• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Portal Dengan Menggunakan Kolom Nippon Steel Tampang Hollow Tube Dibandingkan Dengan Menggunakan Kolom Beton Bertulang Untuk Highrise Building

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Portal Dengan Menggunakan Kolom Nippon Steel Tampang Hollow Tube Dibandingkan Dengan Menggunakan Kolom Beton Bertulang Untuk Highrise Building"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Portal Beton

Portal adalah struktur rangka yang terdiri dari kolom dan balok yang

sambungannya kaku, atau disebut juga rigid frame.Portal bertingkat dapat

dibangun dengan bahan struktur beton bertulang atau pun baja profil. Bila jumlah

tingkat terlalu banyak portal dapat diperkuat dengan sistem penahan beban lateral

berupa dinding geser (shear wall) atau inti struktural (structural core). Portal

bertingkat juga mungkin diperkuat dengan diagonal-diagonal yang membentuk

bidang-bidang rangka kaku, yang berfungsi sebagai dinding geser.

2.1.1 Beton Bertulang

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,

atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang

terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Beton sendiri

memiliki kuat tekan yang tinggi tetapi kuat tarik yang sangat rendah.Nilai kuat

tarik beton hanya sekitar 9% - 15% dari kuat tekannya.Beton bertulang adalah

suatu kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi

menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton. McCormac,( 2004, h.1).

Istimawan menyebutkan, kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan

hanya dapat terwujud dengan didasarkan pada keadaan-keadaan ; (1) lekatan

sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya

sehingga tidak terjadi penggelinciran diantara keduanya; (2) beton yang

mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga mampu melindungi dan

mencegah terjadinya karat baja; (3) angka muai kedua bahan hampir sama,

dimana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius angka muai beton

0,000010 sampai 0,000013 sedangkan baja 0,000012, sehingga tegangan yang

(2)

2.1.2 Sifat-sifat Beton Bertulang

a. Kuat Tekan

Kuat tekan beton (fc’) ditentukan dengan melakukan uji kegagalan

terhadap silinder-silinder beton 6in. x 12 in. yang berumur 28 hari pada tingkat

pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari ini silinder beton biasanya

ditempatkan di dalam air atau dalam sebuah ruangan dengan temperature tetap

dan kelembapan 100%. Kurva tegangan-regangan pada gambar 2.1 menampilkan

hasil yang dicapai dari uji kompresi terhadap sejumlah silinder uji standart

berumur 28 hari yang kekuatannya beragam.

Gambar 2.1 Kurva tegangan-regangan beton yang umum, dengan pembebanan jangka

pendek

Berikut beberapa hal penting yang didapat dari grafik:

a. Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari nol sampai kira-kira

1/3 – ½ kekuatan maksimum beton.

b. Di atas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidaklinearan kurva

tegangan-regangan beton pada tegangan yang lebih tinggi ini

mengakibatkan beberapa masalah ketika kita melakukan analisis

structural terhadap konstruksi beton karena perilaku konsruksi tersebut

(3)

c. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa berapa

pun besarnya kekuatan beton, semua beton akan mencapai kekuatan

puncak nya pada regangan sekitar 0,002.

d. Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti; sebaliknya kurva beton akan

tetap bergerak mulus hingga tiba di titik kegagalan (point of rupture) pada

regangan sekitar 0,003 sampai 0,004.

e. Banyak pengujian telah menunjukkan bahwa kurva-kurva

tegangan-regangan untuk silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva

serupa untuk sisi balok yang mengalami tekan.

f. Harus diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih

daktil daripada beton berkekuatan lebih tinggi, artinya beton-beton yang

lebih lemah akan mengalami regangan yang lebih besar sebelum

mengalami kegagalan.

b. Kuat Tarik

Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat

tekannya.Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa

beton dipenuhi oleh retak-retak halus.Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila

beton menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup

sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan.Kuat tarik beton tidak

berbanding lurus dengan kuat tekan ultimatnya fc’.Kuat tarik ini cukup sulit untuk

diukur dengan bebean-beban tarik aksial langsung akibat sulitnya memegang

spesimen uji untuk menghindari konsentrasi tegangan dan akibat kesulitan dalam

meluruskan beben-beban tersebut.Kuat tarik beton pada waktu mengalami lentur

sangat penting ketika kita sedang meninjau retak dan lendutan pada balok.Untuk

tujuan ini, kita selama ini menggunakan kuat tarik yang diperoleh dari uji modulus

keruntuhan.

c. Modulus Elastisitas Statis

Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti.Nilainya bervariasi

tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik

(4)

d. Modulus Elastisitas Dinamis

Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespons dengan

regangan-regangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik.Nilainya

biasanya lebih besar 20% - 40% daripada modulus nilai awal.Modulus dinamis ini

biasanya dipakai pada analisis struktur dengan beban gempa atau tumbukan.

e. Poisson Ratio

Ketika sebuah silinder beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak

hanya berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah

lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan perpendekan longitudinal ini disebut

sebagai Poisson Ratio. Nilainya bervariasi dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan

0,21 untuk beton mutu rendah, dengan nilai rata-rata 0,16.

f. Susut

Ketika bahan-bahan untuk beton dicampur dan diaduk, pasta yang terdiri

dari semen dan air mengisi rongga-rongga di dalam agregat dan mengikat agregat

tersebut menjadi satu.Campuran ini harus cukup mudah dikerjakan (workable)

dan dapat mengalir sehingga campuran tersebut dapat masuk diantara sela-sela

tulangan dan memenuhi seluruh cetakan.Untuk dapat mencapai tingkat

kemampuan kerja (workability) seperti ini, biasanya digunakan air yang lebih

banyak daripada seharusnya agar semen dan air dapat bereaksi bersama. Setelah

beton selesai dirawat dan mulai mengering, kelebihan campuran air ini mencari

jalan ke permukaan beton, tempat dimana campuran ini akan menguap.

Akibatnya, beton akan susut dan retak. Retak yang dihasilkan akan mengurangi

kekuatan geser beton dan merusak penampilan struktur. Selainitu, retak juga akan

mengakibatkan tulangan terkena udara dari luar, sehingga meningkatkan

kemungkinan terjadinya karat.

g. Rangkak

Ketika menerima beban tekan terus-menerus, beton akan terus mengalami

deformasi untuk waktu yang lama. Setelah deformasi awal terjadi, deformasi yang

(5)

beban tekan diterapkan kepada suatu batang beton, terjadi pemendekan sesaat atau

elastis. Jika beban dibiarkan tetap ada untuk waktu yang lama, batang tersebut

akan terus memendek selama beberapa tahun dan deformasi akhir yang terjadi

biasanya sebesar 2 sampai 3 kali deformasi awal. Besar rangkak yang terjadi

sangat tergantung pada besarnya tegangan.Rangkak hampir berbanding lurus

terhadap teganagan selama tegangan yang terjadi tidak lebih besar dari sentengah

fc’.

