• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Mempertahankan pelanggan Identitas Nasion

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi Mempertahankan pelanggan Identitas Nasion"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KEWARGANEGARAAN

STRATEGI MEMPERTAHANKAN IDENTITAS NASIONAL

DALAM ARUS GLOBALISASI

OLEH

FIKTER FRILONDANI NORA

MERY MAKI

BYUTY FEMSSY ENOCH

GABRIELA TARUK

MORFA MANGKAPA

DOSEN MATA KULIAH

JORRY F. LALA, S.H.

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...i

BAB I...i

1.1 PENDAHULUAN...i

1.2 RUMUSAN MASALAH...ii

1.3 MANFAAT PENULISAN...ii

1.4 METODOLOGI...iii

1.5 TINJAUAN PUSTAKA...iii

BAB II...1

STRATEGI MEMPERTAHANKAN IDENTITAS NASIONAL...1

2.1 Kondisi Identitas Nasional dalam Era Globalisasi...1

2.2 Strategi Mempertahankan Identitas Nasional...3

2.3 Pentingnya Mempertahankan Identitas Nasional...12

BAB III...15

PENUTUP...15

3.1 Kesimpulan...15

3.2 Saran...16

(3)

BAB I

1.1 PENDAHULUAN

Identitas suatu bangsa merupakan faktor yang sangat menentukan jati diri sebuah bangsa ataupun negara yang pada prinsipnya identitas itulah yang menandakan eksistensi bangsa di lingkungan internasional. Bertolak dari konsep diatas, adalah sangat penting bagi setiap bangsa untuk mampu mempertahankan identitas nasionalnya demi eksistensi bangsa tersebut dan harga diri, jati diri, dan kehormatan bangsa tersebut.

Adapun dalam era globalisasi sekarang ini, menuntut penyesuaian bagi setiap negara agar dapat mempertahankan eksistensinya sebagai negara berdaulat. Demikian halnya dengan identitas nasional suatu bangsa yang harus dipertahankan agar tidak mengalami pergeseran nilai identitas nasional tersebut. Hal inilah yang akan menjadi bahan kajian dalam makalah yang kami (kelompok II) sajikan dengan mengungkap cara–cara atau trick suatu bangsa dalam mempertahankan identitas nasionalnya. Dalam ulasannya, disajikan juga kondisi globalisasi sekarang ini yang mengalami kemajuan pesat. Disamping kemajuan yang pesat itu, tidak dipungkiri lagi ada begitu banyak tantangan yang dihadapi negara, dengan adanya pergeseran nilai–nilai budaya asli bangsa karena arus globalisasi yang kian deras sehingga kadang tidak terkendali.

(4)

globalisasi sekarang ini, dan demi mempertahankan eksistensi identitas nasional. Hal ini akan dibahas dalam makalah kami ini, dengan menyertakan berbagai sumber terkait demi keakuratan materi didalamnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah kondisi identitas nasional dalam era globalisasi ?

2. Bagaimanakah strategi yang diterapkan untuk mempertahankan identitas nasional ?

3. Mengapa identitas nasional penting untuk dipertahankan di Era Globalisasi?

1.3 MANFAAT PENULISAN

1. Secara teoritis kegunaan makalah ini dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang strategi mempertahankan identitas nasional dalam arus globalisasi.

(5)

1.4 METODOLOGI

Metode penulisan makalah ini menggunakan metode penelitian kepustakaan

(library research). Dalam penyusunannya, makalah ini disajikan dengan tiga bab, dimana pada Bab I, terdiri dari Pendahuluan, Rumusan Masalah, Manfaat Penulisan, Metodologi, dan Tinjauan Pustaka. Bab II, merupakan bagian pembahasan, dan Bab III merupakan bagian penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

1.5 TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai “the art of the general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan1. Karl Von Clausewitz (1780-1831) berpendapat

bahwa strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik.

Dalam abad modern sekarang ini penggunaan kata strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan, tetapi sudah digunakan secara luas, dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang ekonomi, politik, sosial-budaya maupun bidang olahraga. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau pencapaian tujuan.

