• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDIOM IDIOM SEMITIK HEBRAIK DALAM NASKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDIOM IDIOM SEMITIK HEBRAIK DALAM NASKAH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

IDIOM-IDIOM SEMITIK HEBRAIK

DALAM NASKAH KITAB PERJANJIAN BARU YUNANI

Teguh Hindarto

Michael D. Marlowe menjelaskan sbb: “Meskipun bahasa Kitab Perjanjian Baru secara mendasar adalah bahasa koine atau bahasa Yunani yang umum dipergunakan saat kitab ini dituliskan, namun para penulis Kitab Perjanjian Baru, menuliskan dalam corak Hebraik atau Semitik yang tidak sepenuhnya bersifat idiomatik Yunani. Karakter bercorak khas ini meliputi beberapa bagian seperti, tata bahasa, kalimat, arti kata dan ciri-ciri yang bersifat retorika suatu naskah. Contoh-contoh khusus corak khas ini, secara kebahasaan dinamai Hebraism atau secara lebih luas, Semitism (sebuah istilah yang meliputi

pengaruh-pengaruh Aramaik sebagaimana pula Ibrani) 1

Semitisme, didefinisikan sebagai penggunaan kebahasaan, ekspresi atau susunan khas bahasa Semitik yang muncul dalam bahasa lain. Ini bukan merupakan suatu kebutuhan bagi sebuah ekspresi yang tidak mengikuti kaidah tata bahasa atau hal-hal lain yang sama sekali asing dalam penggunaan bahasa kedua dalam rangka kalimat tersebut dianggap sebagai Semitisme. Meskipun ada beberapa nnsur

(2)

Semitisme yang sungguh dan sangat jelas alamiah, namun ada yang lain yang kita boleh sebut sebagai relatif bercorak Semitisme, ketika ada sebuah ketegangan yang tidak biasa bertentangan dengan penggunaan yang biasanya mungkin disebabkan pengaruh Semitis. Maka ada wilayah abu-abu, dalam mana ada beberapa ruang bagi ketidaksepakatan dalam beberapa kasus kecil. Salah satu sarjana mungkin mengganggap sebuah ekspresi menjadi bercorak Semitism, sementara yang lain meragukan apakah hal ini layak untuk diklasifikasikan secara demikian. Namun demikian, semua sarjana sepakat bahwa berbagai keragaman Semitisme muncul sangat melimpah dalam Kitab Perjanjian Baru.

Apakah nilai penting persoalan ini bagi pemahaman kita terhadap Kitab Perjanjian Baru? Yang terutama, hal ini bermakna bahwa para penerjemah dan para pengarang harus memperhatikan bukan hanya mengenai bahasa yang umum dipergunakan yaitu Yunani Koine, namun juga berbagai keanehan apa yang mungkin kita namakan “Biblikal” atau Bahasa Yunani yang bersifat Yahudi (Jewish Greek). Saat kita memiliki alasan untuk menduga bahwa ekspresi dalam Kitab Perjanjian Baru mencerminkan idiom Ibrani, maka itu seharusnya ditafsirkan sebagaimana hal itu merupakan “Kata Ibrani yang tersembunyi” (Hebrew in disguise). Dengan cara ini kita memahami secara tepat (correctly apprehend) makna dari banyak kata-kata dan ekspresi dalam Kitab Perjanjian Baru.

D. Bivin dan R. Blizzard menjelaskan mengenai idiom-idiom Ibrani dalam teks Perjanjian Baru sbb: “One of the best indications of the Hebrew origin of the Synoptic Gospels is to be found within the texts of the Gospel themselves. The Hebraic undertext is revealed not only in sentence structure but in the many literalism and idioms present, which are peculiar to the Hebrew language” (salah

satu indikasi terbaik adanya asal usul Ibrani dari Injil Sinoptik, ditemukan di dalam teks Injil itu sendiri. Pengaruh Ibrani disingkapkan bukan hanya dalam struktur kalimat melainkan dalam banyak literalisme dan idiom yang ada yang cukup asing bagi bahasa Ibrani)2

Dalam artikel yang lain, David Bivin menegaskan, “Hebraisms can be found in all books of the NT -- after all, most, if not all, of these books were authored by Jews living in the land of Israel in the first century -- but the vast majority of the NT’s Hebraisms lie buried in the Greek texts of Matthew, Mark and Luke.

