• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM PEMBELAJARAN DENGAN EFIKASI DIRI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA Ika Febrian Kristiana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM PEMBELAJARAN DENGAN EFIKASI DIRI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA Ika Febrian Kristiana"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENDEKATAN

ANDRAGOGI DALAM PEMBELAJARAN DENGAN EFIKASI DIRI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA

Ika Febrian Kristiana

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro ika.f.kristiana@gmail.com

Abstrak

Mahasiswa sebagai individu dewasa diharapkan memiliki keyakinan diri terutama keyakinan diri terhadap keputusan karirnya (Efikasi diri pengambilan keputusan karir) sehingga akan membantu kesuksesan karir di masa depan sebagai salah satu tugas perkembangan individu dewasa. Sebagai individu dewasa yang mengikuti proses pendidikan, tentu harus diperhatikan dan dipenuhi kebutuhan belajarnya. Pendekatan andragogi merupakan pendekatan pembelajaran yang mencoba mengakomodasi kebutuhan belajar dengan memperhatikan karakteristik peserta didik dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan tujuan melihat hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap pendekatan andragogi dalam pembelajaran di pendidikan tinggi dengan efikasi diri pengambilan keputusan karirnya. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun ke-3 sebanyak 50 mahasiswa yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan nilai r (korelasi) -0,161 dengan nilai p 0,264 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi terhadap pendekatan andragogi dalam pembelajaran dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir pada mahasiswa. Temuan penelitian ini menjadi menarik karena dapat menjadi autokritik dan pertimbangan dalam perbaikan sistem pembelajarn di level pendidikan tinggi.

Kata kunci: Efikasi diri pengambilan keputusan karir, pendekatan andragogi, pendidikan tinggi

Globalisasi yang berarti keterbukaan interaksi tanpa batas wilayah dan

geografis yang jelas, berdampak pada perubahan tuntutan terhadap manusia.

Tuntutan dalam penguasaan bidang pengetahuan dan berbagai teknologi kehidupan

yang otomatis dan mau tidak mau menuntut manusia untuk semakin memiliki

kesiapan kognitif, afeksi, dan ketrampilan. Langkah yang terbaik untuk dipikirkan

adalah bagaimana kita dapat tetap survive dalam globalisasi. Realitas ini

mengungkapkan bahwa dengan kata lain peningkatan kemampuan individu (kognitif,

afeksi, maupun ketrampilan) menjadi syarat untuk dapat survive dan memperoleh

kehidupan yang lebih sejahtera. Survive dalam globalisasi sangat berkaitan dengan

(2)

Sumber daya manusia yang unggul akan dapat survive, atau malah dapat

memanfaatkan fenomena globalisasi menjadi suatu kekuatan yang sangat dahsyat.

Begitu sebaliknya, sumber daya manusia yang lemah hanya akan tertindas dan

merasakan kesulitan hidup karena tidak dapat bersaing dengan yang lainnya dalam

menghadapi tantangan hidup. Tantangan hidup yang ada hanya dapat dilalui oleh

mereka yang memiliki ketangguhan dan keyakinan untuk menaklukkannya.

Keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengontrol lingkungan dan

mengarahkan perilakunya mencapai kesuksesan disebut dengan efikasi diri atau self

efficacy.

Lebih dari itu, Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan

modal bagi seseorang untuk mengontrol dan berdampak pada perubahan perilaku

yang lebih sehat. Efikasi diri juga menjadikan seserang semakin tertantang dan

menyukai tantangan (DeVellis & DeVellis, 2000). Salah satu tantangan yang

membutuhkan keyakinan diri untuk menaklukannya adalah persaingan dalam

memperoleh pekerjaan. Pilihan pekerjaan dan karir yang akan ditekuni ditengah

kondisi saat ini menuntut seseorang untuk memiliki kemampuan dan keberanian

dalam membuat keputusan atas karirnya. Keputusan karir yang dibuat tentunya

membutuhkan keyakinan individu yang bersangkutan akan kemampuan-kemampuan

yang dimiliki berkaitan dengan bagaimana menjalani karir yang nanti dipilih. Lebih

lanjut keyakinan ini disebut dengan Efikasi diri pengambilan keputusan karir.

