• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN IMMI JAKARTA TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN - MAKALAH multiple intelegence sekolah (1) (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN IMMI JAKARTA TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN - MAKALAH multiple intelegence sekolah (1) (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MULTIPLE INTELLEGENCE DALAM

PEMBELAJARAN SISWA DI SEKOLAH

Mata Kuliah

: Manajemen Pendidikan

Dosen

: Dr Yana Suryana, MM.

Disusun Oleh :

1. Hamdan Fahmi

2. Syafrudin

3. Sofiaty

4. Hamida Ma’Ruf

5. Fahir Rahman

6. Danang Irawan

7. Dalenih

8. Saripudin

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN IMMI JAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pada tahun 1869 Seorang Ahli Hereditas Sir Francis Galton mengatakan dalam bukunya Heredity Genius bahwa Intelegence Question sebagai satu-satunya kriteria penentu kecerdasan seseorang. Sampai tahun ’90an, pendidikan di Indonesia masih mengagungkan intelegence Question (IQ) sebagai satu-satunya kriteria penentu kecerdasan. Ada ungkapan yang sering terdengar di masyarakat bahkan disekolah bahwa faktor penentu prestasi belajar siswa disekolah ditentukan skor IQ. Jika Skor IQ tinggi maka prestasi belajar sangat baik demikian sebaliknya.

Perkembangan teori intelegence menunjukkan bahwa bukan IQ satu-satunya yang menentukan kecerdasan seseorang. Dr Daniel Golemen (1998) menyatakan ada kecerdasan lain yang menghantarkan seseorang menjadi sukses seperti motivasi diri, kemampuan pengendalian diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik yang disebutnya dengan Kecerdasan Emosional( EQ). Kemudian Donah Zohar dan Suaminya Ian Marshal (2002) memformulasikan kecerdasan Spritual ( SQ) sebagai Puncak kecerdasan Manusia. Dan yang paling lengkap menjelaskan teori kecerdasan adalah Howard Gardner ( 1983) yang terkenal dengan teori multiple Intelegence.

Perkembangan teori intelegence diatas seharusnya dijadikan sebagai dasar dalam mengembangkan potensi – potensi kecerdasan anak didik disekolah sehingga kualitas manusia-manusia Indonesia lebih kompetitif di dunia internasional.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah itu Multiple Intelegence?

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Multiple Intelelgence Howard Gardner

Menurut Howard Gardner ada 8 macam kecerdasan yaitu: 1. Kecerdasan bahasa(Linguistic intelligence)

Kecerdasan bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Shearer (2004:4) menjelaskan bahwa “Ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan ekspresif”. Banyak orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol mempunyai kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi (Gardner, 2003). Gardner percaya para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya. Komponen lain dari kecerdasan bahasa adalah memori lisan (verbal memory). Gardner (2003) menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang yang kuat memori lisannya maka gagasan mengalir dengan konstan hal ini disebabkan mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian khusus dari kekuatan memori lisan, penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan dalam kecerdasan bahasa (Gardner, 2003).

2. Kecerdasan Musik ( musical intelligence)

(4)

baik (Gardner, 2003). Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, juga seseorang mampu mengingat pengalaman bermusik. Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan komponen memori. Pesinetron dan pengarang lagu adalah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan music yang menonjol.

3. Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)

Bentuk lain dari kecerdasan manusia adalah kecerdasan logika-matematika. Shearer (2004: 4) menyatakan bahwa “Kecerdasan logika-matematika meliputi keterampilan berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah”. Matematikawan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol dalam kecerdasan logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan, dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika (Gardner,2003).

4. Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence)

(5)

(Checkley, 1997). Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)

Suatu kecerdasan yang sangat aktif yang dianugrahkan pada manusia adalah kecerdasan kinestetik-tubuh. Shearer (2004: 5) menjelaskan bahwa “Kecerdasan kinestetik menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik)”. Penari dan perenang merupakan contoh dalam mengembangkan penguasaan gerak badan mereka sesuai gerakan khusus. Ada juga kemampuan menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain basebal dan pemain musik. Semua orang dengan kecerdasan kinestetik-tubuh yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan (Gardner, 1983).

6. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

Ada dua kecerdasan yang berhubungan dengan perasaan diri sendiri. Pertama kecerdasan pribadi yang berhubungan dengan aspek internal dari seseorang. Hal itu disebut dengan kecerdasan intrapersonal. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Fungsi penting dari kecerdasan intrapersonal ialah meliputi penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau instropeksi, dan mengatur emosi diri. Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat maka ia mampu memahami dirinya sebagai pribadi, apakah menyangkut potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan apa yang menjadi cita-citanya (Checkley, 1997). Dengan kecerdasan intrapersonal yang baik diharapkan setiap orang mampu membuat keputusan dan menentukan perilakunya tanpa harus selalu diarahkan dari orang lain.

7. Kecerdasan Interpesonal (Interpersonal Intelligence)

(6)

individu. Dua keterampilan pokok itu merupakan kemampuan untuk mengenali dan menerima perbedaan antar individu dan kemampuan untuk mengenali emosi, suasana hati, perspektif, dan motivasi orang”. Contoh profesi yang pekerjaan sehari-harinya berhadapan dengan orang, seperti guru, dokter, polisi, atau pedagang perlu lebih trampil dalam kecerdasan interpersonal supaya lebih berhasil di tempat kerja (Checkley, 1997). Namun hal itu jauh lebih sulit bagi beberapa orang yang bekerja bersama orang lain di mana mereka tidak bisa memahami atau dengan siapa mereka tidak bisa berhubungan.

8. Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)

(7)

B. Peranan Sekolah sebagai Pembangun intelegence

Sekolah memiliki peran besar dalam membangun kecerdasan siswa jika guru-guru dalam sekolah mamahami multiple intelligence.Sehingga metode yang digunakan dalam pembelajaran dikelas memberikan stimulus kepada siswa untuk aktif mengembangkan kecerdasannya.

Menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen pasal 1 ayat 1 menyatakan “Guru adalah pendidik Profesional dengan tugas utama adalah mendidik,mengajar, membimbing ,mengarahkan, melatih,menilai dan mengevalauasi

peserta didik”Sedangkan Menurut Daoed Yoesoef ( 1980) “Guru memiliki tiga tugas

pokok yaitu tugas professional,tugas manusiawi dan tugas kemasyarakatan” .Tugas

(8)

BAB III teridentifikasi. Penjelasan Gardner tentang Multiple intelegence bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan lainnya

B. Menerapkan Multiple Intellegence di Sekolah

Pendidikan berbasis Multiple Intelligences ini telah banyak digunakan di

(9)

Adapun keunggulan dan manfaat penerapan model multiple intelligences dalam proses pembelajaran di sekolah, seperti penjelasan yang disampaikan oleh Susanto (2005: 74) sebagai berikut:

1. Guru dapat menggunakan kerangka multiple intelligences dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukkan dapat menjadi ‘pintu masuk’ yang vital terhadap proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.

2. Dengan menggunakan model multiple intelligences, guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.

3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.

4. Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang ‘spesialis’.

5. Pada saat guru ‘mengajar untuk memahami’, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Dalam penerapan model multiple intelligences secara praktis di sekolah, Mikarsa dkk.

(2007: 7.29 - 7.30) menjelaskan, bahwa terdapat tujuh tahapan pembelajaran yang harus

ditempuh untuk mengembangkan kurikulum pembelajaran dengan menggunakan model

multiple intelligences. Ketujuh tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fokuskan topik atau tujuan khusus; tetapkan apakah tujuan berskala besar (untuk jangka

panjang) atau bertujuan khusus (mendorong rencana pendidikan siswa secara individual). Tujuan harus dinyatakan secara jelas dan singkat.

2. Munculkan pertanyaan multiple intelligences, misalnya “bagaimana menggunakan lisan

(10)

3. Pertimbangkan segala kemungkinan, pikirkanlah metode dan materi yang tepat bahkan

juga yang tidak tepat.

4. Curah pendapat; kemukakan segala gagasan yang ada dalam pikiran dan usahakan satu

ide untuk satu kecerdasan kemudian konsultasikan dengan kolega untuk membantu menstimulasi pikiran.

5. Pilihlah aktivitas yang cocok, setelah semua gagasan lengkap maka tentukan pendekatan

yang benar-benar operasional dalam adegan pendidikan.

6. Kembangkan urutan tindakan, dengan menggunakan pendekatan yang telah dipilih

rancanglah rencana pelajaran dan tetapkan alokasi waktu untuk setiap hari pelajaran. 7. Implementasikan rencana, kumpulkan materi yang dibutuhkan, pilihlah waktu yang tepat,

kemudian laksanakan rencana belajar. Modifikasi dapat dilakukan selama proses implementasi strategi.