2.1.3 Kelebihandan Kekurangan Beton Bertulang

Beton bertulang masih merupakan bahan struktur yang paling umum

digunakan secara umum di seluruh dunia baik untuk bangunan gedung, rumah,

jembatan, bendungan, drainase, dan sebagainya. Pemilihan beton ini sebagai

bahan struktur tentunya dengan pertimbangan-pertimbangan dari aspek kelebihan

beton tersebut terhadap jenis bangunan yang akan dibangun. Berikut merupakan

beberapa kelebihan beton sebagai bahan struktur:

1. Beton memiliki kekuatan tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

kebanyakan bahan struktur lainnya.

2. Beton memiliki ketahanan yang tinggi terhadap temperatur tinggi atau pun api.

3. Pemeliharaan nya mudah dan relatif lebih murah

4. Beton memiliki kekakuan yang cukup tinggi / sangat kaku

5. Lebih mudah dibentuk sesuai dengan bentuk perencanaan yang diinginkan.

6. Usia layan beton yang panjang.

7. Material yang dibutuhkan untuk membuat struktur beton mudah didapat,

seperti kerikil, pasir dan air.

8. Keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi dengan

bahan beton bertulang lebih rendah dibanding bahan lain contohnya baja.

9. Lebih ekonomis untuk struktur pondasi, basement, pier, dan lain-lain

Kekurangan Beton Bertulang

1. Kuat tarik beton yang rendah

2. Memerlukan bekisting dalam pencetakannya sampai beton mengalami

(6)

3. Kekuatan beton per satuan berat yang rendah mengakibatkan berat sendiri

beton besar terutama dalam penggunaannya dalam bentang yang panjang.

4. Kekuatan beton per satuan volume mengakibatkan dimensi beton yang besar

jika menginginkan kekuatan beton yang besar pula.

5. Bervariasinya sifat-sifat beton karena variasi proporsi campuran, proses

pembuatan, penuangan ke dalam cetakan, dan pemeliharaan.

6. Beton dapat mengalami susut dan rangkak seiring berjalannya waktu.

2.1.4 Kolom beton bertulang

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame)struktural yang

memikul beban dari balok.Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke

elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi Nawy,

(2008, h306).Berdasarkan posisi beban terhadap penampang melintang kolom,

kolom dapat diklasifikasikan atas kolom dengan beban sentris dan kolom dengan

beban eksentris.Kolom yang mengalami beban sentris berarti tidak mengalami

momen lentur, namun pada kenyataannya kolom jenis ini sangat jarang

ditemukan.Perencanaan kolom umumya di desain sebagai kolom dengan beban

eksentris. Kolom dengan beban eksentris mengalami momen lentur dan juga gaya

aksial. Momen ini dapat dikonversikan menjadi beban P dengan eksentrisitas

tertentu.Momen lentur sendiri dapat bersumbu tunggal (uniaxial) seperti halnya

kolom luar (eksterior) bangungan tingkat tinggi.Kolom dengan momen lentur

bersumbu rangkap (biaxial) apabila lenturnya terjadi terhadap sumbu x dan y.

Karena kolom merupakan elemen yang menahan beban-beban balok dan

pelat lantai maka dalam perencanaannya kolom didesain dengan kekuatan

cadangan yang lebih tinggi dibandingkan elemen balok.

Kekuatan kolom dievaluasi berdasarkan prinsip-prinsip dasar berikut :

1. Distribusi regangannya linier diseluruh tebal kolom

2. Tidak ada gelincir antara beton dengan tulangan baja (regangan baja sama

dengan regangan pada beton yang mengelilinginya)

3. Regangan beton maksimum yang diizinkan pada keadaan gagal (untuk

perhitungan kekuatan ) adalah 0,003in./in

(7)

Kolom beton bertulang ada yang bersengkang persegi dan spiral.Kolom

dengan sengkang persegi adalah kolom yang dipasang tulangan sengkang

berbentuk persegi untuk menahan tulangan longitudinal agar tidak bergerak

selama pembangunan juga menjaga tulangan longitudnal menekuk ke arah luar

akibat adanya beban. Kolom spiral adalah kolom yang diberikan tulangan

sengkang berbentuk lingkaran. Tulangan spiral ini mempunyai kekuatan yang

lebih besar untuk menahan tulangan longitudinal, namun pembuatannya jauh lebih

mahal dibandingkan tulangan persegi. Balok spiral juga lebih banyak digunakan

pada kolom yang berada di dalam ruangan terbuka karena bentuk nya yang lebih

menarik. Kolom spiral juga lebih baik untuk bangunan yang berada di daerah

rawan gempa. Spiral efektif untuk meningkatkan kekokohan dan daktilitas kolom.

2.1.4.1 Keruntuhan kolom beton

Keruntuhan kolom dapat terjadi apabila tulangan bajanya mengalami leleh

karena tarik, atau terjadinya kehancuran pada beton yang tertekan. Selain itu dapat

pula kolom mengalami keruntuhan apabila terjadi kehilangan stabilitas lateral,

yaitu terjadi tekuk. Apabila kolom runtuh karena materialnya (yaitu lelehnya baja

atau hancurnya beton), maka kolom ini diklasifikasikan sebagai kolom

pendek.Apabila panjang kolom bertambah, kemungkinan kolom runtuh karena

tekuk semakin besar.

a. Kolom Persegi

Pada kolom dengan sengkang persegi, saat kolom mendapat beban yang

besar yang dapat membuat selimut beton pecah dan gompal, tulangan

longitudinal akan menekuk dengan cepat, hal ini dapat membuat

keruntuhan yang terjadi secara tiba-tiba, umumnya karena gempa. Namun

dapat dihindari jika tulangan sengkang dipasang berdekatan.

b. Kolom Spiral

Berbeda dengan kolom sengkang persegi, tulangan sengkang spiral akan

dapat menahan tulangan longitudinal meskipun selimut beton sudah

gompal, jadi struktur masih dapat dipertahankan. Jika tulangan sengkang

(8)

menahan beban yang sedikit lebih besar dari beban yang membuat selimut

beton gompal.

Gambar 2.2 Tipe kolom beton

2.1.4.2 Persyaratan Peraturan ACI untuk Kolom Cor ditempat.

Peraturan ACI mensyaratkan banyak batasan pada dimensi, tulanganm kekangan

lateral, dan hal lain yang berhubungan dengan kolom beton. Beberapa batasan

yang penting diberikan sebagai berikut.

1. Persentase tulangan tidak boleh kurang dari 1% luas bruto penampang

kolom (ACI 10.9.1)

2. Persentase tulangan maksimum tidak boleh lebih besar dari 8% luas bruto

penampang kolom (ACI 10.9.1)

3. Jumlah tulangan longitudinal minimum yang diizinkan untuk batang tekan

(ACI 10.9.2) adalah 4 untuk tulangan dengan sengkang persegi atau

lingkaran, 3 untuk tulangan sengkang segitiga, dan 6 untuk tulangan

dengan sengkang spiral.

4. Peraturan ACI tidak secara langsung memberikan luas penampang kolom

minimum, tetapi memberikan selimut yang diperlukan disisi luar sengkang

(9)

longitudinal dari satu permukaan kolom ke permukaan lainnya jadi lebar

minimum adalah sekitar 8 sampai 10 in.

