• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELOMPOK 13 RASIO LIKUIDITAS and MODAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KELOMPOK 13 RASIO LIKUIDITAS and MODAL"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP MODAL KERJA TUGAS ANALISA LAPORAN KEUANGAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 13

RIZKI ANDRIANI 43214110329 SARAH DWI PUTRIYANI 43214110431 DIVA AJENG ANTURAGTIN 43214110511 NINU DINURIYAH 43214110406

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Pengaruh Likuiditas Terhadap Modal Kerja” ini dengan baik. Makalah ini ditujukan untuk memahami lebih detail tentang Metode likuiditas & Modal Kerja dan diharapkan pembaca dapat memahami konsep Metode likuiditas & Modal Kerja

Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Bintara Rista, SE, M,Ak selaku dosen pengampu Analisa Laporan Keuangan yang telah membimbing kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

(3)

DAFTAR ISI

e. Faktor yang mempengaruhi modal kerja...10

f. Kebijakan Modal Kerja...11

g. Sumber & Penggunaan Modal Kerja...13

II. Likuiditas

III. Hubungan Likuiditas & Modal Kerja...21

BAB II. PENUTUP

(4)

sehari-mana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan.

A. Likuiditas Perusahaan

Suatu perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban finansial yang segera dilunasi. Dengan demikian likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia.

Menurut Tangkilisan (2003:244), “Sebuah perusahaan menunjukkan likuiditas tinggi ketika saldo aktiva lancarnya adalah besar dalam hubungannya dengan saldo hutang lancarnya, dan perusahaan ini memiliki proporsi tinggi aktiva lancar dalam kas, surat-surat berharga, dan piutang, sebagai lawan terhadap persediaan atau biaya yang dibayar di muka.”

Meskipun semua aktiva dalam perusahaan mempunyai tingkat likuiditas, tetapi yang menjadi pusat perhatian adalah pada aktiva yang paling likuid, yaitu kas. Dengan demikian maka manajemen likuiditas menyangkut penentuan jumlah kedua jenis aktiva tersebut yang akan dimiliki perusahaan.

B. Modal Kerja

(5)

BAB II PEMBAHASAN I. Modal Kerja

(6)

Menurut Weston dan Brigham (1981) modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas, piutang dagang dan persediaan. Jadi modal kerja ini disebut juga modal kerja bruto. Sedangkan modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar.

Dengan kata lain modal kerja merupakan keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahan atau sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari

B. Konsep Modal Kerja

Drs. Bambang Riyanto mengemukakan tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu : 1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini didasarkan atas kualitas dana yang ditanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, yaitu aktiva yang dipakai sekali dan akan kembali menjadi bentuk semula, atau aktiva dengan dana tertanam didalamnya yang akan bebas lagi dalam waktu singkat. Konsep ini sering disebut Gross Working Capital.

2. Konsep kualitatif

Konsep ini didasarkan pada aspek kualitatif, yaitu kelebihan aktiva lancar dari hutang lancarnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagai dari aktiva lancar yang benar-benar digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang bersifat rutin tanpa mengganggu likuiditasnya. Konsep ini sering disebut sebagai.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini didasarkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan, dengan kalkulasi sebagian dana digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode tersebut (current income) dan sebagian lagi digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode berikutnya (future income) sehingga besarnya modal kerja adalah :

 Besarnya kas

 Besarnya persediaan

(7)

 Besarnya sebagian dan yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income tahun yang bersangkutan).

Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan adalah tergolong dalam modal kerja potensial dan sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap yang menghasilkan future income termasuk dalam non working capital.

C. Klasifikasi Modal Kerja

Secara umum, dibutuhkan modal kerja yang teratur dan permanen untuk menjalankan perusahaan. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat menyediakan modal kerja yang cukup ketika aktivitas perusahaan meningkat dan sekaligus dapat mengatasi agar tidak terjadi kelebihan modal kerja dalam bentuk cash pada saat aktivitas perusahaan sedang menurun.

Drs. Bambang Riyanto menetapkan klasifikasi modal kerja sebagai berikut : 1. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital)

Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Dapat dibedakan menjadi :

 Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)

Adalah jumlah kerja modal minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha.

 Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)

Adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis.

2. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan yang dapat dibedakan menjadi :

 Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)

Adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah di sebabkan karena fluktuasi musim.

 Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital)

Adalah modal Kerja yang jumlahnya berubah-ubah di sebabkan karena fluktuasi konjungtur.

 Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)

(8)

Kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya ditanggung oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau berasal dari investasi pemilik perusahaan maka credit rating akan semakin baik dan jaminan bagi kreditor jangka pendek semakin besar

D. Manajemen Modal Kerja

Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi kehidupan perusahaan, tetapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup tersebut? Tersedianya modal kerja yang segera dapat digunakan dalam operasi perusahaan tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, surat berharga yang diperdagangkan, piutang atau persediaan. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah :

1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.

2. Meminimalkan – jangka panjang – biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang,sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban ketika jatuh tempo.

Sasaran ketiga mengindikasi bahwa perusahaan mempertahankan likuiditas yang cukup. Modal kerja yang tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara lain :

 Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

 Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

 Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaaan untuk dapat menghadapi kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

(9)

 Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.

Penentuan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan dipengaruhi beberpa faktor sebagai berikut :

1. Sifat atau tipe perusahaan

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut.

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan 4. Syarat penjualan

5. Tingkat perputaran persediaan

Untuk menentukan besarnya dan cukupnya modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan, Riyanto (2001:64), “Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung kepada 2 faktor, yaitu :

a. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, dan b. Pengeluaran kas rata-rata tiap harinya.

Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, tetapi dengan makin lamanya periode perputarannya, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah makin besar.”

E. Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan adalah berbeda. Modal kerja perusahaan jasa relatif lebih kecil dibanding dengan modal kerja perusahaan industri. Demikian pula bagi sebuah perusahaan, kebutuhan akan modal kerja dari waktu ke waktu tentu tidak sama. Oleh sebab itu, setiap manajer harus menyesuaikan modal kerja dengan tingkat operasi usaha agar dapat digunakan secara ekonomis dasn dapat menghindarkan kesulitan/kemacetan dalam menghadapi kondisi darurat.

Permintaan suatu perusahaan terhadap modal kerja,menurut Jhon J.Hampton dan Cecilia L.Wagner,dipengaruhi oleh 4 faktor umum dan 5 faktor khusus.

(10)

a. Volume Penjualan

Perusahaan membiayai modal kerja biasanya untuk mendukung penjualan. Faktor ini adalah faktor yang paling utama, karena perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya dimana puncak aktivitas penjualan, dari ini perusahaan bisa mengukur efektif dan efisiensinya perkembangan pada karyawan dan perusahaan.

b. Faktor Musiman

Fluktuasi musiman akan permintaan untuk produk tau jasa mereka. Musiman dapat mempengaruhi permintaan barang, maka penjualan akan berfluktuasi dan fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan inilah yang menimbulkan adanya modal kerja varibel.

c. Perkembangan Teknologi

Perubahan pada teknologi yang tentu saja berdampak pada proses produkksi dapat mempunyai kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja.

d. Filosofi Perusahaan

Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen maupun musiman. Jika perusahaan mengubah kebijakan kredit net 30 menjadi net 60, maka tambahan dana permanen mungkin terikat pada piutang. Jika perusahaan mengubah kebijakan produksi mungkin akan mempengaruhi kebutuhan persediaan. Perubahan tingkat minimum kas mungkin akan menaikkan atau menurunkan modal kerja.

Keadaan bisnis bedampak pada tingkat modal kerja. c. Ketersedian Kredit

Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit.

d. Perilaku Menghadapi Keuntungan

Suatu jumlah yang relative besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan.

e. Perilaku Menghadapi Risiko

Makin besar tingkat aktiva lancar,makin kecil risiko.

Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya pengelolaan dana yang tidak efektif di samping akan menimbulkan keburukan-keburukan seperti :

 Dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan.

(11)

 Kerugihan bunga karena saldo bank yang tidak di pergunakan. Sedangkan komposisi modal kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

1. Sifat kegiatan perusahaan 2. Faktor-faktor ekonomi

3. Peraturan-peraturan pemerintah yang berhubungan dengan pengendalian kredit

Pada dasarnya terdapat 3 pilihan kebijakan bagi manajemen untuk menentukan besarnya proporsi aktiva lancar yang dibiayai oleh sumber jangka pendek dan yang dibiayai dari jangka panjang,yaitu :

1. Kebijakan Modal Kerja Konservatif

Kebijakan konservatif adalah perusahaan

memodali sebagian aktiva lancarnya yang berfluktuasi dengan modal permanen. Pada musim sedang sepi ketika piutang dan persediaan

sedang rendah, perusahaan memperbesar saldo

surat-surat berharganya. Dengan bergeraknya waktu menuju puncak musim ramainya penjualan, perusahaan mulai menjual persediaan dan piutang dan bila masih kurang mencari pinjaman jangka pendek. Sedangkan aktiva lancar permanen dan aktiva tetap dimodali dengan permodalan permanen.

2. Kebijakan Modal Kerja Moderat

(12)

3. Kebijakan Agresif

G. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Perubahan-perubahan dari unsur-unsur non akun lancar (aktiva tetap,utang jangka panjang dan modal sendiri) yang mempunyai efek memperbesar modal kerja disebut sebagi sumber-sumbermodal keraja.Sebaliknya perubahan-perubahan dari unsur-unsur non-akun lancar yang mempunyai efek memperkecilmodalkerja disebu sebagai penggunaan modalkerja.

Apabila sumber lebih besar daripada penggunaan,berarti ada kenaikan modal kerja.sebaliknya apabila penggunaan lebih besar daripada sumber,berarti terjadipenurunan modal kerja.

1. Sumber Modal Kerja

Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah :

 Adanya kenaikan sektor modal,baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham.

 Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.

 Adapenambahan utang jangka panjan,baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.

2. Penggunaan Modal Kerja

(13)

 Berkurangnya modal sendiri karena kerugian,maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan.

 Pembayaran utang-utang jangka panjang.

 Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.

3. Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Langkah-langkah dalam penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut:

 Tabulasikan perubahan pos-pos neraca awal dan akhir (2 periode) dan klarifikasikan sebagai sumber dan penggunaan dana.

 Masukkan data laba bersih sebagai sumber dana dan dividen sebagai operasional dan finansial. Tujuan rasio pengukur modal kerja ialah untuk melakukan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan sebagai dasar interpretasi kondisi keuangan dari hasil opeasional suatu perusahaan.

Ada beberapa rasio yang selalu digunakan untuk menganaliss dan menginterpretasi modal kerja, yaitu

Likuiditas

Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang segera harus dipenuhi.

a. Kecukupan Aktiva Lancar

Aktiva lancar perusahaan merupakan tolok ukuran yang paling kasar yang menunjukan adanya dana likuid yang segera menjadi kas danh tersedia untuk membayar tagihan-tagihan. Rasio yang dapat digunakan :

1. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current ratio)

(14)

RUMUS :

Current Ratio = Current Asset Current Liabilities

2. Rasio Aktiva Lancar Terhadap Total Aktiva

Rasio yang rendah mungkin menunjukkan kurangnya penjualan kredit (piutang yang rendah) atau kurangnya dukkungan untuk produksi dengan persediaan yang cukup,raio yang tinggi mungkin mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang yang buruk (piutang berlebihan) atau persediaan yang besar.

RUMUS :

Current Asset to Total Asset Ratio = Current Asset Total Asset

3. Rasio Aktiva Lancar Terhadap Penjualan

Ketika perusahaan menghasilkan penjualan,maka terdapat tagihan untuk dibayar,piutang untuk didanai,dan persediaan untuk mendukung penjualan.Besarnya aktiva-aktiva tersebut haruslah cukup untuk membayar tagihan tepat waktu,memungkin pengiriman barang cepaat,dan pemberian kredit dengan syarat kredit yang kompetitif. RUMUS :

(15)

b. Kecukupan Quick Assets

Quick Assset terdiri dari kas dan piutang,merupakan aktiva yang paling likuid dalam neeraca.Dengan menggunakan kas dan piutang,likuiditas dapat diukur dengan lebih tepat daripada aktiva lancar.

1. Rasio Quick Assets Terhadap Kewajiban Lancar (Quick Ratio)

Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan menggunakan aktiva paling likuid terhadap kewajiban lancar.

RUMUS :

Quick Ratio = Quick Assets

Current Liabilities

2. Rasio Quick Assets Terhadap Total Aktiva

Perusahaan membutuhkan aktiva likuid yang cukup sebagai bagian dari bauran dari total aktivanya.Rasio ini menunjukkan besar kas dari piutang dalam bauran total aktivanya.

RUMUS :

Quick Asset to Total Assets Ratio = Quick Assets Total Assets

c. Kecukupan Kas

(16)

Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi utang-utang tepat pada waktunya.

RUMUS :

Cash Ratio = Cash

Current Liabilities

2. Rasio Kas Terhadap Total Aktiva

Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap,Hal ini dapat diukur dengan rasio ini.

RUMUS :

Cash Total Assets= Cash Total Assets

3. Rasio Kas Terhadap Penjualan

Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan operasinya. RUMUS :

Cash to Revenues Ratio = Cash Revenues

(17)

d. Arus Dana dari Persediaan

Penting bagi perusahaan memiliki kas yang cukup dari kegiatan operasinya,apabila perusahaan tidak menjual persediaan maka tidak aka nada piutang dan apabila pitang tidak dikumpulkan perusahaan tidak mrmiliki kas.

1. Perputaran persediaan dalam kas ( Inventory turnover in cash)

Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan,rasio ini mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan yang sama dengan saldo persediaanya.

RUMUS :

Inventory Turnover in Cash = Revenues Inventory

2. Perputaran persediaan dalam unit (Inventory turnover in units)

Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode dan perputaran fisik persediaan.

RUMUS :

Inventory Turnover in Units = COGS Inventory

e. Exposure dari Kewajiban Lancar

(18)

1. Rasio Total Aktiva Terhadap Kewajiban Lancar (Total asssets to current liabilities ratio)

Rasio ini mengukur porsi dari aktiva yang didanai dari uttang jangka pendek. RUMUS :

Total Assets to Current Liabilities Ratio = Total Assets Current Liabilities

2. Rasio Ekuitas terhadap kewajiban lancar (Total equity to current liabilities ratio)

Rasio ini mengukur komitmen dari pemegang saham dibandingkan dengan exposure dari kewajiban lancar.

RUMUS :

Total Equity to Current liabilities ratio = Total Equity Current Liabilities

3. Rasio HPP terhadap utang dagang (COGS to accounts pyable ratio)

Satu cara untuk menilai besarnya utang dagang adalah dengan membandingkannya dengan tingkat aktivitas bisnis perusahaan.

RUMUS :

(19)

f. Kecukupan Modal Kerja

Modal kerja bersih,selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar adalah ukuran dasar dari likuiditas perusahaan.Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi dengan menggunakan rasio.

1. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (Total assets to net working capital)

Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas,sedangkan rasio yang rendah mengindikasikan tingkat lukiditas yang tinggi.

RUMUS :

Total Assets to Net Working Capital Ratio = Total Assets

Net Working Capital

2. Rasio kewajiban lancar terhadap modal keraj bersih (Current liabilities to net working capital ratio)

Rasio ini merupakan ekspresi alternatif dari current ratio. Bila current ratio rendah,rasio ini akan tinggi mengindikasikan likuiditas rendah.Bila rasio ini rendah current ratio akan tinggi mengindikasikan likuiditas tinggi.

RUMUS :

Current Liabilities to Net Working Capital = Current Liabilities Net Working Capital

(20)

Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar.

RUMUS :

Working Capital Turnover = Revenues

Net Working Capital

III. Hubungan Modal kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan

Pada setiap perusahaan modal kerja mempunyai hubungan yang saling terkait dengan likuiditas, karena dengan adanya modal kerja maka perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dimana modal kerja ini digunakan untuk menjalankan operasi-operasi perusahaan setiap harinya. Sedangkan likuiditas menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi.

Menurut Keown yang dikutip oleh Djakman (2000:644), “Agar dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan berhasil diperlukan sejumlah modal kerja yang cukup, dimana pengelolaan modal kerja tersebut dapat menunjukkan keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas perusahaan”.

Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan finansial tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam.

Menurut Riyanto (2001:25), “Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.”

