• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inovasi Pada Layanan Referensi Guna Meng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Inovasi Pada Layanan Referensi Guna Meng"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Inovasi Pada Layanan Referensi Guna Mengoptimalkan Peran Pustakawan di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang

Nur Ishmah

Universitas Muhammadiyah Malang

Email: nurishmah57@yahoo.co.id; Phone 085729075641

Pada era globalisasi informasi menuntut pemenuhan kebutuhan informasi seseorang yang menginginkan serba cepat, instant, tepat, dan efisien tentunya merubah gaya hidup pemustaka. Perubahan gaya pemustaka tersebut menyebabkan perpustakaan dan pustakawan berpikir kreatif dan inovatif dalam mengorganisasi, mengolah, menyimpan, dan memberikan kembali (melayankan) berbagai sumber informasi yang dimiliki kepada pemustaka yang mana salah satunya berupa layanan virtual (virtual services).

Perpustakaan merupakan lembaga penyedia informasi bagi masyarakat. Ironisnya dalam situasi perkembangan teknologi informasi yang pesat ini, perpustakaan tidak menjadi tempat utama masyarakat untuk memperoleh informasi.Perpustakaan yang merupakan pusat informasi harus mengolaborasikan layanannya dengan internet dengan menempatkan fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk akses internet di area perpustakaan. Namun, perpustakaan yang tidak tanggap terhadap perubahan ini perlahan-lahan akan ditinggalkan dan dilupakan oleh pemustakanya. Perkembangan, perpustakaan harus mengoptimalkan strategi pemasaran untuk menarik pengguna sebanyak-banyaknya. Setiap perpustakaan memiliki agen informasi bernama pustakawan yang bisadigunakansebagaiagenreferensi.

Meningkatkan pelayanan perpustakaan memang sudah seharusnya dilakukan terobosan baru.Terobosan baru ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna untuk menggunakan seluruh informasi yang ada di perpustakaan baik itu yang berbahasa Indonesia mapun berbahasa asing. Kesulitan yang sering dihadapi oleh pemustaka dalam mengakses informasi di perpustakaan dalam masalah bahasa ini sering ditemui oleh para pustakawan dalam proses referensi. Berdasarkan keterbatasan pemustaka dalam masalah bahasa tersebut, penting bagi perpustakaan untuk membuat layanan terjemah untuk memudahkan pemustaka dalam mengakses semua informasi yang ada di perpustakaan sepuas-puasnya tanpa ada hambatan. Hal ini penting untuk dilakukan karena selama ini pemustaka jarang mengakses informasi berbahasa asing yang ada di perpustakaan karena alasan keterbatasan dalam berbahasa. Selainitu, masalah bahasa ini menjadikan sumber informasi yang ada di perpustakaan ini tidak dapat diakses secara maksimal oleh para pemustaka di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang.

Kata kunci: layanan referensi, inovasi, perpustakaan, terjemah

A. PENDAHULUAN

(2)

diakibatkan adanya perkembangan teknologi informasi dan globalisasi juga berdampak pada lembaga pendidikan khususnya di wilayah perpustakaan. Perpustakaan sebagai sebuah organisasi yang berkembang sebagaimana tercantum pada “Five laws of Ranganathan”. Di situ disebutkan bahwa “library is a growing organism”, perpustakaan adalah suatu organisme yang terus berkembang (Barner, 2011). Artinya, bahwa perpustakaan itu akan terus berkembang dan dikembangkan. Berbagai perubahan yang terjadi akan mempengaruhi perkembangan perpustakaan, dan perpustakaan akan terus berubah seiring perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai bidang kehidupan1.

Pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka merupakan hal yang menarik bagi perpustakaan. Ini dikarenakan perpustakaan melayani berbagai komunitas yang memiliki kebutuhan informasi yang beragam, selalu berubah,, dan berkembang2. Pada era globalisasi informasi menuntut pemenuhan kebutuhan informasi seseorang yang menginginkan serba cepat, instant, tepat, dan efisien tentunya merubah gaya hidup pemustaka. Perubahan gaya pemustaka tersebut menyebabkan perpustakaan dan pustakawan berpikir kreatif dan inovatif dalam mengorganisasi, mengolah, menyimpan, dan melayankan berbagai sumber informasi yang dimiliki kepada pemustaka yang mana salah satunya berupa layanan. Perpustakaan bukan lagi sekedar sebuah bangunan yang menyimpan informasi namun tempat yang memiliki berbagai fungsi bahkan dapat dianggap sebagai rumah kedua bagi para pengunjungnya di masa kini dan masa mendatang.

