• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Ayat Tentang Larangan Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina - PAI USBN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2. Ayat Tentang Larangan Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina - PAI USBN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

RANGKUMAN MATERI USBN AGAMA

1. Menelaah Q.S. Al-Anfal : 72, Q.S. Al-Hujurat : 12, dan QS Al-Hujurat : 10, serta hadits tentang kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah)

a) QS. Al Anfal (8): 72

Terjemahan : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

b) QS. Al Hujurat (49):12

Terjemahan : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

c) QS. Al Hujurat (49):10

Terjemahan : Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

2. Ayat Tentang Larangan Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina

QS. Al-Isra : 32

Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Penerapan Hukum Tajwid

Qalqalah sugra Ghunnah

(2)

QS. An-Nur : 2

Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.

Penerapan Hukum Tajwid

Qalqalah sugra Idzhar halqi

Ghunnah Ikhfa’ syafawi

Idgham bighunnah Ikhfa’ haqiqi

Mad wajib muttasil Idzhar syafawi

3. Kandungan surah Q.S. Al-

Isra’ ayat 32 dan Q.S. An

-Nur ayat2

Kandungan surah Q.S Al-Isra’ ayat 32:

1. Larangan mendekati zina

2. Zina merupakan perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk

Kandungan surah Q.S An-Nur ayat 2:

1. Perintah Allah SWT untuk mendera pezina perempuan dan pezina laki -laki masing-masing seratus kali. 2. Orang yang beriman dilarang berbelas kasihan kepada keduanya untuk melaksanakan hukum Allah SWT. 3. Pelaksanaan hukuman tersebut disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.

4. Menentukan hukum tajwid Q.S. Al-Maidah: 48, Q.S. Az-Zumar: 39 atau Q.S. At-Taubah : 105 tentang taat

pada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja

(3)

Az Zumar 39

At Taubah 105

5. Mengurutkan susunan Q.S. Al-Maidah : 48, Q.S. Az-Zumar : 39 dan Q.S. At-Taubah : 105 tentang taat,

kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja

QS. Al-Maidah : 48

QS. AZ-Zumar : 39

(4)

6. Menentukan kandungan Q.S. Yunus : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah : 32 tentang toleransi, rukun, dan

menghindarkan diri dari tindak kekerasan

Isi Kandungan dan Perilaku Yang Tercermin Dalam Q.S. Yunus Ayat 40 - 41 - Q.S. Yunus merupakan surat yang ke 10 dengan jumlah ayat sebanyak 109 ayat. Surat Yunus adalah surat Makkiyah, kecuali ayat 40, 94, 95 yang diturunkan kepada Rasulullah SAW pada saat beliau berada di Madinah.

Di dalam surat ini isinya banyak tentang kisah Nabi Yunus dan pengikutnya, sehingga surat ini dinamakan dengan surat Yunus. Masih berhubungan dengan postingan sebelumnya yaitu Isi kandungan dan perilaku yang tercermin dalam Q.S. Al-Kafirun. Pada kesempatan ini kami ingin membahas ayat selanjutnya yang membahas tentang toleransi dalam beragama.

10 : 40. Di antara mereka ada orang yang beriman kepada Al Qur'an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang-orang-orang yang berbuat kerusakan.

10 : 41. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".

7. Q.S Yunus : 40-41 atau Q.S Al Maidah : 32, peserta didik dapat menentukan perilaku sesuai kandungan

ayat tersebut

Perilaku yang tercermin menurut Q.S Yunus 40-41 :

1. Menghormati apa yang sudah menjadi keyakinan mereka dan tidak memaksakan agama kepada orang lain 2. Memberi kebebasan kepada orang lain khusunya pemeluk agama lain untuk melaksanakan ibadah

3. Tidak mencampuradukkan keyakinan agama yang satu dengan yang lain

4. Selalu berusaha berbuat baik, karena semua yang kita kerjakan akan mendapatkan balasan dari Allah swt Kandungan Q.S Al maidah 32 :

5. Nasib manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.

6. Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat, merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka qishash merupakan sumber kehidupan masyarakat.

7. Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti para dokte r dan perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat dari kehancuran.

