• Tidak ada hasil yang ditemukan

APRESIASI SASTRA NOVEL LA FILLE DE PAPIE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APRESIASI SASTRA NOVEL LA FILLE DE PAPIE"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas ini ditulis untuk memenuhi mata kuliah Apréciation Littéraire

Disusun Oleh :

Muhammad Abdurrohman Auliyak (2311415029)

xoxyle@students.unnes.ac.id

Dosen Pengampu :

Sunahrowi, S.S., M.A

PROGRAM STUDI SASTRA PERANCIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

1 BAB I

PENGANTAR

1.1Apresiasi Sastra

Apresiasi Karya Sastra adalah pembelajaran sastra. Menurut Roestam Effendi dkk.(1998), “Apreasisi adalah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguh-sungguh. Di dalam mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan setelah itu penerapan.” Pengenalan terhadap karya sastra dapat dilakukan melalui membaca, mendengar, dan menonton.

Kesungguhan dalam kegiatan tersebut akan menuju tingkat pemahaman.

Pemahaman terhadap karya sastra akan membuat penghayatan. Indikator yang

dapat dilihat setelah menghayati karya sastra adalah jika bacaan, dengaran, atau

tontonan sedih ia akan ikut sedih, jika gembira ia ikut gembira, begitu seterusnya.

Hal itu terjadi seolah-olah ia melihat, mendengar, dan merasakan dari yang

dibacanya. Ia benar-benar terlibat dengan karya sastra yang digeluti atau

diakrabinya.

1.2Biografi Pengarang

Guillaume Musso lahir pada tahun 1974 in Antibes (Alpes-Maritimes),

Perancis. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, ia pergi ke Amerika

Serikat pada usia 19. Musso menghabiskan beberapa bulan di New York City,

hidup sebagai seorang orang asing muda dan menghasilkan uang dengan cara

menjual es krim. Kemudian ia kembali ke Perancis, memperoleh gelar sarjana

ekonomi, dan mengajar di sekolah menengah atas. Novel pertamanya, Skidimarink,

sebuah thriller yang dibuka dengan pencurian Mona Lisa dari Musée de Louvre, yang dipublisikasikan pada tahun 2001.

Setelah kecelakaan mobil ia menjadi tertarik dengan pengalaman kematian dan

membayangkan sebuah cerita tentang seorang lelaki yang kembali hidup setelah

(3)

2 saat ini. Pada tahun 2011 ia menjadi salah satu penulis yang karyanya paling

banyak terjual dan menjadikannya penulis Bestseller.

Berikut adalah novel yang sudah pernah ditulis oleh Musso. Skidamarink (2001), Et après (2004), Sauve-moi (2005), Seras-tu là? (2006), Parce-que je t’aime (2007), Je Reviens Te Chercher (2008), Que Serais-je sans Toi? (2009), La Fille de Papier (2010), L’Appel de l’angle (2011), 7 ans après (2013), Demain (2013), Central Park (2014), L’instant Présent (2015), La Fille de Brooklyn (2016).

(4)

3 BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENDEKATAN DALAM MENGAPRESIASI SASTRA

Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh

seseorang sewaktu mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam.

Keanekaragaman pendekatan yang digunakan itu dalam hal ini lebih banyak

ditentukan oleh (1) tujuan dan apa yang akan di apresiasi lewat teks sastra yang

dibacanya, (2) kelangsungan apresiasi itu terproses lewat kegiatan bagaimana, dan (3)

landasan teori yang digunakan dalam kegiatan apresiasi. Pemilihan dan penentuan

pendekatan tersebut tentu sangat ditentukan oleh tujuan pengapresiasi itu sendiri.

Bertolak dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi, pembaca dapat

menggunakan sejumlah pendekatan meliputi

1. Pendekatan parafratis

2. Pendekatan emotif

3. Pendekatan analitis

4. Pendekatan historis

5. Pendekatan sosiopsikologis

6. Pendekatan dikdatis

Cerpen Cendrillon yang akan dibahas ini bukanlah cerita asli dari Charles

Perrault, melainkan telah terjadi perubahan karena cerita Cendrillon sekarang

merupakan acuan dari cerita Disney yang menjadi standar cerita dongeng saat ini.