(6)

Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. B. Identitas Nasional

Identitas nasional secara terminologi adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain2. Berdasarkan pengertian tersebut, identitas

nasional dapat berarti setiap bangsa memiliki ciri khas, keunikan dan sifat-sifat yang berbeda dengan bangsa lain. Dengan demikian, identitas nasional merupakan jati diri bangsa atau kepribadian suatu bangsa. Pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasaari tingkah laku individu. Tingkahlaku tersebut terdiri atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang beda dengan orang lain. Oleh karena itu, kepribadian tercermin pada keseluruhan tingkahlaku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain (Ismaun, 1981:6)3

Identitas nasional merupakan kepribadian bangsa. Ketika dapat memahami kepribadian, yang menjadi pertanyaan apakah pengertian bangsa . Pada hakikatnya bangsa adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah sebagai suatu kesatuan

2 Kaelan dan Zubaidi Achmad, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Paradigma), 2010, Hlm. 43.

(7)

nasional. Dari pengertian kepribadian dan bangsa, maka identitas nasional itu benar-benar melekat pada setiap individu yang mendiami suatu bangsa.

C. Globalisasi

Pada umumnya, globalisasi di mengerti sebagai sutau proses mendunia, dimana seluruh masyarakat dunia mengalami kemudahan-kemudahan di berbagai bidang. Globalisasi berarti proses masuknya ke ruang lingkup dunia (kamus besar bahasa Indonesia). Globalisasi adalah suatu kekuatan yang tidak dapat dibendung. Didalam Konferensi Berlin dari kelompok yang menyebut dirinya sosial demokrat, Shimon Peres menyatakan kekuatan globalisasi sebagai pengalaman seseorang yang bangun pagi dan melihat segala sesuatu berubah. Banyak hal yang kita anggap biasa, banyak paradigma yang kita anggap suatu kebenaran tiba-tiba menghilang tanpa bekas.4 Menurut Budi Winarno, globalisasi

menjadi sebuah fenomena multifaset (banyak wajah) yang menimbulkan beraneka ragam pandangan dan interpretasi, terutama jika dikaitkan dengan kesejahteraan umat manusia di dunia. Ali alatas5 melihat empat

perubahan mendasar yang dapat terjadi:

1. Adanya suatu gelombang perubahan di dalam konstelasi politik global. Apabila sebelumnya politik global bersifat bipoler seperti misalnya berart versus Timur, negara-negara industri maju versus negara-negara totaliter dan sebagainya. Di dalam gelombang globalisasi konstelasi politik mengarah kepada

4 Tilaar. H.A.R, Perubahan Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Grasindo), 2002, Hal. 56.

(8)

kerangka multipoler. Perdagangan misalnya tidak lagi bersifat hubungan antara dua negara tetapi dengan berbagai negara. 2. Saling menguatnya hubungan antara negara yang berarti

semakin kuatnya saling ketergantungan. Keterkaitan antara negara dalam bidang polotik, keamanan, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, dan hak-hak asasi manusia. Keterkaitan tersebut mempunyai dampak baik positif maupun negatif. 3. Globalisasi menonjolkan pemain-pemain baru di dalam

kehidupan masyarakat, yaitu aktor-aktor nonpemerintah. Apabila sebelumnya para aktor terutama di dominasi oleh pemerintah maka dalam era globalisasi muncullah aktor-aktor seperti ornop-ornop (organisasi nonpemerintah), atau yang di sebut juga lembaga swadaya masyarakat (LSM). Munculnya para aktor baru yang merasa sebagai salah satu stakeholder di dalam masyarakat, akan mengubah peran pemerintah di dalam fungsinya yang mengatur masyarakat. Daerah publik (public sphere) akan semakin meluas. Artinya pemerintah harus membuka diri dan lebih transparan untuk mendengar suara-suara dari masyarakat dan bukan hanya mendengar suara-suara pemerintah sendiri. Masyarakat yang demikian menuju kepada masyarakat sipil atau masyarakat madani. Pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia merupakan syrat dari suatu masyarakat sipil (masyarakat madani).

(9)

Asasi manusia, intervensi kemanusiaan, perkembangan demokrasi atau demokratisasi, dan keinginan untuk mengatur suatu tata cara atau sistem pengelolaan global, misalnya di dalam lingkungan dunia yang berkenaan dengan paru-paru dunia. Demikian pula rasa suatu kebutuhan akan adanya global governance yang mengatur tata cara dan kesepakatan di dalam hidup yang mengglobal. Termasuk dalam kategori ini masalah terorisme internasional seperti tragedi Black Tuesday 11 september 2001 yang merontokkan gedung World Trade Center di New York, dan Pentagon di Washington D.C.