8.

Q.S. Ali Imran :

190-191 atau

Q.S. Ali Imran :

159, tentang berpikir kritis dan bersikap demokratis yang

tidak lengkap, peserta didik dapat melengkapi ayat tersebut.

Q.S Ali-Imran : 159

Artinya :

(5)

Q.S Ali- Imran : 190

191

Artinya :

“Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191)

9. Menemukan terjemah ayat Q.S. Ali Imran : 190-191 atau Q.S. Ali Imran : 159 tentang berpikir kritis dan

bersikap demokratis

Ali Imran 159

1. Q.S Ali-Imran : 190 Terjemahan Per kata 1. sesungguhnyaَّنِإ 2. dalamىِف

3. penciptaanِقْلَخ 4. langitِت ََٰو ََٰمَّسلٱ 5. danَو 6. bumi ِض ْرَ ْلْٱ 7. danَو

8. pergantian (silih berganti) ِف ََٰلِت ْخٱ 9. malamِلْيَّلٱ

10. danَو 11. siangَّنلٱِراَه

12. terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) ٍۢ ت ََٰياَءَل 13. bagi orang-orang yang ىِل ۟وُ ألْ

14. berakalِب ََٰبْلَ ْلْٱ Terjemahan per kalimat

1. َّنِإىِفِقْلَخِت ََٰو ََٰمَّسلٱِض ْرَ ْلْٱ َو Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi. 2. ِف ََٰلِت ْخٱ َوِلْيَّلٱ ِراَهَّنلٱ َو dan pergantian malam dan siang.

3. ٍۢ ت ََٰياَءَلىِل ۟وُ ألِّب ََٰبْلَ ْلْٱ terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal

2. Q.S Ali-Imran : 191

Terjemahan per kata

1. (yaitu) orang-orang َنيِذَّلٱ 2. mengingat Allah َ َّللَّٱ َنوُرُكْذَي 3. berdiriا ًۭ م ََٰيِق

4. danَو

5. dudukا ًۭ دوُعُق 6. danَو 7. dalamَٰىَلَع

(6)

9. danَو 3) ََٰهًۭ ل ِط ََٰبااَنَّبَراَمَتْقَلَخاَذ "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. 4) َكَن ََٰحْبُساَنِقَفَباَذَع ِراَّنلٱ Mahasuci Engkau lindungilah kami dari azab neraka

10. Perilaku yang sesuai dengan hadis BERPIKIR KRITIS dan DEMOKRATIS

Surah Ali 'Imran Ayat 190-191

a. Kita bisa melihat tanda kekuasaanNya yaitu dengan adanya pergantian siang dan malam. b. Kita harus senantiasa mengingat Allah dengan berdzikir bagaimanapun keadaanya

c. selalu mengingat Allah kapanpun, dimanapun, dan dalam kondisi apapun. sehingga yang mencerminkan orang yang berakal adalah yang selalu berdzikir pada Allah SWT.

Surah Ali Imran ayat 159

a. Bersikap lemah lembut,menghindari sikap keras kepala. b. Memberi maaf & bersedia membuka diri

c. Memohon ampunan kepada Allah

d. Bermusyawarah dalam segala urusan/masalah Perilaku dari hadist

a. Menjadi orang cerdas; berpikiran maju tentang kehidupan diakhirat dan mencari bekal untuk akhirat.orang lemah; selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong.

(7)

11. Q.S. Luqman: 13-14 atau Q.S. al-Baqarah : 83 tentang perintah saling nasihat-menasihati dan berbuat

baik (ihsan), peserta didik dapat memasangkan lafadz dan artinya dengan benar

. QS.Al Luqman ayat 13

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

QS. Al Luqman ayat 14

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Al-Baqarah ayat 83

(8)

12. Q.S. Luqman : 13-14 atau Q.S. Al-Baqarah: 83, tentang tentang kewajiban beribadah dan bersyukur

kepada Allah serta berbuat baik kepada sesama manusia, peserta didik dapat menentukan arti ayat yang

bergaris bawah.