Perpustakaan merupakan lembaga penyedia informasi bagi masyarakat. Ironisnya dalam situasi perkembangan teknologi informasi yang pesat ini, perpustakaan tidak menjadi tempat utama masyarakat untuk memperoleh informasi. Pada organisasi berbasis pengetahuan seperti perpustakaan, organisasi ini melakukan perubahan dengan menghasilkan inovasi-inovasi baru agar menghasilkan pelayanan yang lebih baik dengan cara meningkatkan kemampuan pustakawannya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diterapkan di dalam pekerjaannya sehari-hari (Malhan, 2011:1)3. Perpustakaan yang merupakan pusat

1 Barner, Keren (2011). “ "The Library is a Growing Organism: Ranganathan's Fifth Law of Library Science and the

Academic Library in the Digital Era". Diakses dari http://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/548

2 Achmad, dkk. 2012. Layanan CInta : Perwujudan Layanan Prima ++ Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto. 3 Malhan. (2011). Challenges and problems of library and information education in India: an emerging knowledge

(3)

informasi harus mengolaborasikan layanannya dengan internet dengan menempatkan fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk akses internet di area perpustakaan. Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan pada lamannya bahwa menurut lembaga riset pasar e-Marketer, populasi netter Tanah Air mencapai 83,7 juta orang pada 2014. Ini membuat Indonesia berada di peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pengguna internet. Pada 2017, eMarketer memperkirakan netter Indonesia akan mencapai 112 juta orang.4.

Hal-hal itu telah mendorong adanya paradigma baru yang mengubah pola kegiatan perpustakaan. Perpustakaan yang tidak tanggap terhadap perubahan ini perlahan-lahan akan ditinggalkan dan dilupakan oleh pemustakanya. Dengan adanya teknologi informasi, perpustakaan mulai membenahi citranya kembali. Internet mulai digunakan sebagai media dalam menyampaikan pesan pada masyarakat. Persoalan lainnya hadir di saat teknologi masuk ke dalam perpustakaan, dimana tidak semua pustakawan memiliki kompetensi dalam menggunakan teknologi. Selain itu, penyalahgunaan dalam pemanfaatan internet menyebabkan berkurangnya kinerja pustakawan. Terkadang pemustaka tetap memilih menghabiskan waktu berselancar di internet walaupun sedang berada di perpustakaan. Hal ini menyebabkan layanan-layanan perpustakaan seperti layanan referensi semakin tidak berjalan optimal.

Perkembangan teknologi informasi yang terus berkembang dengan cepat ini, seharusnya layanan referensi akan semakin berkembang dari sebelumnya. Informasi yang diolah dan disajikan akan semakin bermacam-macam. Perkembangan internet dan tersedianya informasi dalam jumlah yang sangat besar dan melimpah ruah baik tercetak maupun elektronik, menjadikan pustakawan memainkan perannya sebagai manajer informasi untuk mengajarkan cara berpikir kritis kepada pemustaka dalam memilih informasi yang dibutuhkan dan memberikan pilihan-pilihan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya5. Hal itulah yang harusnya menjadi titik balik keberhasilan layanan referensi sehingga citra perpustakaan dan pustakawan referensi terangkat kembali. Tetapi teknologi informasi masih belum mampu untuk mengembangkan peran layanan referensi, pustakawan yang berada didalamnya juga sebagian besar menghabiskan waktu untuk keperluan teknis yang dilakukan

4 Kemkominfo : Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia. Dalam

https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_media. Diakses pada tanggal 26 Januari 2017.

5Anderson, Debbie and Jasen Genit. The evolving roles of informationprofessional in the digital age. 1997. Dalam

(4)

sebagai rutinitas sehari-hari. Layanan referensi masih kurang berjalan optimal. Telah banyak inovasi-inovasi dari pustakawan lakukan untuk menghidupkan kembali layanan referensi. Inovasi-inovasi tersebut antara lain seperti memanfaatkan interaksi dengan pemustaka melalui berbagai jejaring sosial dan sharing informasi melalui email. Namun masih banyak perpustakaan lain yang belum mampu mengoptimalkan layanan referensi dengan baik.