5. Jika digunakan kolom sengkang persegi, sengkang tersebut tidak boleh

lebih kecil dari #3 dengan tulangan longitudinal #10 atau lebih kecil.

Ukuran minimum sengkang adalah #4 untuk tulangan longitudinal lebih

besar dari #10 danuntuk tulangan gabungan. Jarak sengkang pusat ke pusat

tidak boleh lebih dari 16 kali diameter tulangan longitudinal, 48 kali

diameter sengkang, atau dimensi lateral terkecil dari kolom.

6. Peraturan ACI (7.10.4) menyatakan bahwa jarak bersih spiral tidak boleh

kurang dari 1 in. atau lebih dari 3 in.

2.2Portal Baja

Struktur baja dibagi atas tiga kategori umum : (a) struktur rangka (framed

structure) yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik, kolom, balok, dan batang

yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; (b) struktur selaput (shell)

yang tegangan aksialnya dominan; dan (c) struktur gantung (suspension), yang

sistem pendukung utamanya mengalami tarikan aksial yang dominan. Salmon &

Jhonson (1986, h 17).

2.2.1 Sifat - Sifat Mekanis Baja

Pengujian yang paling efektif untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik baja

adalah pengujian tarik. Karena pengujian tekan terhadap baja akan memberikan

hasil yang kurang akurat karena disebabkan akan terjadinya tekuk pada baja

sehingga terjadi ketidakstabilan dari baja. Perhitungan regangan baja juga lebih

mudah dilakukan untuk uji tarik daripada uji tekan. Berikut beberapa sifat

mekanis baja :

a. Elastisitas

Elastisitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk

semula. Jika beban dibawah batas titik leleh baja yang diberikan kemudian

dihilangkan maka baja akan kembali pada dimensinya sebelum di berikan

(10)

b. Daktilitas

Daktilitas merupakan sifat material yang memungkinkan adanya deformasi

yang besar tanpa mengalami kehancuran akibat tegangan tarik.Sifat ini yang

menjadi kelebihan baja karena tidak dapat runtuh secara tiba-tiba.Namun

untuk kondisi tertentu akibat berbagai faktor baja dapat bersifat getas dimana

baja tidak mengalami deformasi plastis, melainkan putus pada saat deformasi

tidak benar.

c. Keliatan (toughness) dan Kekenyalan (resilience)

Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi elastis suatu bahan.

Kekenyalan adalah jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan

volume bahan yang dibebani tarikan; besarnya sama dengan luas bidang di

bawah diagram tegangan regangan sampai tegangan leleh.

Keliatan berhubungan dengan energi total, baik elastis maupun inelastis,

yang dapat diserap oleh suatu satuan volume bahan sebelum patah.Salmon &

Jhonson (1986, h 42).

d. Kekuatan lelah (fatigue)

Baja dapat mengalami keruntuhan saat dilakukan pembeban dan

penghilangan beban secara berulang-ulang walaupun beban diberikan berada

di bawah titik leleh nya.Hal tersebut dikarenakan baja berada pada keadaan

fatigue.Kekuatan lelah dipengaruhi oleh daktilitas dan tegangan multiaksial

pada baja.

2.2.2 Hubungan Tegangan-Regangan Baja

Diagram tegangan-regangan menampilkan informasi yang penting untuk

dapat memahami bagaimana perilaku baja terhadap kondisi yang diberikan

padanya. Jika suatu struktur baja yang daktil diberikan gaya tarik, baja akan mulai

memanjang. Jika gaya tarik yang diberikan konstan pertambahan panjang juga

(11)

Tegangan terbesar yang dapat dipikul baja tanpa mengalami deformasi

permanen disebut sebagai batas elastis. Tegangan dimana terjadi regangan besar

yang signifikan tanpa adanya peningkatan tegangan disebut sebagai titik leleh.

Hubungan antara tegangan dan regangan untuk baja di tunjukkan pada grafik

berikut :

Gambar 2.3 Kurva hubungan tegangan-regangan

Keterangan :

fp : batas proporsional

fe : batas elastis

fyu, fy : tegangan leleh atas dan bawah

fu : tegangan putus

ɛsh : regangan saat mulai terjadi efek strain-hardening

ɛu : regangan saat tercapainya tegangan putus

Titik ini membagi kurva tegangan – regangan menjadi beberapa daerah sebagai

berikut :

1) Daerah linear antara 0 dan fp, dalam daerah ini berlaku Hukum Hooke,

kemiringan dari bagian kurva yang lurus ini disebut sebagai Modulus

Elastisitas atau Modulus Young, E(= f/ɛ)

2) Daerah elastis antara ) dan fe, pada daerah ini jika beban dihilangkan

maka benda uji akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan bahwa

(12)

3) Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara 2% hingga 1,2-1,5%,

pada bagian ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan

sebesar fy. Daerah ini menunjukkan daktilitas dari material baja.

4) Daerah penguatan regangan (strain-hardening) antara ɛsh dan ɛu. Untuk

regangan > 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum, tegangan

kembali mengalami kenaikan namun dengan kemiringanyang lebih

kecil daripada kemiringan daerah elastis, daerah regangan ini berlanjut

hingga mencapai tegangan putus. Kemiringan daerah ini dinamakan

modulus penguatan regangan (Eu).

2.2.3 Kelebihandan Kekurangan Baja Sebagai Bahan Stuktur

Dalam pemilihannya sebagai bahan struktur, baja memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan bahan struktur lain seperti beton, yaitu :

1. Baja merupakan material yang berkekuatan tinggi. Kekuatan per

volumenya lebiih tinggi dibandingkan dengan material lain. Sehingga

berat struktur lebih ringan dan diperoleh keleluasaan dalam kebutuhan

ruang. Fakta inipenting untuk bangunan seperti jembatan dengan

bentang panjang, bangunan gesung tinggi, dan struktur diatas pondasi

yang lemah.

2. Baja lebih mudah dipasang karena baja merupakan produk pabrikan

yang pada saat pemasangan nya dilapangan hanya tinggal

menyambung komponen-komponennya.

3. Efisiensi waktu lebih tinggi dalam pemasangan atau pembangunan

strukturnya.

4. Baja merupakan produksi pabrik sehingga di dapat keseragaman dalam

mutu nya. Berbeda dengan beton yang mutunya dapat berbeda karena

pengaruh berbagai faktor saat pengecoran dilakukan.

5. Baja umumnya bersifat daktil sehingga keruntuhan tiba-tiba dapat

dihindari.

6. Baja dapat dibongkar kembali apabila bangunan bersifat sementara

sehingga dapat digunakan kembali.

(13)

Kekurangan Baja

Berikut merupakan kelemahan baja sebagai bahan struktur.

1. Baja perlu diberikan perlindungan tambahan agar tahan terhadap api.

2. Baja rentan terhadap korosi.

3. Biaya pemeliharaannya lebih mahal.

4. Dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan lebih khusus bila

dibandingkan dengan pembuatan beton.

5. Baja mampu menahan tekukan pada batang-batang langsing, tetapi tidak

dapat mencegah terjadinya pergeseran horizontal.