Sedangkan Richards dan Rodgers (2001: 118) mengemukakan tahapan-tahapan dalam

menerapkan model multiple intelligences pada proses pembelajaran. Tahapan yaitu sebagai

berikut:

1. Stage 1: Awaken the Intelligence. Through multisensory experiences -touching, smelling,

tasting, seeing, and so on- learners can be sensitized to the many-faceted properties of

objects and events in the world that surrounds them. ( membangkitkan intelligence.

Tahap ini merupakan suatu proses pengalaman belajar melalui pengalaman multiindrawi yaitu dengan menyentuh, mencium, mencicipi, melihat, dan juga siswa dapat peka untuk memahami banyak segi sifat benda dan kegiatan di dunia yang mengelilingi mereka.)

2. Stage 2: Amplify the Intelligence. Students strengthen and improve the intelligence by

volunteering objects and events of their own choosing and defining with others, the

properties and contexts of experience of these objects and events. Tahap memperkuat

intelligence, ( siswa memperkuat dan meningkatkan kecerdasan secara sukarela

mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang mereka pilih sendiri dan mendefinisikan dengan orang lain, sifat dan konteks pengalaman benda-benda dan peristiwa-peristiwa).

3. Stage 3: Teach with/for the Intelligence. At this stage the intelligence is linked to the

focus of the class, that is, to some aspect of language learning. This is done via

worksheets and small-group projects and discussion. ( mengajar dengan/untuk

(11)

kelas. Ini dilakukan melalui lembar kerja dan proyek-proyek kelompok kecil dan diskusi dalam aktivitas belajar siswa)

4. Stage 4: Transfer of the Intelligence. Students reflect on the learning experiences of the

previous three stages and relate these to issues and challenges in the out of class world.

(12)

BAB IV PENUTUP

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang harus dapat berfungsi sebagai agent of Change dalam arti sekolah harus mampu mengembangkan kecerdasan anak didiknya yang sangat beragam. Oleh karena itu guru dituntut memenuhi UU No 14 tahu 2007 tentang guru dan dosen ayat 1 pasal 1 bahwa Guru adalah pendidik Profesional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Untuk memenuhi tuntutan itu guru harus memahami multiple intelligence dan mampu menerapkannya dalam pembelajaran. Sekolah berkawajiban memberikan fasilitas kepada guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memahami dan menerapkan multiple intelligence.

Bangsa Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang luar biasa jika pendidikan di Indonesia secara menyeluruh menerapkan Multiple intelligence dalam pembelajaran. Harapan menuju Indonesia yang jaya akan terwujud jika kurikulum 2013 diterapkan dengan sungguh-sungguh karena multiple intelligence telah include dalam kurikulum 2013.

(13)

Daftar Pustaka

1.http://www.referensimakalah.com/2013/01/multiple-intelligences-menurut-howard.html,

2. http://insinyurpendidikan.blogspot.com/2012/01/guru-menerapkan-model-multiple.html

3.http://www.wyethindonesia.com/$$Multiple%20Intelligences.html? menu_id=66&menu_item_id=4

4. http://fey777.com/pengertian-multiple-intelligence.html

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam hidrograf satuan akan kelangkaan data hujan otomatik dapat diatasi dengan menggunakan minimal satu stasiun hujan yang ada atau menggunakan pendekatan

Bersusah pula suiuhan kemari Maksud nan kami hendak ke negeri. Setelah sudah baginda berkata Lalulah berangkat ke dalam kota.. Diiringkan ramai gegap gempita Disambut

Hambatan yang timbul dalam penyusunan Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Beberapa hambatan yang muncul dalam penyusunan APBDes di Desa Ngrambe dapat

Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan metode sebagai berikut. Pertama adalah metode presentasi. Metode presentasi digunakan untuk menjelaskan berbagai macam

Penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintahan. Karena sistem akuntansi pemerintahan merupakan

Skripsi yang berjudul: Sejarah Tokoh Pendidikan Islam di Kalimantan Selatan (Tuan Guru H. Abdurrayid, Tuan Guru Mafuz Amin, Prof Drs. Asywadie Syukur, Lc dan

Pembelajaran Fisika dengan menggunakan metode demonstrasi yang divariasikan dengan media audiovisual untuk meningkatkan hasil belajar Fisika dilaksanakan dengan

Dari pembahasan analisa sensitivitas diketahui bahwa kenaikan komponen biaya bahan baku kedelai sebesar 22,3% dari perhitungan biaya yang telah ditetapkan