1. Pendekatan parafratis

Pendekatan prafratis adalah startegi pemahaman kandungan makna

dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang

disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang

berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnnya. Tujuan

(5)

4 kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah

memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.

Prinsip dasar dari penerapan pendekatan parafratis pada hakikatnya

berangkat dari pemikiran bahwa gagasan yang sama dapat disampaikan lewat

bentuk yang berbeda, simbol-simbol yang bersifat konotatif dalam suatu cipta

sastra dapat diganti dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung

ketaksaan makna, kalimat-kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra

mengalami pelepasan dapat dikembalikan lagi kepada bentuk dasarnya,

pengubahan suatu cipta sastra baik dalam hal kata maupun kalimat yang

semula simbolik dan eliptis menjadi suatu bentuk kebahasaan yang tidak lagi

konotatif akan mempermudah upaya sesorang untuk memahami kandungan

makna dalam suatu bacaan, dan pengungkapan kembali suatu gagasan yang

sama dengan menggunakan media atau bentuk yang tidak sama oleh seorang

pembaca akan mempertajam pemahaman gagasan yang diperoleh dari

pembaca itu sendiri.

Dari prinsip dasar pada butir 5 itu dapat disimpilkan juga bahwa

penerapan pendekatan parafratis selain untuk mempermudah upaya

pemahaman makna suatu bacaan, juga digunakan untuk mempertajam,

memperluas dan melengkapi pemahaman makna yang diperoleh pembaca itu

sendiri. Sebab itu, dalam pelaknsanaannya nanti, pendekatan parafratis ini,

selain dapat dilaksanakan pada awal kegiatan mengapresiasi sastra, juga dapat

dilaksanakan setelah kegiatan apresiasi berlangsung.

Contoh dari kutipan, sebagai berikut :

Je veux que vous arrêtiez de faire de moi le bouc émissaire de vos bouquins ! Ça vous amuse de faire défiler dans mon lit tous les toquards de la terre ? Ça vous excite de me faire rencontrer des mecs maries dont la femme a perdu tout mystère et qui ne voient en mo que le coup d’un soir pour pimenter leur libido ? Peut-être que ma malchance rassure vos lectrices, mais moi, elle m’épuise et me fait du mal. » (Hal. 134)

(6)

5 setiap orang brengsek di muka bumi ini? Apakah kau menikmati bagian kisah yang menyatukan aku dengan pria yang sudah menikah dan tidak lagi menemukan kegembiraan bersama istrinya, dan yang hanya menganggapku sebagai selingan untuk satu malam? Mungkin nasib burukku membuat para pembaca wanitamu merasa sedikit lebih baik tentang diri mereka, tapi aku sudah lelah dan mati perlahan karenanya.” (Hal. 134)

Di dalam kutipan di atas dapat dipahami bahwa penulis memperjelas

cerita ini lebih emotif dalam monolog cerita tanpa ada kalimat yang

bertele-tele.

2. Pendekatan emotif

Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan

yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan

pembaca. Ajukan emosi itu dapat berhubungan dengan keindahan penyajian

bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang

lucu dan menarik.

Prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi adanya pendekatan emotif

ini adalah pandangan bahwa cipta sastra merupakan bagian dari karya seni

yang hadir diahadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu

memberikan hiburan dan kesenangan. Dan dengan pendekatan emotif inilah

diharapkan pembaca mampu menemukan unsur-unsur keindahan maupun

kelucuan yang terdapat dalam suatu karya sastra.

Sebab itulah dalam pelaksanaannya pendekatan emotif ini pembaca

akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tentang : ada kah unsur-unsur

keindahan dalam cipta sastra yang akan saya baca ini? Bagaimana cara

pengarang menampilkan keindahan itu? Dan bagaimana wujud keindahan itu

sendiri setelah digambarkan pengarangnya? Bagaimana cara pembaca

menemukan keindahan itu ? serta berapa banyak keindahan itu dapat

(7)

6 Selain berhubungan dengan masalah keindahan yang lebih lanjut akan

berhubungan dengan masalah gaya bahasa seperti metafor, simile, maupun

penaraan setting yang mampu menghasilkan panorama yang menarik. Penikmatan keindahan itu juga dapat berhubungan dengan penyampaian cerita,

peristiwa, maupun gagasan tertentu yang lucu dan menarik sehingga mampu

memberikan hiburan dan kesenangan kepada pembaca.

Untuk menemukan dan menikmati cipta sastra yang mengandung

kelucuan, anda tentunya juga harus memilih cipta sastra yang termasuk dalam

ragam-ragam tertentu. Ragam itu misalnya humor, satirik, sarkasme, maupun

ragam komedi.

Berikut kutipan :

“Pourquoi… pourquoi m’infligez-vous des saloperies pareilles dans vos romans?” (Hal. 173)

“Kenapa… Kenapa kau membuatku mengalami semua penderitaan itu dalam novel?” (Hal. 173)

Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa penulis mengajuk pembaca

pada emosninya dalam penderitaan kehidupannya yang dirasa begitu

sengsara.

3. Pendekatan Analitis

Pendekatan analitis merupakan suatu pendekatan yang berusaha

memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan

ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasan, elemen

intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga

mampu membangun adanyan keselarasan dan kesatuan dalam rangkan

membangun totalitas bentuk maupun totalitas makna.

Penerapan pendekatan analitis itu pada dasarnya akan menolong

pembaca dalam upaya mengenal unsur-unsur intrinsik sastra yang secara aktual

telah berada dalam suatu cipta sastra dan bukan dalam rumusan-rumusan atau

(8)

7 memahami bagaimana fungsi setiap elemen cipta sastra dalam rangka

membandung keseluruhannya. Dengan kata lain, pendekatan analitis ini adalah

suatu pendekatan yang bertujuan menyusun sintetis lewat analisis. Lewat

penerapan pendekatan ini diharapkan pembaca pada umumnya menyadari

bahwa cipta sastra itu pada dasarnya diwujudkan lewat kegiatan yang serius

dan terencana sehingga tertanamkanlah rasa penghargaan atau sikap yang baik

terhadap karya sastra.

Dalam kehadiran pendekatan analitis ini, prinsip dasar yang

melatarbelakanginya adalah anggapa bahwa (1) cipta sastra itu dibentuk oleh

elemen-elemen tertentu, (2) setiap elemen dalam cipta sastra memiliki fungsi

tertentu dan senantiasa memiliki hubungan antara yang satu dengan lainnya

meskipun karakteristik masing-masing berbeda, (3) dari adanya ciri

karakteristik setiap elemen itu, maka antara elemen yang satu dengan elemen

yang lain, pada awalnya dapat dibahas secara terpisah meskipun pada akhirnya

setiap elemen itu harus dilengkapi sebagai suatu kesatuan.

Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan analitis ini diawali

dengan kegiatan membaca teks secara keseluruhan. Setelah itu, pembaca

menampilkan beberapa pertyanyaan yang berhubungan dengan unsur-unsur

intrinsik yang membandung cipta sastra yang dibacanya. Setelah itu, pembaca

kembali membaca ulang sambil berusaha menganilis setiap unsur yang telah

ditetapkannya. Dari hasil analisis setiap unsur itu, pembaca lebih lanjut

berusaha memahami bagaimana mekanisme hubungan. Lewat analisis

mekanisme hubungan ini lebih lanjut pembaca menganlisis bagaimana fungsi

setiap elemen itu dalam rangka mewujudkan suatu cipta sastra.

Kegiatan mengapresiasi sastra dengan menerapkan pendekatan analitis

ini dapat dianggap sebagai suatu kerja yang bersifat saintifik karena dalam

menerapkan pendekatan itu pembaca harus berangkat dari landasan teori

tertentu, bersikap objektif dan harus mewujudkan hasil analisis yang tepat,

sistematis, dan diakui kebenarannya oleh umum.

(9)

8 Un jour, j’ai découvert que l’enfer et ‘horreur logeaient dans la maison d’à côté, a même pas dix mètres de ma chambre. Que la fille que je croisais le matin dans l’escalier était déjà morte à l’intérieur. Que certains soirs, réduite a l’etat de chose, elle subissait un épouvantable martyre. Que quelqu’un avait sucé son sang, sa vie, sa sève. » (Hal. 211)

Sesuatu berubah pada hari ketika aku mendapati bahwa neraka di dunia itu ada, di apartemen di sebelah tempat tinggalku, tidak ada sepuluh meter dari kamarku. Sesuatu di dalam gadis yang kutemui setiap pagi di tangga itu sudah mati. Dia diperlakukan sebagai objek, sebuah benda, mengalami malam demi malam yang mengerikan. Seseorang telah menghisap darahnya, hidupnya, kemudaannya.” (Hal. 211)

Dari kutipan di atas dapat terbaca bahwa salah satu unsur intrinsik yang

tersemat pada cerpen itu adalah penggunaan berbagai kala waktu, hal ini biasa

digunakan dalam penulisan karya sastra fiksi yang menggambarkan kejadian

lampau namun seolah-olah menggiring pembaca merasakan keikutsertaan

dalam suatu peristiwa dalam karya sastra tersebut.

4. Pendekatan historis

Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada

pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan

yang melatarbelakangi terwujudnya cipta sastra yang di baca, serta tentang

bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu

sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.

Prinsip dasar yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan historis ini

adalah anggapan bahwa cipta sastra bagaimanapun juga merupakan bagian dari

zamannya. Selain itu, pemahaman terhadap biografi pengarang juga sangat

penting dalam upaya memahami kandungan makna dalam suatu cipta sastra.

Sebab itulah telaah makna suatu teks dalam pendekatan sosiosemantik sangat

mengutamakan konteks, baik konteks sosio-budaya, situasi zaman maupun

(10)

9 Berikut contoh dari kutipan :

Malibu

Contré de Los Angeles, Californie

Une maison sur la plage

Malibu

Los Angeles Country, California

Sebuah rumah di pantai

Dari kutipan tersebut terlihat jelas bahwa dari biografi pengarang cerita

pernah tinggal di Amerika sebelumnya dengan pengambilan latar di tempat

dimana ia pernah lihat sehingga seolah-olah merupakan pengalaman

pengarang sendiri.

5. Pendekatan soisopsikologis

Pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha

memahami latar belakang kehidupan sosial-budayanya, kehidupan masyarakat

maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan

kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan. Dalam

pelaksanaannya pendekatan ini memang sering tumpang tindih dengan

pendekatan historis. Dalam pendekatan sosiopsikologis apresiator berusaha

memahami bagaimana kehidupan sosuak masyarakat pada masa itu,

bagaimana sikap pengarang terhadap lingkungannya, serta bagaimana

hubungan antara cipta sastra itu dengan zamannya.

(11)

10 “Un jour, j’ai découvert que l’enfer et ‘horreur logeaient dans

la maison d’à côté, a même pas dix mètres de ma chambre. Que la fille que je croisais le matin dans l’escalier était déjà morte à l’intérieur. Que certains soirs, réduite a l’etat de chose, elle subissait un épouvantable martyre. Que quelqu’un avait sucé son sang, sa vie, sa sève. » (Hal. 211)

“Sesuatu berubah pada hari ketika aku mendapati bahwa neraka di dunia itu ada, di apartemen di sebelah tempat tinggalku, tidak ada sepuluh meter dari kamarku. Sesuatu di dalam gadis yang kutemui setiap pagi di tangga itu sudah mati. Dia diperlakukan sebagai objek, sebuah benda, mengalami malam demi malam yang mengerikan. Seseorang telah menghisap darahnya, hidupnya, kemudaannya.” (Hal. 211)

Kutipan ini kontras memperlihatkan bahwa novel ini terjadi dalam

keterpurukan sosial dimana masalah dan dimensi sosial yang dihadapi

mempengaruhi psikis tokoh utama. Di mana pembelajaran saat pengarang

kuliah di Amerika dapat dipahami dalam karyanya.

