Modul 4
Pelaksanaan Ibadah Haji
Ditulis dalam rangka meningkatkan
penghayatan ibadah haji
Oleh
Khoiril Arief Saleh
MENGKAJI BEBERAPA HIKMAH IBADAH HAJI
BAGIAN KEDUA
Oleh : Khoiril Arief Saleh
Jalan Bolavoli 18 Arcamanik, Bandung. Telp. (022)7102411
Modul ini merupakan kelanjutan dari modul sebelumnya, berisi pengkajian tentang hikmah ibadah haji. Sehubungan dengan hal itu, nomor topik penyajiannyapun merupakan kelanjutan dari topik-topik yang telah disajikan pada modul sebelumnya.
8. Larangan Berbantah-bantahan Waktu Melaksanakan Ibadah
Haji
Mengapa berbantah-bantahan dilarang dalam melaksanakan ibadah haji ?. Terlepas dari larangan Allah yang mau tidak mau harus dipatuhi, dicoba digali lebih dalam apa maksud yang terkandung dalam larangan tersebut.
Larangan berbantah-bantahan dalam melaksanakan ibadah haji mempunyai maksud yang jauh mendalam, yaitu untuk menjaga kerukunan persaudaraan Islam serta mengefektifkan pertukaran ilmu, informasi, pengalaman dan sejenisnya. Pada waktu itu kita benar-benar dilatih untuk menahan nafsu berbantah-bantahan. Hal tersebut harus ditahan sebab sedang terjadi pertemuan akbar umat Islam sejagat raya. Pada pertemuan itu terjadi kontak budaya secara besar-besaran yang belum saling dimengerti antara umat yang satu dengan umat yang lainnya. Agar dapat menjalin suatu kerukunan persaudaraan, pertukaran ilmu, informasi, pengalaman dan sejenisnya secara efektif, tidak ada jalan lain kecuali masing-masing pihak hanya saling menyampaikan, mendengarkan dan bertanya saja tanpa memberikan bantahan. Hal-hal penting yang diterima dari pertukaran itu dapat dikaji lebih lanjut pada kesempatan lain, sesuatu yang dianggap tidak sesuai bisa ditinggalkan dan yang dianggap sesuai dapat dikembangkan lebih lanjut. Teknik ini telah banyak diterapkan dalam suatu pertemuan ilmiah dimana tiap penyaji makalah sangat dibatasi waktunya dan penanyapun benar-benar dibatasi waktunya pula, apalagi melakukan bantah-bantahan. Dalam pertemuan itu tidak sedikitpun memberi peluang untuk berbantah-bantah-bantahan. Kebiasaan menahan diri untuk tidak berbantah-bantahan tersebut akan sangat baik diterapkan; baik dalam kehidupan berumah tangga ataupun berinteraksi dengan sesama saudara muslim dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tidak berbantah-bantahan kita lebih banyak mempunyai peluang untuk mengevaluasi, mengkaji, dan mememori banyak informasi, pengalaman ataupun ilmu orang lain. Sistem pakar dapat kita terapkan dengan peningkatan sangat cepat. Pada akhirnya kita akan menjadi manusia-manusia yang sarat ilmu, pengetahuan, pengalaman dan bijak dalam mengambil keputusan.
9. Urutan Ritual Haji
Menunaikan haji harus melakukan ibadah haji dan ibadah umrah. Pusat ibadah haji berada di Arafah, sedang umrah berada di Makkah. Meskipun ada beberapa hal yang dilakukan di Makkah, secara umum setelah ihram, ritual ibadah haji diawali dari Arafah, kemudian menuju Masy’aril Haram (bagian dari daerah Muzdalifah), Mina dan akhirnya di Makkah. Ritual ibadah haji dimulai dari wukuf di Arafah (Arafat), mabit di Muzdalifah (Masy’ar), melempar jumrah di Mina, kemudian baru menuju Makkah. Menunaikan haji dengan mendahulukan ibadah haji kemudian disusul dengan ibadah umrah (haji ifrad) tidak dikenakan dam, bila dibalik urutannya (haji tamattu) atau dilakukan bersama (haji qiraan) dikenakan dam. Adakah makna urutan tersebut ?.
Penulis mencoba memahaminya dengan mempelajari sejarah serta mempelajari tindakan-tindakan ritual yang harus dilakukan di tempat-tempat bersangkutan; hasilnya penulis terangkan sebagai berikut. Pada dasarnya ibadah umrah dan ibadah haji selalu bergandengan pelaksanaannya bagi seseorang yang menunaikan haji. Ibadah haji pada dasarnya difokuskan pada Arafah, sedang ibadah umrah difokuskan pada Makkah. Dapat dikatakan bahwa haji adalah Arafah dan umrah adalah Makkah. Bila ibadah haji dilakukan terlebih dahulu kemudian disusul dengan ibadah umrah, disebut menunaiakn haji ifrad. Bila ibadah umrah didahulukan dan kemudian melakukan ibadah haji, disebut menunaikan haji tamattu. Bila ibadah haji dan umrah dilakukan secara bersama-sama, disebut menunaikan ibadah haji qiraan.
Marilah kita lihat perbedaan antara Arafah (atau Arafat dan sekitarnya termasuk Mina dan Muzdalifah) dan Makkah. Kajian tersebut diterangkan dalam uraian berikut.
Meskipun ada beberapa pekerjaan yang dilakukan di Makkah tetapi fokus haji adalah Arafah, termasuk Muzdalifah dan Mina. Menurut Dr. Ali Shariati, Arafah (Arafat) mempunyai arti “pengetahuan”, Masy’ar (bagian dari daerah Muzdalifah) mempunyai arti “kesadaran”, dan Mina mempunyai arti “keyakinan”. Tempat dan ritual haji di Arafah, Muzdalifah (Masy’aril Haram)
Pokoknya yang benar saya,….. Kamu salah !!!
dan Mina mencerminkan penataan hati (sesuatu yang bersifat abstrak). Wukuf dan mabit tidak mewujudkan suatu gerakan yang dapat mencerminkan kehidupan nyata sehari-hari. Hanya gerakan hati saja yang dapat menjawabnya. Melempar jumrahpun masih mengandung hal-hal yang tidak dapat dioperasionalkan dalam kehidupan sehari hari. Aktifitas di Arafah, Muzdalifah dan Mina merupakan aktifitas yang benar-benar berhubungan dengan hati.
Arafah adalah suatu tempat dimana nabi Adam dan ibu Hawa diterima taubatnya. Dari tempat itulah mereka memulai kehidupan baru untuk melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangan Allah dimuka bumi ini. Dari tempat itulah mereka menjalankannya dengan dilandasi
pengetahuan dunia dan petunjuk Allah. Haji dimulai di Arafah artinya sebagai tempat pertaubatan dan dimulai dengan lembaran-lembaran pembaharuan penataan hati. Di Muzdalifah atau Masy’ar selain merupakan tempat pertemuan antara nabi Adam dan ibu Hawa dibumi ini, disitulah kerikil diambil oleh setiap jamaah haji sebagai persiapan mengusir syetan-syetan penghalang kesucian hati. Disinilah mulai diwujudkan bentuk kesadaran untuk memparsiapkan segala macam rintangan kebaikan hati. Di Mina merupakan tempat untuk memantapkan keyakinan bahwa kita harus tetap melaksanakan perintah Allah dengan cara menyingkirkan semua syetan yang berbisik-bisik didalam hati kita.
