• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PESERTA DAN DIDIK MAKALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN PESERTA DAN DIDIK MAKALAH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak memiliki potensi dan kecerdasan yang berbeda-beda. Ada anak yang berbakat di bidang musik, melukis, akademis, berenang, sepakbola, komputer, menari, menyanyi, menulis, dan sebagainya. Potensi ini sejatinya adalah modal awal bagi anak untuk bisa berkembang dan membentuk karakter dan jati diri mereka di lingkungan masyarakat. Agar potensi anak dapat berkembang dengan baik maka perlu penanganan khusus dari para orang tua supaya potensi yang dimiliki anak ini tidak mati terpendam begitu saja. Perlu adanya fasilitasi bagi anak agar mereka bisa bebas mengembangkan bakatnya tanpa mengganggu proses belajar secara akademik.

Namun disisi lain, ada juga anak yang terlahir tidak sempurna. Anak ini disebut anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan potensi dibandingkan dengan orang normal dan membutuhkan penanganan khusus untuk mendukung perkembangannya baik secara kognitif, maupun psikisTidak seperti kebanyakan anak lainnya, anak-anak ini memliki keterbatasan baik keterbatasan fisik maupun mental. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain karena kelainan gen sejak lahir, faktor lingkungan yang menyebabkan anak mengalami keterbatasan seperti kecelakaan atau trauma, dan lain-lain. Hai ini menyebabkan perkembangan anak terganggu baik secara fisik, maupun pergaulan di lingkungan di masyarakat atau bahkan kehilangan rasa percaya dirinya sehingga dia mengisolasi diri dari kehidupan masyarakat.

(2)

mengembangkan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus agar anak berkebutuhan khusus dapat berkembang dengan baik demi terciptanya kesetaraan sosial dan menghapus kesenjangan sosial.

B. Batasan Masalah

1. Pengertian anak berkebutuhan khusus disertai dengan pendapat ahli. 2. Macam-macam kategori anak berkebutuhan khusus.

3. Karakteristik dan permasalahan anak berkebutuhan khusus. 4. Penanganan anak berkebutuhan khusus.

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari anak berkebutuhan khusus?

2. Apa saja macam-macam kategori anak berkebutuhan khusus?

3. Bagaimana karakteristik anak berkebutuhan khusus dalam pergaulan masyarakat? 4. Bagaimana penanganan anak berkebutuhan khusus?

D. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian dan istilah-istilah yang berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus.

2. Menjelaskan kategori dan golongan anak berkebutuhan khusus. 3. Menjelaskan karakteristik anak berkebutuhan khusus

(3)

PEMBAHASAN A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Suron dan Rizzo (1979) “anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka adalah secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga professional”. Sedangkan menurut Mangunsong (2009) yang merupakan Guru besar Psikologi Pendidikan di Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan fungsi kemanuusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Jadi secara garis besar, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik atau mental yang menyebabkan terhambatnya perkembangan anak tersebut sehingga anak tersebut memerlukan pendidikan khusus untuk mendukung tumbuh kembangnya serta memaksimal potensi yang dimilikinya.

Perbedaan kondisi meliputi ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik, dan neuromaskular, prilaku sosial dan emosi, kemampuan komunikasi, ataupun kombinasi 2 atau lebih dari berbagai hal tersebut. Anak yang mengalami gangguan umumnya terlihat dari kemampuan komunikasinya. Dimana mungkin akan terjadi gangguan terhadap kemampuan komunikasinya. Gangguan kemampuan komunikasi meliputi :

a. Reseptif, yaitu kemampuan anak untuk memahami apa yang dibicarakan oleh orang lain

b. Ekspretif, yaitu kempuan anak untuk mengeskpresikan pikirannya dengan berbicara. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, danHandicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:

1. Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.

(4)

3. Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.

B. Macam-Macam Anak Berkebutuhuan Khusus

a) Anak tunanetra

Anak tunanetra adalah yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan buta sebagian (low vision). Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Anak tunanetra dapat sebaiknya bersekolah di SLB bagian A.

b) Anak tunarungu.