Taylor dan Betz mengadaptasi efikasi diri pengambilan keputusan karir dari

konstruk efikasi diri Bandura, yang secara khusus didefinisikan sebagai kepercayaan

individu terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas pengambilan

keputusan karir secara efektif (dalam Swanson& D’Archiadi, 2005). Hackett dan Betz

adalah yang pertama menyelidiki dan mengembangkan peran efikasi diri dalam

proses pengembangan karir (Roger, Flores, dan Navarro, 2005). Penelitian mereka

mengenai penerapan efikasi diri dalam bidang pengembangan karir dilakukan pada

tahun 1981. Penelitian tersebut mencoba untuk meneliti persepsi siswa terhadap

efikasi diri mereka terkait dengan persyaratan pendidikan dan tugas-tugas pekerjaan

yang dikenal secara umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan

efikasi diri kerja antara laki-laki dan perempuan ketika tradisionalitas pekerjaan

diperhitungkan.

Pendidikan adalah sarana yang mampu mengakomodir kebutuhan akan

peningkatan sumber daya yang dimaksud. Pendidikan tinggi atau yang lebih dikenal

dengan perguruan tinggi menjadi pilihan yang tidak sedikit diminati dan menjadi

harapan bagi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan formal. Pendidikan yang

(3)

mempengaruhi efikasi diri pengambilan keputusan karir peserta didik. Pendidik

memiliki peran sebagai motivator dan fasilitator dalam meningkatkan proses

pendidikan. Motivasi dari pendidik yang diberikan melalui persuasi verbal misalnya

merupakan salah satu sumber efikasi diri pengambilan keputusan karir bagi

mahasiswa dapat menjadi sumber efikasi diri pengambilan keputusan karir bagi

mahasiswa (Bandura dalam Alwisol, 2008). Ketika individu percaya terhadap

pemberi persuasi, efikasi diri dapat meningkat, sebaliknya apabila individu tidak

percya terhadap pemberi materi maka efikasi diri dapat melemah.

Individu-individu yang memilih melanjutkan ke perguruan tinggi memiliki

rata-rata usia normal dan formal antara 18-25 tahun. Mereka selanjutnya disebut dengan

mahasiswa. Mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun termasuk dalam kategori

rentang usia dewasa (Santrock, 2004). Sebagai peserta didik yang berusia dewasa

tentu memiliki karakteristik dan kebutuhan belajar yang berbeda dibandingkan

dengan anak-anak. Pemahaman dan pengakuan terhadap hal tersebut membawa

konsekuensi yang berbeda dalam proses pembelajaran. Bagaimana membelajarkan

mahasiswa yang notabene adalah individu dewasa seharusnya memiliki metode dan

cara-cara tersendiri. Metode yang khas disertai cara/strategi merupakan esensi dari

sebuah paradigm/pendekatan. Pendekatan yang berisikan metode serta cara/strategi

dalam membelajarkan orang dewasa yaitu pendekatan andragogi.

Andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dalam usaha

membantu orang dewasa belajar (Knowles, dalam Sugiyanto, 2003). Atmaja dalam

modul pendidikan orang dewasanya (1986) memberikan definisi andragogi sebagai

usaha atau seni dalam membimbing orang dewasa untuk belajar. Orang dewasa

sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi

maupun pendidikan orang dewasa yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari

peserta didik bukan kegiatan mengajar guru (Arif, 1990). Berdasarkan definisi

andragogi di atas bahwa penerapannya dalam pembelajaran tidak lain merupakan

kontrak bersama antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik dalam hal ini

mahasiswa merupakan individu dewasa yang memiliki kemampuan memahami dan

mengatur diri tentu menginginkan suasana belajar yang kondusif dan mampu

mengakomodasi kebutuhan belajar mereka.

Efikasi diri pengambilan keputusan karir

Betz (2001) menyatakan bahwa konsep efikasi diri mengacu pada perilaku

yang khusus . Penelitian terhadap dewasa muda menyatakan bahwa efikasi diri

memegang peranan kunci dalam perkembangan dan pencarian pekerjaan (Bandura

(4)

mengembangkan peran efikasi diri dalam proses pengembangan karir (Roger,

Flores, dan Navarro 2005).

Taylor dan Betz mengadaptasi efikasi diri pengambilan keputusan karir dari

konstruk efikasi diri Bandura, yang secara khusus didefinisikan sebagai kepercayaan

individu terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas pengambilan

keputusan karir secara efektif (dalam Swanson& D’Archiadi, 2005).

