Sejak tahun 2000, kesulitan air minum menjadi
permasalahan masyarakat yang susah terpecahkan di Kebumen yaitu kondisi geografis Kebumen yang
bergunung-gunung, tercemarnya sumber air karena kebiasaan sanitasi masyarakat yang kurang baik, dan penambangan liar pasir di sungai, serta menurunnya debit air tanah, serta banyaknya sarana sumur dalam yang rusak
Dalam upaya memperbaiki situasi ini, POKJA AMPL
Kebumen melihat bahwa selain strategi konsolidasi
dengan dinas/SKPD terkait dibutuhkan kelompok strategis yang potensial dalam mengatasi permasalahan diatas
Kelompok perempuan dinilai mempunyai fungsi strategis,
Gagasan ini kemudian ditangkap menjadi strategi
pelibatan perempuan dengan mulai melibatkan
perempuan dalam kegiatan-kegiatan strategi komunikasi pembangunan AMPL
Advokasi untuk melibatkan perempuan dalam kegiatan
dimulai pada program Pembangunan Air Minum dan
Peserta 50% peserta perempuan: ibu rumah
tangga, PKK, Dharma Wanita, LSM, Lurah dan
camat perempuan, staff di SKPD sampai dengan
anggota DRPD perempuan, dan wartawati dari
mass media
Dari hasil ini isu mengenai perempuan sudah
mulai muncul, karena terlihat dalam identifikasi
masalah terlihat bahwa perempuan mengambil
peranan penting di sektor AMPL.
Hal ini mendorong Pokja AMPL untuk menindak
Peserta terdiri dari 35 orang unsur
masyarakat 11 desa dan kecamatan
terkait, media lokal (TV, Radio, dan Surat
kabar), LSM dan Universitas, dengan Tim
WASPOLA dan Tutor terkait, serta Pokja
AMPL Pusat
Tujuan : menyusun rencana sosialisasi
Camat Poncowarno (perempuan) yang langsung
menanggapi untuk menggagas cara melibatkan
masyarakat supaya mau berpartisipasi dalam AMPL
Pelatihan Media Rakyat untuk membangun
Partisipasi Masyarakat yang dilakukan dan dimotori oleh Pokja AMPL dan Camat Poncowarno
Acara ini mendapat dukungan dari Bupati kebumen Pelatihan media rakyat dilakukan langsung di
lapangan, dengan peserta dari 5 kecamatan
Peserta lokakarya: PKK , profesi perempuan lain
Peserta dari desa 100 orang warga yang terdiri
dari 90% perempuan dan 10% pria
Rekomendasi yang menarik yang muncul dari
pertemuan ini adalah peserta akan membawa
ilmu yang sudah mereka bawa tentang AMPL
kepada warga di lokasi mereka.
Di sisi lain di tingkat Kabupaten, akan
direncanakan program kampanye AMPL di masa
mendatang, perempuan akan mulai menjadi
penyelamat air dan lingkungan di wilayah
mereka.
Kelompok perempuan mempunyai rasa percaya diri
yang lebih tinggi untuk terlibat, berani mengajukan pendapat dan belajar memimpin suatu pertemuan dengan metode group media yang diajarkan dalam pelatihan yang difasilitasi WASPOLA.
Dalam kesempatan praktek, ketika diundang sore
harinya peserta diskusi dari kelompok perempuan yang datang terlihat sangat antusias membicarakan permasalahan dan gagasan untuk aksi ke depan
menyelamatkan AMPL
Untuk memulai gerakan penyelamatan hutan dan
bahkan kelompok perempuan ini berani menegur
Hasil dari pelatihan adalah mampu
mensosialisasikan pentingnya program AMPL
dan peran perempuan di dalamnya, baik
kepada masyarakat maupun aparat
pemerintahan
Terdapat kader di 27 desa yang mayoritas
adalah perempuan, yang memiliki
pengetahuan dalam penyadaran keberlanjutan
pembangunan air minum dan anitasi
Adanya rencana kerja Kabupaten dalam
Kelompok perempuan merupakan stakeholder yang dapat
diandalkan dalam membangun kesadaran pada tingkat
masyarakat, karena mereka memahami tentang persoalan sehari-hari AMPL
Kelompok perempuan merupakan stakeholder yang potensial
dalam merubah perilaku masyarakat, karena mereka lebih vokal dalam menyuarakan tentang pentingnya AMPL dalam
membangun masyarakat, yang dimulai dari keluarga sendiri.
Peran pimpinan perempuan, baik dalam tataran pimpinan
daerah, maupun dalam tataran kegiatan, sangat dominan dalam mendukung upaya pelibatan perempuan dalam pembangunan AMPL, ditunjukkan dengan aktifnya para ibu pejabat di kebumen, serta bagaimana kiprah mereka selama proses berlangsung
Fasilitasi yang memberikan ruang partisipasi yang cukup dengan
hadir bersama di daerah dan praktek lapangan, memberikan ruang untuk menimbulkan kepercayaan diri kaum perempuan di tingkat desa, sehingga mereka terpicu untuk menjadi agen
Diselenggarakan di Bangka tahun 2008-2009
Pelatihan bagi pelatih yang berasal dari Pokja AMPL
Bangka selama 3 hari
Pelatihan enumerator 5 hari
Peserta adalah kader posyandu dari 10 desa di
Kecamatan Merawang
Materi pelatihan adalah pemahaman tentang materi
dasar AMPL, pemahaman tentang kuesioner, teknik wawancara
Pelatihan dilaksanakan di kelas dan praktek
lapangan di sebuah desa
Bertindak sebagai supervisor dalam pelaksanaan
pendataan adalah Dinas Kesehatan Bangka dalam hal ini Sanitarian
Bertindak sebagai quality control adalah Pokja AMPL
Kader wanita dengan pendidikan maksimum
SMA dapat diandalkan dalam proses pendataan
Dalam prosesnya, tidak saja mengumpulkan
data tetapi juga melakukan penyampaian pesan
tentang prinsip pembangunan air minum dan
sanitasi yang sehat bagi masyarakat
Dengan insentif yang relatif kecil, memberikan
Desa Tanjung Tiga Kecamatan Lembak Kabupaten
Muara Enim dalam waktu satu bulan tidak ada lagi warga desa yang BABS
Kondisi ini dicapai melalui pelaksanaan Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang (i)
mengedepankan perubahan perilaku dan bukan membangun sarana fisik; (ii) tanpa subsidi pada masyarakat.
Kata kuncinya adalah pemicuan langsung kepada
masyarakat dengan menimbulkan rasa jijik, dan rasa malu
Keberhasilan program STBM ini terutama didorong oleh
keterlibatan bidan desa dalam proses pemicuan.
Keberhasilan bidan desa disebabkan oleh (i) kedekatan