Anak tunanetra adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Anak tunarungu sebaiknya sekolah di SLB bagian B. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

 Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40 dB),  Gangguan pendengaran ringan(41-55 dB),  Gangguan pendengaran sedang(56-70 dB),  Gangguan pendengaran berat(71-90 dB),

 Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91 dB).

c) Anak tunagrahita.

Anak tunagrahita dalah anak yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Anak tunagrahita sebaiknya sekolah di SLB bagian C. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.

1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), 2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), 3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),

(5)

d) Anak tunadaksa.

Anak tunadaksa adalah yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. Anak tunadaksa sebaiknya sekolah di SLB bagian D.

e) Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

f) Cacat ganda

Anak cacat ganda adalah anak yang mengalami gangguan ganda pada fungsi kemanusiaannya. Contohnya: anak tunanetra yang juga menderita MR (tunagrahita).

g) Cerebral palsy

Gangguan / hambatan karena kerusakan otak(brain injury) sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik

h) Gifted (anak berbakat)

Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, da tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya(anak normal)

i) Autistis

(6)

j) Asperger

Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.

k) Rett’s Disorder

Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.

l) Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)

ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.

(7)

Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

n) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik

Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).

C. Karakteristik dan Permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus yang dimaksud di sini adalah anak yang mengalami penyimpangan sedimikian rupa dari anak normal baik dalam karakteristik mental, fisik, social, emosi, ataupun kombinasi dari hal-hal tersebut sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus supaya dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.

Meskipun anak berkebutuhan khusus itu berdiferensiasi, namun pada dasarnya mereka juga memiliki karakteristik yang relatif sama diantaranya dalam hal perkembangan intelektual, sosialisasi, stabilitas emosi, dan komunikasi.

Dalam segi perkembangan intelektual, rata-rata semua jenis anak berkebutuhan khusus terhambat bahkan ada yang terhambat sekali. Hal ini tergantung tingkat intensitas kelainannya dan derajat kedalaman pengalaman yang diberikan kepadanya.

(8)

Kesulitan menyesuaikan diri dapat terjadi karena adanya rasa rendah diri yang disebabkan adanya kelainan ataupun keterbatasan dalam kesanggupan menyesuaikan diri.

Dari stabilitas emosi, nampak pada umumnya emosi kurang stabil, mudah putus asa, tersinggung, konflik diri dan sebagainya. Hal ini muncul diduga karena keterbatasannya di dalam gerak, wawasan dan mengendalikan diri.

Dari segi komunikasi, mengalami hambatan terutama bagi mereka yang mempunyai kelainan cukup berat, meskipun terbantu dengan kemampuan-kemampuan lainnya, misalnya yang mengalami gangguan penglihatan dapat diatasi dengan pendengaran atau perabaan, gangguan pendengaran dapat diatasi dengan penglihatan dan sebagainya.

D. Penenganan Anak Berkebutuhan Khusus

Tidak dapat dipungkiri, pengasuhan anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan tambahan energi, pemikiran, serta biaya yang lebih tinggi dibanding mengasuh anak-anak pada umumnya. Beberapa penelitian menunjukkan, orang tua yang memiliki ABK, memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dalam kehidupan sehari-harinya, khususnya orang tua bagi anak penyandang autisme. Penelitian menunjukkan, tingkat stress dan depresi orang tua sehari-hari yang tertinggi di antara orangtua ABK lainnya, seperti down syndrome, gangguan mental, dan lain sebagainya (Baker-Ericzen, 2005; Weiss, 2002).

Ini disebabkan banyaknya energi dan sumber daya yang harus dikeluarkan dalam menangani ABK dalam pengasuhan sehari-hari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlahABK pada 2007 mencapai 8,3 juta jiwa dari 82.8 juta populasi anak di Indonesia. Angka ini terus meningkat seiring peningkatan jumlah populasi anak di setiap tahunnya.

Tingkat stress yang tinggi tidak hanya dapat membahayakan kondisi mental orang tua, lebih jauh hal ini dapat menjadi penyebab utama timbulnya gangguan kesehatan maupun terjadinya perpecahan dalam keluarga.

(9)

Melihat fenomena ini, setidaknya terdapat tiga strategi yang biasa diadopsi oleh masyarakat di negara-negara maju dan berkembang seperti Australia (Ros & Cuskelly, 2006), China (Chen & Silbereisen, 2010), dan Iran (Assadi, 2011).

Pertama, penguatan kondisi mental orangtua. Strategi ini membutuhkan peran aktif orang tua dalam melakukan pengasuhan ABK. Beberapa strategi yang dibutuhkan oleh orang tua ABK diantaranya perlu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, bekerjasama dalam pengasuhan dengan pasangan, dan aktif dalam mencari informasi mengenai ABK.

Orang tua perlu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri yang sudah menyediakan waktu ekstra dan tenaga sehari-hari untuk mengasuh ABK. Misalnya, menyempatkan waktu bersosialisasi atau menyalurkan hobi pribadi merupakan cara-cara sederhana yang terbukti mampu menekan tingkat stres orang tua ABK.

Selain itu, perlunya berbagi dan bekerjasama dengan pasangan dalam pengasuhan sehari-hari. Penelitian menunjukkan, kerjasama pasangan suami-istri dalam pengasuhan ABK dapat menurunkan tingkat stress orang tua sebesar 60 persen (Kuhaneck, 2010).

Komitmen dan upaya saling mendukung antara pasangan dapat menguatkan mental mereka dalam menghadapi berbagai persoalan dalam pengasuhan ABK. Selain itu, orang tua juga harus aktif mencari informasi mengenai wawasan seputar ABK. Informasi ABK dapat diperoleh di rumah sakit, konsultan kesehatan, maupun ahli pendidikan anak berkebutuhan khusus. Upaya aktif ini diperlukan untuk membantu orang tua memahami dan mencari alternatif solusi dalam penanganan ABK sehari-hari.

Masih ada beberapa strategi lain yang bisa dilakukan dalam menangani ABK. Strategi kedua, adalah adanya dukungan sosial yang memadai. Dukungan sosial memegang peranan luar biasa bagi keberlangsungan pengasuhan ABK.

(10)

Untuk menghapus kecenderungan ini, perlu peran pemerintah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum tentang ABK. Edukasi ini dapat disampaikan melalui jalur media atau pos-pos pelayanan masyarakat untuk menyentuh masyarakat di areapinggiran atau pedesaan.

Ketiga, peran aktif pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan dan konsultasi yang dapat dijangkau masyarakat. Ini, bahkan merupakan faktor yang sangat vital bagi masyarakat umum,terutama bagi mereka yang berada pada kelas sosial menengah ke bawah. Tidak dapat dipungkiri, pelayanan konsultasi dan kesehatan masih merupakan barang mahal. Apalagi konsultasi terkait dengan kebutuhan khusus yang masih dianggap kebutuhan tersier.

Dengan demikian, masyarakat yang memiliki ABK cenderung “menyembunyikan” anak mereka di rumah ketimbang harus menghabiskan banyak biaya berkonsultasi, karena secara nyata masyarakat paham, kondisi tersebut merupakan gangguan permanen yang tidak dapat disembuhkan. Dengan menyediakan konsultasi ABK yang mudah dijangkau masyarakat, diharapkan ABK dapat mendapat pelayanan konsultasi yang mudah dan murah.

Pemerintah pun, harus menyediakan fasilitas penanganan ABK secara terpadu. Saat ini,pemerintah sudah memberikan perhatian kepada ABK melalui pembentukan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) di bawah koordinasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat PSLB saat ini juga telah melakukan beberapa program penanganan ABK melalui pemberian beasiswa maupun penyediaan sekolah luar biasa (SLB). Namun, apabila kita menelaah kembali tujuh kriteria penggolongan ABK yang telah ditetapkan pemerintah per 2006, terdapat beberapa kriteria ABK yang tidak terdapat pada penggolongan tersebut, seperti autisme, gangguan pervasif, gangguan, belajar dan gangguan intelektual.

Akhirnya, penanganan ABK di masyarakat sering tidak sinkron dengan kasus yang terjadi. Bahkan penanganan di SLB-SLB cenderung menggabungkan seluruh gangguan dalam satu program yang jelas memiliki perbedaan fokus. Karena itu, pemerintah perlu memperkuat program dan sumber daya dalam penanganan ABK di masyarakat.

