• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Kades

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Kades"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan peningkatan kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional, maka peranan pajak sebagai salah satu sumbernya menjadi semakin penting, baik masa kini maupun masa yang akan datang. Untuk menciptakan cita-cita pembangunan nasional kearah masyarakat adil dan makmur diperlukan peran kepatuhan pembayaran pajak. Disadari bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang perpajakan masih belum memadai dan oleh karena itu diperlukan upaya pemasyarakatan pajak melalui sosialisasi yang dimulai dari tingkat yang paling bawah yaitu Desa sampai ke tingkat Provinsi sehingga diharapkan secara bertahap akan tumbuh tingkat kesadaran masyarakat tentang arti dan pentingnya pajak untuk pembiayaan pembangunan. Disadari pula bahwa sampai saat ini sosialisasi di bidang perpajakan sebagai salah satu komponen penting untuk peningkatan pengetahuan masyarakat masih kurang, sehingga diperlukan suatu upaya terus menerus untuk menambah pengetahuan masyarakat dibidang perpajakan.

Perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban bagi warga negara yang merupakan peran serta warga negara dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Oleh karena itu pajak sebagai salah satu penerimaan negara sangat penting artinya untuk peningkatan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Salah satu jalannya adalah dengan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat pada waktunya. Sebab

(2)

membayar pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan ketaatan warga negara dalam ikut serta berperan mensukseskan pembangunan.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas Bumi dan atau Bangunan. Subjek pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan atau memperoleh manfaat atas Bumi dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas Bangunan, sehingga subyek pajak tersebut di atas menjadi Wajib Pajak -Pajak Bumi dan Bangunan (Waluyo-Wirawan B. Ilyas, 2009:367). Dasar hukum pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang No. 12 Tahun 1994, yang selanjutnya diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai Undang-Undang terbaru mengenai Pajak.

Partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan sangat penting untuk mencapai target yang telah ditetapkan terutama dari tingkat yang paling bawah yaitu Desa. Keberhasilan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB di Desa adalah suatu tujuan yang mutlak dan harus dicapai, karena Desa adalah merupakan ujung tombak dalam penentuan target yang telah ditetapkan. Jika masing-masing Desa telah mencapai target pajak maka akan sangat membantu dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Disinilah figure pimpinan dalam hal ini Kepala Desa harus dapat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

(3)

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Camat. Berdasarkan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa, pada bagian kedua pasal 26 disebutkan bahwa Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut, menurut Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa, Kepala Desa mempunyai wewenang antara lain :

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa. b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa.

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa. d. Menetapkan Peraturan Desa.

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. f. Membina kehidupan masyarakat Desa.

g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa.

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa.

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa. l. Memanfaatkan teknologi tepat guna.

(4)

Kepala Desa juga memiliki kewajiban-kewajiban tertentu dalam melaksanakan tugas-tugasnya, antara lain yaitu :

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

c. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa. d. Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan. e. Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender.

f. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.

g. Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa.

h. Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik. i. Mengelola Keuangan dan Aset Desa.

j. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa. k. Memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

(5)

Agar tujuan tersebut dapat dicapai, sangat ditentukan oleh kemampuan Kepala Desa dalam memberikan motivasi, mengarahkan, membimbing, mempengaruhi serta membujuk masyarakat sehingga masyarakat dapat meningkatkan partisipasinya dalam membayar PBB.

Motivasi adalah merupakan dorongan yang ada dalam diri manusia yang dapat menyebabkan ia berbuat sesuatu. Kecamatan Tambun Utara mempunyai delapan Desa yaitu Desa Karang Satria, Desa Jejalen Jaya, Desa Satria Jaya, Desa Satria Mekar, Desa Sriamur, Desa Srimukti, Desa Srijaya, dan Desa Srimahi. Berdasarkan Data Hasil Realisasi PBB-P2 Buku 1,2, dan 3 se-Kabupaten Bekasi Tahun 2012, 2013 dan Tahun 2014 pada Minggu terakhir Bulan Desember, bahwa realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2012 mencapai 40,58%, pada tahun 2013 mencapai 47,76% dan pada tahun 2014 mencapai 44,88%. Dengan data hasil realisasi penerimaan PBB-P2 Buku 1,2,3 di tiap Desa se-Kecamatan Tambun Utara sebagai berikut :

(6)

Sumber : Laporan Mingguan Pembayaran PBB Buku 1,2,3 Periode Desember 2012, Desember 2013, Desember 2014 Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi

Berdasarkan penjelasan Camat Tambun Utara, dilihat secara keseluruhan realisasi penerimaan pajak Bumi dan bangunan dari tahun ke tahun masih jauh dari yang diharapkan oleh pemerintah. Selanjutnya dikatakan pada pencanangan bulan bakti pembayaran PBB 2014 tingkat Kabupaten Bekasi, bahwa penerimaan pendapatan dari sektor pajak terutama PBB diharapkan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya atau jika mungkin over target. Oleh karena itu kinerja Kepala Desa kembali mendapat sorotan. Camat menilai kinerja aparat tingkatan ini jalan di tempat. Dalam pengarahannya mengevaluasi penarikan pajak bumi dan bangunan (PBB), meminta Kepala Desa bekerja demi kemajuan Bekasi tanpa paksaan. Dilanjutkannya bahwa tugas utama Kepala Desa adalaah pelayanan publik dan peningkatan PAD dari sektor pajak bumi dan bangunan (PBB). Ditingkat Desa, seorang Kepala Desa adalah merupakan wakil dari pemerintah yang memiliki tugas-tugas dan pelayanan yang cukup berat, apalagi dengan adanya realisasi otonomi daerah membawa kompleksitas bagi pelaksanaan tugas-tugas pemerintah Desa.

(7)

menyeluruh dalam arti pajak tersebut dikenakan terhadap objek pajak baik yang besar maupun yang kecil serta mengikut sertakan seluruh lapisan masyarakat. Jelaslah bahwa pada dasarnya pembayaran pajak dari rakyat ditujukan untuk kemakmuran rakyat, atau dengan kata lain dari rakyat untuk rakyat.

Keberhasilan pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) ditentukan oleh banyak faktor, antara lain yaitu Kepemimpinan Kepala Desa, Motivasi Kepala Desa dalam pelaksanaannya, Kesadaran masyarakat, Pelayanan yang dilakukan oleh perangkat desa, Kedisiplinan dan Kejujuran petugas pemungut pajak, dan lain sebagainya. Khusus untuk Kecamatan Tambun Utara, berdasarkan pengamatan sementara faktor-faktor tersebut perlu mendapatkan perhatian.

Pentingnya pengaruh kepemimpinan dan motivasi Kepala Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) memberikan inspirasi kepada penulis untuk mengadakan penelitian agar target yang telah ditetapkan dapat terealisasi. Berkenaan dengan itu, maka penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi dengan kedua faktor tersebut, yakni kepemimpinan dan motivasi kepala desa merupakan hal yang menarik untuk diteliti dan dikaji secara lebih mendalam, karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi”.

(8)

1.2.1. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari persoalan tersebut di atas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah dalam penelitian ini dengan rumusan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Kepala Desa yang belum maksimal terhadap perangkat Desa 2. Motivasi Kepala Desa masih rendah dalam mensukseskan penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan.

3. Belum memadainya sosialisasi tentang pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat pada waktunya.

4. Kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

5. Partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang belum sepenuhnya meningkat.

6. Kedisiplinan dan kejujuran petugas pemungut Pajak di Desa yang masih tergolong rendah.

1.2.2. Pembatasan Masalah

(9)

Kepemimpinan sebagai variabel bebas satu (X1) dan motivasi kepala desa

dijadikan variabel bebas dua (X2), dan untuk variabel terikat (Y) adalah partisipasi

masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Kemudian untuk menghimpun data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, ditetapkan bahwa yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi.

1.2.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh dan seberapa besar pengaruh kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi?

2. Apakah terdapat pengaruh dan seberapa besar pengaruh motivasi Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi?

3. Apakah terdapat pengaruh dan seberapa besar pengaruh kepemimpinan dan motivasi Kepala Desa secara bersama-sama terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi?

(10)

Secara umum, dilaksanakannya penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari konsep-konsep yang terkandung dalam ilmu pemerintahan. Selanjutnya secara khusus, penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan dan mengungkapkan berbagai faktor determinan yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain untuk mengetahui dan mengungkap seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel tersebut, yaitu :

1. Besarnya pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi.

2. Besarnya pengaruh motivasi kepala desa terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi.

3. Besarnya pengaruh kepemimpinan dan motivasi kepala desa secara bersama-sama terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi.

1.4. Kegunaan Penelitian

(11)

yang berkaitan dan berkepentingan yaitu:

1. Bagi penulis, sebagai persyaratan kelulusan program pascasarjana dan upaya mengimplementasikan pembelajaran yang didapat selama kuliah

2. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran yang berharga bagi kemajuan Ilmu Pemerintahan khususnya dan Ilmu Pengetahuan lainnya tentang disiplin, motivasi kepala desa dan partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

(12)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Pemerintah dan Pemerintahan

Ermaya Suradinata (2002 : 16) mengatakan bahwa :

Pemerintah merupakan suatu badan penyelenggara atas nama rakyat untuk mencapai tujuan negara, sedangkan proses kegiatannya disebut pemerintahan, dan besar kecilnya kekuasaan pemerintah bersumber dari rakyat. Dengan demikian pemerintah dalam menjalankan proses kegiatan negara harus berdasarkan kemauan rakyat, dalam negara yang demokrasi rakyatlah yang secara langsung turut mengendalikan perjalanan negara, dan pemerintah menjalankan tugasnya berdasarkan kemauan rakyat karena rakyatlah yang menjadi jiwa bagi kehidupan dan proses berjalannya suatu negara.

Pendapat lain tentang pemerintah dikemukakan oleh Taliziduhu Ndraha (2006:5) mendefinisikan bahwa pemerintah adalah sebuah kelompok yang bertanggungjawab atas penggunaan kekuatan. Selanjutnya dikatakan bahwa pemerintah adalah segenap alat pelengkap negara atau lembaga-lembaga kenegaraan yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan negara.

(13)

mempertanggungjawabkan kekuatan atas kekuasaan kepada rakyat dalam upaya mencapai tujuan negara.

Lahirnya pemerintahan pada awalnya adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban di dalam masyasrakat, sehingga masyarakat tersebut bisa menjalankan kehidupan secara wajar. Seiring dengan perkembangan masyarakat modern yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan, peran pemerintah kemudian berubah menjadi melayani masyarakat. Pemerintah modern, dengan kata lain pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani diri sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai kemajuan bersama (Rasyid, 2000 : 13). Osborne dan Gaebler (terjemahan Rosyid, 2000 : 192) bahkan menyatakan bahwa pemerintah yang demokratis lahir untuk melayani warganya dan karena itulah tugas pemerintah adalah mencari cara untuk menyenangkan warganya.

(14)

jadi termasuk seluruh permasalahan pelayanan umum, dilihat dan dimengerti dari sudut kemanusiaan; kedua, masalah bagaimana sebaiknya

Menurut Inu Kencana Syafiie Secara etimologis kata pemerintahan berasal dari Kata :

1. Perintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh. Yang berarti di dalamnya terdapat dua pihak, yaitu yang merintah memiliki wewenang dan yang diperintah memiliki kepatuhan dan keharusan.