Rangkaian tindakan tersebut diatas dapat kita interpretasikan bahwa kita harus mengawali tindakan dengan mempelajari pengetahuan tertulis (Al-Quran dan Hadis) maupun pengetahuan di alam ini, untuk memperoleh suatu kesadaran. Kesadaran untuk tetap bersiap-siap mengantisipasi segala ancaman yang akan merusak hati kita. Kesiapan dan antisipasi tersebut tidak cukup bila tidak diwujudkan dalam gerakan jiwa untuk mengusir segala bentuk keinginan berbuat maksiat dari dalam diri sendiri.
Makkah merupakan tempat berfokusnya ibadah umrah. Tidak seperti di Arafah, Muzdalifah dan Mina, di Makkah segala sesuatu diwujudkan dalam bentuk nyata atau operasional. Disini lebih menekankan pada penataan lahiriah atau operasional. Hal itu dapat kita pahami dari ritual-ritual yang dilakukan dan monumen-monumen yang ada di Makkah, antara lain :
Ritual ibadah haji di Arafah, Muzdalifah
danMina Ritual ibadah haji di Makkah
Untuk menyatukan arah umat Islam di seluruh jagat raya, dibuatlah Ka’bah yang diibaratkan
sebagai rumah Allah. Ka’bah adalah barang nyata. Lantaran barang nyata tersebut, dengan mudah umat Islam dapat menyatukan arah.
Thawaf adalah suatu ritual dengan melakukan perbuatan nyata, teratur, disiplin, mengelilingi
Ka’bah untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segala penjuru. Seakan-akan kita benar-benar mendekatkan diri kerumah-Nya
Sa’i adalah suatu ritual yang menirukan perbuatan nyata seorang ibu (Siti Hajar) melindungi
anaknya dari rasa haus dan lapar. Ini adalah suatu proses awal suatu pendidikan secara nyata. Dapat kita tarik suatu pesan untuk umat Islam agar terlebih dahulu memantapkan hati (sesuatu yang abtrak) kemudian diwujudkan dalam bentuk amalan-amlan nyata (sesuatu yang operasional). Demikianlah pesan dari urutan ritual haji, berimanlah (sesuatu yang abstrak)
kemudian Islamlah dan selanjutnya bertakwalah (sesuatu yang operasional).Kebenaran urutan ini lebih diyakinkan lagi pada ketentuan haji tamattu’ yang harus membayar dam seekor kambing. Selain dapat bersenang-senang haji tamattu mendahulukan umrah (aktivitas di Makkah) ketimbang haji (aktivitas di Arafah). Hal itu dapat diterjemahkan sebagai tindakan mendahulukan hal-hal yang menata lahiriah ketimbang yang menata batiniah. Apakah mendekatkan diri kepada Allah melalui perbuatan-perbuatan lahiriah terlebih dahulu kemudian disusul dengan kemantapan hati, adalah cara yang salah ?. Jawabnya sama sekali tidak; tetapi akan lebih baik bila dilakukan secara urut.
10. Thawaf Berputar Kearah Kiri
Thawaf adalah salah satu ritual ibadah haji mengelilingi Ka’bah dengan arah perputaran kekiri. Semua orang yang mengerjakannya memahami bahwa mereka tidak menyembah Ka’bah tetapi menyembah Allah. Ka’bah sebagai pusat perputaran thawaf, hanya sebagai lambang penyatu arah saja. Mengapa perputaran thawaf kearah kiri ?. Penulis menginterpretasikan dalam uraian berikut.