Betz (2001) mengemukakan bahwa dasar konstruksi skala CDMSE (Career

Decision Making SelfEfficacyScale) adalah lima kompetensi pemilihan karir (Career

Choice Competencies) yang dikemukakan oleh Crites, yaitu :

1. Penilaian diri yang akurat :

2. Mengumpulkan informasi tentang pekerjaan

3. Pemilihan tujuan-tujuan karir

4. Membuat rencana untuk masa depan

5. Pemecahan masalah

Bandura (dalam Alwisol, 2008) menjelaskan bahwa efikasi diri atau keyakinan

diri dapat diperoleh, diubah, atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi dari 4

hal berikut ini: a). Pengalaman akan kesuksesan; b). Pengalaman individu lain

(pengalaman vikarius); c). Persuasi verbal; d).Keadaan emosi

Pendekatan Andragogi

Ingals (dalam Sugiyanto, 2003) memberikan batasan bahwa pendidikan

orang dewasa adalah suatu pendekatan dalam proses belajar orang dewasa.

Knowles (dalam Sugiyanto, 2003) memberikan pengertian tentang pendidikan orang

dewasa yaitu pengetahuan dan teknik untuk membantu orang dewasa belajar.

Pemaparan diatas merujuk pada kesimpulan bahwa andragogi dan pendidikan orang

dewasa merupakan istilah yang sama. Namun, karena orang dewasa sebagai

individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi maupun

pendidikan orang dewasa yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari peserta

didik bukan kegiatan mengajar guru (Arif, 1990).

Andragogi pada dasarnya menggunakan asumsi-asumsi (dalam Arif, 1990,)

sebagai berikut : a). seseorang tumbuh dan matang konsep dirinya bergerak dari

ketergantungan total menuju ke arah pengarahan diri sendiri; b). sebagaimana

individu tumbuh matang akan mengumpulkan sejumlah besar pengalaman dimana

hal ini menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada waktu

yang sama memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru; c).

orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan tingkatan perkembangan

(5)

pimpinan suatu organisasi dan lain-lain; d). orang dewasa berkecenderungan

memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan masalah kehidupan

(problem centered orientation).

Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir/ tahun ke-3

(angkatan 2009) yang berjumlah 184 mahasiswa di Fakultas Psikologi. Teknik

sampling dilakukan dengan random sampling (Sugiyono, 2005). Adapun jumlah

subyek dalam penelitian ini sebanyak 50 mahasiswa.

Pengumpulan data 2 skala psikologi yaitu skala persepsi terhadap

pendekatan andragogi dalam pembelajaran dan skala Efikasi diri pengambilan

keputusan karir. Skala efikasi diri pengambilan keputusan karir terdiri atas 54 aitem

reliabilitas alpha cronbach = 0,889 dan rentang daya beda antara 0,42 s/d 0,64.

Skala persepsi terhadap pendekatan andragogi dalam pembelajaran terdiri

dari 32 aitem dengan reliabilitas alpha cronbach = 0,89 dan rentang daya beda aitem

(6)

Hasil Penelitian

Dari hasil uji statistic dengan uji korelasi pearson, diperoleh :

Correlations

[DataSet0]

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

persepsi andragogi 91.9800 10.30056 50

efikasi diri karir 63.9400 3.33448 50

Correlations

persepsi

andragogi efikasi diri karir

persepsi andragogi Pearson Correlation 1 -.161

Sig. (2-tailed) .264

N 50 50

efikasi diri karir Pearson Correlation -.161 1

Sig. (2-tailed) .264

N 50 50

Nonparametric Correlations

[DataSet0]

Correlations

persepsi

andragogi efikasi diri karir

Spearman’s rho persepsi andragogi Correlation Coefficient 1.000 -.142

Sig. (2-tailed) . .326

N 50 50

efikasi diri karir Correlation Coefficient -.142 1.000

Sig. (2-tailed) .326 .