2. Setelah ditambah awalan pe menjadi pemerintah, yang berarti badan yang melakukan kekuasaan memerintah.

3. Setelah di tambah lagi akhiran an menjadi pemerintahan, yang berarti perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut. (Syafiie, 2006:4)

Pemerintah adalah gejala sosial, artinya di dalam hubungan antar anggota masyarakat, baik individu dengan individu dan kelompok maupun antar individu dengan kelompok. ( Ndraha, 2007:6).

Definisi pemerintahan menurut U. Rosenthal yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh JRG Djopari yang kemudian ditulis kembali oleh Syafiie yang mengatakan bahwa, “Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang menggeluti studi tentang kinerja internal dan eksternal dari struktur-struktur dan proses-proses pemerintahan umum”. (Syafiie, 2003:32).

(15)

Secara etimologis kata pemerintahan berasal dari kata pemerintahan, kata pemerintah sendiri berasal dari kata Perintah yang berarti menyuruh melakukan suatu pekerjaan ( Pamudji, 1985:22). Namun tinjauan asal kata pemerintah sebenarna berasal dari kata dalam bahasa inggris government yang diterjemahkan sebagai pemerintah dan pemerintahan dalam banyak tulisan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa “government” tidak selalu memiliki makna pemerintahan karena Samuel Edward Finer mengartikan “government” sebagai public servant yakni pelayanan. Sehingga Samuel Edward Finer menyimpulkan bahwa kata government dapat memiliki arti :

1. Menunjuk kepada kegiatan atau proses pemerintah, yakni melakukan kontrol atas pihak lain;

2. Menunjuk pada masalah-masalah Negara dalam kegiatan atau proses dijumpai;

3. Menunjukan cara, metode, atau sistem dengan masa suatu masyarakat tertentu diperintah. ( Syafiie, 2002:13).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintahan merupakan lembaga atau badan yang mempunyai wewenang (Kekuasaan) untuk memerintah dan mengatur urusan negaranya berdasarkan sistem yang dianutnya.

2.1.2. Teori Pemerintahan Desa

(16)

Kabupaten.

Desa menurut Prof. Drs. HAW. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa “Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”. (Widjaja, 2003: 3).

Berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa, yang disebut dengan desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(17)

Pemerintahan Desa merupakan suatu kegiatan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Pemerintahan Desa menurut Prof. Drs. HAW. Widjaja dalam bukunya “Otonomi Desa” Pemerintahan Desa diartikan sebagai :“Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati”. (Widjaja, 2003: 3)

Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu Kepela Desa dan Perangkat Desa.

2.1.3. Hakikat Kepemimpinan

(18)

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2011: 170) kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun dan membimbing asuhannya. Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi.

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita dalam Danang Sunyoto (2012) kepemimpinan adalah sebagai suatu proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Sedangkan menurut Hersey dan Blanchart dalam Danang Sunyoto (2012) kepemimpinan adalah setiap upaya seseorang yang mencoba untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok, upaya untuk mempengaruhi tingkah laku ini bertujuan mencapai tujuan perorangan, tujuan teman, atau bersama-sama dengan tujuan organisasi yang mungkin sama atau beda.

(19)

kepemimpinan atau leadership ini adalah merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seseorang pemimpin (leader), yang dalam penerapannya mengandung konsekuensi terhadap diri si pemimpin antar lain sebagai berikut :

1. Harus berani mengambil keputusan sendiri secara tegas dan tepat (decision making)

2. Harus berani menerima resiko sendiri

3. Harus berani mnerima tanggung jawab sendiri (The Principle of Absolutenes of Responsibility) (Ingat tanggung jawab sama sekali tidak boleh didelegasikan ke bawah).

Dari definisi kepemimpinan di atas terlihat bahwa kepemimpinan adalah bagian penting dari manajemen, tetapi bukan semuanya. Sehingga dalam hal ini para manajer harus merencanakan dan mengorganisasikan, tetapi peran utama pemimpin dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan baik.

Dalam mencapai tujuan organisasi, agar dapat menguasai atau mempengaruhi orang lain maka dalam manajemen sumber daya manusia lazimnya digunakan empat kepemimpinan (Irham Fahmi, 2012:60-61) yaitu:

1. Democratic Leadership, adalah kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan (penganut antara lain adalah Chaster Barnard, Sins Simon, Konnnts & O’Donnel).

(20)

mampu untuk mengumpulkan pengikut-pengikutnya untuk kepentingan pribadinya dan atau golongannya dengan kesediaan untuk menerima segala resiko apapun (penganutnya terdiri atas orang-orang diktator, antara lain Hitler, Mossolini, Stalin).

3. Paternalistik Leadership yaitu bentuk kepemimpinan yang menggabungkan antara gaya Democratic dan Dictatorial. Yang pada dasarnya kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsur-unsur demokrasi. Sistem ini dapat diibaratkan diktator yang berselimutkan demokratis.

4. Free Rein Leadership yaitu suatu kepemimpinan yang 100 % menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijaksanaan pengoperasian manajemen sumber daya manusia kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada ketentuan-ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka. Pemimpin disini hanya sekedar mengawasi dari atas dan menerima laporan kebijaksanaan pengoperasian yang telah dilaksanakan oleh bawahannya.

Sedangkan menurut Malayu S.P.Hasibuan (2012) kepemimpinan dibedakan menjadi 4 yaitu :

1. Kepemimpinan otoriter

(21)

Falsafah pemimpin ialah bawahan adalah untuk pimpinan/atasan. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah ditetapkan pimpinan. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar, dan paling cakap. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan istruksi/perintah, ancaman hukuman serta pengawasan dilakukan secara ketat.Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan. Pimpinan menganut sistem manajemen tertutup (closed management) kurang menginformasikan keadaan perusahaan pada bawahannya. Pengkaderan kurang mendapat perhatian.

2. Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipatif para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahann.