A. Rumusan masalah

Dari pembahasan yang ada pada latar belakang diatas, maka dalam makalah ini akan dibahas “ bagaimana penerapan inovasi pada layanan referensi guna mengoptimalkan peran pustakawan di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang”.

B. Tujuan Masalah

Makalah ini mencoba untuk menyajikan inovasi baru dalam pengembangan layanan referensi dengan mengoptimalkan kompetensi yang dimiliki oleh pustakawan. perpustakaan membutuhkan seorang agen dalam mempromosikan layanan yang dimiliki perpustakaan, salah satunya adalah layanan referensi. Makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang inovasi dalam mengoptimalkan layanan referensi. Layanan tersebut merupakan produk menarik yang dimiliki perpustakaan karena informasi yang ada didalamnya sangat lengkap dan bernilai mahal. Akan tetapi dalam perjalanannya layanan referensi dikalahkan oleh situs wikipedia ataupun situs-situs lain yang menyajikan informasi lengkap yang dapat diakses oleh pengguna kapan saja. Padahal informasi yang tersaji pada situs tersebut belum tentu akurat dan terpercaya seperti yang dimiliki oleh layanan referensi, dimana informasi yang ada bersumber dari literatur yang kredibel.

C. PEMBAHASAN 1. Pelayanan Referensi

Menurut Green dalam (Widyawan, 2012 : 3)6 layanan referensi dibedakan menjadi 3 jenis layanan referensi dasar, dimana pada teorinya ketiga jenis tersebut berdiri terpisah namun pada prakteknya terkadang dilakukan secara bersama-sama. Ketiga jenis layanan referensi tersebut antara lain sebagai berikut :

(5)

a. Layanan informasi, yang dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan pengguna sesuai kebutuhan informasi mereka mulai dari informasi yang sangat sederhana sampai dengan informasi yang sangat kompleks, melayani kebutuhan informasi pengguna dengan cara melakukan kerjasama, silang layan dan lain-lain.

b. Pembelajaran (instructional), yaitu memberikan petunjuk dan pengajaran kepada pengguna untuk dapat menemukan letak informasi yang dibutuhkan secara mandiri atau membantu pengguna untuk memilih dan menggunakan alat-alat bantu (reference tools) yang ada seperti menggunakan koleksi referensi, menggunakan katalog, menggunakan database online, internet, dll.

c. Bimbingan (guidance),pada prakteknya bimbingan diartikan sama dengan pembelajaran7.

2. PROSES REFERENSI

Menurut Katz (dalam Widyawan, 2012 : 21)8 menyatakan bahwa proses referensi terdiri dari tiga unsur dasar, yaitu:

1. Informasi

Yaitu sesuatu yang dapat memberikan pemahaman atau segala sesuatu yang bisa diamati. 2. Pemustaka

Merujuk pada perorangan, kelompok, atau lembaga yang menggunakan pelayanan dan fasilitas perpustakaan. Pemustaka inilah yang mengajukan pertanyaan dan sering susah untuk mengatur pertanyaan, sehingga ini menjadi tugas dalam layanan referensi dalam menentukan jenis pertanyaan apa yang diajukan.

3. Pustakawan referensi

Proses pemberian informasi, pustakawan merupakan tokoh penting dalam memilih bahan yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemustaka. Pustakawan harus tanggap terhadap kebutuhan pemustaka. Disini Pustakawan referensi memiliki 4 fungsi antara lain: membimbing pemustaka dalam memahami pengaturan perpustakaan, membantu pemustaka berkaitan dengan permintaannya, membantu pemustaka memilihkan sumber informasi yang terbaik, dan mempromosikan perpustakaan. Untuk itu semua, maka seorang pustakawan referensi seyogyanya bersikap membuka diri dan menunjukan sikap mudah untuk melakukan pendekatan terhadap pemustaka

7 Bopp, Richard E. and Smith, Linda C. Reference and information services. Englewood, Colorado: Libraries

Unlimited, 1991.

