• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perempuan dalam Gereja pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Perempuan dalam Gereja pdf"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PEREMPUAN DALAM GEREJA Oleh Samson Hutagalung

Sumber http://bit.ly/2dKDifN

Apa ajaran Alkitab tentang peranan perempuan dalam pelayanan gereja? Ketika membaca tulisan ini, pembaca sudah barang tentu memiliki pandangan dan pengertian sendiri tentang pelayanan perempuan. Penulis tidak bermaksud mengabaikan pandangan itu, namun yang dipaparkan di sini merupakan suatu ajaran yang sepenuhnya berpatokan pada Alkitab dimana setiap argumentasi didasrkan pada firma Allah. Penulis juga tidak menawarkan pandangan suatu denominasi tetapi semata-mata menganalisa dan menafsirkan ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan peranan perempuan dalam gereja. Mungkin pembaca memiliki pandangan yang berbeda, namun demikian penulis mengajar pembaca untuk menelusiri penjelasan dalam tulisan ini agar bisa melihat dengan jelas apa pandagan yang dimiliki saat ini benar-benar berdasarkan firman Allah karena setiap pandangan yang tidak memiliki dasar firman Allah maka pandangan itu keliru dan tidak sepantasnya dipercayai. Untuk itulah penulis mengangkat topik ini agar pembaca lebih berpihak pada firman Allah yang adalah pedoman satu-satunya dalam hidup dan iman.

Hal ini didasari atas pengamatan di berbagai gereja yang hampir semua denominasi menerima perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan jabatan kepemimpinan. Bagitu banyak denominasi telah menerima perempuan sebagai pendeta atau gembala sidang, dan pengajar yang disetarakan dengan laki-laki. Kebanyakan umat Kristen telah menerimanya sebagai fakta dan menjadi bagian sejarah kekristenan di berbagai Negara. Namun demikian, ini bukan berarti suatu fakta kebenaran. Tindakan manusia tidak selalu membenarkan suatu ajaran. Untuk itulah pembelajaran firman Allah dibutuhkan.

Yang menjadi pertanyaan, adakah pernyataan eksplisit firman Allah yang memberikan peluang perempuan menjabat sebagai pendeta atau gembala dan memiliki kesetaraan jabatan dengan laki-laki? Atau adakah pernyataan eksplisit firman Allah yang membatasi wewenang seorang perempuan dalam kepemimpinan gereja? Apa yang dikatakan Alkitab tentang peranan perempuan dalam gereja? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dituntut pembelajaran firman Allah dengan serius dan teliti.

AJARAN ALKITAB TENTANG PERANAN PEREMPUAN DALAM GEREJA

Secara umum gereja-gereja Liberal menerima keberadaan perempuan sebagai pemimpin dan menempatkan kesejajarannya dengan laki-laki. Tidak bisa disangkal dunia saat ini gencar menuntut kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagai akibat konsekwensi implimentasi demokrasi. Namun sehebat apapun demokrasi di suatu Negara, demokrasi tidak bisa mengubah dan menghancurkan kebiasaan dan budaya suatu daerah dalam hal kesetaraan laki-laki dan perempuan.

Contoh sedehana, setiap suku dan bangsa mengakui suami dalam rumah tangga adalah pemimpin dalam rumah tangga itu. Semoderen apa pun peradapan manusia di suatu Negara, anggapan ini selalu melekat dalam diri setiap anggota keluarga.

Contoh lain adalah stradisi suku Batak dan masih banyak suku-suku lain di Indonesia. Dalam tradisi daerah ini, posisi perempuan tidak pernah bisa menggantikan laki-laki dalam adat istiadatnya meskipun perempuan itu memiliki jabatan hebat di pemerintahan atau memiliki pendidikan setingkat professor. Ia akan selalu menjadi seorang perempuan yang tidak memiliki hak bicara ketika berhadapan dengan laki-laki dalam adat istiada. Ia hanya bisa duduk dan mendengar suatu diskusi yang diselenggarakan. Jika ingin mengungkapkan pendapatnya, ia harus menyampaikan melalui perantaraan laki-laki yang ada. Demokrasi tidak bisa mengubah tradisi ini karena jika perubahan terjadi sistem budaya suku ini akan hancur. Jaid jika demokrasi tidak bisa menghancurkan suatu tradisi budaya yang merupakan buatan manusia, maka akan lebih tidak mungkin lagi mengubah apa yang tertulis dalam firman Allah.

(2)

yang menjelaskan beberapa persamaan laki-laki dan perempuan di hadapan Tuhan. Namun juga harus digarisbawahi bahwa ada ayat-ayat Alkitab yang menekankan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda dalam hal kempimpinan karena Allah menetapkan laki-laki sebagai pemimpin perempuan.

(1) Laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah

Maka Allah e iptaka a usia itu e urut ga ar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya ereka (Kejadian 1:27).

Jawa Yesus: Tidakkah ka u a a, ahwa Ia ya g e iptaka a usia sejak se ula e jadika ereka laki -laki da pere pua ? (Matius 19:4).

“e a pada awal du ia, Allah e jadika ereka laki-laki da pere pua , (Markus 10:6).

(2) Allah memberkati laki-laki dan perempuan

Laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya ereka. Ia e erkati ereka da e erika a a Ma usia kepada ereka, pada waktu ereka di iptaka (Kejadian 5:2).

(3) Perempuan juga dipanggil sebagai nabi

Lalu Mirya , a iah itu, saudara pere pua Haru , e ga il re a a di ta ga ya, da ta pillah se ua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari- ari (Keluaran 15:20).

Pada waktu itu De ora, seora g a iah, isteri Lapidot, e eri tah se agai haki atas ora g Israel (Hakim-hakim 4:4).

Maka pergilah i a Hilkia, Ahika , Akh or, “afa da Asaya kepada a iah Hulda, isteri seora g ya g mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin Tikwa bin Harhas; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan

aru. Mereka e eritaka se ua ya kepada ya (2 Raja-raja 22:14).

Maka pergilah Hilkia de ga ora g-orang yang disuruh raja kepada nabiah Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin Tokhat bin Hasra, penunggu pakaian-pakaian; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan aru. Mereka er i ara kepada ya se agai a a ya g diperi tahka (2 Tawarikh 24:22).

Ya Allahku, i gatlah agai a a To ia da “a alat asi g-masing telah bertindak! Pun tindakan nabiah Noaja dan nabi-nabi yang lain yang mau menakut- akutka aku (Nehemia 6:14).

Ke uliaa agi Allah di te pat ya g ahati ggi da da ai sejahtera di u i di a tara a usia ya g erke a kepada-Nya (Lukas 2:14).

(4) Perempuan juga bernubuat dan dipenuhi Roh Kudus

Juga ke atas ha a-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka aka er u uat (Kisah 2:18).

“e a kepada ya g seora g Roh e erika karu ia u tuk erkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya (1 Korintus 12:8-11).

(5) Laki-laki dan perempuan sama-sama memberikan persembahan

Maka data glah ereka, aik laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya, dengan membawa anting-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan kerongsang, segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang mempersembahkan persembahan unjukan dari emas bagi TUHAN (Keluaran 35:22).

(3)

(6) Perempuan menyanyi di hadapan Tuhan

Tetapi pada waktu ereka pula g, ketika Daud ke ali sesudah e galahka ora g Filisti itu, keluarlah ora g -orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan

e ukul re a a, de ga ersukaria da de ga e u yika geri i g (1 Samuel 18:6).

Yere ia e uat suatu syair ratapa e ge ai Yosia. Da sa pai sekara g i i se ua pe ya yi laki-laki dan penyanyi perempuan menyanyikan syair-syair ratapan mengenai Yosia, dan mereka jadikan itu suatu kebiasaan di Israel. Semuanya itu tertulis dalam Syair-syair Ratapa (2 Tawarikh 35:25).

“elai dari udak ereka laki-laki dan perempuan yang berjumlah tujuh ribu tiga ratus tiga puluh tujuh orang. Pada mereka ada dua ratus penyanyi laki-laki da pere pua (Ezra 2:65).

“elai dari udak ereka laki-laki dan perempuan yang berjumlah tujuh ribu tiga ratus tiga puluh tujuh orang. Pada mereka ada dua ratus empat puluh lima penyanyi laki-laki da pere pua (Nehemia 7:76).

Pada hari itu ereka e perse ahka kor a ya g esar. Mereka ersukaria kare a Allah e eri ereka kesukaan yang besar. Juga segala perempuan dan anak-anak bersukaria, sehingga kesukaan Yerusalem terdengar sa pai jauh (Nehemia 12:43).

(7) Laki-laki dan perempuan sama-sama bisa mengerti hukum Taurat

Lalu pada hari perta a ula ya g ketujuh itu i a Ezra e awa kita Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki aupu pere pua da setiap ora g ya g dapat e de gar da e gerti (Nehemia 8:2).

(8) Perempuan melakukan perbuatan baik

Ba yak wa ita telah er uat aik, tetapi kau ele ihi ereka se ua (Amsal 31:29).

(9) Perempuan bisa memiliki iman yang hebat

Maka Yesus e jawa da erkata kepada ya: Hai i u, esar i a u, aka jadilah kepada u seperti ya g kaukehe daki. Da seketika itu juga a ak ya se uh (Matius 15:28).

(10) Perempuan sebagai penyembah yang hebat

Tetapi Yesus e getahui pikira ereka lalu erkata: Me gapa ka u e yusahka pere pua i i? “e a ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku (Matius 26:10).

Ketika Yesus erada di Beta ia, di ru ah “i o si kusta, da seda g duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli- uli itu, di urahka ya i yak itu ke atas kepala Yesus (Markus 14:3).

(11) Perempuan sebagai pengajar bagi para perempuan dan anak-anak

Maka dengarlah firman TUHAN, hai perempuan-perempuan, biarlah telingamu menerima firman dari mulut-Nya; ajarkanlah ratapan kepada anak-anakmu perempuan, dan oleh setiap perempuan nyanyian ratapan kepada te a ya (Yeremia 9:20).

Da de ga de ikia e didik pere pua -perempuan muda mengasihi suami dan anak-a ak ya (Titus 2:4). De ikia juga pere pua -perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal ya g aik (Titus 2:3).

(12) Laki-laki dan perempuan sama-sama dipenuhi Roh Kudus

Juga ke atas ha a-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu (Yoel 2:29).

(13) Perempuan sebagai pendukung/pelayan dalam pelayanan Kristus

Da ada di situ a yak pere pua ya g elihat dari jauh, yaitu pere pua -perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea u tuk elaya i Dia (Matius 27:55).

Mereka se ua ya telah e gikut Yesus da melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sa a de ga Yesus (Markus 15:41).

(4)

(14) Perempuan, orang pertama yang melihat Kristus bangkit

Mereka segera pergi dari ku ur itu, de ga takut da de ga suka ita ya g esar da erlari epat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid- urid Yesus (Matius 28:8).

Mereka sa gat ketakuta da e u dukka kepala, tetapi kedua ora g itu erkata kepada ereka: Me gapa ka u e ari Dia ya g hidup, di a tara ora g ati? (Lukas 24:5).

(15) Perempuan dan laki-laki berdoa bersama-sama

Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus (Kisah 1:14).

(16) Laki-laki dan perempuan sama-sama dibaptis dengan air

Tetapi sekara g ereka per aya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki aupu pere pua (Kisah 8:12).

(17) Laki-laki dan perempuan menjadi pelayan Paulus

Allah ya g telah e jadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil uata ta ga a usia (Kisah 17:34).

(18) Para perempuan beriman sangat menonjol dalam gereja

Be erapa ora g dari ereka e jadi yaki da e gga u gka diri de ga Paulus da “ilas da juga seju lah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-pere pua terke uka (Kisah 17:4).

(19) Para perempuan bekerja keras untuk Tuhan

“ala kepada Trife a da Trifosa, ya g ekerja e a ti g tula g dala pelaya a Tuha . “ala kepada Persis, ya g kukasihi, ya g telah ekerja e a ti g tula g dala pelaya a Tuha (Roma 16:12).

(20) Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki keselamatan dalam Kristus

Dala hal i i tidak ada ora g Yahudi atau ora g Yu a i, tidak ada ha a atau ora g erdeka, tidak ada laki -laki atau pere pua , kare a ka u se ua adalah satu di dala Kristus Yesus (Galatia 3:28).

Ayat-ayat di atas memberikan penjelasan aspek-aspek kesetaraan laki-laki dan perempuan seperti dalam keselamatan, berkat, kepenuhan Roh Kudus dan pelayanan. Masih banyak lagi yang bisa digali dari Alkitab tentang kesetaraan ini.

Meskipun kelihatannya begitu banyak persamaan yang bisa dipaparkan, satu hal yang pasti bahwa Allah membuat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kepemimpinan. Allah telah menetapkan laki-laki e jadi pe i pi agi pere pua sejak asa pe iptaa Ada da Hawa, TUHAN Allah erfir a : Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia Kejadia : , da dala keluarga Kriste , karena suami adalah kepala isteri sama sepertiKristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh Efesus 5: da dala gereja, Aku tidak mengizinkan perempuanmengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia

erdia diri (1 Timotius 2:12).

Dengan sederhana, dalam dua institusi yang didirikan Tuhan yaitu Rumah Tangga (Keluarga) dan Gereja, Tuhan menetapkan bahwa laki-laki harus menjadi pempimpin dan bukan sebaliknya. Namun demikian, pembatasan ini bukan untuk mengurangi tugas dan pelayanan para perempuan yang percaya pada Yesus Kristus. Mereka bisa tetap melayani Tuhan seperti yang terlihat di bawah ini.

PEREMPUAN DALAM PELAYANAN YESUS

(5)

mendengarkan pengajaranNya dan mengesampingkan semua kesibukan rutinitasnya demi pendengaran firman (ref. Lukas 10:38-42).

Jika memperhatikan pelayanan perempuan semasa hidup Yesus, bisa dipastikan, tak satu ayat Alkitab atau kejadian yang mengindikasikan perempuan melakukan pelayanan, e gajar da erkhot ah, Para perempuan selalu ada di sekitar Yesus dan murid-muridNya tetapi mereka tidak melakukan pelayanan khotbah dan pengajaran.

Di samping fakta di atas, Yesus juga tidak memilih perempuan menjadi bagian dari kedua belas murid-muridNya. Ia tidak mengirim perempuan dalam misi khusus untuk mengajar, berkhotbah atau menyembuhkan. Jika memperhatikan Lukas 10:1-12, di sana Yesus mengutus 70 murid berdua-duaan dalam misi penginjilan. Jumlah ini tentu bukan hanya terdiri dari kedua belas muridNya tetapi juga melibatkan orang lain. Namun perempuan tidak turut serta didalamnya.

Sepanjang pengetahuan dan pengamatan penulis, Yesus juga tidak mengikutikan perempuan dalam perjamuan malam dalam Matius 26:20 (meskipun tidak berarti perempuan tidak bisa ikut dalam Perjamuan Kudus yang diselenggarakan gereja saat ini, karena hal ini bisa dijelaskan dari penjabaran aspek teologia lainnya). Bahkan ketika Yesus memberikan Amanat Agung yang dicatat dalam Matius 28:16-20 tidak dihadiri perempuan tetapi hanya diterima laki-laki atau rasul-rasul Yesus. Coba perhatikan ayat-ayat berikut:

Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir za a (Matius 28:16-20).

Kenapa ketika Amanat Agung diberikan hanya dihadiri laki-laki atau murid-muridNya? Alasan kuat bisa ditemukan pada ayat di atas dimana isi Amanat Agung itu menuntut suatu tugas penginjilan atau pengajaran jadika se ua a gsa urid-Ku ), pembaptisan aptislah ereka ) dan pengajaran/khotbah ajarlah ereka ) yang sebenarnya harus dilakukan laki-laki. Singkatnya, para perempuan melayani Yesus dan melayani bersama Yesus tetapi melayani tidak pada kapasitas sebagai pemimpin, pengajar dan pengkhotbah. Yesus sangat menghargai pelayanan dan perhatian mereka dalam pelayananNya dan sepatutnya demikian juga di masa gereja sekarang ini.

PEREMPUAN DALAM PELAYANAN GEREJA

Ajaran Rasul Paulus tentang peranan perempuan dalam pelayanan gereja merupakan kelanjutan ajaran Yesus. Seperti diketahui para penulis Alkitab tidak menuliskan kitabnya sesuka hati mereka tetapi dengan pertolongan dan dorongan Roh Kudus sehingga tulisannya tidak mengandung kesalahan dan kekeliruan meskipun menceritakan kehidupan dan pelayanan mereka sendiri. Kitab mereka merupakan bagian firman Allah yang diilhamkan Allah (2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:20-21). Tulisan para Nabi dan Rasul adalah firman Allah yang dimiliki gereja sekarang dan merupakan pedoman satu-satunya dalam hidup, iman dan pelayanan.

Dalam Perjanjian Baru, Paulus memberikan petunjuk pelayanan yang harus diimplimentasikan dalam pelayanan gereja. Peranan perempuan dalam gereja secara khusus tidak luput dari perhatian. Ia memberikan regulasi yang mengatur pelayanan mereka. Meski demikian ia tidak pernah merendahkan pelayanan perempuan. Ia justru sangat menghargai pelayanan mereka dalam gereja dan pelayanannya (Roma 16), namun Ia menempatkannya sesuai dengan ketentuan dan kapasitas mereka sebagaimana diatur dalam firman Allah.

Di bawah ini ada dua bagian Alkitab yang menjadi fokus pembelajaran penting tentang peranan perempuan dalam pelayanan gereja.

(6)

Sebelum membahas lebih lanjut, alangkah baiknya mengutip ayat-ayat ini demi mempermudah pembelajaran pembaca.

Oleh kare a itu aku i gi , supaya di a a-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan. Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah. Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederha aa (1 Timotius 2:8-15).

Pada umumnya gereja-gereja dan para teolog beranggapan ayat-ayat ini tidak relevan bagi gereja sekarang ini dan menganggap ayat-ayat ini diberikan khusus bagi jemaat Efesus yang digembalakan Timotius saat itu. Mereka menganggap tradisi Efesus masa itu tidak memperbolehkan perempuan berbicara dalam perkumpulan atau ibadah dimana laki-laki turut hadir. Karena anggapan inilah maka ayat-ayat di atas dianggap tidak relevan bagi gereja. Inilah pemikiran dan tafsiran yang diadopsi banyak gereja yang menerima perempuan ditahbiskan menjadi pendeta dan gembala sidang dalam gereja.

Ada juga gereja yang beralasan menerima perempuan menjadi pemimpin karena semua orang, laki-laki dan perempuan sama di hadapan Tuhan dan ayat yang dipakai untuk mendukung argumentasinya adalah Galataia 3:28, Dala hal i i tidak ada ora g Yahudi atau ora g Yu a i, tidak ada ha a atau ora g erdeka, tidak ada laki-laki atau pere pua , kare a ka u se ua adalah satu di dala Kristus Yesus. Namun pernyataan ini merupakan argumentasi lemah dan tidak didasari fondasi yang kuat.

Seperti dijelaskan sebelumnya ada begitu banyak ayat-ayat Alkitab yang menjelaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Mereka memiliki hak yang sama dalam hal keselamatan. Apa yang dicatat dalam Galatia 3:28 berbicara tentang keselamatan dimana laki-laki dan perempuan sama di hadapan Allah. Tetapi yang menjadi pertimbangan, adakah ajaran Alkitab yang menganjurkan perempuan menjadi pemimpin dalam gereja? Adakah ajaran Alkitab yang menjelaskan perempuan sebagai pemimpin bagi laki-laki?

Untuk menanggapi kedua pertanyaan di atas, marilah mencermati nats Alkitab dan mencoba mengerti sesuai dengan konteks perikopenya. Jika memperhatikan 1 Timotius 2:8-15, sangat jelas Paulus tidak menyinggung soal tradisi daerah Yunani atau Efesus saat itu. Perhatikan kalimat yang ia sampaikan,

Aku tidak e gizi ka pere pua e gajar da juga tidak e gizi ka ya e eri tah laki-laki; hendaklah ia erdia diri (ayat 12).

Coba perhatikan keseriusan Paulus dalam menyampaikan ajaran ini. Jika ayat-ayat ini dilihat dalam konteks, sebenarnya 1 Timotius 2:1- e ahas te ta g Doa jemaat da te tu erhu u ga de ga i adah. Jadi ketika ingin mengartikan maksud 1 Timotius 2:8-15, tidak bisa terlepas dari apa yang disampaikan pada ayat 1-7. [Perlu diketahui bahwa nomor ayat-ayat Alkitab merupakan tambahan yang disisipkan agar lebih mudah dimengerti pembagian kalimat-kalimat dalam Alkitab. Namun pada mulanya ketika penulis menuliskannya, tidak memakai nomor ayat-ayat tetapi kalimat-kalimat sebagaimana mestinya sebuah surat].

(7)

Alasan kedua yang menjadi pertimbangan bahwa ayat-ayat ini tidak ada kaitannya dengan tradisi setempat kare a apa ya g Paulus sa paika dala ayat , Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Ia e gataka pere pua tidak isa e gajar da e i pi laki-laki dalam pertemuan jemaat karena Adam yang terlebih dahulu diciptakan. Urutan dalam penciptaan yang dikutip di sini memberikan suatu penegasan bahwa Adam adalah pemimpin bagi Hawa. Dalam Kejadian 2:18, Allah memberitahukan bahwa Hawa merupakan PENOLONG bagi Adam dan bukan sebaliknya. Allah menetapkan Adam sebagai pemimpin.

Ada baiknya pembaca diingatkan kembali akan kejadian kejatuhan manusia di Taman Eden. Ketika perintah larangan memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat diberikan kepada Adam dan Hawa (Kejadian 2:17) dan kemudian tidak dipatuhi (Kejadian 3:6). Pada saat Hawa tergoda melihat buah pohon itu dan diperdaya oleh Iblis untuk memakannya, Allah tidak langsung menghukum mereka, meskipun Hawa telah melanggar perintah itu. Perasaan malu dan takut terjadi ketika Adam telah melanggar perintah Tuhan dengan memakan buah pohon yang diberikan Hawa (Kejadian 3:7). Adam yang sepatutnya memimpin isterinya dan tidak sepatutnya membiarkan isterinya melanggar perintah Allah. Tuhan bertindak ketika Adam telah jatuh ke dalam dosa dan bukan ketika Hawa melanggar perintah itu.

Disamping itu ketika Adam dan Hawa menyadari perbuatannya, mereka bersembunyi dari hadapan Allah. Pada saat itu, Allah memanggil nama Adam (Kejadian 3:9) dan bukan Hawa, karena dialah yang harus bertanggungjawab akan apa yang terjadi (Kejadian 3:10-12). Inilah bukti bahwa Adam adalah pemimpin bagi Hawa.

Tuhan menciptakan Hawa sebagai penolong bagi Adam, TUHAN Allah erfir a : Tidak aik, kalau a usia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikakn penolong agi ya ya g sepada de ga dia (Kejadian 2:18). Hawa bukan pemimpin dalam keluarganya dan dia harus tunduk kepada suaminya, Adam karena dialah yang ditetapkan Tuhan menjadi kepala rumah tangga.

Jadi Paulus dengan jelas melarang perempuan memimpin dan mengajar laki-laki bukan karena tradisi. Ia tidak menyingung suatu tradisi tetapi justru memberikan alasan dari kehidupan manusia pertama yang hidup sebelum adanya tradisi. Lagi pula isu yang dikaitkan di sini berkaitan dengan kegagalan Adam dan Hawa di Taman Eden, ya g terjadi tidak la a setelah ereka di iptaka . Perhatika kata karena dala ayat . I i e u jukka suatu alasan kenapa Paulus melarang perempuan mengajar dan memerintah laki-laki.

Alsan ketiga tentang larangan perempuan menjadi pengajar dan pemimpin dalam gereja karena perempuan memiliki kelemahan.

Lagipula uka Ada ya g tergoda, elai ka pere pua itulah ya g tergoda da jatuh ke dala dosa (ayat 14).

Kejatuhan manusia ke dalam dosa terjadi karena kelemahan Hawa yang gampang tergoda. Paulus melihat hal yang sama bagi semua perempuan, mereka tidak bisa menjadi pemimpin atau pengajar karena mudah tergoda, yang dipandang bisa merusak ketatagerejaan dalam gereja. Ini bukanlah tradisi tetapi perintah.

Mungkin pembaca tidak setuju jika dikatakan perempuan memiliki kelemahan mudah tergoda. Para perempuan akan mencoba membela dan membenarkan diri bahwa mereka juga sama dengan laki-laki, bahkan akan menunjuk jari pada laki-laki sebagai kaum yang paling mudah tergoda berbuat dosa. Tidak bisa disangkal bahwa laki-laki juga mudah tergoda dan jatuh dalam dosa tetapi konteks yang disampaikan Paulus adalah konteks manusia rohani dan bukan manusia pada umumnya. Dalam hal ini tidak bisa disamaratakan dengan semua laki-laki yang tidak percaya Yesus karena mereka tidak pernah memiliki memiliki keinginan hidup memuliakan dan berkenan kepada Tuhan. Yang selalu dipikirkan dan dilakukan hanya memuaskan hasrat dosa dalam hati dan pikirannya.

(8)

Coba perhatikan hidup keluarga Ayub. Dia orang saleh dan selalu berdoa buat keselamatan anak-anaknya tetapi Tuhan mengizinkan cobaan datang dan merenggut semua anak-anak dan kekayaannya. Ia hanya tinggal bersama isterinya. Awalnya mungkin isterinya sangat tabah dan setia mengikut Tuhan dan memiliki keyakinan yang sama dengan Ayub, tetapi begitu melihat penderitaan penyakit yang dialami Ayub yang tidak kunjung sembuh, ia tergoda mengutuk Tuhan dan meminta suaminya meninggalkan dan mengutuk Tuhan. Perhatikan ayat berikut,

Maka erkatalah isteri ya kepada ya: Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu da atilah! Tetapi jawab Ayub kepadanya: E gkau er i ara seperti pere pua gila! Apakah kita mau e eri a ya g aik dari Allah, tetapi tidak au e eri a ya g uruk? Dala kese ua ya itu Ayu tidak er uat dosa de ga i ir ya (Ayub 2:9-10).

Dalam keadaan sulit, Ayub masih bisa bersikap sebagai suami dan pemimpin dengan menegur isterinya. Isteri dan ketiga sahabatnya mungkin menganggapnya sebagai orang bodoh yang tidak memiliki akal sehat tetapi Ayub tahu siapa yang ia sembah dan ia tidak bisa menyangkal imannya.

Perempuan dan laki-laki memang sama-sama memiliki sifat berdosa yang mudah tergoda melawan Tuhan dan melakukan dosa tetapi Tuhan memberikan petunjuk dalam Alkitab yang harus diikuti karena Tuhan tahu segala isi hati manusia dan kelemahannya. Dia menetapkan laki-laki sebagai kepala perempuan dan perempuan tidak bisa berkata bahwa Tuhan tidak adil karena ia merasa pantas sebagai pemimpin laki-laki. Jika pergolakan seperto ini terjadi dalam hati pembaca, satu hal yang harus diperhatikan, saudara belum menerima Alkitab sebagai Firman Tuhan yang sempurna dan tidak mengandung kesalahan dan yang menjadi patokan dalam iman dan praktek kehidupan umat Kristen. Janganlah tertipu oleh kepicikan hati manusia (Roma 3:4a) tetapi tunduklah kepada apa yang Tuhan sampaikan dalam firmanNya.

Alasan keempat yang juga penting bahwa Alkitab menjelaskan suami adalah kepala dalam rumah tangga dan isteri. Perhatikan ayat ini,

Hai isteri, tu duklah kepada sua i u seperti kepada Tuha , kare a sua i adalah kepala isteri sa a seperti Kristus adalah kepala jemaat. . . . (Efesus 5:22-23).

Semua lapisan masyarakat dunia mengakui laki-laki segagai kepala rumah tangga dan isteri. Laki-laki atau suami keluarga Kristen memiliki tanggungjawab memimpin anak-anak dan isterinya. Kita harus mengakui fakta ini bukan hanya karena tradisi tetapi karena Alkitab mengajarkannya. Suami harus menjadi pemimpin dalam keluarga bukan hanya sekedar pemimpin yang bertanggungjawab mencukupi kebutuhan anggota keluarga tetapi juga menjadi pemimpin rohani bagi seisi rumahnya. Suami memiliki tanggungjawab untuk mengajar anak-anak dan isterinya mengerti firman Allah dan menjadi keluarga rohani yang mencintai Kristus. Suami bertanggungjawab dalam memastikan keselamatan dan pertumbuhan kerohanian anak-anak dan isterinya. Dialah pemimpin jasmani dan rohani seisi anggota keluarga.

Namun firman Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Paulus juga menjelaskan bahwa kepala dari laki-laki adalah Kristus dan kepala dari Kristus adalah Allah Bapa. Perhatikan ayat ini,

Tetapi aku au, supaya ka u e getahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus adalah Allah (1 Korintus 11:3).

(9)

Bagaimana mungkin seorang isteri (sebagai pendeta) harus tunduk kepada suaminya di rumah, namun ketika beribadah di gereja, sang isteri menjadi pemimpin bagi suaminya atau para suami dalam gereja? Ingatlah Efesus 5: , kepala gereja adalah Kristus maka logikanya, yang memimpin gereja itu adalah laki-laki karena gereja terdiri dari keluarga-keluarga dimana suami-suami dan isteri-isteri hadir.

Jika mengakui suami sebagai kepala isteri, namun juga mengakui perempuan bisa menjadi pemimpin gereja (gembala sidang yang memimpin keluarga-keluarga Kristen), bukankah itu berarti telah menempatkan institusi rumah tangga di atas institusi gereja? Tetapi fakta sesungguhnya gereja merupakan institusi tertinggi yang ditetapkan Tuhan dalam kehidupan umat Kristen. Itulah sebabnya gereja merupakan tempat perkumpulan keluarga-keluarga Krisen dalam pembinaan kerohanian dan tempat mereka meminta dan mendapatkan berkat rohani seperti pemberkatan nikah.

Fakta membuktikan baik masa pelayanan Yesus dan Paulus, para perempuan selalu ada bersama mereka dalam membantu pelayanan tetapi mereka melakukan pelayanan sesuai dengan kapasitasnya seperti ditetapkan dalam Alkitab. Mereka tetap bisa melayani meskipun tidak menjadi seorang pengkhotbah, pengajar dan pemimpin. Dalam hal yang sama, perempuan masa kini bisa menempatkan diri dalam pelayanan gereja. Masih banyak jenis pelayanan yang bisa dilakukan para perempuan dalam gereja meskipun tidak menjabat sebagai pengkhotbah, pengajar dan pemimpin. Janganlah sekali-kali berpikir ketidaksetaraan perempuan dengan laki-laki sebagai kendala dalam pertumbuhan gereja atau dianggap merendahkan dan meremehkan perempuan. Jangan pernah berpikir bahwa pelayanan-pelayanan selain berkhotbah dan mengajar memiliki nilai yang lebih rendah. Tiap-tiap umat Kristen harus mempertanggungjawabkan setiap karunia rohani yang telah diberikan Tuhan kepadanya.

PERANAN PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14:34-35

Satu lagi bagian firman Allah yang membahas tentang peranan perempuan dalam gereja terdapat dalam 1 Korintus 14:34-35

“a a seperti dala se ua Je aat ora g-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dala perte ua Je aat.

Dalam ayat ini terdapat persamaan ajaran yang disampaikan Paulus kepada Timotius yang sedang melayani di Efesus saat itu. Jarak antara daerah Efesus dengan Korintus sangat jauh dan sudah barang tentu tradisinya juga berbeda. Tetapi karena perintah ini merupakan kebenaran abadi, larangan perempuan mengajar laki-laki berlaku di semua gereja yang tersebar di berbagai daerah dan Negara. Kebenaran firman Allah tidak pernah dibatasi suatu wilayah.

Jika memperhatikan ayat-ayat di atas, perintah yang terkandung di dalamnya sangat mudah dipahami. Tidak ada perkataan yang membingungkan dalam ayat itu. Namun untuk lebih mendapatkan arti sesungguhnya, penulis merasa perlu memperbandingkan 1 Korintus 14:34 dalam Alkitab bahasa Inggris karena penulis merasa Alkitab bahasa Indonesia kurang memberikan penekanan. Di samping itu dalam Alkitab bahasa Inggris, apa yang terdapat dalam ayat 34 (Alkitab bahasa Indonesia) sebenarnya merupakan bagian dari 1 Korintus 14:33b.

Alkitab bahasa Indonesia berbunyi demikian:

“a a seperti dala se ua Je aat ora g-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus

e u dukka diri, seperti ya g dikataka juga oleh huku Taurat.

Dan Alkitab bahasa Inggris (King James Version) berbunyi demikian:

(10)

Yang perlu diperhatikan adalah kalimat perta a ya, As in all churches of the saints. Alkita ahasa I do esia e erje ahka ya se agai erikut, Sama seperti dalam semua jemaat orang-orang kudus. Meskipu terjemahan ini telah memberikan arti yang dibutuhkan tetapi penekanan sangat kurang kare a frase all churches in the saints tidak diterje ahka se agai semua gereja [gereja-gereja] orang-orang kudus.

Terjemahan ini lebih memberi penekanan bahwa perintah agar perempuan berdiam diri dalam pertemuan ibadah orang-orang kudus bukanlah merupakan alasan tradisi karena perintah ini juga dimiliki dan dikethui semua gereja-gereja orang-orang kudus. Itu erarti Paulus e gi dikasika per yataa ya te ta g perempuan berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat sebagai kebenaran abadi yang telah dimiliki dan diimplimentasikan semua gereja orang-orang kudus di masa itu. Ini menunjukkan keseragaman ajaran gereja-gereja orang-orang kudus. Mereka tidak diperbolehkan mengajar dan memimpin dalam gereja-gereja.

Hal kedua yang diungkapkan Paulus dalam ayat 34, ahwa para pere pua , harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan oleh hukum Taurat. Jika ada argu e tasi ya g e gataka ahwa lara ga pere pua mengajar, memimpin dan berbicara dalam pertemuan-pertemuan jemaat sebagai alasan tradisi semata, maka kalimat di atas menjelaskan sebaliknya. Paulus berkata bahwa perintah itu telah ada dalam Hukum Taurat. Tidak bisa dipastikan ayat mana yang mencatat larangan ini, namun bagi Paulus perintah yang disampaikannya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh hukum Taurat.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah dengan adanya LARANGAN seperti diatas benar-benar mengurangi peranan wanita dalam pelayanan gereja? Apakah gereja tidak lagi membutuhkan hamba Tuhan perempuan fulltime dalam gereja? Jawabannya, TIDAK, karnea BERKHOTBAH BUKANLAH SATU-SATUNYA JENIS PELAYANAN DALAM GEREJA. Mereka yang mengerti sIstem pelayanan alkitabiah dan mengerti bagaimana seluk beluk pelayanan dan pengembangannya akan mengetahui bahwa perempuan juga dibutuhkan dalam pelayanan.

Ada begitu banyak jenis pelayanan yang bisa dilakukan perempuan dalam gereja. Itulah sebabnya di berbagai gereja perempuan masih tetap bisa menjadi bagian tim pelayan meskipun mereka bukan pendata atau pemimpin dalam gereja. Tetapi jika berpandangan sempit yang hanya melihat berkhotbah adalah satu-satunya pelayanan dalam gereja maka gereja tidak akan pernah berkembang dan mengalami kemajuan. Kemajuan akan ada jika melihat pelayanan dari sundut pandang yang luas dan memberikan perhatian besar.

JENIS PELAYANAN BAGI PEREMPUAN DALAM GEREJA

Seperti penjelasan sebelumnya, Alkitab menegaskan bahwa perempuan tidak diizinkan mengajar dan memimpin laki-laki. Namun demikian perempuan memiliki tempat dalam pelayanan gereja. Apa saja jenis pelayanan yang bisa dilakukan perempuan dalam gereja? Kategori berikut merupakan pelayanan bisa dikembangkan lebih detil. (1) Sekolah Mingg anak-anak, (2) Persekutuan Wanita, (3) Persekutuan Remaja, (4) Penginjilan, (5) Kunjungan, (6) Pembinaan kaum remaja, wanita, ibu muda, (7) KTB atau Pendalaman Alkitab jemaat, kampus, lingkungan. Masih banyak jenis pelayanan yang bisa disebut.

Harus diakui bahwa jenis-jenis pelayanan diatas merupakan pelayanan-pelayanan yang berkelanjutan hingga pada kedatangan Yesus kembali. Dibutuhkan kaum perempuan penuh waktu untuk menangani pelayanan-pelayanan tersebut. Banyak gereja yang menunjuk dan menempatkan satu staf penuh waktu sebagai penanggungjawab setiap jenis pelayanan ini karena ada begitu banyak hal yang bisa dikerjakan.

Penulis mencoba memparkan apa saja yang bisa dilakuan untuk masing-masing kategori pelayanan diatas tanpa harus berkhotbah.

(1) Sekolah Minggu

(11)

Asumsikan seorang perempuan penuh waktu (lulusan sarjana teologia) menangani komisi sekolah minggu anak-anak, apa yang bisa dilakukan dalam pelayanan ini?

1. Ia akan menanggungjawabi pelayanan sekolah minggu dan mengajar anak-anak. Ia berperan sebagai pengawas dan pengevaluasi pelayanan sekolah minggu setiap minggu.

2. Ia harus memikirkan dan menyusun kurikulum dan bahan mengajar sekolah minggu untuk setiap tingkatan umur bukan sekedar membeli buku pelajaran yang sudah diterbitkan gereja lain yang mana sering tidak mencerminkan keyakinan gereja yang dilayani. Oleh karena itu ia harus membaca, membeli dan mensurvei semua bahan mengajar sekolah minggu yang sekarang ini diterbitkan di Indonesia dan melihat mana yang baik dan borbobot sesuai dengan ajaran gereja sendiri. Jika memungkinkan akan sangat baik menyusun kurikulum sendiri.

3. Ia harus mengevaluasi setiap guru-guru sekolah minggu dan memberikan saran bagaimana meningkatkan mutu pengajaran.

4. Ia harus memikirkan penataran-penataran guru-guru sekolah minggu secara berkala hingga mereka mahir membuat materi bahan pelajaran sekolah minggu. Untuk mencapai kemampuan ini dituntut ketekunan dan komitment dalam pelayanan. Tentu setiap guru-guru sekolah minggu dituntut memiliki pengetahuan teologia yang didapat melalui penataran, khotbah, pembacaan teologia di perpustakaan gereja, diskusi dan rapat-rapat. Hal ini dibutuhkan agar setiap guru sekolah minggu memiliki kemampuan bukan hanya sekedar memakai buku materi yang sudah ada tetapi ia mampu menjabarkan dengan baik yang akhirnya ia mampu menyusun materi pelajaran. Ini semua akan menjadi tanggungjawab hamba Tuhan perempuan penuh waktu.

5. Ia harus memotivasi setiap guru menjadi teladan rohani bagi anak-anak sekolah minggu dan menjadi gembala bagi murid-muridnya.

6. Ia harus menyusun jadwal kunjungan anak-anak sekolah minggu setiap minggu khususnya mereka yang sakit, tidak hadir atau lainnya.

7. Ia harus menyusun jadwal kunjungan bagi anak-anak yang berasal dari gereja lain atau bukan Kristen. 8. Ia harus memikirkan pola penginjilan anak-anak sekolah minggu agar di masa mudanya percaya pada

Yesus. Dengan sengaja ia harus membentuk suatu tim penginjilan setiap minggu untuk menginjili anak-anak yang datang setiap minggu dan memastikan semua anak-anak-anak-anak percaya pada Yesus. Biasanya guru-guru sekolah minggu hanya mengajarkan materi tanpa memperdulikan apakah anak-anaknya sudah percaya pada Yesus atau belum. Kebanyakan mereka hanya memikirkan bagaimana menyelesaikan materi pengajaran. Tetapi dari sekian banyak anak-anak yang mengikuti sekolah minggu, banyak dari mereka hanya ikut-ikutan meskipun mereka berasal dari keluarga Kristen. Harus ada suatu usaha terprogram untuk menginjili setiap anak.

9. Ia harus memikirkan dan menyusun program untuk retreat dan camp guru-guru sekolah sekaligus penaratan rutin secara berkala.

10. Ia harus memikirkan dan menyusun program retreat anak-anak sekolah minggu. 11. Ia harus membuat program khusus untuk anak-anak sekolah minggu.

12. Ia harus memimpin rapat-rapat dan persekutuan doa guru-guru sekolah minggu. 13. Ia harus menyusun materi saat teduh anak-anak dan pembacaan Alkitab setiap harinya.

Masih banyak lagi yang bisa dilakukan di sekolah minggu. Untuk mencapai tujuan di atas, besar kemungkinan dibutuhkan lebih dari satu hamba Tuhan perempuan penuh waktu. Kesemuanya tergantung banyaknya anak-anak yang ditangan dan besarnya jumlah jemaat gereja.

(2) Persekutuan Wanita

Seorang perempuan penuh waktu dibutuhkan untuk menangani pelayanan komisi wanita, maka yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Ia menjadi penanggunjawab persekutuan komisi wanita dan memikirkan bagaimana mengembangkan pelayanan ini. Ia harus membaca buku-buku rohani yang berkaitan dengan pelayanan kaum wanita agar bisa mendelegasikan tugas pelayanan ini.

2. Ia harus menyelenggarakan pelayanan rutin komisi wanita.

(12)

4. Ia bersama tim kunjungan mengunjungi para anggota komisi wanita dan pendatang baru. 5. Ia bersama tim harus menginjili anggota komisi wanita yang belum percaya pada Yesus 6. Ia bersama tim harus mengunjungi mereka yang sakit, malas, dan sebagainya

7. Ia harus memimpin rapat persekutuan wanita

8. Ia harus menggembalakan setiap anggota komisi wanita dan menunjukkan perhatiannya.

9. Ia harus menyusun program retreat dan seminar sesuai dengan kebutuhan anggota komisi wanita. 10. Ia harus menyusun topik-topik khotbah sesuai dengan kebutuhan komisi wanita.

11. Ia harus mendidik anggota komisi wanita untuk bisa berdoa dan bersaat teduh.

12. Ia harus menyusun kelompok Pendalaman Alkitab wanita menurut kebutuhan dan wilayahnya. 13. Ia harus bertanggungjawab dalam pelayanan paduan suara komisi wanita.

Daftar ini masih bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan gereja itu sendiri. Masih banyak lagi yang bisa dilakukan untuk persekutuan wanita.

(3) Penginjilan

Dalam poin ketiga ini dibutuhkan partisipasi jemaat untuk turut terlibat dalam belajar dan melayani. Seorang perempuan penuh waktu yang menanggungjawabi pelayanan ini dituntut bisa memikirkan dan menjadikan jemaat memiliki jiwa penginjilan. Coba bayangkan kapan terakhir kali gereja saudara pergi memberitakan Injil atau penginjilan khusus di luar lingkungan gereja. Banyak hamba Tuhan dan pendeta gagal dalam hal penginjilan, apalagi para guru injil yang memegang gelar sebagai guru injil (Ev) tetapi tidak pernah melakukan penginjilan. Dibawah ini beberapa tugas yang bisa dipertimbangkan.

1. Ia harus mengadakan pelatihan-pelatihan rutin untuk mendidik jemaat agar bisa melakukan penginjilan pribadi. Program ini tidak bisa dilakukan satu atau dua kali tetapi harus terus menerus dan berkala. Untuk bisa menginjili ia harus bisa memastikan siapa yang harus dibina yaitu mereka yang sudah sungguh-sungguh percaya Yesus, jika tidak, ia tidak layak menjadi tim penginjilan karena Tuhan tidak akan pernah memakai orang yang belum percaya menjadi pemberita Injil. Ia tidak akan pernah bisa membawa orang lain percaya pada Yesus. Orang buta tidak bisa menuntun orang buta karena mereka akan sama-sama masuk lobang.

2. Ia harus membuat seminar penginjilan.

3. Ia harus menyusun dan menyelenggarakan tim penginjilan setiap minggu. 4. Ia harus pergi penginjilan setiap harinya.

5. Ia bersama tim harus merencanakan dan mengadakan malam penginjilan atau yang sering dikenal dengan KKR. Program ini akan effektif jika penginjilan mingguan dan harian berjalan dengan baik. Tujuan dari malam penginjilan atau KKR dimaksudkan untuk menjangkau jiwa-jiwa yang belum percaya pada Yesus dan bukan mempengaruhi jemaat gereja lain pindah ke gereja saudara.

6. Ia bisa melakukan penginjilan rutin untuk orang-orang tertentu.

Pelayanan ini tetap masih bisa dikembangkan dalam berbagai bentuk tergantung lokasi dan kebutuhan lingkungan gereja tersebut.

(4) Kunjungan

Pelayanan kunjungan merupakan pelayanan penting dalam gereja. Pelayanan ini bukan hanya sekedar berkunjung dan bertanya kenapa tidak hadir dan sebagainya tetapi ada berita firman Allah yang bisa dibagikan untuk menguatkan dan menegur jemaat yang dikunjungi. Ada suatu kesalahan besar terjadi diberbagai gereja dimana tim kunjungan hanya datang ngobrol dan ujung-ujungnya gosip, tidak ada doa dan pembacaan Firman Tuhan. Pola seperti ini bukan kunjungan tetapi ngobrol dan gosip.

Pelayanan kunjungan juga sering diasumsikan hanay ditujukan kepada mereka yang tidak hadir dalam ibadah, sakit atau malas. Jika pola pemikiran seperti ini masih ada, itu kesalahan besar. Kunjungan bukan hanya bagi mereka yang termasuk dalam kategori sakit dan tidak hadir dalam ibadah tetapi pelayanan kunjungan adalah penggembalaan dan keperdulian gereja terhadap jemaat. Pelayanan kunjungan untuk orang sakit, malas, zompo merupakan keharusan tetapi harus lakukan sebagai penggembalaan bukan ngobrol-ngobrol semata.

(13)

menunggu hingga mereka tidak hadir lalu kemudian dikunjungi? Ini namanya keterlaluan tetapi itulah fakta yang terjadi.

Jadi jangan sekali-kali beranggapan pelayanan kunjungan dalam arti sempit tetapi kunjungan itu harus diperuntukkan untuk semua jemaat. Paling tidak sekali dalam setahun, jemaat secara bergilir harus dikunjungi hamba Tuhan atau gembala sidang setempat. Kegagalan pelayanan ini biasanya berdampak buruk. Para hamba Tuhan gereja kadang heran kenapa seseorang yang begitu rajin beribadah tiba-tiba hilang dan pergi ke gereja lain. Hal seperti ini sering terjadi karena gereja tidak memperhatikan jemaatnya yang sudah aktif dalam gereja. Begitu pelayan gereja lain memberikan perhatian khusus kepadanya, jemaat dengan mudah meninggalkan gereja asalnya. Sekarang dengan mengetahui latarbelakang ini, yang menjadi pertanyaan, apa yang bisa dilakukan seorang yang bertanggungjawab dalam pelayanan ini.

1. Ia memotivasi jemaat ikut terlibat dalam tim kunjungan secara bergilir. 2. Ia membuat jadwal kunjangan mingguan dan harian

3. Ia membuat program pelatiahan tim kunjungan. Seseorang yang berperan sebagai tim kunjungan harus bisa memberikan nasihat dari firman Allah.

4. Ia mengunjungi mereka yang sakit, lemah, malas dan lainnya

5. Ia mengarahkan jemaat yang dikunjungi bergabung dengan persekutuan yang ada.

6. Ia membentu tim kunjungan khusus bagi pendatang baru dalam gereja. Jika tertarik, pendatang baru bisa diarahkan mengikuti kelas-kelas khusus pembinaan kerohanian dan kelas katekisasi bagi mereka yang sudah percaya serta ingin mengalihkan keanggotaannya.

7. Kunjungan bisa dilakukan setiap hari untuk pembinaan dan pendewasaan rohani jemaat.

(5) KTB atau Pendalaman Alkitab

Kelas KTB (Kelompok Tumuh Bersama) atau PA (Pendalaman Alkitab) merupakan jenis pelayanan yang selalu diabaikan di berbagai gereja. Pelayanan ini sangat penting dalam membina pertumbuhan kerohanian jemaat tetapi fakta gereja sering gagal melaksanakannya. Jika ada yang berhasil itupun hanya beberapa kelompok saja. Padahal begitu banyak yang bisa dilakukan dengan pelayanan ini. Kelompok PA bisa dilakukan untuk semua kalangan: wanita menikah, wanita tidak menikah, muda-mudi, pria belum menikah, pria menikah, zompo, supir taksi, hakim, dosen, guru sekolah, mahasiswa, wiraswasta dan sebagainya. Setiap jenis profesi bisa menjadi satu kelompok pendalaman Alkitab yang dipimpin oleh pelayan Tuhan. Jika anggotanya laki-laki maka dimpin oleh laki-laki dan jika anggotanya perempuan bisa dimpin oleh perempuan.

Jika ingin melihat pertumbuhan dan perkembangan kerohanian jemaat, para pelayan tidak bisa hanya duduk-duduk di kantor dan berharap orang-orang di sekitar gereja dantang berbondong-bondong ke gereja. Tuhan Yesus memerintahkan untuk pergi memberitakan injil, dan mengajar orang banyak agar mereka bisa mengenal dan percaya Kristus. Seorang pemimin harus bisa menggerakkan dan memobilisasi jemaat untuk bersama-sama mengerjakan talenta masing-masing dalam pelayanan.

Apa yang diutrakan diatas hanya sekedar contoh dalam pelayanan gereja dimana perempuan memiki peran yang penting di dalamnya. Berkhotbah dan mengajar dari mimbar gereja bukanlah satu-satunya jenis pelayanan di dalam gereja. Yang terpenting bagi seorang pelayan yang dipanggil Allah adalah menggenapi panggilan yang diberikan Tuhan kepadanya.

More

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakberdayaan perempuan dalam menerima perlakuan kekerasan dari laki-laki (perempuan) dapat disebabkan oleh budaya patriarki yang memenjadi setting sosial tindakan

Selain itu Kohati dibentuk agar kader perempuan di dalam organisasi tidak merasa terpinggirkan keberadaaannya oleh kader laki-laki yang jumlahnya lebih banyak dari kader

Pembagian tanggung jawab dalam rumah tangga ini- laki-laki (suami, anak laki-laki atau anggota keluarga berjenis kelamin laki-laki lainnya) dengan perempuan (istri, anak

Ayat-ayat yang menunjukkan adanya perbedaan peran bagi laki-laki dan perempuan mendapatkan perhatian lebih, sementara ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentang keseteraan dan

Ada pun ayat 34 surat An- Nisa di atas yang dijadikan dasar ketidakbolehan perempuan menjadi pemimpin tidaklah tepat untuk diterapkan dalam semua bidang kepemimpinan

Ayat 10 - tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan,

Ketidakberdayaan perempuan dalam menerima perlakuan kekerasan dari laki-laki (perempuan) dapat disebabkan oleh budaya patriarki yang memenjadi setting sosial tindakan

Penulis cenderung pada pendapat yang mengatakan bahwa aurat perempuan di hadapan mahram laki-laki dan perempuan muslimah adalah seluruh badan kecuali kepala, tangan, dan kaki.. Hal ini