(3)

Isolated idioms do not prove Hebrew origins, just as a French word or idiom in American English does not prove Americans speak French. No single Hebraism can support the supposition that a NT book was originally written in Hebrew; however, masses of Hebraisms in a NT book tend to indicate a Hebrew ancestor”

(Hebraisme dapat ditemukan dalam keseluruhan kitab-kitab Perjanjian Baru – bagaimanapun meski tidak seluruhnya masing-masing kitab tersebut dituliskan oleh orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel pada Abad Pertama – namun kebanyakan unsur Hebraisme Perjanjian Baru terkubur di dalam teks Yunani Matius, Markus dan Lukas. Idiom yang tersembunyi memang tidak membuktikan asal usul Ibrani dari Kitab Perjanjian Baru, seperti kata atau idiom Prancis dalam bahasa Inggris orang Amerika tidak membuktikan bahwa orang Amerika berbahasa Prancis. Tidak ada satupun unsur Hebraisme dalam Kitab Perjanjian Baru menunjukkan indikasi bahwa aslinya dituliskan dalam bahasa Ibrani. Namun demikian, banyaknnya unsur Hebraisme dapat mendukung dugaan bahwa Kitab Perjanjian Baru cenderung memngindikasikan asal usul Ibraninya).3

Beberapa bukti adanya unsur-unsur Semitik Hebraik dalam naskah Perjanjian Baru Yunani sbb:4

Penggunaan Kata Ganti Yang Berlebihan (Redundant pronouns). Kata ganti penghubung (relatif pronoun) dalam bahasa Ibrani, tidak dapat berubah bentuk (indeclinable) dan tanpa jenis kelamin (genderless), sehingga memerlukan kata ganti orang dalam anak kalimat yang diikutinya. Hal ini mempengaruhi sejumlah bagian dalam Kitab Perjanjian baru yang mana merupakan kata ganti yang tidak diperlukan yaang muncul setelah adanya kata penghubung, sebagaimana dalam Markus 7:25 yang secara literal dibaca, “seorang ibu yang dia sendiri (autou), yang anak perempuan miliknya (autes) kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya.” Susunan demikian

mungkin saja dalam bahasa Yunani namun bukan asli Yunani, sebagaimana aslinya dalam bahasa Ibrani dan Aramaik.

3 Cataloging the New Testament's Hebraisms: Part 1 (Luke 14:26; 15:18-22) September

07, 2010 http://blog.jerusalemperspective.com/archives/000135.html

(4)

Penggunaan Kata “Mengatakan” Secara Berlebihan (Redundant use of ‘saying’). Ucapan tidak langsung dalam bahasa Ibrani Kitab Suci, tidak dikenal; semua ucapan disampaikan secara langsung, entahkah kata-kata tersebut kata-kata yang sesungguhnya diucapkan atau mewakili makna umum mengenai apa yang telah diucapkan. Kata Ibrani, dengan teliti menghubungkan dengan kata penghubung Yunani, legon, “mengatakan” yang dipergunakan untuk memberitahukan suatu kutipan. Contoh, Markus 8:28, “Jawab mereka: Ada yang mengatakan (legontes): Yohanes Pembaptis”. Contoh lainnya, lihat Matius 23:1-2; 28:18; Lukas 14:3; 24:6-7.

Pembukaan Yang Dimulai Dengan, “Sampailah Pada Waktunya”

(Intoductory ‘it came to pass’). Penggunaan kata kerja bahasa Yunani yang ganjil, seperti egeneto bersamaan dengan kata kerja lain, terkadang menghasilkan kaitan yang rapat (closely corresponding) dengan idiom Semitik “maka demikianlah itu terjadi” atau “terjadilah demikian”. Ciri Semitisme ini muncul sangat kerap dalam tulisan Lukas dibandingkan lainnya (Markus hanya empat kasus berkaitan dengan hal ini). Contoh, Lukas 2:6, “And it came to pass, in their being there, the days were fulfilled for her bringing forth” (“Demikanlah terjadi {Greek: egeneto de} ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, YLT). Pengakuan terhadap ketidakwajaran ekspresi berbahasa tersebut, kebanyakan para penerjemah modern mengawali dengan kalimat sederhana, “sementara mereka di sana” (Band. GNB, NIV, JB, NEB, RSV). Contoh-contoh lain dari idiom ini, lihat Lukas 2:1; 2:6; 2:15; 3:21; 5:1; 5:12; 5:17; 16:1; 6:6; 6:12; 7:11; 8:1; 8:22; 9:18; 9:28; 9:37; 9:51; 11:1; 11:27; 14:1; 17:11; 18:35; 20:1; 22:24; 24:4)

Paralelisme (Paralleism). Paralelisasi bait dan anak kalimat merupakan karakteristik puisi Semitik dan dapat dengan mudah ditelusuri dalam Kitab Perjanjian baru bahkan yang berupa terjemahan sekalipun. Kotbah di Bukit (Mat 5:3-11) pada mulanya disampaikan dalam bentuk puisi, entahkah dalam bahasa Ibrani atau Aramaik, nampak nyata dari bentuk paralelisasi yang sampai saat ini dapat kita baca dalam terjemahan berbahasa Inggris. Jejak-jejak pararelisme dapat kita telusuri dalam Hymne Lukas (Luk 1-2) dan nubuat Simeon (Lukas 2:34-35). Bentuk pararelisme lainnya dalam ditemukan dalam dialog dalam Markus 11:9-10, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,diberkatilah

(5)

pararelisme agaknya menolong dalam membedakan apakah bagian demi bagian sebuah naskah akan ditulis dalam format puisi atau gaya prosa.

Koordinasi Anak Kalimat (Coordination of clauses). Dalam bahasa Yunani klasik, kalimat biasanya terdiri dari salah satu kata kerja pokok dan kata kerja lainnya dibawahnya dalam bentuk anak kalimat keterangan atau jenis lainnya. Di sisi lain, bahasa Ibrani cenderung meletakkan kata kerja satu demi satu, menggabungkan mereka bersama dalam kata penghubung sederhana (bahasa Ibrani, “waw”, “dan”). Ini yang dikenal dengan sebutan parataxis, dari kata

paratasso, “saya meletakkan satu persatu”. Dalam bahasa Yunani koine, susunan

(6)

Lightfoot mengenai Corak Khas Injil Yohanes {Style of John’ Gospel} dalam situs ini, www.bible-researcher.com

Berdasarkan keterangan di atas, mari kita menguji dalam Kitab TaNaKh, dimana kasus parataxis sering muncul. Contoh: Kejadian 8: 1- 22 (menurut terjemahan yang saya lakukan secara literal dari naskah Masoretik dengan membuang seluruh catatan kaki yang saya buat) sarat dengan penggunaan kata sambung “WE” (w) atau “DAN” sebagai karakteristik semitik. PASAL 8:1-22 sbb:

“Dan (Tuhan) mengingat Nuh dan semua mahluk yang hidup, yaitu semua hewan

(7)

yang kedua yaitu pada hari yang kedua puluh tujuh pada bulan baru itu, tanah itu telah kering. Dan berkatalah (Tuhan) kepada Noakh dengan mengatakan demikian. “Keluarlah dari kotak besar itu, yaitu kamu dan istrimu dan anak -anakmu serta istri anak--anakmu. Semua mahluk hidup yang ada padamu, yaitu semua daging, baik hewan yang berterbangan dan hewan ternak dan semua binatang melata, yaitu yang merayap di atas bumi, bawalah keluar bersamamu, dan berkerumunlah dan hasilkanlah keturunan serta jadilah banyak dia atas permukaan bumi”. Dan Nuh keluar bersama anak-anaknya dan istrinya serta istri anak-anaknya itu. Semua mahluk yang hidup, yaitu semua hewan yang melata dan semua hewan yang berterbangan dan semua hewan yang berkeriapan di atas permukaan bumi, bersama-sama dengan kaumnya, keluarlah mereka dari kotak besar itu. Dan Nuh membangun sebuah mizbeakh bagi (Yahweh) dan mengambil dari antara keseluruhan hewan yang tahor dan dari antara semua hewan berterbangan yang tahor dan mempersembahkan korban bakaran pada mizbeakh itu. Dan (Yahweh) mencium bau harum korban tersebut dan (Yahweh) berkata ke dalam hatinya demikian: “Aku tidak akan mengutuk lagi tanah tempat adam menghasilkan sesuatu meskipun tujuan hati adam adalah jahat sejak mudanya dan juga tidak akan memukul kembali terhadap semua yang hidup seperti yang Aku telah kerjakan.. Selama waktu tetap berjalan di bumi, tidak akan berhenti, yaitu waktu untuk menabur dan menuai, dingin dan panas, musim panas