(21)

Seperti diketahui bahwa salah satu nilai penting dari likuiditas perusahaan adalah untuk memenuhi sejumlah dana yang diperlukan pada saat dibutuhkan. Ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi likuiditasnya akan memengaruhi aktivitas usahanya. Sementara itu dalam manajemen modal kerja kebutuhan dana juga merupakan bagian penting, baik dalam hal penyediaan dana maupun penggunaan dana yang berkaitan dengan aktivitas usaha. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang erat antara likuiditas dengan modal kerja.

Agar lebih mudah memahami nilai penting likuiditas dalam hubungannya dengan modal kerja dapat dilihat dalam ilustrasi berikut ini. Kita asumsikan ada dua perusahaan yaitu PT Bukitlayang dan PT Tempilang dengan neraca sebagai berikut :

Neraca PT Bukitlayang Per 31 Desember 2008

Kas 600.000 Utang Lancar 1.800.000 Piutang 1.000.000

Persediaan 1.400.000

Total Aktiva Lancar 3.000.000 1.800.000

Neraca PT Tempilang Per 31 Desember 2008

Kas 1.400.000 Utang Lancar 1.800.000 Piutang 1.000.000

Persediaan 600.000

Total Aktiva Lancar 3.000.000 1.800.000

(22)

sangat mempengaruhi dalam kemampuan membayar kewajibannya . Dalam hal ini posisi PT Tempilang lebih baik dalam hal kemampuan membayarnya dibandingkan dengan PT Bukitlayang. Jika terjadi sesuatu PT. Tempilang lebih cepat membayar karena memiliki kas yang lebih banyak dari PT Bukitlayang, demikian pula sebaliknya. Artinya, meskipun likuiditas antara perusahaan PT Bukitlayang Pt Tempilang sama, namun kecepatan dalam hal membayar kewajiban berbeda-beda.

BAB III. PENUTUP KESIMPULAN

1. Hubungan antara likuiditas dengan modal kerja sangat diperlukan. Untuk itu berapa modal kerja yang dibutuhkan atau tidak sekadar pada jumlah rupiahnya, tetapi juga pada perimbangannya masing-masing pos yang ada pada aktiva lancar.

(23)
(24)

DAFTAR PUSTAKA

Sawir,Agnes.,Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.2005

Fred. J. Eugene F Brigham. Managerial Finance. Penerj. Sumarso Sr. ESG. Jakarta. 1981.

Kennedy, R.D. and Mullen. S. Y Mc. Financial Statement Form, Analysis and Interpretation. Sixth Edition, First Printing, Mei Ya Publication Inc, Taipeh, 974.

Munawir, S. Analisa Laporan Keuangan. Edisi I. Liberty. Yogyakarta, 1981.

Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi II. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Yogyakarta, 1979.

Suwartoyo, E. Modal Kerja. Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen. Balai Aksara. Jakarta. 1978.

Referensi

Dokumen terkait

Pemantapan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan pada Kawasan Budidaya Pertanian tanaman Pangan (B3) di Kecamatan Sambelia. Lombok Timur. Kec. Lombok Timur). Lombok

Implementasi data mining dengan teknik decision tree menggunakan algoritma C4.5 dapat menghasilkan informasi berupa prediksi penyebaran virus HIV/AIDS dimana dari

Peneli nelitan tan yang yang saya saya lak lakukan ukan bert bertujuan ujuan untuk untuk meng menganalis analisis is kiner kinerja ja karyawan khususnya bagian

Parameter seismik dan tektonik paling umum dapat diperoleh dari Guttenberg- Richter (GR) recurrent relationship (Gutenberg-Richter, 1954), dimana tektonik menunjukkan

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor: 8.E Tahun 2010 tanggal 24 Mei 2010 tentang Dukungan Bantuan Dana Operasional Dalam Rangka Mendukung

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

Dan dalam pembahasan tersebut harus mempertimbangkan faktor – faktor penentu kepribadian yang beragam dari faktor genetis hingga faktor yag secara luas seperti faktor

menunjukan sebagian besar responden dengan jumlah 9 orang atau sebesar 30% responden memberikan tanggapan setuju tanggapan tidak setuju terhadap pernyataan, bahwa