QS. AL LUQMAN 13-14

QS. AL BAQARAH: 83

13. Mengidentifikasi perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 7 sifat Allah dalam

Asmaul Husna :

al-Karim, al-

Mu’min, al

-Wakil, al-Matin, al-

Jami’, al

-

‘Adl, dan al

-Akhir

a.

Al – Karim (Yang Maha Mulia)

Karim adalah salah satu daripada Asma-ul-Husna. Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah s.w.t. Al-KariIm bermaksud:

1) Allah s.w.t Maha Pemurah.

(9)

5) Allah s.w.t memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.

6) Allah s.w.t memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya 7) Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam pemberian-Nya.

8) Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah s.w.t memberi dengan bijaksana, dengan cara yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si hamba yang menerimanya.

b. Al –Mu’min (Yang Maha Terpercaya)

Sifat Allah Al –Mu’min artinya "Allah Maha Pemberi Keamanan". Sifat Allah Al Mu'min ini menerangkan bahwa Allah memberi rasa aman dan tenteram dalam hati hamba-Nya

*) Contoh dan bukti sederhana

Contoh dan bukti sederhana bahwa Allah bersifat Al –Mu’min dapat kita lihat dalam diri kita sendiri. Seperti pada tubuh kita, Allah menciptakan alis di atas mata yang berfungsi melindungi mata dari keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata dari debu dan binatang - binatang kecil.

Bukti lain diluar tubuh kita seperti ketika Rasulullah ingin Hijrah dari Mekkah ke kota Madinah. Pada malam keberangkatan Nabi Muhammad, sekeliling rumah Nabi telah di pagar betis oleh orang - orang Quraisy yang ingin membunuh Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi dengan sifat Al - Mukmin Allah telah memberi keselamatan kepada Rasulullah. Rasulullah dengan aman dapat keluar dari rumah dan meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah.

c. Al – Wakiil (Yang Maha Mewakili/Pemelihara)

Al – Wakiil artinya Dzat yang maha memelihara, yaitu Dia yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.

Allah memerintahkan agar kita bersifat :

1) Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT 2) Mempelajari dan memahami Al-Quran/Hadist 3) Memegang amanah dengan sebaik-baiknya

4) Menjadikan Allah SWT sebagai satusatunya pelindung

5) Hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah SWT

d. Al – Matiin (Yang Mahakokoh)

Al – Matiin Artinya Dzat yang sangat kokoh, yaitu Dia sangat kokoh dan berkekuatan yang tidak pernah luntur. Kokoh diatas segala-galanya diseluruh kekuasaanNya.

Melalui sifat ini, Allah memerintahkan agar manusia memiliki sifat seperti : 1) Hanya menyembah Allah SWT yang maha kokoh

2) Selalu berprasangka baik kepada Allah SWT 3) Tidak enggan beribadah untuk kepentingan sendiri 4) Memohon rezeki hanya kepada Allah SWT

5) Menjaga diri sendiri dengan baik dan benar

e. Al –Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan)

Jami’ berasal dari kata jama’ah yang artinya kumpulan, lebih dari satu, banyak. Allah bersifat al-Jami’ artinya Allah maha mengumpulkan/mempersatukan. Selain Allah akan mengumpulkan kita nanti pada hari kiamat, Allah al -jami’ juga dapat kita buktikan dalam kehidupan ini.

Ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari asma Allah al-Jami’ : 1) Allah akan mengumpulkan kita nanti pada hari Akhir.

2) sebagai khalifah, wakil yang dipercaya Allah untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita harus membumikan al-Jami’ dalam kehidupan. Kita harus menjadi katalisator untuk terbentuknya persatuan dan kesatuan mahkluk-makhluk Allah sehingga menjadi satu kesatuan sistem kehidupan yang harmonis dan saling membutuhkan. Jagalah persatuan dan kesatuan sistem kehidupan, bertanggungjawablah pada tugas dan fungsi masing-masing. Jangan merasa diri yang paling baik dan paling benar. Karena hanya Allah yang bisa memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Jangan sok tahu dengan menghakimi orang lain salah, dan kemudian kita menarik diri dari tugas dan fungsi kita dalam system kehidupan.

f. Al –‘Adl (Yang Maha Adil)

(10)

surga yang penuh dengan kenikmatan, dan bahwa orang-orang durhaka akan dimasukkan ke dalam api neraka jahanam.