Falsafah pemimpin ialah pimpinan adalah untuk bawahan. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran atau ide yang diberikan bawahannya. Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka (open management) dan desentralisasi wewenang.

(22)

bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. 3. Kepemimpinan Delegatif

Kepemimpinan delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap, menyerahkan dan mengatakan kepada bawahan. “inilah pekerjaan yang harus Saudara kerjakan, saya tidak peduli, terserah Saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik.”

Disini pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkan agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pimpinan tidak membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan itu dan hanya sedikit melakukan kontrak dengan bawahannya. Dalam hal ini bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan psikologis (kemauan). Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Kematangan psikologis dikaitkan dengan kemauan atau menotivasi untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan.

(23)

Model kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard di Pusat Studi Kepemimpinan pada akhir tahun 1960 sampai tahun 1982. Hersey & Blanchard bekerjasama secara kontinu menyempurnakan kepemimpinan situasional. Model yang dikembangkan mengacu pada pendekatan situasional yang menekankan perilaku pemimpin dan merupakan model praktis yang dapat digunakan manajer, tenaga pemasaran, guru atau orang tua untuk membuat keputusan dari waktu ke waktu secara efektif dalam rangka mempengaruhi orang lain.

Fokus pendekatan situasional terhadap kepemimpinan terletak pada perilaku yang diobservasi atau perilaku nyata yang terlihat, bukan pada kemampuan atau potensi kepemimpinan yang dibawa sejak lahir. Penekanan pendekatansituasional adalah pada perilaku pemimpin dan anggota/pengikut dalam kelompok dan situasi yang variatif.

Menurut kepemimpinan situasional, tidak ada satupun cara yang terbaik untuk mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan mana yang harus digunakan terhadap individu atau kelompok tergantung pada tingkat kesiapan orang yang dipengaruhi.

Beberapa faktor dalam situasi yang mempengaruhi efektivitas pemimpin adalah: pemimpin, pengikut, rekan di posisi kunci, organisasi, tuntutan jabatan dan waktu pengambilan keputusan. Berikut ini gaya pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Gaya Otokratif

(24)

informasi untuk menghasilkan konklusi, sementara pengikut tidak memiliki kemampuan, kesediaan dan keyakinan untuk memecahkan masalah. Jadi manajer harus membuat keputusan tanpa bantuan pengikut. Gaya ini mensyaratkan perilaku direktif dan pada situasi ketika hanya pemimpin yang memiliki informasi atau keahlian.

2. Gaya Konsultatif

Merupakan strategi yang tepat apabila manajer mengenali bahwa pengikut juga mempunyai beberapa pengalaman atau pengetahuan tentang masalah dan bersedia memecahkan masalah meskipun belum mampu. Dalam situasi ini strategi yang terbaik adalah memperoleh masukan mereka, sebelum membuat keputusan final. Dengan cara ini ada dua kemungkinan atau hasil yang segera didapat, yaitu kerja sama berbagi pengetahuan sehingga meningkatkan keakuratan keputusan dan pemimpin memberi motivasi dan membantu pengikut mengidentifikasi tujuan kelompok secara lebih jelas.

3. Gaya Fasilitatif

Merupakan suatu kooperatif yaitu manajer dan pengikut bekerjasama mencapai keputusan bersama. Dalam hal ini, pemimpin secara efektif memiliki komitmen terhadap diri sendiri untuk berbagi dalam proses pengambilan keputusan. Gaya ini merupakan cara sempurna manakala berhadapan dengan pengikut yang mampu, tetapi belum yakin akan dirinya. 4. Gaya Delegatif

(25)

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini penulis mengambil kesimpulan sebagai sintesis bahwa kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi melalui kemampuannya menggerakkan, mengendalikan, dan membimbing bawahan atau yang dibimbing. Dengan demikian kepemimpinan memiliki indikator ; (1). Menggerakkan, (2). Mengendalikan, (3). Membimbing.

2.1.4. Hakikat Motivasi

Motivasi membicarakan tentang bagaimana cara mendorong semangat kerja seseorang, agar mau bekerja dengan memberikan secara optimal kemampuan dan keahliannya guna mencapai tujuan organisasi. Motivasi menjadi penting karena dengan motivasi diharapkan setiap karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Perilaku seseorang dipengaruhi dan dirangsang oleh keinginan, pemenuhan kebutuhan serta tujuan dan kepuasan. Jadi menurut Berelson dan Steiner dalam Danang Sunyoto (2012) motivasi adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang supaya mengarah tercapainya tujuan organisasi.

(26)

keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai. Masih dalam Hasibuan, pengertian motivasi menurut Merie J. Moskowits adalah inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.

Menurut Joko Raharjo (2013:154) mengatakan motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mengejar suatu tujuan. Selanjutnya Irham Fahmi (2012:143) menyatakan motivasi adalah aktivitas perilaku yang bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Lebih lanjut Chung dan Meggison dalam Irham Fahmi (2012:143) mendefinisakan motivation is defined as/goal-directed behavior. It concerns the level of effort one exert in persuing a goal … it’s closely performance. Artinya motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan … .motivasi berkaitan erat dengan kepuasan dan performance pekerjaan.

(27)

Sedangkan Hasibuan (2011:219) memberi terminologi motivasi sebagai pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan

1. Teori Kebutuhan

Abraham Maslow memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu urutan kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan pokok manusia yang diidentifikasi Maslow dalam urutan kadar pentingnya (Prabu Anwar Mangkunegara, 2011:94-95)adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas dan kebutuhan seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh orang lain.

(28)

berpendapat dengan mengemukakkan ide-ide memberi penilaian dankritik terhadap sesuatu.

Selanjutnya, Abraham Maslow dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2011:96) mengemukakan bahwa orang dewasa secara normal memuaskan kira-kira 85 persen kebutuhan fisiologis, 70 persen kebutuhan rasa aman, 50 persen kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, 40 persen kebutuhan harga diri, dan hanya 10 persen kebutuhan aktualisasi diri.

Dalam studi motivasi lainnya, David McClelland dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2011:97) mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu sebagai berikut:

a. Need For Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Seorang karyawan yang mempunyai kebutuhan akan berprestasi tinggi cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.

b. Need For Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

(29)

sekali untuk berhasil.

2. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)

Teori ERG Alderfer (Existence, Relatedness, Growth) adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Clayton P. Alderfer (1998).Teori Alderfer menemukan adanya 3 kebutuhan pokok manusia:

a. Kebutuhan Keadaan (Existence Needs) adalah suatu kebutuhan tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari Maslow yaitu meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman serta hygiene factors dari Herzberg.

b. Kebutuhan Berhubungan(Relatedness Needs) mencakup kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslow dan hygiene factors dari Herzberg.

c. Kebutuhan Pertumbuhan (Growth Needs) adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan. Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari Maslow dan motivation factors dari Herzberg (A. A.Anwar Prabu Mangkunegara, 2011:98).

3. Teori Insting

(30)

selanjutnya William James, Sigmund Freud, dan McDougall dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2011:99) mengembangkan teori insting dan menjadikan insting sebagai konsep yang penting dalam psikologi. Teori Freud menempatkan motivasi pada insting agresif dan seksual. McDougall menyusun daftar insting yang berhubungan dengan semua tingkah laku: rasa jijik, rasa ingin tahu, kesukaan berkelahi, rasa rendah diri, menyatakan diri, kelahiran, reproduksi, lapar, berkelompok, ketamakan, dan membangun. 4. Teori Drive

Konsep drive menjadi konsep yang tersohor dalam bidang motivasi sampai tahun 1918. Woodworth dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2011:99) menggunakan konsep tersebut sebagai energi yang mendorong organisasi untuk melakukan suatu tindakan. Kata drive dijelaskan sebagai aspek motivasi dari tubuh yang tidak seimbang. Misalnya, kekurangan makanan mengakibatkan berjuang untuk memuaskan kebutuhannya agar menjadi seimbang. Motivasi didefinisikan sebagai suatu dorongan yang membangkitkan untuk keluar dari ketidakseimbangan atau tekanan.

Clark L. Hull dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2011:99) berpendapat bahwa belajar terjadi sebagai akibat dari reinforcement. Ia berasumsi bahwa semua hadiah (reward) pada akhirnya didasarkan atas reduksi dan drive keseimbangan (homeostatic drives). Teori Hull dirumuskan secara matematis yang merupakan hubungan antara drive dan habit strenght, dengan rumus:

(31)

Habits strenght adalah hasil dari faktor-faktor reinforcement sebelumnya. Drive adalah jumlah keseluruhan ketidakseimbangan fisiologis (physological imbalance) yang disebabkan oleh kehilangan atau kekurangan kebutuhan komoditas untuk kelangsungan hidup. Berdasarkan perumusan teori Hull tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi seorang karyawan sangat ditentukan oleh kebutuhan dalam dirinya (drive) dan faktor kebiasaan (habit) pengalaman belajar sebelumnya.

5. Teori Lapangan

Teori lapangan merupakan konsep dari Kurt Lewin. Teori ini merupakan pendekatan kognitif untuk mempelajari perilaku dan motivasi. Teori lapangan lebih memfokuskan pada pikiran nyata seorang karyawan ketimbang pada insting atau habit. Kurt Lewin dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2011:100) berpendapat bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari lapangan pada momen waktu. Kurt Lewin juga percaya pada pendapat para ahli psikologi Gestalt yang mengemukakan bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari seorang karyawan dengan lingkungannya.

6. Teori Harapan

Teori harapan berargumen bahwa kekuatan kecenderungan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu itu (A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2011:99).

(32)

karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik; suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional seperti suatu bonus, kenaikan gaji, atau suatu promosi; dan ganjaran-ganjaran itu akan memuaskan tujuan-tujuan pribadi karyawan. Stephen P. Robins (2008:215) berpendapat bahwa teori itu memfokuskan pada tiga hubungan, yaitu:

a. Hubungan upaya dengan kinerja: Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentuitu akan mendorong kinerja.

b. Hubungan kinerja dengan ganjaran: Derajat sejauh mana individu itu meyakini bahwa berkinerja pada suatu tingkat tertentu akan mendorong tercapainya suatu keluaran yang diinginkan.

c. Hubungan ganjaran dengan tujuan pribadi:Derajat sejauh mana ganjaran-ganjaran organisasional memenuhi tujuan-tujuan atau kebutuhan pribadi seorang individu dan daya tarik ganjaran-ganjaran potensial tersebut untuk individu itu.

Agar terdapat sifat kerja yang positif pada para bawahan menurut gagasan Herzberg (dalam Manullang, 2011:179), para pemimpin harus memberi perhatian yang sungguh-sungguh agar faktor-faktor motivator memberikan motivasi kepada para bawahan sebagai berikut:

a. Keberhasilan pelaksanaan (Achievement)

(33)

maka pemimpin harus mempelajari bawahannya dan pekerjaannya dengan memberikan kesempatan kepadanya agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil. Kesempatan tersebut harus sedemikian rupa sehingga orang-orang berkembang sendiri. Selanjutnya agar pemimpin memberi semangat pada para bawahannya sehingga bawahan mau berusaha mengerjakan sesuatu dirasa bawahan tidak dapat dikuasainya. Bila bawahan telah berhasil mengerjakan pekerjaanya, pemimpin harus menyatakan keberhasilan itu.

b. Pengakuan (Recognition)

Sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan pemimpin harus memberi pernyataan pengakuan keberhasilan tersebut. Pengakuan terhadap keberhasilan bawahan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

a. Langsung menyatakan keberhasilan ditempat pekerjaanya, lebih baik dilakukan sewaktu adaorang lain.

b. Memberi surat penghargaan c. Memberi hadiah berupauang tunai.

d. Memberimedali,suratpenghargaandan hadiahuang tunai. e. Memberi kenaikan gajidan promosi

c. Tanggung jawab (Resposibilities)

(34)

itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi. Diterapkannya prinsip partisipasi membuat bawahan sepenuhnya merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya.

d. Pengembangan (Advacement)

Pengembangan (Advacement) merupakan salah satu faktor motivasi bagi bawahan. Agar faktor pengembangan benar-benar berfungsi sebagai motivator maka pemimpin dapat memulainya dengan melatih bawahannya untuk pekerjaan yang lebih bertanggung jawab. Bila ini sudah dilakukan, selanjutnya pemimpin memberi rekomendasi tentang bawahan yang siap untuk pengembangan, untuk menaikkan pangkatnya atau dikirim mengikuti pendidikan atau latihan lanjutan.

Motivasi dan kepemimpinan menurut Kontingensi Fiedler (dalam Tampubolon, 2009:58), bahwa motivasi sangat berhubungan dengan performa seorang pemimpin, serta performa seorang pemimpin akan mempengaruhi motivasinya terhadap pelaksanaan tugas di dalam setiap situasi.

(35)

anggota jika dia dapat menjelaskan dan memberdayakan mereka, dengan kata lain: “kepuasan kerja dapat diperoleh apabila orang mengetahui dan dapat melaksanakan tugas dengan baik”.

Ada banyak cara untuk memotivasi orang lain untuk mencapai sasaran atau menyelesaikan suatu tugas maupun mengatasi persoalan atau tantangan yang dihadapi seorang pemimpin. Salah satu karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuannya untuk memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan atau misi dari organisasi. Seorang pemimpin yang tidak mampu memotivasi orang- orangnya, tidak lebih dari seorang penunjuk jalan, yang tahu kemana harus pergi tetapi sepenuhnya tidak mengendalikan mereka yang dipandunya (Prijosaksono dalam Rivai 2008:21).

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai sintesa bahwa motivasi adalah pemberian daya gerak atau dorongan yang merupakan kebutuhan dasar dan tujuan untuk menciptakan kegairahan kerja seseorang atas dasar kesadaran dan kemauan sendiri sehingga mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Adapun indikator dari motivasi adalah ; (1). Dorongan mempengaruhi seseorang, (2). Dasar dan tujuan sebagai kebutuhan, (3). Timbul dari kesadaran dan kemauan.

2.1.5. Hakikat Partisipasi Masyarakat

(36)

dukungan terhadap rencana atau proyek pembangunan yang direncanakan dan ditentukan oleh pemerintah. Ukuran partisipasi masyarakat diukur oleh berapa besar sumbangan yang diberikan masyarakat untuk ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga yang diberikan kepada pemerintah. Partisipasi yang berlaku secara universal adalah kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai.

Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

Sedangkan menurut Isbandi (2007 : 27) Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di

sekolah, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

(37)

pembangunan; (3) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri; (4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu; (5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial; (6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi.

(38)

lain. Ini dapat dilihat dari kata “ diikutsertakan” yang mengandung makna bahwa keterlibatan ini bukan datang dari diri sendiri tetapi karena adanya paksaan dari orang lain.

Berbeda dengan pendapat di atas menurut Koentjaraningrat (dalam Rahmat, 2009:81) partisipasi merupakan frekuensi turut sertanya dalam aktivitas-aktivitas bersama, dan menurut Canboys (2010) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Hal senada juga diungkapkan Ndraha (dalam Rahmat,2009:80) yang mengartikan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional seseorang atau sekolompok masyarakat di dalam situasi kelompok yang mendorong bersangkutan atas kehendak sendiri menurut kemampuan yang akan ada untuk mengambil bagian dalam usaha mencapai tujuan bersama dalam pertanggungjawaban.

Dari pengertian partisipasi di atas dapat disimpulkan partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan seseorang atau sekolompok orang dalam memberikan sesuatu dalam bentuk apapun sebagai usaha mencapai tujuan bersama atas kehendak sendiri atau dengan kata lain tanpa adanya dorongan atau paksaan dari pihak manapun.

(39)

paksaan dari orang lain, sedangkan keikutsertaan adalah timbul atas kehendak sendiri secara penuh.

Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:

1. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses-proyek pembangunan. 2. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang

mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

3. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog. 4. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak

yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

(40)

mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

6. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

7. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif.

Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.

(41)

usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

(42)

partisipasi masyarakat pada dasarnya dapat kita sebut juga sebagai tingkatan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat dibagi menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan karakteristiknya, yaitu partisipasi pasif/manipulatif, partisipasi dengan cara memberikan informasi, partisipasi melalui konsultasi, partisipasi untuk insentif materil, partisipasi fungsional, partisipasi interaktif, dan self mobilization. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Tipe Partisipasi

No. Tipologi Karakteristik

1. Partisipasi pasif/ manipulative

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara dibe-ritahu apa yang sedang atau telah terjadi; (b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau

pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat;

(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

2. Partisipasi dengan cara memberikan informasi

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;

(b) Masyarakat tidak punya kesempatan untukterlibat dan mempengaruhi proses penyelesaian;

(c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi melalui konsultasi

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;

(b) Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat;

(c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama;

(43)

4. Partisipasi untuk insentif

materil (a) Masyarakat berpartisipasi dengan caramenyediakan sumber daya seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan sebagainya;

(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses pembelajarannya; (c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk

melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang disediakan/diterima habis.

5. Partisipasi fungsional (a) Masyarakat berpartisipasi dengan

membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek; (b) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah

ada keputusan-keputusan utama yang disepakati;

(c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri.

6. Partisipasi interaktif (a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah pada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru atau penguatan kelembagaan yang telah ada;

(b) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang

7. Self mobilization (a) Masyarakat berpartisipasi dengan

mengambil inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki;

(b) Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan;

(c) Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada.

(44)

Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan berkelanjutan melalui partisipasi semata. Keberhasilannya tergantung sampai pada tipe macam apa partisipasi masyarakat dalam proses penerapannya. Artinya, sampai sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap suatu program sehingga ia turut berpartisipasi.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Angel (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

(45)

mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

(46)

1. Kepercayaan diri masyarakat;

2. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat; 3. Tanggungjawab sosial dan komitmen masyarakat;

4. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri;

5. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterima dan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat;

6. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan umum yang semu karena penunggangan oleh kepentingan perseorangan atau sebagian kecil dari masyarakat;

7. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha;

8. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan;

9. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980: 10) ada 4 poin yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu:

1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;

(47)

pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat;

3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;

4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam keluarga masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini penulis mengambil kesimpulan sebagai sintesis bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar dan sukarela untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program pemungutan Pajak Bumi dan Bngunan. Dengan demikian indikator partisipasi masyarakat adalah ; (1). Keterlibatan aktif, (2). Kesadaran, (3). Sukarela.

2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya

Adapun hasil penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai acuan dan pembanding dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(48)

dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat. Didalamnya juga tertuang selain kepemimpinan lurah, juga tertera faktor motivasi Lurah, kondisi sarana dan prasarana yang diberikan Lurah, kondisi insentif yang diberikan Lurah dalam mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat yang dalam penelitian ini tertuju pada pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

Penelitian mengenai pengaruh kepemipinan terhadap partsipasi masyarakat dalam pembangunan, yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan Tamher pada tahau 2005 dalam bentuk tesis dari Universitas Padjadjaran yang berjudul : Pengaruh Kepemimpinana Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa(Studi di Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Utara), dengan hasil temuan : kepemimpinan kepala desa mempunyai pegaruh yang signifikan teradap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Apabila seorang kepala desa sebagai pemimpin desa berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat maka dengan sendirinya masyaraka cenderung melibatkandiri secara aktif dalam setiap program kegiatandan proyek pembangunan yang dilaksanakan di desa.

(49)

kepemimpinan kepala desa sebagai pemimpin formal, kepemimpinan informal (seperti tokoh agamadan tokoh pemuda) juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dalam menggerakkan masyarakat, sehingga antara kepala desaan kepemimpinan informal diperlukan suatu kerja sama untuk mewujudkan program-program pembangunan desa yang telah direncanakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Megawati pada tahun 2008 dalam bentuk desertasi di Universitas Padjadjaran dengan judul : Pengaruh Komunikasi Pemerintahan Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Komunikasi Pemerintahan Dalam Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Di Kotamadya Jakarta Selatan), dengan hasil temuan bahwa komunikasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi masyarakat. Komunikasi yang bersifat dialogis, berbasis kemitraan antara pemerintah dan masyaraat, yang menempatkan komunikator dan komunikan dalam posisi yang sama sebagai subyek, akan meningkatkan keterlibatan mental/emosional, kontribusi dan tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan

(50)

2.3. Kerangka Pemikiran

2.3.1. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan

Keberadaan pemimpin merupakan keniscayaan dalam suatu organisasi, bahkan keberadaan seorang pemimpin sama pentingnya dengan keberadaan organisasi itu sendiri, karena apabila suatu organisasi tidak mempunyai seorang pemimpin, maka organisasi tidak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya. Pemimpin adalah pelopor, perintis, dan pemuka yang berada di depan, menerobos, menaklukan (mengantisipasi dan memberi solusi), mengintegrasikan dan member warna dalam suatu organisasi. (Ndraha, 2003 : 225). Kalaulah diibarat, jika pemimpin adalah jarum, sedangkan manajemen adalah benang, maka pemimpin merupakan motor dari manajemen yang merupakan inti organisasi.

Lebih jauh tentang kepemimpinan, Rivai (2009 : 128) menyatakan bahwa : Dalam kepemimpinan terdapat kegiatan pengaruh mempengaruhi serta menggerakkan bawahannya untuk mencapai tujuan. Agar dapat berhasil dalam memimpin bawahannya, selain harus memiliki kualitas maupun sifat, juga dituntut agar dapat mempengaruhi dan mengarahkan bawahannya. Dengan demikian,seorang pemimpin harus mampu melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan diantaranya koodinasi, pengambilan keputusan, komunikasi, dan perhatian kepada bawahannya.

(51)

mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dalam mencapai tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian, dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang luar kelompok atau organisasi (Rivai 2009 : 2).

Setiap organisme pasti mempunyai kepala, kepala inilah yang berfungsi sebagai pengatur segala hal yang ada ditubuh yang dikepalainya. Lebih jauh, Ndraha (2003 : 212) menyatakan bahwa : Setiap organisme mempunyai suatu bagian yang berfungsi mengendalikan seluruh tubuh organisme itu. Bagian itu disebut kepala. Bahkan setiap benda dianggap mempunyai kepala, misalnya kepala meja, kepala tongkat dan sebagainya. Sebuah organisasi adalah juga organisme hidup. Setiap organisasi atau unit kerja juga mempunyai kepala (head) yang diangkat oleh kepala yang lebih formal. Untuk bisa bekerja, kepala diberi atau memperoleh kekuasaan sah (legitimate power) yang disebut otoritas (authority) melalui cara tertentu: turun temurun (tradisi), diberi (kekuasaan dipersembahkan, dilimpahkan, dipilih, ditunjuk), berbagi (sharing), diakui (kesaktian, kehebatan, dipuji, dikultuskan, dipercayai), atau penaklukan melalui kekerasan.

(52)

dalamnya secara otomatis terkandung adanya fungsi, wewenang serta tanggung jawab. Seorang Kepala Desa dipilih langsung oleh rakyatnya, sehingga ketika seorang kepala desa terpilih, maka rakyat telah mempercayakan kehidupannya untuk diatur oleh seorang kepala desa, sehingga seorang kepala desa sangat dituntut mempunyai kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kinerja pemerintahan tersebut merupakan tuntutan masyarakat yang harus diimplementasikan di dalam kondisi perubahan sosial dan politik, sehingga masyarakat tetap berada pada situasi kondisi yang tetap baik.

Pemerintah dan yang diperintah masing-masing mempunyai kepentingan dengan, sudut pandang masing-masing, yang tujuannya sama yaitu memakmurkan masyarakat. Dalam mencapai tujuan tersebut pemerintah dan yang diperintah tidak bias berdiri sendiri, maka harus ada interaksi (kerja sama) antara keduanya. Tolok-ukur interaksi adalah tujuan bersama, dalam partisipasi inilah terjadi proses “saling mengenal” antara masing- masing pihak. Dimana pemerintah mensosialisasikan apa tujuannya dan juga menjadi fasilitator kepada masyarakat untuk memberikan kontribusinya baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian juga pengembangannya. Pemberian kontribusi terhadap program-program inilah yang disebut dengan partisipasi.

(53)

definisi ini ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibjngun diwilayah mereka .

Melihat hubungan diatas, maka akan terlihat bahwa partisipasi masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala desanya. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat yang tinggi, maka dituntut kemampuan menggerakan dan mengarahkan serta keterbukaan dari Kepala Desa dalam setiap perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Dari uraian di atas dapat di duga bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

2.3.2. Pengaruh Motivasi Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan

Motivasi dalam bahasa Inggris disebut motivatie yang berarti suatu dorongan. Sedangkan dalam istilah psikologi motivasi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Menurut pendapat AW Wijaya (1986:12) motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Sardiman (1990: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan teerhadap adanya tujuan.

(54)

adalah suatu daya dorong yang dapat merangsang ataumenggerakkan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perbuatan mencapai tujuan. Selain dari itu menurut Suswati (2002:21) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.

Motivasi disini mempersoal- kan bagaimana cara Lurah mendorong gairah masyarakat agar mereka mau ikut serta berpartisipasi dalam membayar PBB. Hal ini dapat dilihat dengan bersedianya masyarakat untuk memberikan apa yang dikehendaki pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan. Malayu SP Hasibuan (2003:59) mendefinisikan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama seperti efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan.

Motivasi mempunyai kaitan erat dengan suatu tujuan atau cita-cita. Semakin berharga suatu tujuan bagi yang bersangkutan, maka semakin kuat pula motivasinya. Jadi motivasi sangat berguna bagi seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Berdasarkan uraian tersebut dapat diduga bahwa terdapat pengaruh motivasi kepala desa terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

2.3.3. Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kepala Desa Secara Bersama-Sama Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan

(55)

memerlukan kontribusi dari masyarakat, karena keberhasilan program pembangunan ini tergantung dari tingkat partisipasi masyarakat, semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat maka, semakin tinggi tingkat keberhasilannya, begitupun sebaliknya. Untuk itu partisipasi masyarakat sangat diperlukan guna menunjang keberhasilan dari program pembangunan.

Partisipasi masyarakat merupakan wujud dari terciptanya kemauan masyarakat dalam suatu program pemerintah khususnya program pembangunan bagi masyarakat. Salah satu wujud kemauan itu dengan adanya sikap mendukung terhadap penyelenggaraan program pemerintah yang ditujukan melalui partisipasi aktif anggota masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan.

(56)

tingkat desa yang langsung berhubungan dengan masyarakat agar penerimaan dari sektor pajak dapat maksimal, selainj itu juga kesadaran masyarakat membayar pajak juga sangat penting dari besar kecilnya penerimaan pajak.

Berdasarkan penalaran terhadap berbagai teori di atas, maka kerangka pemikiran sebagai pijakan pembahasan materi tesis ini yang dibangun ke dalam bentuk bagan, dapat dilihat pada gambar 2.1. di bawah ini :

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis

(57)

memfokuskan fakta yang bercerai berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh. Berdasarkan pandangan tersebut, maka dari kerangka pemikiran di atas, penulis dapat merumuskan hipotesisnya sebagai berikut:

1. Diduga terdapat pengaruh besarnya kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi:

2. Diduga terdapat pengaruh besarnya motivasi kepala desa terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi:

Gambar

Tabel. 1.1. Data Hasil Realisasi Penerimaan PBB-P2 Buku 1,2,3
Tabel 2.1 Tipe Partisipasi
Gambar 2.1.
Gambar 3.1. Disain Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang ditemukan pada perusahaan berhubungan dengan lingkup E-Business seperti perusahaan sulit memantau stok yang dimiliki oleh reseller, perusahaan masih

[r]

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dan bakteri asam laktat berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan lemak kasar pada ayam kedu

[r]

Faktor pertumbuhan lokal merupakan hormon polipeptida yang secara biologis aktif berfungsi dalam meregulasi regenerasi, reparasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi,

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa parameter panjang tunas setek tanaman buah naga merah mengalami peningkatan pada setiap dosis pemberian bokashi

Penelitian ini terdiri dari data kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran mahārat al - qirā’ah , langkah-langkah penerapan model pembelajaran dengan

Ahmad Susanto, Perkembangan Anak..., h.. keterampilan yang sudah dikenal. Anak juga menguji pengalamannya dengan gagasan-gagasan baru. Anak menjalani tahapan perkembangan