(10)
(11)

BAB II

PEMBAHASAN

STRATEGI MEMPERTAHANKAN IDENTITAS NASIONAL

2.1 Kondisi Identitas Nasional dalam Era Globalisasi

(12)
(13)

karakter, ciri-ciri – serta implementasi daripada ideologi (pandangan hidup) bangsa mulai tereduksi dan berpotensi melemahnya sistem pertahanan sosial suatu bangsa karena telah terpengaruh oleh nilai-nilai asing yang telah diserap tadi. Globalisasi dengan kekompleksannya, dapat membawa keberuntungan (akibat positif) sekaligus kerugian (akibat negatif). Dari melihat hal diatas globalisasi yang masuk ke Indonesia mampu mempengaruhi budaya yang sudah ada.

Maka perlu adanya suatu tindakan untuk mengatasi hal ini yang merupakan strategi bangsa demi mempertahankan identitas nasionalnya.

2.2 Strategi Mempertahankan Identitas Nasional

Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yang di hadapi oleh berbagai negara, maka ada begitu banyak pula tuntutan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi tersebut. Termasuk juga tantangan dalam mempertahankan jati diri bangsa. Untuk menghadapi hal ini perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas nasional yang merupakan jati diri bangsa, diantaranya dengan mengembangkan nasionalisme, pendidikan, budaya dan Bela Negara.

a. Mengembangkan Nasionalisme

Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang telah memberi identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat bangsa-bangsa6.

Secara umum, nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air,

(14)

termasuk segala aspek yang terdapat didalamnya. Dari pengertian tersebut ada beberapa sikap yang bisa mencerminkan sikap nasionalisme, yaitu :

1. Menggunakan barang-barang hasil bangsa sendiri, karena bisa menambah rasa cinta dan bangga akan hal yang di buat oleh tangan-tangan kreatif penduduknya.

2. Menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini, bisa dilakukan dengan beberapa perbuatan misalkan membaca, menonton, mengunjungi hal-hal yang berkaitan tentang sejarah bangsa ini lahir. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme yang sudah ada dari masing-masing individu.

3. Berprestasi dalam semua bidang misalkan dari bidang olah raga, akademik, teknologi dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk menambahkan rasa bangga dan sikap rela berkorban demi bangsa.

Ada tiga aspek penting yang tidak dapat dilepaskan dalam konteks nasionalisme yaitu7 :

1. Politik. Nasionalisme bertujuan menghilangkan dominasi politik bangsa asing dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat.

(15)

2. Sosial ekonomi. Nasionalisme muncul untuk menghentikan eksploitasi ekonomi asing dan membangun masyarakat baru yang bebas dari kemeralatan dan kesengsaraan.

3. Budaya. Nasionalisme bertujuan menghidupkan kembali kepribadian bangsa yang harus diselaraskan dengan perubahan zaman.

Dengan demikian, mengembangkan sikap nasionalisme (cinta tanah air), akan dengan sendirinya telah mempertahankan dan melestarikan keaslian dari bangsanya, termasuk budaya atau kebiasaan, karakter, sifat-sifat, produk dalam negeri dan adat istiadat masing-masing suku. Dengan demikian, hal ini merupakan sikap yang menjadi salah satu faktor penentu dalam mempertahankan identitas nasional.

b. Pendidikan

Pembinaan jati diri bangsa indonesia dapat dilaksanakan melalui jalur formal maupun informal8. Melalui jalur formal jati diri bangsa Indonesia dapat

(16)

pertahanan identitas bangsa sendiri. Penggunaan bahasa asing yang terlalu sering akan merusak dan bahkan berpotensi hilangnya perbendaharaan bahasa dan citra bahasa itu sendiri, seakan-akan dalam bahasa Indonesia itu sendiri tidak ada kata yang sepadan yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu hal. Di dalam media massa kita lihat misalnya, berbagai media massa menggunakan bahasa gado-gado (bahasa yang campur baur) sehingga terkesan bukan lagi media massa bangsa Indonesia. Semua hal tersebut menunjukan bahwa bangsa Indonesia yang kehilangan identitasnya. Untuk itu kita perlu memperbaiki antara lain sistem pendidikan nasional. Kita telah mempunyai UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang merupakan salah satu dasar untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pelaksanaan UU guru dan dosen tersebut hanya akan dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional apabila ditinjau oleh unsur-unsur lain didalam proses pendidikan. Tanpa unsur-unsur pendukung seorang guru atau dosen profesional tidak dapat dengan sendirinya mengangkat mutu pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional memerlukan syarat-syarat bagi suksesnya pendidikan nasional seperti buku-buku ajaran dan belajar yang memadai, peralatan teknologi pendidikan yang memudahkan proses belajar, gedung-gedung sekolah yang ramah terhadap perkembangan selurih kepribadian anak termasuk pengembangan kesenian dan budaya lokal dan nasioanal. Dengan pemenuhan syarat-syarat tersebut dengan sendirinya akan dapat ditingkatkan utu pendidikan nasional bukan hanya mutu intelektual tetapi juga mutu waktak yang luhur dan mulia9.

(17)

Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri bangsa, peran pendidikan sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan untuk mengembangkan kekayaan nasional dari masing-masing budaya lokal10. Hal ini

sejalan dengan penuturan Syamhalim dalam tulisannya yang ditampilkan di blog-nya bahwa salah satu upaya untuk mengembalikan dan mengembangkan identitas nasional adalah melalui bidang pendidikan. Socrates menegaskan bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan manusia kearah kearifan (wisdom), pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct), (Zaim. 2007). Ada dua fenomena mengapa pendidikan adalah yang pertama dan utama11. Pertama, ketika Uni

Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yang pertama Sputnic pada 4 Oktober 1957, Amerika Serikat “meradang”. Amerika adalah negara besar dengan kemampuan teknologi yang paling maju merasa didahului oleh Uni Sovyet. Presiden AS ketika itu memerintahkan untuk membentuk special unit. Tim ini tidak berkeinginan untuk menandingi Uni Sovyet, tetapi tugasnya adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang Pendidikan Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dengan bekerja keras dalam waktu yang singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus direvisi. Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya. Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai pada sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan

10 Ibid, Tilaar H.A.R., hlm. 33.

(18)
(19)

mencerdaskan bangsa dengan NUnya. Semua bermuara pada pendidikan. Hasilnya, semua orang terdidik mulai memikirkan bangsa dan berusaha lepas dari penjajahan12.

Dari uraian di atas nampak adanya keterkaitan antara pendidikan dengan kemajuan suatu bangsa. Warna pendidikan adalah warna suatu bangsa. Identitas nasional yang dikembangkan melalui pendidikan diharapkan akan memberi harapan positif bagi kemajuan bangsa ini untuk mempertahankan karakteristiknya sebagai sebuah bangsa yang beradab, bangsa yang santun, bangsa yang toleran, bangsa yang menghargai perbedaan dan bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Pemantapan identitas nasional melalui dunia pendidikan hendaknya tidak dilakukan setengah hati dan parsial. Transformasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang memacu tumbuhnya identitas dan jati diri bangsa perlu sinergi dari pihak-pihak yang berkompeten di dunia pendidikan terutama guru yang bersentuhan langsung dengan siswa, dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa tugas ini tidak hanya menjadi tugas guru mata pelajaran tertentu saja misalnya Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi juga semua guru mata pelajaran dengan pendekatan sesuai karakteristik mata pelajaran yang ditempuh. Melalui dunia pendidikan dapat ditanamkan identitas nasional kepada generasi muda yang merupakan miniatur masyarakat masa depan.

c. Pelestarian Budaya

(20)

Seseorang yang di sebut berbudaya adalah seorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup di dalam kebudayaan tersebut13. Budaya merupakan salah faktor

penentu jati diri bangsa. Pada pengertiannya, budaya adalah hasil karya cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebagai bagian dari tata kehidupan sehari-hari14. Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan dalam kehidupan dalam

waktu yang lama, akan mempengaruhi pembentukan pola kehidupan masyarakat, seperti kebiasaan rajin bekerja. Kebiasaan ini berpengaruh secara jangka panjang, sehingga sudah melekat dan terpatri dalam diri masyarakat. Namun pada kenyataannya budaya indonesia sekarang ini mulai menghilang karena pengaruh budaya asing yang masuk ke indonesia, untuk itulah perlu adanya pembangunan kembali jati diri dan budaya bangsa dan Negara, ada dua hal utama yang harus dilakukan15 :

1. Merevitalisasi kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada jalur yang benar sesuai dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga bangsa kita mampu mandiri dan bermartabat.

13 Tilaar. H.A.R., Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung, Rosda, 1999, Hal.128

14 Fahmi Irham, Manajemen – teori, kasus, dan solusi, Bandung, Alfabeta, 2011, hlm. 94.

15

(21)

2. Mendorong political will (kemauan politik) penyelenggaraan Negara, baik eksekutif maupun legislatif untuk membangun dan menjabarkan kembali nilai-nilai dan semangat kebangsaan di setiap hati nurani rakyat.

Selain faktor diatas, pembangunan dalam bangunan-bangunan budaya seperti rumah adat, dan lain sebagainya juga perlu diperhatikan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Faktor lain yang mendukung terlestarikannya budaya adalah dengan berupaya belajar tarian budaya daerahnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa dengan melestarikan budaya bangsa, dapat memperkokoh identitas nasional itu sendiri karena dalam setiap pelaksanaan nilai-nilai budaya, masyarakat akan lebih cenderung melekat dan menyatu dengan budaya yang dianutnya, selain itu juga dengan adanya keeratan dari budaya yang ada dapat membawa nama bangsa indonesia menjadi harum, dalam arti membawa budaya indonesia ke mancanegara atau memperkenalkan budaya yang ada ke negara luar.

d. Bela Negara

(22)
(23)

2.3 Pentingnya Mempertahankan Identitas Nasional

Identitas Nasional Indonesia meliputi apa yang dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, kependudukan Indonesia, ideologi, agama, politik negara, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Menghadapi identitas nasional, bangsa Indonesia sendiri masih kesulitan dalam menghadapi masalah bagaimana untuk menyatukan negara yang mempunyai banyak sekali kelompok etnis, yang memiliki pengalaman yang berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Namun saat ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Karena kebiasaan atau pun budaya masyarakat kita telah bercampur dengan kebiasaan dan kebudayaan negara-negara lain. Indikator identitas nasional itu antara lain pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat seperti adat-istiadat, tata kelakuan dan kebiasaan. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara seperti bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.16.

Arus globalisasi yang demikian pesatnya, ternyata telah mampu mempengaruhi identitas nasional dan berpotensi merosotnya nilai-nilai budaya bangsa. Masyarakat budaya tidak lagi memperhatikan budayanya sendiri apalagi punya keinginan dan dorongan untuk melestarikan. Mereka cenderung

(24)

mengadopsi dan menerapkan budaya asing dan mengabaikan budaya sendiri. Budaya yang asli dianggap kuno dibandingkan dengan budaya asing yang dianggap lebih modern. Contohnya dalam acara pesta perkawinan kebanyakan orang tidak lagi menggunakan busana adat daerahnya, melainkan lebih memilih menggunakan busana, gaun pengantin wanita, dan jas untuk pengantin pria yang terkesan ala barat. Tarian yang digunakan pun tidak lagi tarian daerah atau tarian adat.

Pemikiran dan pemahaman seperti inilah yang membuat menurunnya nilai-nilai kebudayaan asli bangsa dan berpotensi hilangnya identitas bangsa yang sebenarnya. Menyikapi hal ini maka dianggap penting untuk mempertahankan identitas nasional demi eksistensi bangsa. Salah satu alasan pentingnya mepertahankan nilai-nilai budaya sendiri adalah karena nilai-nilai budaya suatu negara adalah identitas negara tersebut didepan dunia internasional17. Jika kita

sebagai masyarakat Indonesia tidak mengahargai, tidak melestarikan, tidak menyukai, dan tidak mempertahankan budaya kita sendiri, siapa yang akan mempertahankannya, jika kita tidak mempertahankan budaya kita sendiri sama saja dengan kita membuang identitas negeri kita didepan dunia internasional yang akan membuat negara kita tidak terpandang didepan negara-negara lain dan bahkan ketika kita tidak dapat mempertahankannya maka budaya yang kita miliki akan hilang sesuai dengan berjalannya waktu. Namun dengan kita lebih menghargai dan mempertahankan budaya kita, tanpa kita sadari kita telah

(25)
(26)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka kami kelompok 2 menyimpulkan :

1.

Identitas nasional dalam era globalisasi sekarang ini sudah

mengalami kemerosotan dari nilai-nilainya yang merupakan akibat dari lajunya arus globalisasi sehingga proses masuknya budaya asing kedalam budaya asli bangsa sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Akibatnya budaya asiang dan budaya asli bangsa bercampur baur.

2.

Untuk menyikapi hal diatas perlu adanya strategi untuk

mempertahankan identitas nasional. Strategi untuk mempertahankan identitas nasional dapat dilakukan dengan mengembangkan nasionalisme, melestarikan budaya, pendidikan, dan bela negara.

3.

Identitas nasioanal dianggap penting untuk dipertahankan karena

alasan berikut:

(27)

b.

Identitas nasional menjadi faktor yang membedakan suatu

bangsa dengan bangsa lain.

c.

Identitas nasional mampuh mempertahankan eksistensi bangsa.

d.

Identitas nasional menjadi kebanggaan, kehormatan dan harga

diri bangsa.

3.2 Saran

Mempertimbangkan kajian di atas maka kami menyarankan :

1.

Sebagai warga negara yang baik sebaiknya kita harus mampu

mempertahankan identitas nasional di era globalisasi. Tidak terpengaruh dengan budaya asing yang masuk ke Indonesia.

2.

Sebaiknya pula kita mampu mengembangkan pendidikan

nasional sebagai salah cara mempertahankan jati diri bangsa.

(28)
(29)

Fahmi Irham, 2011. Manajemen – teori, kasus, dan solusi, Bandung : Alfabeta

Kaelan dan Zubaidi Achmad, 2010. Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Paradigma

Sekretariat Jenderal MPR RI, 2007. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta.

Tilaar. H.A.R, 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan, Jakarta : Grasindo

Tilaar. H.A.R., 2007. Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta

Tilaar. H.A.R., 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung: Rosda

Tim Penyusun, 2008. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Adriel Kevin download

(30)

Heru Tri yuza, download

http://kelompokkwntekdus.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html, diposting pada Kamis, 10 November 2011, pukul 06.27, di kutip pada hari rabu, 14 November 2012, Pukul 10.05.

Syamhalim, http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/17/agenda-memantapkan-identitas-nasional-melalui-pendidikan/, diposting pada 17 August 2012 pukul, 05:52.

<ocw.usu.ac.id/.../elo173_slide_identitas_nasional_proses_berbangsa_...>,

dikutip pada hari Senin, 12 November 2012

<ocw.usu.ac.id/.../elo173_slide_identitas_nasional_proses_berbangsa_...>,

Referensi

Dokumen terkait

Justeru itu, adalah menjadi objektif artikel ini untuk membincangkan proses difusi ruangan budaya transeksual dan imaginasi geografi pelakunya yang mencetuskan

Hasil penelitian tentang hubungan kualitas tidur dan kuantitas tidur dengan prestasi belajar mahasiswa, diketahui bahwa responden memiliki kualitas tidur yang baik

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR Jln. Tembus Terminal KM.12 No. 02, Kelurahan Alang-Alang Lebar  Jln. Tembus Terminal KM.12 No. 02, Kelurahan Alang-Alang

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT (Studi Empiris pada Bank yang Terdaftar di

Suksesi Lembaga Kemahasiswaan adalah proses pergantian untuk pemilihan anggota Majelis Perwakilan Mahasiswa, Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa, Ketua Umum Unit Kegiatan

Pengumpulan Data.. Setelah terkumpul dilakukan pendalaman data untuk dijadikan data dalam penelitian ini. 2) Reduksi data, yaitu dapat diartikan sebagai proses seleksi,

METODOLOGI.

Sektor industri pengolahan terdiri dari 30 aktivitas produksi dimana 13 diantaranya memenuhi kriteria unggulan dilihat dari tingkat dampak keterkaitan ke depan yang tinggi