(6)

3. Kompetensi Pustakawan Referensi

Pustakawan referensi mempunyai kewajiban untuk tanggap terhadap kebutuhan pemustakanya dan juga mampu untuk bekerja sama dengan teman sejawatnya dan pemustaka untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menerapkan pelayanan baru. Menurut Widyawan (2012: 28)9 Pustakawan referensi setidaknya memiliki kualifikasi pendidikan minimal sarjana ilmu perpustakaan dari sekolah perpustakaan yang terakreditasi dan memiliki pengalaman dalam pekerjaan kepustakawanan. Pustakawan referensi di lingkungan akademis juga dapat mempromosikan pelayanan perpustakaan, berinteraksi dengan dosen, melakukan kegiatan literasi informasi bagi pemustaka, mengembangkan koleksi referensi, mengikuti teknologi, menciptakan pelayanan informasi, dan melakukan wawancara referensi.

Widyawan (2012: 29) menjelaskan ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh pustakawan referensi, antara lain sebagai berikut.

1. Akses

Aspek akses ini lebih difokuskan pada pemahaman pustakawan terhadap keutuhan dan perilaku informasi pemustaka sehingga pustakawan dituntut untuk mengembangkan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan informasi secara efektif. Pada aspek akses ini, kemampuan yang ada di dalamnya juga termasuk mengatasi banyaknya informasi dan mengelola waktu yang ada sehingga menimbulkan kenyamanan bagi pemustaka dan menghilangkan kendala-kendala dalam pelayanan.

2. Basis Pengetahuan

Pengetahuan penting bagi pustakawan referensi dan pelayanan pengguna. Pengetahuan ini meliputi: sumber informasi bidang utama pengguna, pengetahuan sarana informasi dasar (seperti OPAC, sistem pencarian, database, situs web, jurnal, dan monograf), pola penelususran informasi dan perilaku pemustaka, prinsip komunikasi yang melibatkan interaksi dengan pemustaka, mengetahui pengaruh teknologi terhadap struktur informasi, hak cipta dan kekayaan intelektual, dan standar kompetensi informasi. Pengetahuan ini perlu untuk dipelajari secara berkelanjutan, dan diterapkan pada layanan prima bagi pengguna.

(7)

3. Pemasaran

Perencanaan pemasaran merupakan upaya untuk mengidentifikasi dan meningkatkan pelayanan bagi pemustaka

4. Kolaborasi

Berkomunikasi baik dengan teman sejawat dan pemustaka merupakan hal yang sangat penting bagi pustakawan untuk menciptakan kolaborasi yang baik di tengah suburnya perkembangan informasi seperti saat ini. Hal ini dimaksudkan agar memastikan pemustaka menerima pelayanan yang tepat.

5. Evaluasi dan penilaian sumber daya dan pelayanan

Penilaian terhadap sumber dalam konteks kebutuhan pemustaka bertujuan agar pelayanan informasi tetap relevan. Upaya lain dilakukan dalam menyediakan pelayanan informasi yang berkualitas. Pustakawan referensi dan pelayanan pemustaka dituntut untuk memiliki kompetensi dalam metode evaluasi formal dan informal. Metode evaluasi dari penggunaan tertutup dan efektif dalam interaksi referensi.

4. Perkembangan Layanan Referensi Universitas Muhammadiyah Malang di Era Teknologi Informasi

Dampak yang ditimbulkan akibat adanya perkembangan teknologi informasi sangat terasa khususnya bagi perpustakaan. Seluruh kegiatan dalam pelayanan perpustakaan telah beralih fungsi dari manual menjadi digital. Hal tersebut juga dirasakan pada pelayanan referensi. Layanan referensi mengalami perkembangan terkait dengan adanya teknologi informasi terutama terkait dengan semakin banyaknya informasi yang akan tersaring, sehingga pustakawan referensi akan ekstra keras dalam menfilter informasi yang masuk.

Dengan perkembangan teknologi informasi maka sudah seharusnya layanan referensi mengalami perubahan dengan mengikuti perkembangan yang ada. Akan terjadi perubahan dalam layanan referensi akibat perkembangan teknologi informasi (TI), di antaranya peningkatan jumlah dan macam sumber daya informasi yang tersedia di perpustakaanyang secara bersama-sama dapat digunakan untuk mengatasi suatu masalah10.

