• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan dan Model Pembelajaran (4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendekatan dan Model Pembelajaran (4)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

TOPIK III

KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN MUTAKHIR (CURRENT TRENDS) DALAM BIDANG PEMBELAJARAN

Munculnya kecenderungan pemikiran baru tentang belajar serta terjadiya perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subyek pembelajaran, menjadi titik tolak dari ditemukan dan dikembangkannya berbagai pendekatan dan model pembelajaran inovatif. Sejalan dengan itu, guru dituntut untuk mampu memilih dan menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sekaligus diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis, serta kemampuan siswa memecahkan masalah. Secara umum, pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan pmbelajaran yang berorientasi kepada siswa (student-centred approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher-centred approach).

Pendekatan yang seyogianya diimplementasikan oleh guru ialah pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student-centred approach). Untuk mampu merealisir harapan tersebut seorang guru perlu memahami berbagai aspek yang berkaitan denganpendekatan dan model pembelajaran tersebut.

(2)

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berwujud dalam aneka ragam kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati seperti membaca, menulis, medengarkan, bertanya, menjawab, mengamati mendemonstrasikan dan mengukur. Sampai kepada kegiatan psikis (mental) yang sulit diamati seperti menggunakan khasanah pengetahuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyatakan gagasan dengan bahasa sendiri, menyimpulkan hasil eksperimen, merangkum intisari dari suatu uraian dan sebagainya.

Kreativitas dalam rangka CBSA menunjuk kepada keaktivan mental mesipun mewujudkan maksud tersebut, dalam banyak hal mempersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk kegiatan (keaktivan) fisik. T. Raka Joni (1993) mengingatkan bahwa CBSA adalah suatu pendekatan bukan suatu metode atau teknik mengajar …. Pendekatan Cara Belajar Siwa Aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang pada dasarnya melihat kegiatan belajar sebagai pemberian makna secara kontovistik terhadap pengalaman oleh pebelajar dan dengan dituntut azaz Tut Wuri Handayani, pegendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakarsa dan tanggung jawab belajar kea rah belajar sepanjang hayat.

Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalan pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibata fisik apabila diperlukan.

2. Rasional CBSA

(3)

karakteristik manusia dan masyarakat masa depan Indonesia yang dikehendaki.

Seperti yang telah diketahui bahwa kini kita telah memasuki ambang masyarakat belajar yaitu masyarakat yang menghendaki pendidikan seumur hidup. Proses pembelajaran di sekolah seyogianya mengemban misi utama yaitu membelajarkan peserta didik sehingga pada saatnya nanti peserta didik memiliki kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari pendidikan seumur hidup.

Bertolak pada pemikiran yang terkandung dalam onsepsi pendidikan seumur hidup, tujuh utuh pendidikan, dan karateristik manusia dan masyarakat masa depan Indonesia, maka penerapan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan yang segera harus diwujudkan.

3. Prinsip-Prinsip dan Indikator Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Dalam penerapan CBSA terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan sekaligus diwujudkan baik yang menyangkut siswa yang belajar maupun guru yang mengelola prinsip pembelajaran.

a. Penyediaan pijakan dan tuntunan kognitif oleh guru. b. Kegiatan belajar-mengajar yang beraneka ragam dari guru.

c. Pemberian kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna mengakaji, berlatih/menghayati isi kurikulum.

d. Berusaha memenuhi kebutuhan individu siswa.

e. Guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi belajar-mengajar.

f. Guru mengecek pemahaman siswa. g. Guru member balikan/respon.

(4)

a. Prakarasa siswa dalam proses belajar-mengajar.

b. Keterlibatan mental siswa dalam proses belajar-mengajar. c. Peranan guru ditekankan sebagai fasilitator.

d. Belajar eksperiensial.

e. Kekayaan variasi metode dan media dalam proses belajar-mengajar. f. Kualitas dan variasi interaksi dalam proses belajar-mengajar.

B. PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (PKP) 1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)

Pendekatan keterampilan proses, menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Maka dapat disimak bahwa PKP bukanlah tindakan instruksional yang berada di luar kemampuan siswa, tetapi PKP justru berfungsi mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki siswa.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan keterampilan proses menekankan pada upaya membeajaran siswa bagaimana belajar. Upaya ini tentu saja mempersyaratkan tingkat keterlibatan yang optimal dari siswa dalam proses belajar.

2. Jenis Keterampilan dalam KTP

Deskripsi singkat dari setiap jenis keterampilan tersebut, adalah sebagai berikut :

a. Keterampilan Dasar (Basic Skills) 1) Mengamati

2) Mengklasifikasi 3) Mengkomunikasikan 4) Mengukur

(5)

6) menyimpulkan

b. Keterampilan-Keterampilan Terintegrasi 1) Mengenali variabel

2) Membuat table data 3) Membuat grafik

4) Menggambarkan hubungan antar variabel 5) Mengumpulkan dan mengolah data 6) Menganalisis penelitian

7) Menyusun hipotesis 8) Mendefenisikan variabel 9) Merancang penelitian 10) Bereksperimen

C. PENDEKATAN PAKEM

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Pendekatan PAKEM

Secara operasional, pendekatan PAKEM diartikan sebagai pendekatan pembelajaran dengan setting yang didesain untuk member peluang bagi keterlibatan aktif siswa secara aktif dan bagi pengembangan kreativitas siswa, dalam kondisi dan suasana pembelajaran yang menyenangkan menuju pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif. Dari segi terminologi, PAKEM adalah singkatan dari Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

Deskripsi dari kelima unsure PAKEM tersebut adalah sebagai berikut : a. Unsur P sebagai representasi dari kata Partisipatif, yang berarti bahwa

dalam pembelajaran harus meningkatkan partisipasi siswa.

b. Unsur A sebagai representasi dari Aktif yang mengandung makna bahwa pembelajaran harus mengarah kepada pemberian peluang keterlibatan aktif siswa.

(6)

sehingga dapat memberi peluang bagi berkembangnya kreativitas siswa.

d. Unsur E representasi dari kata Efektif dan megandung arti bahwa dalam proses pembelajaran haruslah efektif sehingga dapat mencapai tujuan yang ada.

e. Unsur M representasi dari kata Menyenangkan, yang berarti bahwa dalam proses belajar-mengajar haruslah dilaksanakan dan dikelola dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan.

2. Penerapan PAKEM dalam Pembelajaran

Donald, J. Treffinger (Rokhmat Wahab & Solehuddin, 1998/1999) mengemukakan sejumlah pegalaman belajar yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mendukung pengembangan kreativitas, yaitu :

a. Menciptakan tugas yang dikehendaki anak.

b. Kegiatan pembelajaran hendaknya didasari oleh rasa ingin tahu siswa (curiosity).

c. Penciptaan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sensivitas anak terhadap berbagai masalah dan tantangan.

d. Perlu ditegakkan pengalaman belajar yang memberikan kelonggaran anak untuk melakukan elaborasi dalam berpikir dan pengembangan kemampuan berpikir divergen.

e. Selama proses pembelajaran hendaknya dihindari perilaku judgmental dari guru, sebaliknya perlu dikembangkan sikap apresiatif.

f. Pengalaman beajar yang diberikan kepada anak, hendaknya memungkinan anak bebas melaakukan eksperimen.

g. Kegiatan pembelaajaran yang positif.

h. Selama proses pembelajaran, anak-anak perlu dihadapkan pada persoalan riel dalam kehidupan sehari-hari.

(7)

D. PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL 1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual

Secara historis, kelahiran pembelajaran kontekstual berakar pada dua lata belakang, yaitu:

a. Latar Belakang Filosofis

Pembelajaran kontekstual dari filsafat pengetahuan konstruktivisme yang berpandangan bahawa pengetahuan kita dalah bentukan kita sendiri, bukanlah tiruan dari kenyataan.

b. Latar Belakang Psikologis

dari sudut psikologis, pembelajaran kontekstual berladaskan Psikologis Kognitif. Secara umum, teori kognitif memandang bahwa proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Beberapa teori belajar dari aliran Psikologis Kognititf yang mendukung Pembelajaran Kontekstual adalah :

1) Teori Perkembangan Kognitif dari Piaget 2) Teori Fress Discovery Learning dari Brunner 3) Teori Belajar Bermakna dari Ausubel

2. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontestual adalah suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan keadaan yang ada dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong anak didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota dari keluarga dan masyarakat.