(11)
(12)

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memilki keterbatasan meliputi mental, kemampuan sensorik, fisik, dan neuromaskular, prilaku sosial dan emosi, kemampuan komunikasi, ataupun kombinasi 2 atau lebih dari berbagai hal tersebut. Anak berkebutuhan khusus memerlukan penanganan khusus

3. Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik mengalami penyimpangan sedimikian rupa dari anak normal baik dalam karakteristik mental, fisik, social, emosi, ataupun kombinasi dari hal-hal tersebut sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus supaya dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.

4. Penanganan anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian yang lebih tinggi dari penanganan anak biasa. Penanganan ini harus dilakukan secara singkron antara lingkungan keluarga dan pemerintah. Lingkungan keluarga harus bisa memberikan suntikan moral kepada anak berkebutuhan khusus sedangkan pemerintah memfasilitasi anak berkebutuhan khusus dalam menjalani jenjang pendidikan.

B. Saran

1. Anak berkebutuhan khusus harus diberi ruang lebih untuk bisa berkembang dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya guna memperkercil kesenjangan sosial.

(13)

3. Pemerintah harus bisa memfasilitasi pendidikan anak berkebutuhan khusus dengan membentuk instansi-instansi pendidikan yang kompeten untuk mengembangkan anak berkebutuhan khusus.

C. Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan handicap dan at risk? (Raka Kurnia A. W.)

Jawab: handicap adalah gangguan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus dari segi mental dan kejiwaan, sedangkan at risk adalah anak yang belum dikategorikan anak berkebutuhan khusus namun beresiko untuk menjadi anak berkebutuhan khusus.

2. Apa yang dimaksud dengan gangguan komunikasi resertif dan ekspretif? Bagaiamana cara menanggulanginya? (Luthfi Abdul Rahman)

Jawab : gangguan komunikasi resertif adalah gangguan anak dalam memahami apa yang dibicarakan orang lain, sedangkan ekspretif adalah gangguan anak dalam mengekspresikan apa yang ingin ia bicarakan kepada orang lain. Cara menanggulanginya yaitu dengan membawa keluar rumah untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan warga sekitar.

3. Apa yang dimaksud dengan gangguan neuro-maskular? (Adji Baskoro)

Jawab : gangguan neuro maskular adalah gangguan sistem koordinasi yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus.

4. Bagaimana contoh pendidikan untuk anak tunanetra dan tunarungu? (Muhammad Ichsan)

(14)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompi.org/2013/01/penanganan-anak-berkbutuhan-khusus.html

http://gulit1.wordpress.com

http://diskuspendidikan.blogspot.com/2013/05/mengenali-anak-berkebutuhan-khusus.html

Referensi

Dokumen terkait

Mewujudkan satu protokol pengawetan krio dengan kaedah vitrifikasi bagi penyimpanan jangka masa panjang biji benih C finlaysonianum di dalam cecair nitrogen, dan juga pendedahan

Sedangkan love style eros (cinta romantik), mania (cinta posesif), dan pragma (cinta realitas) tidak memiliki perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Persyaratan Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan Kerapu Macan Kualitas wilayah perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan

Kebijakan hukum pidana bila dikaitkan dengan pendapatSudarto mengenai politik hukum, kebijakan hukum pidana merupakan usaha dalam mengadakan pemilihan atau

Arti dari posisi keuangan yang dimaksud adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan; 2) Laporan laba rugi,

Penyandang disabilitas dalam hal ini adalah penyandang tunagrahita adalah seseorang yang memiliki keterbatasan berupa kemampuan intelektual di bawah rata-rata selain

Pada siklus I berdasarkan perhitungan dari lembar observasi aktivitas guru dan kreativitas belajar siswa pada pendekatan saintifik, skor perolehan aktivitas guru sebesar

Internship ialah peringkat transisi profesional yang bertujuan untuk mengaitkan pengalaman amalan profesional pelajar dengan tugas guru permulaan.