6. Pendekatan didaktis

Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha

menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap

pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu

dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu dalam suatu pandangan

etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang

mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca

Dalam pelaksanaanya, penggunaan pendekatan dikdaris diawali

dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang terdapat

dalam suatu cipta sastra. Satuan pokok pikiran itu pada dasarnya disarikan

dari paparan gagasan pengarang, baik berupa tuntutan ekspresif, komentar,

dialog, lakuanm maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau

penyairnya. Dalam penerapan pendekatan didaktis ini, sebagai

(12)

11 berpikir, misalnya jika malin kundang itu akhirnya matu karena durhaka

kepada ibunya, maka dalam hidupnya, manusia itu harus bersifat baik

kepada orang tua.

Berikut kutipan :

“Pourquoi… pourquoi m’infligez-vous des saloperies pareilles dans vos romans?” (Hal. 173)

“Kenapa… Kenapa kau membuatku mengalami semua penderitaan itu dalam novel?” (Hal. 173)

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa novel ini memperlihatkan

kesengsaraan tokoh utama dalam menilai kehidupan yang ditanggungnya

sehingga membuat kesimpulan dengan menyalahkan orang lain atas

(13)

12 LAMPIRAN

SINOPSIS

Gadis itu terjatuh dari dalam buku.

Hanya beberapa bulan yang lalu, Tom Boyd adalah seorang penulis miliarder

yang tinggal di Los Angeles dan jatuh cinta pada seorang pianis ternama bernama

Aurore. Namun, setelah putusnya hubungan mereka yang terekspos secara public,

Tom menutup dirinya, menderita writer’s block parah, dan tenggelam dalam alcohol

dan obat terlarang.

Suatu malam, seorang gadis asing yang cantik muncul di teras rumah Tom. Dia

mengaku sebagai Billie, karakter dalam novelnya, yang terjatuh ke dunia nyata karena

kesalahan cetak dalam buku terakhir Tom.

Meskipun cerita itu gila, Tom harus percaya bahwa gadis itu benar-benar Billie.

Akhirnya mereka membuat perjanjian. Jika Tom mau menulis novel agar Billie bisa

kembali ke dunianya, Billie akan membantu Tom untuk mendapatkan Aurore kembali.

Referensi

Dokumen terkait

Di samping siswa kurang berani dan terlatih untuk berbicara di depan umum, penyebab utama rendahnya kemampuan anak TK B, TK Pertiwi Nglundo Sukomoro Nganjuk

0 = 0% Dari hasil presentase diatas dapat kita lihat bahwa dalam buku teks siswa PAI kelas XII, jumlah nilai-nilai multicultural berupa, toleransi sebanyak 6 topik merupakan

Karena derajat disosiasi asam lemah kecil, maka berdasarkan persamaan kimia dari reaksi ionisasi asam lemah tersebut diketahui bahwa konsentrasi ion hidrogen sama dengan

1) Dalam proses menggerakan bawahan, selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah mahluk termulia didunia. Sikap seperti ini diwujudkan oleh kepala MA

Dalam kepercayaan Melanau Tradisional wujud kuasa ghaib yang dipanggil sebagai Ipo’ (juga disebut Ipu’ dan Ipuk ) dipercayai menguasai semangat pada benda-benda sama ada

Kita akan mencoba menyelesaikan persamaan linier serentak dengan metode

KEDUA : Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh Badan Penanggulangan Bencana

Oleh karena itu Indonesia perlu memperbaiki sistem pertahana dan keamanan Negara menjadi lebih baik agar tidak menjadi sasaran empuk ancaman yang datang baik dari dalam