Dalam era perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat ini, Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang juga mengalami perkembangan. Seperti layanan referensi

(8)

pada perpustakaan perguruan tinggi lainnya, perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang juga melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan layanan referensi.

Perpustakaan sebagai pusat informasi seharusnya mulai berpikir untuk melakukan perubahan pelayanan dengan mulai menggunakan konsep pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang profit dengan menjadikan pelayanan dan pengguna sebagai dasar suksesnya perusahaan. Perpustakaan memiliki semua sumber daya untuk terus berkembang, sumber daya itu diantaranya: tempat para pustakawan, ada tenaga teknis perpustakaan yang mengelola informasi, serta yang paling utama adalah perpustakaan memiliki informasi yang mana informasi tersebut dapat dijual sebagai produk jasa kepada masyarakat.

Layanan referensi merupakan bagian penting dari perpustakaan, karena pada layanan referensi inilah pemustaka dapat mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi terkait konsumsi informasi yang sesuai kebutuhannya. Layanan referensi yang dilakukan di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang dengan didasari pada empat komponen pemasaran yaitu produk (product), harga (price), tempat/distribusi (place), dan promosi (promotion).

Layanan referensi berdasarkan ke empat komponen tersebut antara lain:

a) Produk (Product), Merupakan barang fisik ataupun kombinasi keduanya, yang ditawarkan kepada pasar sasaran. Pada layanan referensi di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang produk yang ditawarkan kepada pengguna yaitu berbagai macam jenis sumber rujukan yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan pemustaka, melakukan mini user education pada setiap pemustaka yang jarang bahkan belum pernah mengakses informasi di perpustakaan, membimbing pemustaka dalam memilih dan menggunakan sarana yang tepat dalam menelusur informasi baik informasi yang ada di perpustakaan maupun sumber informasi yang ada di internet, membantu penelusuran informasi lewat surel (email) bagi pertanyaan referensi yang tidak bisa diselesaikan di tempat.

(9)

c) Tempat (Place), merupakan perencanaan dan pelaksanaan program penyaluran jasa/produk melalui lokasi layanan yang tepat, pada waktu yang tepat dengan jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Lokasi layanan referensi di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang mudah diakses oleh pemustaka. Layanan referensi ini berada pada lantai 1 perpustakaan dan tidak jauh dari pintu masuk perpustakaan. Layout ruangan yang didesain untuk kenyamanan pemustaka yang ingin berlama-lama duduk, mengerjakan tugas, berdiskusi, sembari menikmati layanan audio visual yang ada di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang.

d) Promosi (Promotion), Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi penyampaian pesan-pesan atau informasi untuk memberitahukan, mempengaruhi, dan mengajak seseorang. Layanan referensi di Perpustakaan Universitas Muhamamdiyah Malang menggunakan strategi getok tular. Strategi ini akan sangat berhasil apabila pengguna merasa puas dengan pelayanan perpustakaan sehingga pengguna yang merasa puas akan menyebarkan kepuasaannya kepada yang lainnya. Pustakawan referensi melakukan pendekatan-pendekatan dengan pemustaka untuk menyelesaikan kesulitan mereka untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Lokasi layanan referensi yang dijadikan satu dengan layanan jurnal dan koleksi khusus ini juga menguntungkan bagi pemustaka dan pustakawan. Pemustaka dnegan leluasa dapat mencari rujukan yang sesuai, baik itu koleksi referensi, jurnal, buku, maupun koleksi penelitian dosen. Selain itu pustakawan referensi juga dapat dengan mudah membantu mencarikan informasi yang dicari karena informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka berada di sekeliling pustakawan referensi.

5. Inovasi Layanan Terjemah Dalam Menunjang Layanan Referensi Di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang

Dhewanto, dkk (2014:115) menyatakan bahwa Inovasi merupakan penerapan ide-ide baru dengan tujuan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Beberapa inovasi akan menjadi terobosan dari kegiatan-kegiatan yang sudah ada sebelumnya11. Perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai sara penunjang dalam proses program pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat12. Perkembangannya, perpustakaan harus mengoptimalkan strategi

11 Wawan Dhewanto, dkk. 2014. Manajemen Inovasi : Peluang Sukses Menghadapi Perubahan. Yogyakarta :

Penerbit Andi.