arafat pengetahuan
Masy’ar kesadaran
Mina keyakinan
Penulis meyakini bahwa Makkah (Masjidil Haram) merupakan tempat menjalankan ritual haji yang melambangkan hal-hal nyata. Misalnya; sa’i, melambangkan pengorbanan seorang ibu pada anaknya. Keberadaan Ka’bah, melambangkan rumah Allah sebagai penyatu arah yang selalu didatangi umat Islam dari seluruh dunia. Semua orang yang melaksanakan thawaf selalu melambaikan tangan kearah Ka’bah seakan bertemu Allah di rumah-Nya. Semua gerakan mengikuti hukum (sunatullah) atau tata nilai yang ada di bumi ini. Arah perputaran thawafpun mengikuti hukum (sunatullah) yang ada dibumi ini. Penjelasannya sebagai berikut. Semua orang yang melaksanakan thawaf harus faham benar meskipun mereka menyalami Allah kearah Ka’bah tetapi meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah tidak berada di dalam Ka’bah. Allah berada diatas sana, maka semua gerakan yang mengarah ke Ka’bah hanyalah lambang belaka, tujuan akhirnya adalah Allah yang berada diatas sana. Gerakan thawaf berputar kekiri menyerupai gerakan skrup (ulir) atau mengikuti hukum dasar medan elektromagnet. Gerakan memutar kekiri tersebut memberikan efek keatas (gerakan berputar kekanan memberikan efek kebawah). Makna gerakan tersebut memberikan kekuatan keatas menuju Allah yang sebenarnya.
Dari ritual tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan akhir umat Islam bukanlah Ka’bah tetapi Allah. Ka’bah adalah ciptaan Allah untuk menyatukan arah semua umat Ismal di bumi ini. Janganlah bertujuan akhir pada Ka’bah karena akan menuju kemusyrikan. Semoga interpretasi penulis ini dapat membantu agar tidak terjebak pemahaman memuja Ka’bah. Jangan sampai barang-barang sekitar Ka’bah dijadikan jimat.
Maha benar Allah yang telah menyelaraskan hukum-hukum-Nya di dunia ini.
11. Sesuatu Yang Halal Diharamkan
Telah dikaji di sub-bagian terdahulu bahwa selama ihram dikenakan larangan-larangan tertentu. Larangan tersebut dapat dianalogikan sebagai pencabutan nikmat pemberian Allah yang biasanya merupakan hal yang halal. Tidak lagi bebas dan tidak lagi nyaman, seperti halnya puasa
Berputar kekiri
Berefek
keatas
Saya kelilingi Ka’bah dan saya panggil nama Allah seakan-akan Allah benar-benar berada didalamnya
tetapi saya yakini bahwa
Allah tidak berada didalamnya, Allah berada diatas sana Ka’bah hanyalah manifestasi dari penyatuan arah
Ramandhan. Timbul dalam pikiran penulis, mengapa larangan itu diberlakukan ?. Mengapa hanya berakhir pada saat melakukan tahallul dan bahkan diperbolehkan juga untuk melakukan nafar awal. ?. Penulis mengkaji dan menjawabnya dalam uraian berikut.
Telah kita ketahui makna talbiyah sesuai uraian sub-bagian terdahulu. Salah satu pernyataan dalam talbiyah adalah “segala nikmat itu milik Allah”, sama sekali bukan milik manusia. Bersamaan dengan ucapan talbiyah, Allah menetapkan sejumlah larangan hingga kita bertahallul. Hal-hal yang halal ditetapkan sebagai hal yang haram. Sebagian dari maknanya mengisaratkan agar merenungkan kondisi kita masing-masing, seandainya Allah mencabut nikmat-nikmat Nya. Rasanya sulit manusia menghayati betapa nikmatnya sehat, bila tidak dalam kondisi sakit; nikmatnya mendengar bila tidak dalam kondisi tuli, nikmatnya melihat bila tidak dalam kondisi buta. Ungkapan itu dipraktekkan dalam ritual ihram agar manusia mengetahui pentingnya nikmat pemberian Allah. Selain pelajaran dalam ihram, Allah mengingatkan masalah nikmat ini dalam surat Ar-Rahmaan sebagai berikut :
(Rabb) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur'an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya). Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, Dia menciptakan jin dari nyala api.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Rabb yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Rabb yang memelihara kedua tempat terbenamnya.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Semua yang ada di langit di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya).
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Pada waktu itu manusia dan jintidak ditanya tentang dosanya.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Inilah neraka jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling diantaranya dan diantara air yang mendidih yang memuncak panasnya.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabbnya ada dua surga.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahannya dapat (dipetik) dari dekat.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelumnya dan tidak pula oleh jin.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan merjan.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Dan selain dari surga itu ada dua surga lagi.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.
Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani yang indah.
Maha Agung nama Rabbmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia.
Allah berkali-kali mengingatkan tentang nikmat. Allah menyebut kata nikmat sebanyak 97 kali dalam Al-Quran, terutama dalam surat Ar Rahmaan. Telah banyak nikmat yang kita terima. Baik nikmat yang menyebabkan kita hidup dengan nyaman, nikmat yang menyebabkan kita bisa mengerjakan amalan baik, maupun nikmat karena kita terhindar atau belum terkena siksa. Telah banyak nikmat yang kita terima. Bayangkan lagi seandainya nikmat-nikmat itu dicabut Allah. Penulis sulit membayangkannya karena kehancuranlah yang akan terjadi dan kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Kita harus dapat menghayati larangan-larangan dalam ihram sebagai manifestasi dari pencabutan beberapa kenikmatan. Namun demikian Allah tidak akan memberikan suatu cobaan pada hambanya diluar kemampuannya. Allah tahu bahwa hambanya memerlukan nikmat-nikmat tersebut. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Oleh sebab itu, larangan dalam ihram dibatasi sampai saat bertahallul saja, bahkan diperbolehkan melakukan nafar awal.
Dari kajian ini kita ketahui maksud batasan waktu itu. Allah benar-benar menyayangi dan mengasihi hambanya. Sekarang masalahnya, kita telah diberi kasih sayang yang benar-benar tak terhingga jumlahnya, apa yang harus kita perbuat ?.
Daftar Pustaka
1. Abdurrahman E., Petunjuk Praktis Ibadah Haji, Penerbit Sinar Baru, Bandung, 1991. 2. Agus Syihabudin Drs. MA., Panduan Manasik Haji, KBIH YPM Salman ITB, 2000. 3. Ali Shariati DR., Haji, Penerbit Pustaka, Bandung, 1997.
4. Al-Quran, software Al-Quran versi 6.
5. At Tirmidzi, Hadis mengenai pribadi dan budi pekerti Rasulullah SAW., alih bahasa oleh M. Tarsyi Hawi, CV Diponegoro, Bandung, 1990.
6. Choiruddin Hadhiri SP., Klasifikasi kandungan Al-Quran, Gema Insani Press, Jakarta, 1994. 7. Departemen Agama RI, Deretorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Urusan Haji,
Bimbingan Ibadah Haji, Umrah Dan Ziarah, Jakarta,1998
8. Fachrudin HS., Terjemah hadis shohih Muslim, Bulan bintang, Jakarta, 1980. 9. Hussein Bahreisj, Himpunan hadis shohih Bukhari, Al Ikhlas, Surabaya, 1980.
10. Khafid DR., Mawaaqit++32 Versi 97.09 Software Al-Quran, Hadis, perhitungan waktu Islam, Bogor, 1997.
11. Mustofa W Hasyim dan Ahmad Munif, Haji Sebuah Perjalanan Air Mata, Pengalaman Beribadah Haji 30 Tokoh, Yayasan Bentang Budaya,Yogyakarta, 1997.
12. Perry H. Rahn, Engeneering Geology An Environmental Approach, Prentice Hall PTR, Upper Saddle, New Jersey, 1996.
13. Shaleh K.H.Q., Dahlan H.A.A. dan Dahlan H.M.D., Asbagianun Nuzul, latar belakang historis turunnya ayat-ayat Al Qur,an, CV. Diponegoro, Bandung, 1994.
14. Sukmadjaja Asyarie, Rosy Yusuf, Indeks Al-Quran, Pustaka, Bandung, 1984.