N 50 50

Nilai r (korelasi) = -0,161 dengan nilai p (p value/signifikansi) = 0,264 >

0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti : Tidak ada hubungan antara

persepsi terhadap Pendekatan Andragogi dalam Pembelajaran dengan Efikasi diri

pengambilan keputusan karir pada mahasiswa angkatan 2009 Fakultas Psikologi

(7)

Tabel 1 : Rentang Nilai dan Kategorisasi Persepsi terhadap Pendekatan Andragogi :

Rumus Interval Rentang

Interval Kategori skor Jumlah

X < u – 1,5 SD X < 76 Sangat Negatif 5

u – 1,5 SD < X < u – 0 SD 76 < X < 91 Negatif 29

u – 0 SD < X < u + 1,5 SD 91 < X < 106 Positif 11

u + 1,5 SD < X 106 < X Sangat Positif 5

Tabel 2 : Rentang Nilai dan Kategorisasi Efikasi diri pengambilan keputusan karir

Mahasiswa :

Rumus Interval Rentang Interval Kategori skor Jumlah

X < u – 1,5 SD X < 58,5 Sangat Negatif 3

u – 1,5 SD < X < u – 0 SD 58,5 < X < 63 Negatif 14

u – 0 SD < X < u + 1,5 SD 63 < X < 67,5 Positif 26

u + 1,5 SD < X 67,5 < X Sangat Positif 7

Berdasarkan kategorisasi hasil respon subyek, dapat dilihat bahwa 54%

subyek mempersepsikan pendekatan andragogi dengan negatif. Artinya, sebagian

mahasiswa angkatan 2009 sebagai subyek penelitian menganggap dan merasakan

bahwa pendekatan andragogi belum dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Pendekatan andragogi dalam pembelajaran menuntut beberapa hal antara

lain: menekankan kemandirian konsep diri dan penghargaan sebagai manusia yang

dapat mengarahkan diri sendiri dalam belajar; menjadikan pengalaman individu

dewasa menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada waktu yang sama memberikan

dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru; menekankan pada kesiapan

belajar karena kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran sosialnya;

pembelajaran memiliki orientasi yang berpusat pada pemecahan masalah kehidupan

(problem centered orientation) (dalam Arif, 1990).

Apabila diperhatikan dari keseluruhan aspek pendekatan andragogi di atas,

dosen berperan sebagai pendidik dengan memfasilitasi bagaimana agar

aspek-aspek dari pendekatan andragogi dapat terlaksana. Dalam hal ini, dosen dan

mahasiswa adalah rekan dalam belajar. Sebagai pendidik orang dewasa, dosen

tidak hanya melaksanakan pembelajaran dengan teknik satu arah melainkan selalu

melibatkan mahasiswa dalam setiap proses pembelajaran mulai dari perencanaan

sampai evaluasinya. Lebih dari sekedar teknik, dosen juga dituntut untuk memahami

(8)

adalah individu usia dewasa. Selain itu, motivasi dan perhatian yang bersifat

nonmaterial juga sangat dibutuhkan oleh peserta didik dewasa selanjutnya

menumbuhkan keyakinan dirinya dengan tetap memperhatikan karakteristik mereka

yang mandiri. Sebagaimana diungkapkan Wentzel bahwa siswa (remaja)

mendapatkan keuntungan dari guru yang perhatian dan mendukung, yaitu guru yang

mengenali kekuatan dan kelemahan siswa, memperlakukan siswa sebagai individu,

serta bersedia mendengarkan siswa. Siswa membutuhkan lingkungan belajar yang

menantang secara intelektual dan mendukung perkembangan serta pengalaman

individu (Wentzel, dalam Schunk dan Meece. 2006). Hal tersebut didukung dengan

pernyataan Santrock (2003, hal.486) bahwa sekolah, guru, dan pembimbing

memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan karir siswa.

Kesimpulan Dan Diskusi

Mahasiswa sebagai status memberikan kesempatan bagi siswa lulusan SMA

sebagai individu remaja saat itu untuk mempersiapkan diri memasuki kehidupan

dewasa dan menerima peran, serta tanggung jawab baru. Pendidikan tinggi sudah

seharusnya mampu mengakomodasi hal tersebut salah satunya dengan

menciptakan suasana dan kondisi pembelajaran yang sesuai.

Efikasi diri pengambilan keputusan karir yang positif pada sebagian besar

subyek penelitian ternyata tidak dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap

pendekatan andragogi dalam proses pembelajaran yang selama ini mereka ikuti.

Kenyataan ini sangat disayangkan dan cukup menjadi bahan pertimbangan bagi

penyelenggara pendidikan tinggi. Selebihnya, dapat menjadi saran bagi pendidikan

tinggi untuk merancang sistem pembelajaran yang semakin mengakomodasi

kebutuhan peserta didik sebagai individu dewasa sehingga lulusan mereka nantinya

adalah lulusan yang benar-benar siap menerima dan menampilkan peran-peran

orang dewasa di masyarakat. salah satunya mendapatkan pekerjaan dan jenjang

(9)

Daftar Pustaka

Alwisol. (2008).Psikologi kepribadian. Malang : UMM Press.