2.2.4 Kolom baja

Tipe kegagalan pada elemen kolom baja dibagi menjadi :

1. Tekuk lentur disebut juga tekuk Euler adalah peristiwa menekuknya

batang tekan ke arah sumbu lemah saat mencapai kondisi tidak stabil.

2. Tekuk lokal, yaitu ketika suatu batang mengalami tekuk di beberapa

bagian penampang tertentu akibat rasio lebar terhadap tebal yang terlalu

besar.

3. Tekuk torsi, tekuk ini terjadi pada kolom dengan tipe penampang tertentu,

seperti siku ganda dan profil T, tekuk torsi membuat penampang batang

tekan terputar atau terpuntir.

Kolom ideal yang memenuhi persamaan Euler, harus memenuhi anggapan berikut

1. Kurva hubungan tegangan-regangan tekan yang sama diseluruh

penampang

2. Tak ada tegangan sisa

3. Kolom benar-benar lurus dan prismatis

4. Beban bekerja pada titik berat penampang, sehingga batang melentur

5. Kondisi tumpuan harus ditentukan secara pasti

6. Berlakunya teori lendutan kecil

7. Tak ada puntiran pada penampang

Bila asumsi-asumsi diatas dipenuhi maka kekuatan kolom dapat ditentukan

(14)

𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃= 𝜋𝜋 2𝐸𝐸

𝑡𝑡

(𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑃𝑃)2.𝐴𝐴𝑔𝑔 =

𝑃𝑃 𝐴𝐴

Keterangan : 𝐸𝐸𝑡𝑡 : tangen modulus elastisitas pada tegangan

𝐴𝐴𝑔𝑔 : luas kotor penampang batang

𝐾𝐾𝐾𝐾/𝑃𝑃 : angka kelangsingan efektif

𝐾𝐾 : faktor panjang efektif

𝑃𝑃 : jari-jari girasi

𝐾𝐾 : panjang bentang

2.2.5 Tipe penampang baja

Tipe penampang untuk batang tarik dan batang tekan secara umum sama,

yang membedakan adalah kekuatan batang tekan bervariasi dalam hubungan

perbandingannya dengan rasio kelangsingan. Berikut jenis-jenis penampang baja

yang umum digunakan.

Gambar 2.4 Tipe penampang batang tekan

Baja siku banyak digunakan untuk bracing dan batang tekan untuk struktur

light truss.Terdapat 2 macam bentuk profil baja berdasarkan cara pembuatannya,

yaitu :

a. Hot rolled shapes: Profil baja yang dibentuk dalam kondisi panas

dengan cara blok-blok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam

pabrik. Hot rolled shapes ini mengandung tegangan residu (residual

(15)

b. Cold formed shapes : Profil yang dibentuk pada kondisi sudah dingin,

yaitu dengan membentuk pelat-pelat yang sudah jadi menjadi baja

dalam temperatur atmosfer.

2.3Nippon Steel

2.3.1 Pengenalan

Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation (NSSMC) didirikan pada

oktober 2012 yang merupakan kerja sama antara Nippon Steel Corporation dan

Sumitomo Metal Industries, Ltd adalah salah satu perusahaan Jepang penghasil

baja terdepan di dunia yang berpartisipasi dalam pembuatan material struktur

inovatif yang bersifat tahan kerusakan dan memiliki masa layan yang panjang.

Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation telah mengembangkan baja mutu

tinggi kelas 1000 N (kuat tarik 950 N/m2).

Dalam bidang infrastruktur, Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation

mempromosikan perkembangan dari produk baru baja tube untuk menjawab

kebutuhan akan struktur yang lebih tahan terhadap gempa, dan biaya yang lebih

murah dalam pembangunan dan perbaikan.

2.3.2 Perkembangan Tube Steel untuk pekerjaan konstruksi bangunan

Karena adanya kebutuhan akan baja yang memiliki kekuatan tinggi, biaya

yang lebih murah dalam pemeliharaan, ketahanan terhadap korosi, kekuatan

fatigue yang tinggi, Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation menciptakan

dan menyuplai baja tabung yang unik dan metode penyambungannya untuk

memenuhi kebutuhan ini. Beberapa aplikasi penggunaan steel tube yaitu pada

menara observasi Tokyo Skytree, bangunan dengan tinggi 632 meter, juga gedung

pusat penelitian dan pengembangan Nippon Steel & Sumitomo Metal

Corporation.(Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation, Technical Report No.

107).

Hollow section dibeberapa negara seperti Amerika pada mulanya sering

digunakan untuk struktur di kawasan pantai khususnya bentuk circular

section.Penelitian tentang hollow section ini mulai aktif di Amerika Utara sejak

(16)

section di struktur industri. Penelitian pun dikembangkan dari berbagai aspek

seperti sambungan, perlindungan terhadap api dan korosi, aplikasinya terhadap

struktur terhadap gempa, elemen komposit, dan lain-lain.

Hollow Steel Section (HSS) dibentuk dalam keadaan dingin (cold formed)

menjadi bentuk persegi, persegi panjang dan lingkaran.HSS sering digunakan

sebagai elemen kolom, bracing, truss element.HSS sering digunakan untuk struktu

sistem rangka penahan momen dengan profil WF sebagai balok, penggunaan HSS

sebagai kolom terbukti dapat meningkatkan kemampuan dari sistem tersebut

untuk bangunan tingkat rendah sampai menegah.Keuntungan yang didapat dengan

menggunakan HSS pada sistem rangka pemikul momen termasuk dapat

mengurangi berat struktur, kemungkinan untuk tidak menggunakan bracing, juga

memenuhi aspek estetik bangunan.

2.3.3 Profil Hollow

Penampang hollow yang terdiri dari persegi, persegi panjang, dan bulat

merupakan penampang yang sangat baik digunakan sebagai elemen tekan

dibandingkan profil baja lain seperti I, H maupun baja siku. Beberapa kelebihan

baja hollow antara lain:

1. Radius girasi yang konstan

2. Untuk tampang hollow persegi ideal untuk elemen tekan karena tidak

memiliki sumbu lemah seperti profil WF

3. Mempunyai tegangan torsi yang baik

4. Profil bulat baja hollow memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap

angin.

5. Menghasilkan berat bangunan yang lebih ringan yang bermanfaat untuk

bangunan tahan gempa serta desain pondasinya.

6. Untuk mendapatkan kapasitas terhadap beban yang lebih besar dengan

dimensi yang sama dapat diisi dengan beton.

7. Permukaan yang lebih sedikit untuk dicat dengan lapisan tahan api

(17)

8. Untuk bangunan bertingkat tinggi, dimana kolom di lantai atas menerima

beban yang lebih kecil dibandingkan kolom di lantai dasar bangunan,

dimensi luar kolom dapat didesain sama, dengan mengurangi tebal

penampang untuk kolom dengan beban yang lebih kecil.

9. Permukaan yang lebih baik dari segi estetika

Desain dengan menggunakan baja hollow ini pada umumnya akan

menghasilkan material yang lebih ringan jika dibandingkan dengan baja profil I

untuk struktur yang sama. Jadi dari segi biaya umumnya akan menghasilkan

struktur dengan cost yang lebih murah, meskipun baja hollow ini lebih mahal

daripada baja penampang terbuka.