dan musim hujan, siang dan malam”

Sebanyak 72% keseluruhan ayat-ayat Torah (Kejadian-Ulangan) dimulai dengan kata ‘WAW’. Ragam prosentasi dalam keseluruhan TaNakh, muncul dari Kitab Ruth sebanyak 91% dan yang paling kecil dalam Kidung Agung sebanyak 1%. Jika di totalkan dari Kejadian hingga Tawarikh akan diperoleh 76% sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:5

KISAH SEJARAH :

Torah (72%, 4162 ayat dari 5848 ayat, di mulai dengan waw), Yah(u)shua (76%), Hakim-hakim (89%), Ruth (91%), Samuel (86%), Raja-raja (82%), Tawarikh (74%)

76%

(8)

KARYA PUISTIS :

Mazmur (14%), Amsal (12%), Pengkhotbah (19%), Kidung Agung (1%), Ratapan (4%)

09,9%

NABI-NABI :

YeshaYahu, YermiYahu, Yekhezkiel, Daniel dll 43%

Konjugasi “WAW” kebanyakan muncul dalam kisah-kisah kesejarahan dalam Kitab TaNaKh. Dari Kejadian hingga 2 Tawarikh, hanya kitab Ulangan yang memiliki jumlah konjugasi “WAW” tidak kurang dari 65%. Karena jumlah keseluruhan dari kita-kitab sejarah tersebut dapat menjacapi angkan 80%.

Konjugasi “WAW” pun muncul sebagai suat kecenderungan (proclitic) dalam bagian Kitab Daniel dan Ezra yang mengandung bagian-bagian berbahasa Aramaik sbb:6

Persentase “waw” Persentase

“dyn” dan “adyn” Persentasi konjugasi lainnya Ezra 4:8-6:18,

7:12-28

47% 13% 60%

Daniel 2:4-7:28 30% 21% 51%

Penerjemahan “WAW” dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani, lebih rumit (a bit more complicated) di bandingkan ke dalam bahasa Inggris dan Indonesia (biasanya diterjemahkan secara beragam, “and”, “then”, “and then”, “but”, “yet”, kebanyakan dengan “and”. Dalam bahasa Indonesia bisa secara beragam diterjemahkan “dan”, “maka”, “selanjutnya”, “serta”). Beberapa bentuk variasi penerjemahan “WAW” ke dalam bahasa Yunani biasanya menggunakan dua kata konjungtif ‘KAI” (kai) dan ‘DE’ (de). Konjugasi ‘KAI” (kai) lebih umum dipakai dan muncul dalam Septuaginta (TaNaKh dalam bahasa Yunani) al., Kejadian 1:3-2:3, 2:5,7-9, 13-16, dll. Konjugasi ‘DE’ (de) muncul dalam Septuaginta al., Kejadian 1:2, 4:5, dll.

(9)

Selain bentuk konjugasi ‘KAI” (kai) dan ‘DE’ (de) yang muncul sebanyak 95 -98% untuk menerjemahkan “WAW”, ada bentuk lainnya yaitu ‘TOTE” (tote) dan “EPEITA” (epeita). Apakah perbedaan ‘KAI” (kai) dan ‘DE’ (de)? E.W. Bullinger dalam “A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament” sbb:7

1. KAI (kai) kata penghubung yang menggabungkan, menyatukan sesuatu dalam satu susunan yang ketat

2. DE (de) kata penghubung yang bersifat menentang atau berkebalikan 3. KAI (kai), menghubungkan pemikiran sementara DE (de),

memperkenalkan. KAI (kai), menghubungkan sesuatu dengan lancar sementara DE (de), menyela ketika dikaitkan bersama-sama.

Jika memang bentuk konjugasi WAW (dan DE, TOTE, EPEITA) merupakan bentuk konjugasi umum dalam semua bahasa termasuk bahasa Yunani, mari kita perbandingkan dengan beberapa tulisan Yunani kuno berikut8

(10)

Dari pengelompokan tersebut kita dapat membandingkan bahwa konjugasi “KAI” dalam karya Yunani kuno muncul sebanyak 53,9% dibandingkan dengan konjugasi “WAW” dalam beberapa bagian kitab TaNaKh yang berjumlah 76%. Yang menarik, konjugasi DE (46%) lebih dominan muncul dibandingkan WAW

(7%), dimana konjugasi WAW justru banyak dipakai dalam Septuaginta untuk menerjemahkan WAW. Beberapa contoh perlu disajikan untuk meyakinkan bahwa struktur bahasa Yunani umum, lebih dominan menggunakan konjugasi DE

dibandingkan KAI9

Ketika TaNaKh diterjemahkan dalam Septuaginta, dominasi konjugasi yang dominan justru berbanding terbalik. Konjugasi KAI (untuk menerjemahkan “WAW”) justru lebih banyak dibandikan konjugasi DE. Perhatikan tabel berikut10

9 Ibid., p. 204

10 Ibid.,

Karya Jumlah

Kalimat

Frekwensi kalimat yang

diawali dengan

“KAI”

Frekwensi kalimat yang

diawali

dengan “DE

Total “Kai” dan “De

Apology (Plato)

263 31 (11,8%) 59 (22,4%) 90 (34,2%)

Symposium (Plato)

(11)

Dengan latar belakang data-data di atas, maka ketika konjugasi WAW muncul secara dominan dalam Kitab Perjanjian Baru versi Yunani, fenomena itu BUKAN KELAZIMAN melainkan KEKHASAN SEMITISME yang terbungkus baju Yunani. Perhatikan tabel berikut11

11 Ibid., p. 206

Kitab Jumlah Ayat Frekwensi “KAI” Frekwensi

(12)
(13)

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan dengan maksud dan tujuan sbb:

1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalam Pokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan (Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah)

2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi

3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci dengan pola pikir Ibrani

4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya terhadap Kekristenan masa kini

5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal dengan kebudayaan Semitik

6. Memperkokoh Teologi Judeochristianity

(14)

Sebelumnya organisasi ini bernama Forum Studi Mesianika (FSM). Berdasarkan rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012 lalu, maka Forum Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi Indonesian Judeochristianity Institute (IJI).

Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan pembelajaran anggota IJI.

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI)

Email: derekhatov@gmail.com

Website: www.messianic-indonesia.com

Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model mind mapping terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam kelas VIII D

Berdasarkan survei awal di Rumah Sakit Umum Madani Medan, formulir persetujuan tindakan medis yang digunakan belum A4 80 gram, penerbitan formulir tidak dicantumkan,

Sesuai dengan fungsi dari system informasi ini sendiri, yaitu dapat memberikan informasi berupa harga obat, stok obat dalam apotek, dan juga informasi berupa pengetahuan

Untuk mengetahui beberapa permasalahan yang terdapat claim penelitian tersebut maka dirumuskan beberapa masalah antara lain; Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran card sort

rerata tingkat ketuntasan belajar mencapai sebesar 86,5%, bahkan ditemukan 14% peserta didik yang mampu meningkat sejauh tiga level (dalam Pelevelan Extended

Masalah gangguan stres dalam konteks karya ini adalah stres sebagai suatu pemikiran subjektif , yakni bila keinginan yang dicapai berbeda dengan apa yang

Berdasarkan pengertian tersebut pokok-pokok evaluasi mencakup : (1) kegiatan pengamatan dan analisis terhadap sesuatu keadaan, peristiwa, gejala alam atau sesuatu obyek,

Konflik dan penyimpangan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut meru­ pakan kenyataan yang tidak dapat diabaikan. Penerapan integrated coastal management dalam