga ini ditolak dan tidak disetujui oleh Sunan Giri, karena wayang kulit yang digunakan oleh Sunan kalijaga ini berbentuk manusia dan dalam ajaran islam yang bergambar manusia itu haram hukumnya. Setelah itu Sunan Kalijaga mengubah wayang kulitnya menjadi berbeda lagi dan tidak bisa dikatakan sebagai gambar manusia lagi, dan akhirnya Sunan Giri ini menjadikan wayang kulit in sebagai media menyampaikan dakwah.

Sunan Bonang menyebarkan agama islam dengan cara menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat jawa yang menggemari wayang dan musik gamelan. Untuk itu ia menciptakan gending-gending yang memiliki nilai keislaman. Setiap bait lagu diselingi dengan dua kalimat syahadat, sehingga musik gamelan yang mengiringinya kini dikenal dengan istilah sekaten.

(12)

dan rakyat jelata. Dalam penyampaian dakwah beliau menggunakan kesenian gamelan dan wayang kulit sebagai alat dakwah untuk menyampaikan ajaran agama islam kepada masyarakat.

Wayang dan kepercayaan Masyarakat, pada zaman sekarang ini kalau bicara masalah wayang sebenarnya tidak bisa terlepas dari kepercayaan yang hidup di dalam masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Disana banyak kita jumpai pantangan-pantangan atas suatu lakon atau cerita tertentu untuk pertunjukkan wayang. Ada anggapan yang hidup dalam masyarakat bahwa lakon Bharatayuda tidak boleh dipentaskan dalam upacara perayaan pernikahan. hal ini terkait dengan kepercayaan masyarakat bahwa kalau pantangan tersebut dilanggar, mereka yakin bahwa keluarga pengantin tersebut akan mengalami kesusahan dalam hidupnya, semisal terjadinya perceraian, mendapat malapetaka, dan lain sebagainya.

Dalam pentas wayang yang ditujukan untuk suatu upacara lakon yang dipentaskan harus disesuaikan dengan tujuan upacara tersebut. Untuk upacara bersih desa , yang bertujuan untuk syukuran atau selamatan sesudah panen, cerita yang dipertunjukkan adalah kondure dewi sri (pulangnya dewi sri). Lain lagi kalau pentas wayang untuk upacara ruwatan lakon yang di gelar biasanya adalah batara kala. Demikian juga dengan upacara lainnya.

KESIMPULAN

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pembuatan video dokumenter ini, remaja muda dapat mengenal lebih jauh tentang Wayang Senggol Jakarta serta mengapresiasi keragaman seni dan budaya di

Konsep bangunan yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan bangunan Sanggar Wayang Kulit sebagai wisata budaya ini untuk dapat memenuhi wadah kesenian di

Peranan sanggar Bima dalam upaya melestarikan kesenian tradisional wayang kulit dapat dilihat dari kegiatan yang dilaksanakanya, yaitu pendidikan dalang(nyantrik) yang menganut

Tema yang akan digunakan dalam perancangan buku ini adalah pendokumentasian kesenian tradisional wayang modern dari Bali sebagai suatu hasil pengembangan budaya

Kedua, di dalam proses penyebaran agama Islam melalui media wayang kulit agar lebih mudah diterima oleh masyarakat, maka para wali menyempurnakan dan mengadaptasi beberapa aspek

Setiap seni pertunjukan, termasuk wayang kulit, sebenarnya adalah sebuah media mentransfer pengetahuan dalam berbagai aspek serta sebagai penanaman nilai religius,

Alasan penulis mengambil topik ini adalah untuk kegiatan revitalisasi wayang kulit betawi yang menerapkan kembali budaya indonesia yaitu wayang kulit betawi masih

Paradigma, Jurnal Kajian Budaya Moralitas Jawa dalam Wayang Kulit Purwa,Darmoko 20 123 Wayang kulit purwa merupakan representasi dari kenyataan kehidupan masyarakat Jawa tentang