Perbandingan kapasitas tekan penampang hollow dan penampang terbuka

H untuk massa yang sama dapat dilihat pada gambar 2.5 yang merupakan hasil

analisa suatu penampang dengan panjang efektif 5 m dan di desain dengan

Eurocode 3, dimana penampang H yang digunakan merupakan British Universal

Column(UC, H-Section) dan dua penampang hollow hot-finished tampang bulat

dan persegi sengan semua penampang memiliki tegangan leleh 275 N/mm2. Dari grafik dapat dilihat untuk penampang dengan massa 60 kg/m penampang hollow

memiliki kapasitas hampir dua kali dari kolom lain, dan untuk massa 106 kg/m

kapasitasnya sekitar 50% lebih tinggi.

Sedangkan sebaliknya untuk kapasitas tekan yang sama perbandingan

massa material dapat dilihat pada gambar 2.6 dimana untuk kapasitas tekan yang

sama 1000kN massa yang lebih ringan hingga 40% untuk penampang hollow, dan

(18)

Sumber : Design Guide 9 for structural hollow section column connection

Gambar 2.5 Perbandingan kapasitas tekan dengan massa yang sama

Sumber : Design Guide 9 for structural hollow section column connection

Gambar 2.6 Perbandingan massa dengan kapasitas tekan yang sama

Perbandingan inersia penampang baja hollow dan profil terbuka yang ukuran dan

beratnya mendekati ditunjukkan pada gambar 2.7 dapat menjadi acuan kelebihan

baja hollow pada beban torsi, tekan, dan lentur multi aksial dibanding profil

(19)

Gambar 2.7 Perbandingan Inersia penampang baja

Sumber : CIDECT Design Guide 7

• Tahanan terhadap beban tekuk yang lebih tinggi pada tampang hollow

ditunjukkan dengan momen inersia sumbu lemah yang lebih besar.

• Dibawah beban torsi, keunggulan tampang hollow dapat dilihat dari

momen inersia torsi yang juga jauh lebih besar dibanding tampang

terbuka.

• Untuk momen lentur uniaxial, profil terbuka lebih ekonomis dibanding profil hollow akibat momen inersia sumbu utama Imax lebih besar. Untuk

momen lentur multiaxial hollow section menghasilkan penampang

optimum karena inersia yang tinggi di kedua sumbu.

Klasifikasi penampang hollow section menurut Eurocode

Dalam desain batas ultimit biasanya desainer dihadapkan pada tiga metode desain:

• Prosedur plastis-plastis (cross section class 1)

Prosedur ini berhubungan dengan desain plastis dan terbentuknya sendi

(20)

kapasitas rotasi yang dibutuhkan untuk analisis plastis.Kondisi batas

ultimit dicapai saat jumlah sendi plastis yang terbentuk cukup untuk

menghasilkan mekanisme keruntuhan.

• Prosedur elastis-plastis (cross section class 2)

Pada prosedur ini resultan gaya ditentukan dengan mengikuti analisis

elastis lalu dibandingkan dengan kapasitas kekuatan plastis dari

penampang. Kondisi batas ultimit tercapai oleh pembentukan sendi plastis

pertama.

• Prosedur elastis-elastis (cross section class 3)

Prosedur ini terdiri dari perhitungan elastis penuh dari resultas gaya dan

kapasitas kekuatan dari penampang. Keadaan batas ultimit tercapai oleh

pelelehan dari serat penampang.

• Prosedur elastis-elastis ( cross section class 4)

Penampang ini memiliki dinding yang lebih tipis dari ketiga kelas

diatas.Penting sekali untuk membuat suatu batasan yang jelas untuk efek

dari tekuk lokal saat menentukan momen ultimit atau efek kapasitas

kekuatan tekan dari penampang.

Penggunaan dari ketiga kelas yang dijelaskan diatas adalah

berdasarkan anggapan bahwa penampang tidak mengalami tekuk lokal

sebelum mencapai batas beban ultimitnya, yang berarti penampang bukan

merupakan penampang dinding tipis seperti pada kelas 4. Maka untuk

memenuhi keadaan ini dibuat suatu batasan kelangsingan b/t untuk

penampang hollow persegi dan persegi panjang, juga rasio d/t untuk

tampang hollow bulat. Tabel 2.1 sampai 2.4 menyajikan batasan rasio b/t

(21)

Gambar 2.8 Distribusi tegangan pada kolom hollow

Cross section Method for calculating Method for calculating Distribution of stresses when

class resistance action (loads) the resistance is reached

Plastic analysis

Plastic analysis Elastic analysis

Elastic analysis Elastic analysis

Elastic analysis Effective cross section

2

3

4

(22)

Tabel 2.1 rasio d/t penampang hollow bulat

Tabel 2.2 rasio h1/t untuk badan penampang hollow rectangular

(23)

Tabel 2.3 rasio b1/t untuk sayap penampang hollow rectangular

Sumber :Design Guide 2 Structural stability of hollow section

Sedangkan batasan rasio b/t dan d/t menurut AISC LRFD adalah :

(24)

2.3.4 Sambungan rigid pada kolom hollow

Sambungan semi-rigid antara balok ke kolom bisa bermanfaat untuk

desain terhadap gempa, karena sejumlah energi terdisipasi pada sambungan dan

overstress pada area lokal sambungan yang dapat mengarah ke keruntuhan getas

dapat dihindari.Tetapi untuk penggunaannya terhadap beban inelastic yang

berulang masih membutuhkan investigasi lebih dalam sehingga belum dapat

diterapkan.Oleh karena itu umumnya sambungan untuk desain gempa

menggunakan sambungan full-rigid kecuali pada panel sayap kolom yang

diizinkan untuk dilas pada bagian gesernya. Untuk menghasilkan kapasitas

momen penuh, pengaku pada potongan kolom dibutuhkan mampu mentransfer

gaya aksial ke sayap balok. Pengaku ini bisa berupa:

• through diaphragm

• internal diaphram

(25)

Di Jepang sendiri umumnya menggunakan through diaphragm karena beban

aksial pada sayap balok secara langsung ditransfer ke badan kolom dengan

perilaku yang paling sederhana. Faktor lain yang menyebabkan model ini sering

digunakan adalah karna kebanyakan pabrik di Jepang sudah menetapkan sumber

produksi dimana pengelasan menggunakan robot yang lebih cocok untuk

menghasilkan sambungan jenis ini. Seperti terlihat pada gambar 2.9 berikut.

Gambar 2.9 pengelasan sambungan join kolom

Stub beam ke joint kolom dilas di pabrik pada tiap sambungan. Balok yang

membentang diantara dua stub beam dengan sambungan baut. Pelat untuk

through diaphragm biasanya didesain lebih tebal dari sayap balok 3 – 6 mm.

Gambar 2.10 sambungan balok WF ke kolom hollow

(26)

Gambar 2.11 langkah sambungan through diaphragm

Sumber : Nippon Steel Sumikin Metal

2.4 PembebananPada Struktur

Beban dalam menganalisa suatu struktur dibagi menjadi 2 yaitu :

2.4.1 Beban statis

Beban statis adalah beban yang bekerja secara perlahan-lahan pada

struktur. Deformasi yang terjadi pada struktur akibat adanya gaya ini juga

terjadi secara perlahan-lahan. Deformasi maksimum akan terjadi apabila

gaya statis maksimum terjadi dalam struktur. Beban-beban yang termasuk

dalam beban statis adalah :

a. Beban mati (dead load)

Beban mati (dead load) adalah beban yang bekerja vertikal kebawah,

memiliki besar yang konstan dan terletak pada suatu posisi tertentu,

contohnya beban akibat berat sendiri dari dinding, lantai, portal,

tangga, dan lain-lain.

b. Beban hidup (live load)

Beban hidup (live load) adalah beban yang bisa ada dan bisa tidak

pada struktur untuk suatu waktu yang diberikan.Beban ini dapat

berpindah-pindah letaknya. Beban yang termasuk dalam beban statis

adalah occupancy load (manusia, perabot, dll). Beban impact dan

gempa juga merupakan beban hidup namun ditinjau sebagai beban

dinamis.Berdasarkan PPIURG 1987 beban hidup untuk berbagai jenis

(27)

Tabel 2.5 BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG

a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut

200 kg/m2 dalam b

b. Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang -

125 kg/m2 gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik,

atau bengkel

c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran,

250 kg/m2 f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan

400 kg/m2 yang lain dari pada yang disebutkan dalam a s/d e, seperti

masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton dengan tempat duduk tetap g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau

500 kg/m2

untuk penonton yang berdiri

h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m2

i.

Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d,

e, 500 kg/m2

f dan g

j.

Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f

dan g 250 kg/m2

k. Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan,

400 kg/m2 ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan

ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum l. Lantai gedung parkir bertingkat :

- untuk lantai bawah

800 kg/m2 - untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2 m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus

300 kg/m2 direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang

berbatasan dengan minimum

c. Beban lingkungan

Beban lingkungan adalah beban yang disebabkan lingkungan tempat

struktur berada, terdiri dari :

• Beban salju

(28)

2.4.2 Beban dinamis

Beban dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada

struktur. Deformasi pada struktur akibat gaya ini berubah secara cepat.

Gaya dinamis dapat menimbulkan osilasi pada struktur yang dapat

membuat struktur mengalami deformasi puncak yang tidak bersamaan

dengan terjadinya gaya terbesar. Beban yang termasuk dalam beban

dinamis adalah :

a. Beban menerus (berisolasi merata atau tak teratur) seperti gerakan

tanah akibat gempa, dan gaya angin.

b. Beban impact, yang disebabkan getaran dari beban yang bergerak,

contohnya truk yang diberhentikan di atas jembatan.

2.4.3 Kombinasi pembebanan

Berdasarkan SNI 03 - 1729 - 2002 tentang Tata Cara Perencanaan

Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung, struktur baja harus mampu

memikul kombinasi beban sebagai berikut :

1. 1,4D

D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi

permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap,

tangga, dan peralatan layan tetap

L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti

angin, hujan, dan lain-lain

La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan

oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan

(29)

H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan

air

W adalah beban angin

E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03–1726–

1989, atau penggantinya

2.5 Analisa gedung terhadap gaya gempa

Selain harus dapat memikul beban statis akibat beban mati dan beban

hidup, bangunan bertingkat banyak harus dapat memikul beban gempa sebesar

yang ditentukan oleh Peraturan Perancangan Bangunan Tahan Gempa.Momen

tumbang yang terjadi harus dapat ditahan oleh momen penahan tumbang yang

merupakan kontribusi dari beban mati akibat berat sendiri gedung (Counteracting

Moment).Gerakan tanah akibat gempa bumi umumnya sangat randomdan karena

sifat ini efek beban gempa terhadap respon struktur tidak diketahui dengan

mudah.Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha penyederhanaan agar modeh

analisis pengaruh gempa terhadap respon struktur dapat diperhitungkan. Dalam

menganalisa beban gempa ini dapat dilakukan dengan analisa statis dan dinamis,

analisa statis yang dikenal dengan Metode Statik Ekivalen, sementara analisa

dinamis umumnya menggunakan metode Respon Skpektrum dan Analisis

Riwayat Waktu (Time History Analysis, THA).

2.5.1 Metode Statik Ekivalen

Bila gempa bumi terjadi tanah akan bergetar dan bangunan akan

bergoyang. Massa bangunan kemudian dianalogikan sebagai akibat dari adanya

beban horisontal dinamik yang bekerja pada massa bangunan yang bersangkutan.

Efek beban dinamik terhadap bangunan disederhanakan yaitu menjadi beban

statik ekivalen yang bekerja pada massa bangunan yang bersangkutan.

Bergetarnya bangunan akibat gempa kemudian disederhanakan seolah-olah

terdapat gaya horisontal yang bekerja pada massa bangunan.

Apabila bangunan mempunyai banyak massa maka terdapat banyak gaya

(30)

prinsip keseimbangan maka dapat dianalogikan seperti adanya gaya horisontal

yang bekerja pada dasar bangunan yang disebut dengan gaya geser. Walaupun

gaya geser dasar bersifat statik bukan berarti diperoleh murni dari prinsip statik,

karena sudah memperhitungkan prinsip-prinsip dinamik. Prinsip dinamik yang

dimaksud adalah massa, kekakuan dan redaman. Untuk analisa statik ekivalen

karakteristik dinamik yang diperhitungkan hanya massa. Langkah perhitungan

gaya gempa berdasarkan metode statik ekivaen adalah :

1. Faktor keutamaan dan kategori resiko struktur

Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung

sesuai tabel , pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan

suatu faktor keutamaan Ie menurut tabel 2.6.

Tabel 2.6 Kategori resiko gedung

Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia

I pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain :

- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan

- Fasilitas sementara

- Gudang penyimpanan

- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori I,III,IV,

Gedung dan nongedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia daat

III terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi

untuk :

- Bioskop

- Gedung pertemuan

- Stadion

- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit

(31)

- Fasiltas penitipan anak

- Penjara

- Bangunan untuk orang jompo

Gedung dan nongedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV yang memiliki

potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan,

termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :

- Pusat pembangkit listrik bisasa

- Fasiltas penanganan air

- Fasilitas penanganan limbah

- Pusat telekomunikasi

Gedung dan nongedung yang tidak termasuk dalam kategori resiko IV, (termasuk,

tetapi tidak dibatasi untuk faslitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,

penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah bahaya, atau bahan yang mudah meledak ) yang mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran. Gedung dan nongedung yang ditunjukkan sebagai fasiltas yang penting termasuk,

IV

tetapi tidak dibatasi untuk :

- Bangunan-bangunan monumental

- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan - Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah

dan unit gawat darurat

- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin, badai, dan tempat

perlindungan darurat lainnya

- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi, dan fasilitas lainnya

untuk tanggap darurat

-

Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada

saat keadaan darurat

-

Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan

bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam

kebakaran atau struktur rumah atau pendukung air atau material atau peralatan pemadan kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi pada

saat keadaan darurat.