Pembelajaran kontekstual setidaknya memiliki enam karakteristik utama, yaitu :

a. Keterkaitan (relating)

b. Pegalaman Langsung (excperiencing) c. Aplikasi (applying)

(8)

e. Pengaturan Diri (self-regulating)

f. Assesmen Autentik (authentic assessment)

3. Komponen Pembeajaran Kontekstual

Sebagai suatu pendekatan, pembelajaran kontekstual memiliki komponen yang sering disebut azaz. Komponen-komponen tersebut yaitu :

a. Konstruktivisme (Constructivisme) b. Menemukan (Inquiry)

c. Bertanya (Questioning)

d. Masyarakat Belajar (Learning Community) e. Pemodelan (Modelling)

f. Refleksi (Reflection)

g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

E. PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK 1. Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Implemetasi pembelajaran tematik dilator beakangi oleh tiga landasan yaitu landasan fisolofis yang memandang bahwa pembelajaran perlu ditekanan pada pembentukan kreativitas dengan melihat pengalaman lansung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran.

Yang kedua, landasan psikologis diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang akan diberikan kepada siswa sementara psikologi belajar memberikan kontribusi bagaimana isi/ materi pembelajaran tematik diberikan dan bagaimana siswa mempelajarinya.

Yang terakhir landasan yuridis, yaitu UU No. 22 tentang Perlindungan Anak Pasal 9 dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdikanas Bab V Pasal 6.

(9)

Pembelajaran Tematik adalah Pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Kemudian, adapun karakteristik pembelajaran tematik yaitu :

a. Berpusat pada siswa

b. Memberikan pengalaman langsung

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas d. Menyajiakan konsep dari berbagai mata pelajaran e. Bersifat fleksibel

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa g. Mengguanakn prinsip sambil bermain dan menyenangkan

3. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik

Dalam penerapan pembelajaran tematik terdapat beberapa rambu yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan

b. Dimungkinkan terjadinya penggabungan kompetensi dasar lintas semester

c. Dasar yang tidak dapat dipadukan jangan dipaksa untuk dipadukan d. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan, dibealjarkan secara

tersendiri

e. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu, harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri

f. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penanaman nilai moral

g. Tema-tema yang dipilih baiknya sesuai dengan karakteristik siswa lingkungan dan daerah setempat

(10)

Tema adalah pokok pikiran atau gagasan yang menjadi pokok pembicaraan. Dalam konteks pembelajaran di SD tersedia berbagai jenis tema yang dapt dipilih, yaitu diri sendiri, transpotasi, keluarga, lingkungan, kesehatan, kebersihan dan keamanan, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala alam dan peristiwa, pekerjaan, Negara, rekreasi dan alat komunikasi.

5. Prinsip Pemilihan Tema

Dalam pemilihan tema yang akan digunakan, hedaknya memperhatikan prisip berikut :

a. Kedekatan b. Kesederhanaan c. Kemenarikan d. Kekonkritan

e. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

6. Alokasi Waktu Pembelajaran Tematik

Alokasi waktu yang tersedia untuk pembelajaran tematik adlah 27 jam pelajaran dalam seminggu, dengan jatah waktu untuk masing-masing mata pelajaran adalah sebagai berikut :

a. 15 % untuk agama

b. 50 % untuk membaca, menulis, dan menghitung

c. 35 % untuk Pendidikan Kewarganegaraan, IPS, Pengetahuan Alam, Kertakes dan Penjaskes

Perlu diketahui bahwa untuk kelas I, II dan III tidak dikenal penjadwalan mata pelajaran.

7. Tahap Persiapan Pelaksanaan Pembeajaran Tematik

Persiapan pelaksanaan pembelajaran tematik terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

(11)

c. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

F. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)

1. Pengertian dan Tjuan Pembelaajaran Kooperatif

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran kelompok kecil (yang beranggotakan 3/4-5/6 orang) yang menekankan/mempersyaratkan kerja sama (kolaborasi) serta tanggung jawab individual setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas bersama, sehingga setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Menurut Nur Asma (2006) pembelajaran kooperatif bertujuan untuk : a. Pencapaian hasil belajar

b. Penerimaan terhadap keragaman c. Pengembangan keterampilan sosial

Jadi, pembelajaran kooperatif sapat menumbuhkan rasa solidaritas dan meningkatkan hubungan sosial sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa melalui kreativitas bersama.

2. Unsur-Unsur/Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa untuk tercapainya pembelajaran kooperatif secara efektif dan efesien setidaknya mempersyaratkan unsure/prinsip pokok yaitu sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif b. Interaksi tatap muka

c. Tanggung jawab individual

(12)

3. Sintaks (langkah-langkah) Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, dkk (2010:10) prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas enam tahap,yaitu sebagai berikut:

a. Tahap penyampain tujuan dan memotivasi siswa b. Tahap menyajikan infromasi

c. Tahap mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar d. Tahap membimbing kelompok belajar

e. Tahap evaluasi

f. Tahap memnerikan penghargaan

Keenam tahap ini berlaku untuk semua tipe/ragam pembelajaran kooperatif

4. Jenis/Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

Dalam berbagai literatur, beberapa ahli mengemukakan berbagai model/tipe pembelajaran kooperatif. Secara umum jenis/tipe tersebut terbagi menjadi lima, yaitu berikut uraiannya masing-masing:

a. Tipe Stuent Team Achievement Division (STAD)

Model pmbelajaran tipe STAD menurut Slavin (1995) merupakan pembelajaran dengan menempatkan siswa dalam kelompok belajar beranggotakan 4/5 orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akaemik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berpartisipasi tinggi, sedang dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, pembelajaran tipe STAD terbagi atas enam tahap yaitu:

1) Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen.

2) Guru menyajiakan pelajaran.

(13)

4) Guru member kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa 5) Member evaluasi

6) Penghargaan

b. Tipe Jigsaw

Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aroson dan koleganya fi Universitas Texas, kemudian Slavin di Universitas John Hopkins. Jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti gergaji ukir, patterns, pola-pola mozaik, puzzle dan sebagainya. Sehingga jigsaw diartikan sebagai tipe pembelajaran dengan pelaksanaannya mengikuti cara kerja sebuah gergaji yaitu dengan cara siswa/anggota kelompok melakukan kegiatan atau mengerjakan tugasnya (membaca dan berdiskusi) dengan cara berpindah (bolak-balik) dari kelompok asal menuju kelompok pakar kemudian balik lagi ke kelompok asal.

Berdasarkan beberapa variasi penerapan tipe ini di lapangan, maka tahapannya dapat dikelompokkan menjadi 7 tahap utama, yaitu: 1) Membagi siswa di kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil yang

bersifat heterogen (asal) 4-6 orang.

2) Setiap kelompok diberi tugas parallel, sementara setiap anggota dalam kelompok diberi tugas komplementer.

3) Membaca/memahami isi teks/naskah dan mengerjakan tugas. 4) Diskusi kelompok ahli (pakar).

5) Presentasi/penyajian kelompok dalam kelompok asal. 6) Evaluasi (penilaian) secara individual.

7) Penghargaan

c. Think-Pair-Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi)

(14)

Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Penerapan tipe ini telah menekankan pada pemberian kesempatan/waktu berpikir yang lebih banyak bagi para siswa untuk saling membantu dan merespon pertanyaan yang dihadapkan kepadanya.

Beberapa ahli menyatakan bahwa pembelajaran tipe TPS terbagi ke dalam 3 tahap, yaitu:

1) Berpikir (Thingking) 2) Berpasangan (Pairing) 3) Berbagi (Share)

d. Tipe Numbered Head Together (Penomoran Kepala/Berpikir Bersama)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Tipe ini menggunakan nomor sebagai identitas penanda bagi setiap anggota dalam tiap kelompok. Menekankan pada penciptaan struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa untuk membuat pembelajaran lebih menarik, dan dimaksudkan sebagai salah satu alternative untuk mereview kembali dan mengecek sejauh mana siswa memahami isi pelajaran.

Beberapa ahli merumuskan pembelajaran NHT menjadi empat llangkah pokok, yaitu :

1) Penomoran (Numbering)

2) Pengajuan Pertanyaan (Questioning) 3) Berpikir Bersama (Head Together) 4) Pemberian Jawaban (Answering)

e. Team Games Tournaments (TGT)

(15)

dan selanjutnya setiap kelompok dipertandingkan seminggu sekali untuk menguji kemampuan mereka dengan mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya.

TGT pada dasarnya memiliki lima langkah-langkah yaitu : 1) Penyajian kelas.

2) Belajar dalam kelompok-kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang dengan anggota yang heterogen.

3) Permainan (games) berupa pertanyaan-pertanyaan oleh guru. 4) Turnamen pada akhir minggu melalui lembar presentasi tiap

kelompok.

5) Pernghargaan kelompok (team recognize).

G. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

1. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

(16)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimak bahwa pembelajaran berbasis masalah setidaknya memiliki 3 ciri utama, yaitu (a) pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran dalam arti bahwa didalam penerapannya melibatkan sejumlah kegiatan yang harus melibatkan sejumlah siswa didalamnya, seperti aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan kemudian menyimpulkannya, (b) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah dalam arti menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, dan (c) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah.

2. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

(17)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sintaks dari model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) terdiri atas enam tahap yaitu:

a. Tahap muncul/adanya masalah actual yang berasal dari lingkungan hidup siswa sehari-hari yang disadari oleh siswa sebagai masalah yang membutuhkan penyelesaian.

b. Tahap merumuskan masalah sehingga ada kejelasan dan kesamaan persepsi tentang hakikat masalah dan sekaligus sebagai dasar untuk menetapkan jenis data yang akan dikumpul untuk digunakan sebagai dasar dalam memecahkan masalah.

c. Tahp merumuskan hipotesis dalam bentuk perumusan kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan yang diasumsikan dapat menyelesaikan masalah.

d. Tahap mengumpulkan data melalui teknik dn instrument pengumpul data yang tepat.

e. Menguji hipotesis dengan memanfaatkan data yang berhasil dikumpulkan sebagai dasar pengambilan kesimpulan.

(18)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pendekatan dan model pembelajaran merupakan cara sistematis yang dipilih untuk dan dapat memacu semangat setiap siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan sekaligus diharapkan dapat mengembangkan keterampilan siswa serta dapat berpikir secara rasional dan juga kritis. Seperti yang telah diketahui, terdapat beberapa pendekatan dan model pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, yaitu Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif, Pendekatan Keterampilan Proses, Pendekatan PAKEM, Pendekatan Kontekstual, Pendekatan Kontekstual, Pendekatan Pembelajaran Tematik, Model Pembelajaran Kooperatif, dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penilaian prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala di lingkungan Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan Daerah,

Suatu lokasi yang akan dit etapkan untuk pusat pemerintahan juga memiliki konsep yang sama dengan pusat pelayanan, yaitu lokasi tersebut harus memenuhi kriteria most accessible

Untuk citra ETM+ Gayo Lues ditetapka kelas objek hutan alam, hutan rakyat, pemukiman, tanah terbuka dan badan air, untuk Distrik I.. diambil 3 kelas objek yaitu hutan alam, HTI dan

dengan mana-mana peruntukan Bahagian II adalah melakukan suatu kesalahan dan hendaklah dihukum denda tidak melebihi satu ribu ringgit atau penjara tidak melebihi

Pasal 13 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menentukan bahwa perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak-pihak yang tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan

Model kinetika etanolisis minyak jarak kepyar mengikuti model reaksi penyerangan ketiga gugus asam lemak secara satu per satu dengan tetapan reaksi penyerangan gugus primer ( k p

Ketiga tabel di atas terlihat bahwa prevalensi serangan masing-masing jenis parasit pada lokasi III adalah yang paling parah, hal ini berbanding lurus dengan nilai dari faktor