12 Vinna Indahtianti dan Yooke Tjuparmah SK. 2013. Hubungan Pelayanan SIrkulasi dengan Pembentukan Citra

(10)

pemasaran untuk menarik pengguna sebanyak-banyaknya. Setiap perpustakaan memiliki agen informasi bernama pustakawan yang bisa digunakan sebagai agen referensi. Layanan Referensi merupakan salah satu layanan perpustakaan yang dirancang untuk membantu pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka13. Meningkatkan pelayanan perpustakaan memang sudah seharusnya dilakukan terobosan baru. Terobosan baru ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna untuk menggunakan seluruh informasi yang ada di perpustakaan baik itu yang berbahasa Indonesia mapun berbahasa asing. Kesulitan yang sering dihadapi oleh pemustaka dalam mengakses informasi di perpustakaan dalam masalah bahasa ini sering ditemui oleh para pustakawan dalam proses referensi.

Berdasarkan keterbatasan pemustaka dalam masalah bahasa tersebut, penting bagi perpustakaan untuk membuat layanan terjemah untuk memudahkan pemustaka dalam mengakses semua informasi yang ada di perpustakaan sepuas-puasnya tanpa ada hambatan. Hal ini penting untuk dilakukan karena selama ini pemustaka jarang mengakses informasi berbahasa asing yang ada di perpustakaan karena alasan keterbatasan dalam berbahasa. Selain itu, masalah bahasa ini menjadikan sumber informasi yang ada di perpustakaan ini tidak dapat diakses secara maksimal oleh para pemustaka di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang.

C. PENUTUP 1. Simpulan

Proses layanan referensi terus berkembang seiring perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat hingga saat ini. Layanan referensi tidak hanya melayankan informasi, pembelajaran dan bimbingan bagi pemustaka, tetapi juga membutuhkan suatu inovasi yang berorientasi pada pengguna. Inovasi tersebut bertujuan untuk memaksimalkan peran pustakawan referensi dalam menyediakan sumber informasi, melakukan pembelajaran bagi pemustaka, dan melakukan bimbingan dalam penelusuran informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Perkembangan teknologi informasi, pustakawan referensi dituntut untuk lebih aktif dalam melakukan pelayanan dan memiliki kepedulian kepada penggunanya. Kepedulian

of Indonesia University of Education, Vol.2 No.1, Mei 2013.

13 Lailatur Rahmi, Tamara A. Susetyo Salim, dan Indira Irawati. 2016. Di Balik Wajah Perkembangan Layanan

Referensi Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Dimuat dalam

(11)

pustakawan referensi ini bisa terhadap kebutuhan informasi, maupun kesulitan-kesulitan yang dihadapi pemustaka dalam mengakses informasi yang ada di perpustakaan.

Proses referensi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang, pemustaka sering mengalami hambatan dalam mengakses informasi yang berbahasa asing, hal ini menjadi hambatan bagi pemustaka dalam menelusur informasi yang dibutuhkannya. Oleh karena itu Pustakawan referensi sebagai agen referensi harus mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh pemustaka. Salah satu cara untuk mengatasi pemustaka tersebut, perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang perlu untuk melakukan inovasi baru yaitu mengadakan layanan terjemah. Layanan ini berorientasi untuk memudahkan pemustaka dalam mengakses semua informasi yang ada di perpustakaan, sehingga tidak adanya lagi jurang pemisah antara informasi dan pemustaka. Selain itu layanan terjemah ini juga bisa sebagai suatu sarana dalam memaksimalkan pemanfaatan semua koleksi terutama yang berbahasa asing di perpustakaan.

Pustakawan referensi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang harus terus mengembangkan kompetensi diri mengikuti perkembangan teknologi dan menguasai beberapa

soft skill lainnya untuk meningkatkan pelayanannya. Salah satu, soft skill pustakawan yaitu harus menguasai setidaknya dua bahasa yang biasanya digunakan dalam kegiatan sehari-hari yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Penguasaan soft skill tersebut sebagai jembatan agar informasi dapat dimanfaatkan oleh pemustaka untuk memenuhi kebutuhan informasi. Penguasaan bahasa untuk mengaplikasikan layanan terjemah dapat digunakan oleh perpustakaan untuk meningkatkan citra perpustakaan untuk bersaing dalam melakukan pengembangan secara terus menerus. Layanan terjemah sebagai sarana promosi perpustakaan dalam menarik pemustaka untuk tetap mencintai perpustakaan. Inovasi yang diberikan oleh penulis diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan perpustakaan.