(32)

2. Parameter percepatan terpetakan

Parameter Ss (percepatan batuan dasar pada periode pendek) dan

S1(percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan

masing-masing dari respon spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta

gerak tanah seismik dengan kemungkina 2 persen terlampaui dalam 50

tahun, dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan

gravitasi.

3. Kelas situs

Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasikan

sebagai kelas situs SA, SB, SC, SD, SE, atau SF. Yang penentuannya

mengikuti pasal 5.3 SNI 03-1726-2012. Bila sifat-sifat tanah tidak

teridentifikasi secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan kelas situsnya,

maka kelas situs SE dapat digunakan.

4. Koefisien-koefisien situs dan parameter-parameter respon spektral

percepatan gempa maksimum yagn dipertimbangkan risiko-tertarget

(MCER)

Untuk penentuan respon spketral percepatan gempa MCER di

permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda

0,2 detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi melliputi faktor

amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa)

dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1

detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek

(SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh

klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumusan berikut :

𝑆𝑆𝑀𝑀𝑆𝑆 =𝐹𝐹𝑎𝑎𝑆𝑆𝑠𝑠

𝑆𝑆𝑀𝑀1 = 𝐹𝐹𝑣𝑣𝑆𝑆1 Keterangan :

𝑆𝑆𝑠𝑠 = parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan

(33)

𝑆𝑆1 = parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0 detik

Koefisien situs Fa dan Fv mengikuti tabel 2.7 dan tabel 2.8

Tabel 2.7 Koefisien kelas situs Fa

Tabel 2.8 Koefisien kelas situs Fv

Sumber : SNI 1726-2012

5. Parameter percepatan spektral desain

Parameter spektral desain untuk perioda pendek SDS dan perioda 1 detik

SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut :

𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆 =

2 3𝑆𝑆𝑀𝑀𝑆𝑆

𝑆𝑆𝐷𝐷1 = 2 3𝑆𝑆𝑀𝑀1

6. Penentuan kategori desain seismik

Struktur dengan kategori resiko I,II,atau III yang berlokasi dimana

parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1

(34)

dengan kategori desain seismik E. struktur yang berkategori resiko IV

yang berlokasi dimana parameter respon spektral percepatan terpetakan

pada perioda 1 detik S1 lebih besar atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan

sebagai struktur dengan kategori desain seismik F. semua struktur lain

harus ditetapkan kategori desain seismiknya berdasarkan kategori risiko

dan parameter respons spektral percepatan desainnya, SDS dan SD1 sesuai

tabel berikut dimana struktur ditetapkan berdasarkan kategori desain yang

lebih parah.

Tabel 2.9 KDS berdasarkan parameter respon percepatan perioda pendek

Tabel 2.10 KDS berdasarkan parameter respon percepatan pada perioda 1s

7. Menentukan periode fundamental struktur

Setelah bangunan ditentukan ukuran dan bahan serta sistem strukturnya,

maka dilakukan perhitungan periode fundamental struktur.Berdasarkan

SNI 03-1726-2012 penentuan perioda fundamental struktur, T, dalam arah

yang ditinjau harus diperoleh menggunakan properti struktur dan

karakteristik deformasi elemen penahan dalam analisis yang teruji.Perioda

fundamental, T, tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas

pada perioda yang dihitung (Cu) dari tabel dan perioda fundamental

(35)

Ta = 𝐶𝐶𝑡𝑡𝑛𝑛𝑥𝑥 Keterangan :

hnadalah ketinggian struktur, dalam (m), diatas dasar sampaai tingkat

tertinggi struktur, dan koefisien Ct dan x diberikan pada tabel 2.11

Tabel 2.11 Koefisien Cu

Parameter percepatan respon spektral desain

Koefisien Cu

Tabel 2.12 Koeficien Ct dan x

Tipe struktur Ct x

Sistem rangka pemikul momen dimana rangka memikul

100%

gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa

Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8

Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9

Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75 Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75

Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75

Setelah periode fundamental gedung didapat maka dapat ditentukan

koefisien dasar seismik untuk mencari gaya geser dasar struktur.

8. Geser dasar seismik

Geser dasar seismik, V , dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan

sesuai dengan persamaan :

𝑉𝑉= 𝐶𝐶𝑠𝑠𝑊𝑊 Keterangan :

Cs = koefisien respon seismik

(36)

Nilai 𝐶𝐶𝑠𝑠 ditentukan dengan :

Untuk struktur yang berlokasi dimana S1 sama dengana atau lebih besar

dari 0,6g maka Cs harus tidak kurang dari :

𝐶𝐶𝑠𝑠 = 0,5𝑅𝑅𝑆𝑆1

𝐼𝐼𝑥𝑥

Keterangan:

SDS = parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang

perioda pendek

SD1 = parameter percepatan spektrum respon desain pada perioda

sebesar 1 detik

T = perioda fundamental struktur (detik)

S1 = parameter percepatan spektrum respon maksimum yang

dipetakan

R = faktor modifikasi respon

Ie = faktor keutamaan gempa

9. Distribusi vertikal beban gempa

Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat harus

ditentukan dari persamaan berikut :

𝐹𝐹𝑥𝑥 = 𝐶𝐶𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑉𝑉

dengan

𝐶𝐶

𝑉𝑉𝑉𝑉

=

𝑤𝑤𝑥𝑥ℎ𝑥𝑥𝑘𝑘

∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1𝑤𝑤𝑖𝑖ℎ𝑖𝑖𝑘𝑘

Keterangan :

CVX = faktor distribusi vertikal

V = gaya lateral total atau geser didasar struktur (kN)

𝑤𝑤𝑖𝑖dan𝑤𝑤𝑥𝑥 = bagian berat seismik efektif total stuktur yang ditempatkan

(37)

ℎ𝑖𝑖danℎ𝑥𝑥 = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, (m)

k = eksponen yang terkait perioda struktur yaitu :

jika T ≤ 0,5 detik , k = 1

T≥ 2,5 detik , k =2

0,5≤T ≤ 2,5 , k = 2 atau ditentukan dengan interpolasi linier antara

1 dan 2.

10.Distribusi horizontal beban gempa

Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx) (kN) harus ditentukan

dari persamaan berikut :

𝑉𝑉𝑥𝑥 =� 𝐹𝐹𝑖𝑖 𝑛𝑛 𝑖𝑖=𝑥𝑥 Keterangan :

Fi = bagian dari geser dasar seismik (V) yang timbul di tingkat i, (kN)

Geser tingkat desain gempa (Vx) harus didistribusikan pada berbagai

elemen vertikal sistem penahan gaya gempa di tingkat yang ditinjau

berdasarkan pada kekakuan lateral relatif elemen penahan vertikal dan

diafragma.

2.5.2 Metode respons spektrum

Spektrum respon adalah suatu spektrum yang disajikan dalam bentuk

grafik/plot antara periode getar struktur T, lawan respon-respon maksimum

berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu.Respon-respon maksimum dapat

berupa simpangan maksimum, kecepatan maksimum, dan percepatan

maksimum.Nilai spektrum respon dipengaruhi oleh periode getar, rasio redaman,

tingkat daktilitas dan jenis tanah.