Asmin. 2003. Konsep dan metode pembelajaran untuk orang dewasa (andragogi).

Jurnal penelitian Pendidikan. Diakses 4 Februari 2003 dari

URL:http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/34/konsep_dan_metode_pembelajara

n.htm

Atmaja, B.S. (1986).Modul pendidikan orang dewasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action. Englewood Cliffs, NJ:

Prentice Hall.

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavior change.

Psychology Review, 84, 191-215.

Bandura, A. (1977).Social learning theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Bandura, A. (1982). Self-efficacymechanism in human agency. Journal of American

Psychologist37(2):122–147.

Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive

Theory, Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs, NJ.

Bandura, A. (1993).Perceived self-efficacy in cognitive development and functioning.

Educational Psychologist 28(2): 117–149.

Bandura, A. (1997).Self-efficacy: The exercise of control. New York: Freeman.

Betz, N.E. (2001). Career self efficacy, 55-77. Dalam Frederick T., Leong, dan Azy

Barak (Ed). Contemporary models in vocational psychology. London:

Lawrence erlbaum associates publishers.

Dancey, C.P., & Reidy, J. (2002). Statistics without maths for psychology using

SPSS for windows 2ed. London: Pearson education

DeVellis, B. M., & DeVellis, R. F. (2000).Self-efficacy and health. In: A. Baum, T. A.

Revenson, & J. E. Singer. (2008). Handbook of health psychology (pp. 235-247).

Mahwah, NJ: Erlbaum.

Gordon, Virginia N. (2007).The undecided college student : an academic and career

advising challenges 3rd. Illinois: Charles C. Thomas publishers.

Gunawan, A.H. (2000). Sosiologi pendidikan: Suatu analisis tentang pelbagai

problem pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hurlock, E.B. (1980).Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan, edisi v. Jakarta: Erlangga.

Lunandi, A. G. (1986). Pendidikan orang dewasa: Sebuah uraian praktis untuk

(10)

Marsidi. (2007). Andragogi sebuah orientasi baru. Diakses tanggal 8 april 2008:

http://elearn.bpplsp-reg5.go.id/?Pilih=news&aGi=lihat&id=14

Santrock, J.W. (2003).Adolescence : Perkembangan remaja edisi keenam. Jakarta :

Erlangga

Santrock, J.W. (2005). Life span development: Perkembangan masa hidup. Jilid II

(Terjemahan A.Chusaeri). Jakarta: Erlangga.

Schunk, D.H., Meece, J.L. (2006). Self efficacy development in adolescence, 71-90.

Dalam F. Pajares, dan T.Urdan (editor). Self Efficacy Beliefs of Adolescent.

Connecticut: Information Age Publishing.

Sudjana, N. (2004).Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.

Sugiyanto. (2003). Dasar-dasar pendidikan orang dewasa (andragogi). Malang:

Lembaga Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Suprijanto. (2007). Pendidikan orang dewasa dari teori hingga aplikasi. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Syah, M. (2004). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Usher, R., Bryant, I. (1989).Adult education as theory practice & Research. London:

Routledge

Usman, U.M. (2003). Menjadi guru profesional, cet. ke-15. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Program Peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan

Mekanisme ini tampaknya terkait dengan perubahan tonus pembuluh darah, yang tergantung pada prostacyclins dan prostanoids vasodilator lainnya Efek Kombinasi tersebut

f. Dua atau tiga kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kemudian diadakan diskusi antar kelompok dengan dipandu oleh guru.. Siswa mengumpulkan hasil

Adapun cara kerja algoritma eigenface adalah dengan menghitung rata-rata pixel dari gambar-gambar yang sudah tersimpan dalam suatu database, dari rata-rata pixel tersebut

Adalah sebuah keniscayaan bahwa masyarakat Indonesia yang berkarakter baik dan terpuji menurut ukuran yang berlaku secara universal didik dan dibangun dengan

dan Trading Volume Activity disekitar masa penawaran ORI seri 002, yang diuraikan dalam penelitian ini dengan judul : ” REAKSI HARGA SAHAM PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PENAWARAN

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara peningkatan ketinggian suhu, lama pembakaran, dan jenis bahan pembentuk campuran beton

Metode analisis data yang digunakan adalah estimasi model regresi dengan menggunakan teknik analis OLS (ordinary least square). Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji