Persoalan perempuan memang selalu menarik diperbincangkan. Hal itu terjadi karena adanya ketimpangan relasi antara derajat laki-laki dan perempuan dalam kehidupan ini yang nyata-nyata dinyatakan setara oleh al-Qur’an.
Buku Qur’an Menurut Perempuan; Membaca Kembali Kitab Suci dengan Semangat Keadilan yang ditulis oleh Aminah Wadud ini merupakan sebuah buku yang membahas beberapa sisi kehidupan perempuan yang selama seringkali disalah artikan dan menjadi alasan untuk “mendiskriminasikan” keberadaan perempuan.
Buku yang berjudul asli “Qur’an and Woman; Rereading The Secred Text From a Woman’s Perspective” ini sengaja dihadirkan untuk merespon relasi laki-laki dan perempuan yang tidak adil. Semua kehidupuan perempuan tersebut dilihat dari sudut pandang tauhid, tanjung jawab manusia sebagai khalifah, moral individu, dan keseteraan atas semua golongan kehidupan manusia.
Selain itu juga dibahas secara mendalam tentang proses penciptaan manusia yang selama ini menjadi salah satu penyebab utama tindakan diskriminasi bagi perempuan yang seringkali dikisahkan sebagai makhluk kedua setelah adam. Oleh Amina Wadudu, proses itu didambarkan sebagai sebuah hubungan khusus antara pencipta (khalik: Allah) dan yang diciptakan (Makhluk: Manusia) dengan berasaskan wujud dan asal-usul yang sama. Al-Qur’an menggunakan satu istilah untuk menggambarkan proses penciptaan manusia, yaitu al-Nafs.
Aminah Wadud menegaskan antara laki-laki dan perempuan memiliki potensi yang sama dan
mendapatkan perhatian yang sama besar dari Tuhan. Tidak ada perbedaan derajat diantara keduanya. Tuhan tidan meninggikan laki-laki dan merendahkan perempuan, namun keduanya memiliki tugas, peran dan tanggung jawab yang sama sebagai khalifah di bumi. Hanya saja yang membedakan diantara
keduanya adalah tingkat Ketakwaan mereka pada dalam menjalankan perintah Tuhan.
Hanya saja, beberapa ayat al-Qur’an yang membahas tentang relasi kehidupan perempuan dan laki-laki yang selama ini banyak ditafsirkan oleh laki-laki menyebabkan kehidupan perempuan mulai terkekang. Keistimewaan laki-laki terus menerus diungkapkan sementara bagi perempuan hanya kelemahannya saja yang ditampakkan. Ayat-ayat yang menunjukkan adanya perbedaan peran bagi laki-laki dan perempuan mendapatkan perhatian lebih, sementara ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentang keseteraan dan persamaan derajat cendrung ditinggalkan.