2. Saran

1. Berdasarkan kendala yang sering dihadapi oleh pemustaka di Perpustakaan Universitas Muhamamdiyah Malang tersebut, maka penting bagi perpustakaan untuk mengadakan inovasi dalam mengadakan layanan terjemah dalam menunjang proses referensi di Perpustakaan Universitas Muhamamdiyah Malang.

(12)

mengikuti kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pustakawan referensi dalam proses referensi.

3. Pengadaan layanan terjemah ini perlu adanya promosi dari perpustakaan sehingga layanan ini bisa dimanfaatkan oleh semua pemustaka Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dkk. 2012. Layanan Cinta : Perwujudan Layanan Prima ++ Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto.

Anderson, Debbie and Jasen Genit. 1997. The evolving roles of informationprofessional in the digital age. Dalam www.educause.edu/ir/library/html/cnc9754/cnc9754.html. Diakses tanggal 26 Januari 2017.

Barner, Keren (2011). “The Library is a Growing Organism: Ranganathan's Fifth Law of Library Science and the Academic Library in the Digital Era”. Diakses dari

http://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/548

Bopp, Richard E. and Smith, Linda C. 1991. Reference and information services. Englewood, Colorado: Libraries Unlimited.

Janes, J. 2002. RUSA Professimailonal Tools, Future of Reference Services.

Kemkominfo : Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia. Dalam https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_media Diakses pada tanggal 26 Januari 2017.

Lailatur Rahmi, Tamara A. Susetyo Salim, dan Indira Irawati. 2016. Di Balik Wajah Perkembangan Layanan Referensi Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Dimuat dalam e-journal.unair.ac.id/index.php/RLJ/article/download/3052/2219

Malhan. (2011). Challenges and problems of library and information education in India: an emerging knowledge society and the developing nations of Asia. Library Philosophy

and Practice. Retrieved from http://go.galegroup.com/ps/i.do?

p=GPS&sw=w&u=kpt07022&v=2.1&it=r&id=GALE

%7CA283979093&asid=2c76d4a7e5fc863bc88c5c49debe96d2.

Vinna Indahtianti dan Yooke Tjuparmah SK. 2013. Hubungan Pelayanan SIrkulasi dengan Pembentukan Citra Perpustakaan (Studi Deskripsi di Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Dimuat dalam Electronic Journal of Indonesia University of Education, Vol.2 No.1, Mei 2013.

Wawan Dhewanto, dkk. 2014. Manajemen Inovasi : Peluang Sukses Menghadapi Perubahan. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis perbandingan antar kelompok pemberian ekstrak akar, batang, dan daun meniran dengan uji One way Anova p=0,369 tidak menunjukkan perbedaan penurunan kadar glukosa darah

From the foregoing conclusion, the writer concerned: (1) The crucial point in teaching that is how to develop and modify teaching techniqu e to upgrade students’ learning; (2) In

I  nfeksi  Menular  Seksual  (IMS)  dan  Infeksi  Saluran  Reproduksi  (ISR)  diketahui 

Anak yang memiliki berat badan sangat kurang paling banyak pendidikan ibunya SMP yaitu 5 orang (41,7%) dan paling sedikit perguruan tinggi yaitu 1 orang (8,3%),

2 masyarakat, melihat seni yang merupakan hasil dari budaya sebagai simbol atau identitas dari suatu masyarakat dalam kehidupan sosialnya.. Identitas sangatlah penting,

Alokasi BOS tiap provinsi tersebut dihitung sebagai hasil rekapitulasi dari data jumlah peserta didik di tiap sekolah yang ada di Dapodik pada tahun pelajaran yang

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa nilai R 2 pada masing- masing adsorben teraktivasi memiliki nilai yang mendekati 1, sehingga dapat dimodelkan

Pasal 35 huruf c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang mengartikan bahwa perkara tindak pidana tersebut dapat dikesampingkan