• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkembangan Hadis di Indonesia (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Perkembangan Hadis di Indonesia (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN KAJIAN HADIS DI INDONESIA

Awal Abad ke 20 Sampai Tahun 1950

Tugas ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Hadis di Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. H. Agung Danarta, M.A.

Oleh :

Za’im Kholilatul Ummi (12531150)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis Nabi sebagai kitab pedoman hidup kedua setelah al-Qur’an menjadikannya banyak dikaji oleh ulama-ulama pada bidang tersebut. Setiap perbuatan, perkataan, ketetapan, dan sifat yang disandarkan kepada Rasulullah yang kemudian disampaikan kepada para sahabat dan berlanjut hingga generasi ke generasi tersebut terus mengalami perkembangan. Dari hal tersebut dapat diketahui sampai saat ini terdapat disiplin ilmu tersendiri yang membahas hadis, tidak sedikit buku yang khusus membahas hadis.

Perkembangan hadis tidak hanya terjadi di wilayah Rasul dan sahabat-sahabatnya hidup, namun juga tersebar meluas ke berbagai wilayah Islam lainnya. Perkembangan ini karena adanya hadis yang disampaikan dari generasi ke generasi yang juga didukung oleh semakin luasnya wilayah Islam. Kemudian para ulama pada masa itu mulai mengkaji hadis dengan kelompok-kelompok kecil hingga diajarkan di perguruan tinggi atau pendidikan formal.

Sebagai Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, perkembangan hadis juga masuk ke Indonesia. Menjadi menarik untuk dibahas karena bahkan sebagian besar dari penikmat ilmu hadis sendiri belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan kajian hadis di negaranya. Fenomena seperti ini biasa terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Perkembangan kajian hadis di Indonesia dapat dikatakan tergolong lamban, seperti yang dijelaskan pada makalah sebelumnya mengenai perkembangan hadis sebelum abad ke 20. Hal ini dapat dilihat dari buku-buku atau literature yang dihasilkan oleh ulama hadis di Indonesia pada saat itu sebab sebelumnya lebih cenderung pada kajian al-Qur’an, fiqih, dan tasawuf yang terlebih dahulu berkembang di Indonesia.

(3)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka agar materi tidak jauh keluar dari titik pembahasan penulis merumuskan masalah sebagai beriku :

1. Bagaimana sejarah perkembangan hadis di Indonesia dari awal abad ke 20 sampai tahun 1950?

2. Apa saja kitab hadis yang banyak dikaji pada masa itu? C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kajian hadis yang ada di Indonesia pada awal abad ke 20 sampai tahun 1950,

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kajian Hadis Awal Abad ke 20 - Tahun 1950

Kajian hadis di Indonesia menurut sebagian besar peneliti dapat ditemukan sejak abad ke 17 dengan ditulisnya kitab-kitab hadis oleh Nur Din Raniri dan ‘Abd Rauf al-Sinkili dengan adanya buku terjemahan hadis dari Bahasa Arab ke Bahasa Melayu oleh kedua ulama tersebut. Sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa perkembangan kajian hadis di Indonesia sebelum abad ke 20 belum sampai pada kajian yang intens dan khusus mengenai hadis. hal ini dikarenakan kecenderungan masyarakat pada saat itu lebih condong pada bidang tasawuf daripada syari’at. Kalaupun sudah dapat dijumpai kitab-kitab hadis, kajian di dalamnya masih fokus pada kajian isi hadis belum sampai pada kajian kualitas hadis (sanad dan matan hadis).

Masuk pada masa awal abad ke 20, kitab-kitab hadis masih belum dijadikan sebagai sumber rujukan karena kajian ini masih bersifat baru di kalangan pendidikan di Indonesia khususnya pesantren. Pada saat inilah ulama-ulama hadis mulai memberikan perhatian lebih pada bidang kajian hadis dengan mengumpulkan kitab-kitab hadis kemudian menterjemahkannya dan menjadikannya sebagai materi yang diajarkan di lembaga pendidikan madrasah dan pesantren. Masih tidak adanya kitab-kitab hadis karya ulama Indonesia sendiri pada awal abad 20 sebagai kajian dasar hadis di pesantren dijadikan sebagai bukti bahwa pada masa ini kajian hadis di Indonesia masih dalam ranah pengantar.

Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia menyebutkan bahwa pada masa perubahan (tahun 1900-1908) kitab-kitab hadis sudah mulai diajarkan di surau-surau yang kemudian akan menjadi cikal bakal lahirnya madrasah di Sumatera. Adapun kitab-kitab hadis yang mulai diajarkan pada masa ini adalah kitab Hadis Arba‘in karya al-Nawawi, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim di bidang materi hadis. Sedangkan di bidang mushtalah al-hadis, digunakanlah kitab Baiquniyah dan/ syarh-nya. Kemudian pada masa-masa selanjutnya, kitab-kitab hadis dijadikan buku pelajaran di madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren.1

Jika dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen, di dalam bukunya dituliskan bahwa pada masa ini hadis merupakan mata pelajaran yang relatif baru di pesantren. Sebelumnya memang sudah banyak dipelajari karya atau kitab fiqih yang di

(5)

dalamnya menggunakan dalil-dalil hadis sebagai penguat argumen, namun di sini sudah mulai terdapat proses, penyeleksian dan mengutip hadis yang sesuai dengan keperluan pengarangnya. Dijelaskan bahwa pada masa ini minat terhadap kajian hadis lebih besar daripada sebelumnya, dapat dilihat bahwa telah banyak pesantren yang menjadikan hadis sebagai materi atau mata pelajaran wajib bagi murid. Juga disebutkan bahwa kemajuan kajian hadis pada masa ini disebabkan oleh dampak modernisme.2

Pada masa awal abad 20 telah banyak perubahan dan kemajuan dalam bidang pendidikan di Indonesia yang kemudian berpengaruh dan dijadikan sebagai media dalam kajian hadis, di antaranya

a) Madrasah

Permulaan munculnya madrasah baru pada awal abad ke 20, yang dilatar belakangi oleh dua faktor yaitu semangat pembaharuan Islam dan respon pendidikan terhadap kebijakaan pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan serta mengembangkan sekolah.3

Selain itu juga dilator belakangi oleh usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah pendidikan yang lebih memungkinkan juga sebagai upaya menjembatani antara pendidikan tradisional pesantren dan pendidikan modern hasil akulturasi.4

Pendidikan di Indonesian sebelumnya berlangsung tidak seperti yang terlihat saat ini. Pendidikan Islam berlangsung di surau-surau tidak dalam kelas dan tanpa alat-alat tulis dan belajar yang mendukung. Namun pada tahun 1909 Syaikh Abdullah Ahmad mendirikan sekolah agama (Madrasah Adabiah) di Minangkabau. Kemudian mulai berdiri madrasah-madrasah di daerah lain seperti pada tahun 1920 Syaikh M. Thaib Umar mendirikan sekolah agama di Batu Sangkar, walaupun tidak berdiri lama.5

Madrasah-madrasah tersebut mulai memakai kitab-kitab baru yang berasal dari Mesir. Seperti kitab Durusun Nahwiah dan Qawa’idul Lughah Arabiah, tidak hanya itu di sana juga dimasukkan pelajaran sejarah, sejarah Nabi Muhammad, dan akhlak. Namun sayangnya pelajaran ilmu buni Mesir juga diajarkan di madrasah-madrasah tersebut padahal tidak sesuai.6

b) Majalah

2 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, 1995, Bandung: Mizan, hlm. 161-162.

3 Dikutip dari http://naulisiregar.blogspot.com/2013/04/sejarah-madrasah-di-indonesia.html, diakses tanggal 14 Februari 2015 pukul 7.19 am.

4 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 1996, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 163.

(6)

Perkembangan kajian hadis yang terjadi pada awal abad ke 20 ini tidak lepas juga karena adanya pengaruh dari ulama mesir. Thaher Jalaluddin dikenal sebagai salah seorang ulama pembaharu Indonesia yang telah memperkenalkan pemikiran Muhammad Abduh melalui majalah “al-Imam” yang terbit pada tahun 1906 di Singapura. Majalah ini berisi artikel tentang pengetahuan populer dan masalah agama. Majalah ini banyak tersebar di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan.7

H. Abdullah Ahmad, H. M. Thaib Umar, dan Abdul Karim Amrullah banyak terinspirasi dengan adanya majalah “al-Imam” yang tersebar di Indonesia. Hingga akhirnya mereka menerbitkan majalah “al-Munir” pertama kali di Minangkabau pada tahun 1911 M. di antara isi majalah “al-Munir” adalah tentang kebaikan agama Islam dan kelapangannya berdasarkan al-Qur’an dan Hadis, juga terdapat pula banyak kajian kritis terhadap Hadis yang dilakukan oleh H. Abdul Karim Abdullah. dari sini dapat dilihat bahwa pada masa ini hadis sudah mulai mendapat perhatian lebih dari ulama Indonesia. Telah banyak kajian yang mulai khusus membahas hadis.8

Setelah kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tahun 1945 kajian hadis di Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang pesat dan mulai dikaji di Perguruan Tinggi. Islamic College di Padang pertama kali dibuka dan dipimpin oleh Mahmud Yunus telah menggunakan kurikulum Universitas Al-Azhar Kairo. Kemudian ditutup sementara karena Jakarta diduduki oleh Sekutu dan dibuka kembali di Yogyakarta dan telah diubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) pada tahun 1948.9 Dan setelah mulai banyak berdiri Perguruan Tinggi Islam

lainnya di Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Howard M, Federspiel terhadap literatur hadis sampai tahun 1980-an (pada abad 20), beliau membagi jenis literatur hadis Indonesia dalam empat jenis yaitu:10

1) Literatur ilmu hadis yang berisi analisis terhadap hadis yang berkembang pada masa awal Islam untuk menentukan keotentikan dan kepalsuannya.

2) Literatur terjemah terhadap kitab-kitab hadis yang disusun pada masa klasik (620-1250) dan masa pertengahan Islam (1250-1850).

6 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ... hlm. 66.

7 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam,... hlm. 58.

8 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ... hlm. 79-80.

9 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam,... hlm. 198.

(7)

3) Literatur antologi hadis pilihan yang bersumber dari kitab kumpulan hadis.

4) Literatur berupa kumpulan hadis bertemakan sumber hukum dan materi pelajaran sekolah-sekolah Islam.

B. Kitab-kitab Hadis yang Dikaji

Kitab-kitab hadis yang dikaji di madrasah dan pesantren pada awal abad ke 20 sampai tahun 1960 menurut Mahmud Yunus, antara lain

• Sahih al-Bukhari Imam al-Bukhari • Fath al-Bari Ibn Hajar al-‘Asqalani • Jawahir al-Bukhari Mustafa M. ‘Umarah • Tajrid al-Sarih Al-Zabidi

• Sahih Muslim Imam Muslim

• Al-Arba’in al-Nawawiyah Abu Zakariyya Yahya Al-Nawawi • Riyad al-Salihin Yahya ibn Sharaf al-Din al-Nawawi • Bulug al-Maram Ibn Hajar al-‘Asqalani

• Subul al-Salam Muhammad ibn Ismail al-Kahlani • Al-Adab al-Nabawi Muhammad ‘Abd al-‘Aziz al-Khuli • Nail al-Awthar Muhammad ibn ‘Ali al-Shaukani

• Matn Bayquniyah/

Syarh Bayquniyyah Taha ibn Muhammad al-Fattah • ‘Ilm Mustalah al-Hadis H. Mahmud Yunus

• Minhat al-Mugit Hafiz Hasan Mas‘udi • Nubhat al-Fikr Ibn Hajar al-‘Asqalani

Seperti terlihat dalam tabel di atas, di bidang materi hadis, literatur yang digunakan meliputi kitab primer, antologi hadis dan kitab sharh.

(8)

Selain Mahmud Yunus, Martin Van Bruinessen juga dalam penelitiannya terhadap madrasah-madrasah dan pesantren di beberapa wilayah atau provinsi di Indonesia menyebutkan daftar literatur hadis yang digunakan di Indonesia disertai dengan penyebaran dan penggunaannya, yaitu

No.

Daerah Sumater

a Kalsel Jabar Jateng Jatim Jumlah

(9)

Dirayah

al-Dilihat sekilas pada tabel di atas menunjukkan bahwa telah banyak kitab-kitab hadis yang dikaji pada awal abad ke 20 ini. Namun pada dasarnya kitab-kitab hadis di atas masih merupakan kitab yang isinya lebih pada materi akhlak dan fiqih. Sebab tujuan utama dari pembelajaran yang dilakukan saat itu bukanlah bermaksud pada penelitian hadis secara mandiri melainkan untuk meningkatkan pengalaman keagamaan di pesantren atau madrasah semata.11

Sebelum abad 20 ulama-ulama Nusantara yang terkenal telah mengkaji hadis adalah Nur al-Din al-Ranini, Abul Rauf al-Sinkili, dan Muhammad Mahfudz al-Tirmasi.12

Sedangkan pada awal abad 20 ketika hadis mulai mendapat perhatian khusus telah banyak ulama Indonesia yang tertarik pada kajian ini, di antaranya adalah Mahmud At-tirmasi (yang telah memulai kajian hadis pada sebelum abad ke 20), Hasyim Asy’ari, Mahmud yunus, Hasybi Ash-Shidiqi, Abdul Qadir Hasan, Bisri Mustafa.13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia menyebutkan bahwa pada masa perubahan (tahun 1900-1908) kitab-kitab hadis sudah mulai diajarkan di surau-surau yang kemudian akan menjadi cikal bakal lahirnya madrasah di Sumatera. Adapun kitab-kitab hadis yang mulai diajarkan pada masa ini adalah kitab Hadis Arba‘in karya al-Nawawi, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim di bidang materi hadis. Sedangkan di bidang

11 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisi Islam di Indonesia,... hlm. 160.

12 Azyumardi Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. 1998. Bandung: Mizan.

(10)

mushtalah al-hadis, digunakanlah kitab Baiquniyah dan/ syarh-nya. Kemudian pada masa-masa selanjutnya, kitab-kitab hadis dijadikan buku pelajaran di madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren.

Jika dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen, di dalam bukunya dituliskan bahwa pada masa ini hadis merupakan mata pelajaran yang relatif baru di pesantren. Sebelumnya memang sudah banyak dipelajari karya atau kitab fiqih yang di dalamnya menggunakan dalil-dalil hadis sebagai penguat argumen, namun di sini sudah mulai terdapat proses, penyeleksian dan mengutip hadis yang sesuai dengan keperluan pengarangnya. Dijelaskan bahwa pada masa ini minat terhadap kajian hadis lebih besar daripada sebelumnya, dapat dilihat bahwa telah banyak pesantren yang menjadikan hadis sebagai materi atau mata pelajaran wajib bagi murid. Juga disebutkan bahwa kemajuan kajian hadis pada masa ini disebabkan oleh dampak modernisme.

B. Kritik dan Saran

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. 1998. Bandung: Mizan.

Bruinessen, Van Martin. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Cet-II. 1995. Bandung: Mizan.

Danarta, Agung. Kajian Hadis di Indonesia Tahun 1900-1945 (Telaah terhadap Pemikiran Beberapa Ulama tentang Hadis. 1999/2000. Jogjakarta: Proyek Perguruan Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta. Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Cet-II. 1996. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Sebab, menurut Kuntowijoyo (1995:18) dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah, sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Dengan demikian sejarah sangat berhubungan erat

Skripsi yang berjudul “Kontribusi Syaikh Yasin Bin Isa Al-Fadani Dalam Perkembangan Kajian Hadis Di Indonesia Melalui Karyanya Kitab Al-Mujalah Fi Al-Hadis Al-Musalsal”

Tulisan ini akan membahas tentang pemikiran Hasyim Asy’ari dalam bidang hadis yang dapat dilacak dari kitab yang dikarangnya, disamping itu penulis juga akan

2. Kandungan hadis dihubungkan de- ngan fungsi Muhammad. Petunjuk Nabi dihubungkan dengan latar belakang terjadinya, meliputi hadis yang tidak memiliki sebab secara

Banyak versi yang menyebutkan sejarah Teluk Kiluan sendiri, sejumlah tokoh masyarakat khususnya masyarakat asli Lampung ada yang menyebutkan jika penamaan daerah

Materi hadis yang diajarkan di pondok pesantren Kota Banjarbaru dapat dibagi dua. Untuk tingkat Tsanawiyah, materi hadis yang diajarkan adalah mengarah

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau BW terdiri dari 4 buku (Buku - Titel-Bab- (Pasal-Ayat), yaitu: Buku I Van Persone (mengenai orang); Buku II Van Zaken (mengenai

SEJARAH PERKEMBANGAN PESANTREN DI INDONESIA Nurrohman Muhamad Soleh Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia nurrohmanmuhamadsoleh@upi.edu