Spektrum respon akan berfungsi sebagai alat untuk mengestimasi dalam

menentukan strength demand. Estimasi kebutuhan kekuatan struktur (strength

demand) akibat beban gempa pada prinsipnya adalah menentukan seberapa besar

(38)

dipakai untuk menentukan gaya horizontal maupun simpangan struktur dimana

total respon didapat melalui superposisi dari respon masing-masing ragam getar.

2.5.3 Desain respons spektrum

Kurva respons spektrum harus dikembangkan dengan mengacu pada ketentuan

berikut :

• Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons

percepatan desain, Sa harus diambil melalui persamaan :

𝑆𝑆𝑎𝑎 =𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆�0,4 + 0,6𝑇𝑇𝑇𝑇

0�

• Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0dan lebih kecil

atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain Sa sama

dengan SDS.

• Untuk perioda lebis besar dari Ts, spektrum respons percepatan

desain Sa diambil berdasarkan persamaan :

𝑆𝑆

𝑎𝑎

=

𝑆𝑆

𝑇𝑇

𝐷𝐷1

𝑇𝑇𝑇𝑇 = 0,2 𝑆𝑆𝐷𝐷1

𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆

𝑇𝑇𝑠𝑠

=

𝑆𝑆

𝐷𝐷1

𝑆𝑆

𝐷𝐷𝑆𝑆

(39)

2.6.3 Prinsip shear building

Apabila suatu struktur bangunan bertingkat banyak bergoyang ke arah

horizontal, maka umumnya terdapat 3 macam pola goyangan yang terjadi.

Kombinasi antara kelangsingan struktur, jenis struktur utama penahan beban dan

jenis bahan yang dipakai akan berpengaruh terhadap pola goyangan yang

dimaksud.

Pola goyangan pertama adalah bangunan yang bergoyang dengan

dominasi geser (shear mode) atau pola goyangan geser. Pola goyangan seperti ini

akan terjadi pada bangunan bertingkat banyak dengan portal terbuka sebagai

struktur utamanya. Secara keseluruhan bangunan seperti ini akan relatif fleksibel,

sementara plat-plat lantai relatif kaku terhadap arah horisontal. Pola goyangan ini

tampak seperti gambar

Gambar 2.13 pola goyangan pada gedung

Pola goyangan kedua adalah pola goyangan bangunan yang didominasi

oleh lentur (flexural mode) seperti tampak pada gambar b. bangunan yang

mempunyai pola goyangan seperti ini adalah bangunan yang mempunyai struktur

dinding kaku yang baik pada frame-walls ataau cantilever wall yang

kedua-duanya dijepit secara kaku pada pondasinya.struktur dinding yang kaku dan

anggapan jepit pada pondasi akan membuat struktur dinding berprilaku seperti

struktur dinding kantilever. Sebagaimana kantilever, maka struktur seperti ini

akan berdeformasi menurut prinsip lentur.

Pola goyangan yang ketiga adalah kombinasi antara dua pola goyangan

(40)

tidak terlalu kaku kemungkinan akan memiliki pola goyangan kombinasi seperti

ini. Pada analisis dinamika struktur pola goyangan pertamalah yang sering

digunakan, artinya struktur dianggap cukup fleksibel dengan lantai-lantai tingkat

yang relatif kaku. Untuk sampai pada anggapaan hanya terdapat satu derajat

kebebasan pada setiap tingkat, maka terdapat beberapa penyederhanaan atau

anggapan-anggapan seperti berikut :

1. Massa struktur dianggap terkonsentrasi pada tiap lantai tingkat. Masa yang

dimaksud adalah masa struktur akibat berat sendiri, beban mati, beban

hidup. Kemudian massa ini dianggap terkonsentrasi pada satu titik

(lumped mass) pada elevasi tingkat yang bersangkutan. Hal ini bertujuan

agar struktur yang terdiri atas tak terhingga derajat kebebasan berkurang

menjadi satu derajat kebebasan saja.

2. Lantai-lantai tingkat dianggap sangat kaku dibanding dengan

kolom-kolom karena balok-balok portal disatukan secara monolit oleh pelat antai.

Hal ini berarti beam-column joint dianggap tidak berotasisehingga lantai

tingkat tetap horisontal sebelum dan sesudah terjadi goyangan pada

struktur. Implikasi nya pada anggapan ini adalah bahwa sinpangan massa

hanya ke arah horisontal saja tanpa adanya puntir ( massa momen inersia

dianggap tidak ada).

3. Simpangan massa dianggap tidak dipengaruhi oleh beban aksial kolom

atau deformasi aksial kolom diabaikan. Disamping itu pengaruh P-delta

terhadap momen kolom juga diabaikan. Oleh karena itu dengan anggapan

ini dan anggapan sebelumnya lantai tingkat tetap pada elevasinya dan tetap

horisontal baik sebelum maupun sesudah terjadi penggoyangan.

Bangunan dengan anggapan-anggapan atau perilaku seperti diatas

dinamakan shear buldingdengan perilaku shear building, maka pada setiap tingkat

hanya akan mempunyai satu derajat kebebasan. Portal dengan N-tingkat berarti

Gambar

Gambar 2.1 Kurva tegangan-regangan beton yang umum, dengan pembebanan jangka
Gambar 2.4 Tipe penampang batang tekan
Gambar 2.6  Perbandingan massa dengan kapasitas tekan yang sama
Gambar 2.7 Perbandingan Inersia penampang baja
+7

Referensi

Dokumen terkait

lebih monolit dan memiliki daktilitas yang sangat tinggi dibandingkan dengan sambungan las, tetapi dari tinjauan kekuatan tentunya beton dengan cor di tempat

Qin, Ying., et al, 2013, Seismic Behaviour of Through-Diaphragm Connection Between Colum and Steel Beam Experimental Study , Advance Steel Construcion, Vol

Pada benda uji yang diberi satu lapis Carbon Fiber Reinforced Polymer (CFRP), kuat tekan beton meningkat sebesar 15,7324 % dibandingkan dengan kuat tekan beton

Makalah ini meneliti mengenai peningkatan kekuatan dengan adanya beban gempa yang bekerja pada elemen struktur kolom beton bertulang pada bangunan tinggi yang telah

Beton dengan Perbandingan Berat memiliki kekuatan tekan karakteristik yang relatif lebih tinggi dari pada beton dengan perbandingan Volume, dan beton dengan Perbandingan Berat

Beton bertulang adalah merupakan gabungan dari dua jenis bahan : beton polos, yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi kekutan tarik yang rendah ,

Balok beton dengan lubang (hollow core) memiliki berat volume yang lebih kecil dibandingkan dengan balok beton normal tanpa lubang (hollow core). a) Dari pengujian di

Pada umumnya kekuatan tekan beton tanpa agregat halus akan hervariasi antara 1,4 MN/m2 dan 13.,7 MN/m2 Modulus keruntuhan beton 1m Juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan