• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Analisis Potensi Pariwisata Kabupaten Karo"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Dalam usaha untuk mengetahui peranan pariwisata dalam pembangunan suatu negara, tentu harus meninjau kembali khasanah kepustakaan yang membicarakan pembangunan ekonomi baik yang khusus menekankan pada pembangunan ekonomi di negara-negara maju (developed countries) maupun di negara-negara sedang berkembang (under developed countries). Maka dapat ditarik beberapa hal penting yang harus ada supaya pembangunan ekonomi bisa berhasil dengan baik. Dengan begitu dapat dilihat peranan dan potensi yang dimiliki oleh sektor pariwisata dalam pembangunan ekonomi pada umumnya, dan khususnya pembangunan ekonomi di negar-negara berkembang seperti Indonesia atau Kabupaten Karo.

John M. Bryden (Nyoman, 1994; 42) mengemukakan berbagai alasan mengapa industri pariwisata akhir-akhir ini dianggap merupakan alat yang menarik untuk mensukseskan pembanguna ekonomi pada umumnya yaitu:

(2)

diikuti oleh tingkat upah yang lebih tinggi sedangkan di negara yang kedua justru keadaan sebaliknya yang terjadi.

2. Keinginan untuk mendiversifikasikan ekspor barang-barang hasil pertanian trandisional mereka dengan jalan mengekspor barang-barang yang sudah diolah banyak menemui kegagalan karena adanya proteksi oleh negara-negara maju disamping terbatasnya pasar negara-negara ini yang diakibatkan oleh adanya produksi dalam negeri sendiri.

3. Dipihak lain pariwisata menghadapi kondisi permintaan yang berbda yakni merupakan industri yang akhi-akhir ini pertumbuhannya sangat pesat dan mempunyai elastisitas pendapatan dari permintaan yang tinggi, disamping itu industri pariwisata kelihatanya belum dikenakan pembatasan yang berarti di berbagai negara.

Disamping alasan-alasan tersebut Robert Clevedon (Nyoman, 1994 ; 43) menambahkan bahwa pariwisata sebagai alat penting dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang, yaitu dapat mengurangi ketimpangan kesempatan kerja dan ketimpangan pendapatan antar daerah didalam suatu negara. Karena daerah yang cocok dengan pengembangan pariwisata umumnya terletak jauh dari pusat-pusat aktivitas perekonomian.

(3)

di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur, yaitu:

1. Obyek dan daya tarik wisata 2. Prasaranan wisata

3. Sarana wisata

4. Tata laksana/Infaraktruktur 5. Masyarakat/Lingkunagn. 2.1.1 Pengertian pariwisata

Istilah pariwisata dalam bahasa sansekerta terdiri dari dua suku kata yaitu: “pari” dan “wisata”. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar ataru berkeliling-keliling. Sedangkan Wisata berarti berpergian, dari pengertian tersebut maka dapat diartikan secara garis besar bahwa “pari-wisata” adalah suatu perjalan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain.

Robert McIntosh bersama Shashikant Gupta (Kusmayadi dan Edar Sugiarto, 2000 :5) mencoba mengungkapkan bahwa parawisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan- wisatawan serta para pengunung lainnya.

(4)

(Pandit,2003) mengemukakan bahwa pariwisata adalah keseluruhan hubungan dengan gejala-gejala atau peristiwa yang timbul dari adanya perjalanan dan tingkahnya orang asing dimana perjalanan tidak untuk bertempat tinggal, menetap dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah sedangkan kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata yang bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta intraksi antara wisatawan dengan masyarakat dengan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

Pariwisata memiliki beberapa tujuan yakni : 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2. Meningkatkan kesejahtraan rakyat. 3. Mengapus kemiskinan.

4. Mengatasi pengangguran.

5. Melastarikan alam, lingkungan dan sumber daya. 6. Memajukan kebudayaan.

7. Mengangkat citra bangsa.

8. Memperkukuh jati diri dan persatuan bangsa.

(5)

Berdasarkan daari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan dari pada wisatawan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik.

Menurut Rahardjo dalam bukunya pembangunan kawasan dan tata ruang Pariwisata meliputi berbagai jenis, karena keperluan dan motif perjalanan wisata yang dilakukan bermacam-macam, yaitu :

1. Pariwisata Pantai (Marine Tourism)

Yaitu merupakan kegiatan pariwisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam dan olahraga air lainnya, Termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum. 2. Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism)

Yaitu merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang di anggap menarik.

3. Pariwisata Budaya (Culture Tourism)

Yaitu perjalanan untuk meresapi suatu gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

4. Pariwisata Rekreasi (Recreational Tourism)

Yaitu kegiata wisata yang pada olahraga, menghilangkan ketegangan, dan melakukan kontak sosial dalam suasana yang santai.

5. Pariwisata Alam (Ecotourism)

(6)

alam, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada (pernah ada) di tempat tersebut.

6. Pariwisata Kota (City Tourism)

Yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk melihat atau mempelajari/ menikmati objek, sejarah dan daya tarik yang terdapat dikota tersebut. 7. Pariwisata Agro (Agro Tourism = Rural Tourisme = Farm Tourism)

Yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan untuk mengajak wisatawanuntuk ikut memikirkan sumber daya alam dan kelestariannya. Wisatawan tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatannya.

8. Pariwisata Perkotaan (Urban Tourism)

Bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota-kota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup penting namun bukan merupakan kegiatan utama dari kota tersebut.

9. Pariwisata Sosial (Social Tourism)

Yaitu merupakan pendekatan untuk menyelenggarakan liburan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta orang-orang yang tidak memiliki inisiatif untuk melakukan perjalanan serta orang-orang yang belum mengerti bagaimana cara mengatur suatu perjalanan wisata.

10.Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism)

(7)

2.1.2 Wiasatawan

Wisatawan adalah oarang-oramg yang melakukan kegiatan wisata atau melakukan perjalanan rekreasi (Peters, 1969 dalam Wirdiyanto, 2011). dengan batasan demekian maka wisatawan tidak termasuk pelaku perjalanan dengan ciri sebagai berikut :

1. Orang-orang yang datang dengan baik dengan dasar kontrak maupun tidak, untuk mencari kerja atau yang bekerja di suatu negara.

2. Orang-orang yang datang menetap untuk menjadi penduduk di suatu negara.

3. Pelajar

Di dalam Intruksi Presiden RI No. 9, 1969 bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa “... wisatawan ialah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tampat lain dngan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.

Jenis-jenis wisatawan menurut asalnya dapat dibedakan atas :

1. Wisatawan asing (Foreign Tourist) yaitu swisatawan dari suatu negara yang masuk ke negara lain.

2. Wisatawan domestik (Domesticc Tourist) yaitu wisatawan dari setiap daerah pariwisata yang masuk ke provinsi yang lain dalam satu negara. 3. Wisatawan lokal (Local Tourist) yaitu wisatawan yang berada dalam

(8)

2.1.3 Potensi Obyek wisata

Menurut Spillane (1989) Potensi wisata adalah segala tempat atau lokasi wisata yang mengandung berbagai unsur yang saling bergantung yang dapat menarik wisatawan untuk datang dan menikmati obyek wisata tersebut.

Menurut Cholil (dalam Yoety 2006) potensi wisata adalah obyek atau atraksi wisata yang dapat dipublikasikan, dipasarkan, dikelolah serta dikembangkan menjadi tempat peristerahatan atau bersenang-senang dalam sementara waktu dan dapat diambil manfaatnya dari obyek wisata tersebut.

Potensi wisata terdiri dari dua faktor, yaitu : 1. Faktor fisik

Yang dimaksud dengan faktor fisik adalah faktor yang menunjang sebagai obyek wisata yang merupakan elemen alam. Yang termasuk ke dalamnya adalah air, pepohonan, udara, pegunungan, pantai, bentang alam, vegetasi dan sebagainya yang bergunan bagi para wisatawan.

2. Faktor non fisik

Yang dimaksud dengan faktor non fisik adalah sebagai pendukung untuk pengembangan obyek wisata . yang dimaksudkan dalam faktor fisik adalah sarana dan prasarana, peran pemerintah serta pengelolah sapta pesoana. Menurut Rumaini (1992) Umumnya yang menjadi daya tarik obyek wisata berdasarkan pada :

a. Adanya ciri khusus atau spesifik yang bersifat langka.

(9)

d. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir

Menurut Marioti ( dalam Yoenty : 1996 ) yang termasuk potensi dalam obyek wisata adalah :

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang istilah kepariwisataan disebut dengan natural animitites. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

a. Iklim, misalnya cuaca, cahaya matahari, dan sebagainya. b. Hutan belukar ( the sylvan element).

c. Flora dan fauna, tanaman-tanaman, burung-burung, cagar alam, dan sebagainya.

d. Bentuk tanah dan pemandangan ( land configuration and land space), misalnya lahan yang datar, lembah, pegunungan, danau, pantai, dan air terjun.

e. Pusat-pusat kesehatan (healt center) misalnya sumber air panas, air mineral, dimana semuanya ini diharapkan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit.

2. Hasil cipta manusia (man made Suplly) yaitu beberapa benda-benda bersejarah sisa-sisa peradapan masa lalu, kebudayaan dan keagamaan, misalnya :

a. Monumen bersejarah dan sisa peradapan masa lampau.

(10)

c. Acara tradisional, pameran, festival, upacara perkawinan dan sebagainya.

d. Museum, perpustakaan dan keseniaan rakyat

3. Tata cara hidup masyarakat (the way of life). Tata cara hidup yang dimaksud adalah tata cara hidup tradisional dari sumber masyarakat yang merupakan salah satu sumber penting yang ditawarkan kepada para wisatawan. kebiasaan hidup, adat istiadat, dan tata cara masyarakat misalnya, pembakaran mayat (ngaben) di Bali, upacara pemakaman rakyat di Tanah Toraja, dan lain-lainnya merupakan daya tarik utama wisatawan untuk datang dan tinggal lebih lama di daerah tersebut.

2.2 Potensi Wilayah

2.2.1 Keunggulan Komperatif

Istilah comparative advantage (keunggulan komparatif) mula-mula dikemukakan oleh David Ricardo (1917) sewaktu membahas perdagangan antara dua negara. Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua negara saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan untuk mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komperatif maka negara tersebut akan beruntung. Pemikiran Ricardo tentang keunggulan komperatif tidak hanya berlaku pada perdagangan internasional saja tetapi juga pada ekonomi regional.

(11)

Competitive advantage (keunggulan kompetitif) adalah kemampuan suatu

daerah untuk memasarkan produknya diluar daerah atau luar negeri bahkan pasar global. dalam keunggulan kompetitif dapat dilihat apakah suatu daerah dapat menjual produknya diluar negeri secara menguntungkan, tidak lagi membandingkan potensi komoditi yang sama di suatu negara dengan negara lain, melainkan membandingkan komoditi suatu negara terhadap komoditi semua negara pesaingnya di pasar global.

Menurut Tarigan (2005) suatu daerah memiliki keunggulan komperatif (comperative advantage) karena salah satu faktor atau gabungan dari beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang dapat membuat suatu wilayah memiliki keunggulan komperatif dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Pemberian alam, yaitu karena kondosi akhirnya wilayah tersebut memiliki keunggulan untuk menghasilkan produk tertentu.

2. Masyarakanya menguasai teknologi mutakhir (menemukan hal-hal baru) atau jenis produk tertentu.

3. Masyarakatnya menguasai keetrampilan khusus. 4. Wilayah itu dekat dengan pasar.

5. Wilayah dengn aksebilitas yang tinggi.

6. Daerah konsentrasi/sentral dari suatu kegiatan sejenis. 7. Daerah aglomerasi dari berbagai kegiatan.

8. Upah buruh yang rendah dan tersedia jumlah yang cukup serta didukung oleh ketrampilan memadai dan mentalitas yang mendukung.

(12)

10.Kebijakan pemerintah.

2.2.2 Kuosien Lokasi (Location Quotient)

Location quotient (kuosien lokasi) disingkat dengan LQ adalah suatu

perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor atau komoditi di suatu daerah (kabupaten/kota) terhadap peranan sektor atau komoditi di daerah yang lebih tinggi (provinsi/nasional). Dengan kata lain LQ menghitung share output sektor I di kabupaten dengan share output sektor I di provinsi.

Dengan rumus :

Apabila LQ > 1 artinya peranan sektor atau komoditi tersebut di daerah itu lebih menonjol dibandingkan dengan peranan peranan sektor atau komoditi secara nasional atau lebih luas. Sebaliknya, apabila LQ < 1 maka peranan sektor itu di daerah tersebut lebih kecil dari pada peranan sektor atau komoditi secara nasional.

(13)

2. Metode LQ sederhana serta dapat digunakan untuk data historis untuk mengetahui trend

Analisis LQ sesuai dengan rumusanya memang sederhana dan apabila digunakan dalam bentuk one shot analysis, manfaatnya juga tidak begitu besar, yaitu hanya melihat apakah LQ berada di atas 1 atau tidak. Akan tetapi, analisis LQ dapat dibuat menarik apabila digunakan dalam bentuk time-series/trend, artinya dianalisis dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu sektor pada kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Hal ini dapat memancing analisis lebih lanjut, misalnya apabila naik maka dapat dilihat faktor-faktor yang membuat daerah tersebut tumbuh lebih cepat dari rata-rata nasional.demikian juga sebaliknya. Apabila turun dapat dilihat faktor-faktor yang membuat daerah tersebut tumbuh lebih lambat dari rata-rata nasional. Hal ini dapat membantu untuk melihat kekuata/kelemahan wilayah tersebut dibandingkan secara relatif dengan wilayah yang lebih luas. Potensi yang positif digunakan untuk strategi pengembangan wilayah. Adapun faktor-faktor yang membuat potensi sektor di suatu wilayah lemah, perlu dipikirkan apakah perlu ditanggulangi atau dianggap tidak prioritas (Robinson Tarigan, 2005).

2.2.3 Analisis Shift-Share (Shift Share Analisys)

(14)

perubahan sedangkan metode shift-share memberikan penjelasan penyebab perubahan tersebut.

Menurut Tambunan (2005) metode analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis dalam riset pembangunan pedesaan. Analisis ini juga digunakan untuk menganalisis sumbangan (share) kecamatan ke kabupaten dan sektor yang mengalami kemajuan selama pengukuran. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan keunggulan kompetitif suatu wilayah. Penyebab pergrseran ada tiga yaitu :

1. Komponen share, menunjukkan kontribusinya terhadap pergeseran total seluruh sektor di total wilayah agregat yang lebih luas.

2. Komponen proportional shift, menunjukkan pergeseran total sektor tertentu di wilayah agregat yang lebih luas.

3. Komponen differential shift, menunjukkan pergeseran suatu sektor tertentu di suatu wilayah tertentu.

Suatu wilayah dianggap memiliki keunggulan kompetitif bila komponen differential shift bernilai positif karena secara fundamental masih memiliki potensi

untuk terus tumbuh meskipun faktor-faktor ekternal (komponen share dan proportional shift) tidak mendukung.

1. Komponen Pertumbuhan Nasional (National share)

(15)

dan perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional shift component) Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) serta perbedaan dalam struktur dan keragamana pasar.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Differential shift component) Komponen pertumbuahn pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya.

2.3 Dampak Pengembangan Pariwisata

Manfaat lain dari pengembangan pariwisata dapat langsung diperoleh oleh pemerintah daerah melalui pajak daerah maupun pajak lainnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi kepada daerah melalui pajak daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berupa pemberian hak atas tanah pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor pariwisata memberikan kontribusi berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak minuman beralkohol serta pajak pemanfaatan air bawah tanah.

Pengembangan pariwisata pada dasarnya dapat membawa berbagai manfaat bagi masyarakat di daerah diantaranya adalah :

(16)

2. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata 3. Penyerapan tenaga kerja

Berdasarkan Undang-Undang Nomor tahun 1990 tentang pariwisata, tujuan dari pengembangan pariwisata adalah untuk menciptakan multipler effect, yakni :

1. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

2. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahtraan dan kemakmuran rakyat.

3. Mendorong pendaya gunaan produksi nasional. 2.4 Penelitian Terdahulu

Jenny, 2013. Potensi Obyek Wisata Batu Hoda di Desa Tigaras Kecamatan Dolok Perdamean Kabupaten Simalungun. Masalah yang diteliti adalah

bagaimana potensi fisik dilokasi obyek wisata Batu Hoda Di Desa Tigaras Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun. Menggunakan data Primer dan Sekunder dan wawancara. Metode yang digunakan untuk menganalisa data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan Potensi fisik yang dimiliki oleh lokasi obyek wisata Batu Hoda untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata sudah cukup memadai, namun masih memerlukan beberapa pengembangan agar dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung yang akan datang berkunjung dan menjaga kondisi kebersihan di lokasi obyek wisata Batu Hoda.

Pardede, 2011. Potensi dan Peluang Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Tebing Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan sektor pariwisata di Kota

(17)

dimanfaatkan untuk dijadikan objek wisata, strategisnya Kota Tebing Tinggi yang dikarenakan sebagai jalur transit lintas timur dan lintas tengah berpotensi untuk dibangun objek wisata baru. Sektor pariwisata di Kota Tebing tinggi memiliki peluang untuk mengembangkan objek wisata yang ada di Kota Tebing Tinggi terlihat dari tingginya keinginan masyarakat Kota Tebing Tinggi yang menginginkan adanya objek wisata sebagai tempat untuk merileksasikan pikiran dan bersantai yang kemudian mendapat dukungan dari pemerintah yang langsung berbenah dan membuat perogram pembangunan beberapa objek wisata di Kota Tebing Tinggi.

Trilolorin, 2013. Analisis Daya saing Sektor Pariwisata Kota Medan. Masalah yang diteliti adalah 1. Bagaimana potensi sektor pariwisata kota medan, 2. Bagaimana daya saing sektor pariwisata kota medan?, penelitian ini menggunakan metode LQ dan shift share dalam menganalisis masalah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan. Berdasarkan perhitungan alat analisis potensi wilayah yaitu indeks Location Quotient dari alat analisis menunjukkan bahwa sektor pariwisata Kota Medan merupakan sekor unggulan dan kreteria tergolong ke dalam sektor yang maju atau berpotensi dan tumbuh dengan pesat dan merupakan sektor basis, dan dilihat dari hasil analisis Shift Share untuk kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kota Medan menunjukkan nilai positif. Artinya sektor pariwisata Kota Medan memiliki daya saing yang kuat.

2.5 Kerangka Konseptual

(18)

subsektor perdagangan, hotel, restoran perekonomian daerah. Meningkatnya kunjungan wisatawan akan berdampak langsung terhadap subsektor perdagangan, hotel dan restoran. Selanjutnya pariwisata akan memberi pengaruh yang berantai terhadap sektor-sektor ekonomi lainya, baik yang langsung memasok barang dan jasa untuk keperluan sektor pariwisata mapun tidak langsung, melalui efek pengganda sehingga PDRB. Sektor pariwisata juga terbukti mampu memberikan kontribusi penting penerimaan devisa negara.

Sektor pariwisata terus mengalami peningkatan, ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki potensi yang besar. Untuk itu perlu dikaji secara mendalam kebijakan pembangunan yang akan dilaksanakan dalam pengembangan potensi pariwisata Kabupaten Karo. Dimana potensi dan pengembangan sektor ini dapat memberikan kontribusi selain penerimaan devisa negara, sektor ini juga berdampak penyerapan tenaga kerja, pendapatan daerah dan pengembangan wilayah.

(19)

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Konseptual Perekonomian

Daerah

Sektor Pariwisata

Potensi Kontribusi

Kebijakan Pembangunan

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarka hasil penelitian, masyarakat Kelurahan Salaka mempercayai royong karena bagian dari ritual adat yang sangat sakral serta penting keberadaannya dan menjadi

[r]

Gambaran umum dari purwarupa robot lengan pemilah objek berdasarkan label tulisan secara realtime, adalah robot lengan digunakan untuk mengidentifikasi suatu objek

Kebijakan dan strategi pengembangan sumber daya manusia fungsional di lingkungan perhubungan merupakan salah satu upaya strategis untuk meningkatkan pelayanan, maka perlu mewujudkan

Penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan tablet bewarna dengan menggunakan metode iodametri dimana sampel ditambahkan dengan air, HCl 2N dan kloroform sebagai

Undang –undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Pasal l Desa adalah Desa dan Adat atau yang disebut dengan nama lain, Selanjutnya disebut Desa adalah

1.2.1 Jelaskan manfaat program studi terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Untuk pengusulan program studi baru yang diusulkan oleh perguruan tinggi lama,

Latar belakang penelitian adalah masih disisipkanya latihan servis pada saat latihan main dan rendahnya penguasaan teknik servis atlet putri tingkat