Contoh perbuatan yang mencerminkan Al’adl : 1) Tidak membedakan-bedakan sesuatu 2) Memberi tugas dengan adil

3) Dalam menghadapi masalah harus diselesaikan dengan melihat yang salah dan benar 4) Dalam membagi sesuatu harus adil

g. Al – Akhir (Yang Maha Akhir)

Asma Allah Al-Akhir berarti Dzat Yang Maha Akhir. Maha Akhir disini dapat diartikan bahwa Allah SWT adalah Dzat yang paling kekal. Tidak ada sesuatu pun setelah-Nya. Tatkala semua makhluk, bumi seisinya hancur lebur, Allah SWT tetap ada dan kekal. Pemahaman tentang Allah SWT sebagai Dzat Yang Maha Akhir ini tidak bisa disamakan dengan pengertian bahwa Allah adalah akhir dari segala-galanya. Inilah yang membedakan antara Allah SWT sebagai Sang Khalik (Sang Pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan). Makhluk mempunyai awal yang berupa penciptaannya dan mempunyai akhir pada saat dia sudah hancur atau mati. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Rahman (55): 26-27 sebagai berikut. Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q.S. Ar-Rahman (55): 26-27)

Contoh sederhana Al – Akhir :

Sebagai Dzat Yang Maha Akhir, Allah SWT akan tetap abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan Allah SWT tersebut menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya tempat bergantung atas segala urusan kita, baik urusan di dunia maupun urusan-urusan yang akan kita bawa sampai ke akhirat kelak. Aplikasi dari Asma Al-Akhir dalam pebelajaran adalah berdoa sebelum dan setelah pembelajaran di kelas. Siswa menunjukkan penyerahan diri kepada Allah SWT bahwa mereka akan belajar dengan sungguh-sungguh dan mengharapkan sebuah kemudahan dalam menyerap pengetahuan dari pembelajaran kepada Allah SWT. Selalu mengu-capkan basmallah juga menunjukkan bahwa siswa-siswa menggantungkan doa agar aktivitas mereka selalu berada dalam l indungan Allah SWT dan berharap agar mendapatkan safaat dan manfaat dari aktivitasnya.

14. Menentukan perilaku yang mencerminankan beriman kepada malaikat -malaikat Allah SWT. dalam

kehidupan sehari-hari

a.

Nama malaikat dan tugasnya :

1)

Malaikat Jibril = menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan rasul.

2)

Malaikat Mikail = memberi rizki / rejeki pada manusia.

3)

Malaikat Israfil = meniup terompet sangkakala di waktu hari kiamat

4)

Malaikat Izrail = mencabut nyawa.

5)

Malikat Munkar = menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur.

6)

Malaikat Nakir = menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur bersama Malaikat Munkar.

7)

Malaikat Raqib/Rokib = mencatat segala amal baik manusia ketika hidup.

8)

Malaikat Atid/Atit = mencatat segala perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup.

9)

Malaikat Malik = menjaga pintu neraka.

10)

Malaikat Ridwan = menjaga pintu sorga / surga.

b.

Penerapan Keimanan kepada Malaikat dalam Kehidupan Sehari-hari

1)

Bersikap Rendah Hati.

Sikap rendah hati ditunjukkan karena kita menyadari bahwa selain diri kita ada makhluk yang telah diciptakan Allah. Bahkan, pada diri makhluk tersebut ada kelebihan sifat-sifat tertentu yang tidak kita miliki. Oleh karena itu, kita tidak boleh bersikap sombong. Kita dilarang bersikap sesuka hati dalam menjalani hidup karena merasa sebagai makhluk terhebat dan termuliaTerdorong untuk Menggali Pengetahuan tentang Malaikat.

2)

Menggali pengetahuan tentang malaikat harus mengacu pada kedua sumber pokok dalam Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis.

Seseorang yang memiliki pengetahuan yang benar tentang malaikat akan terhindar dari kekeliruan dalam mengimaninya. Misalnya pengetahuan bahwa malaikat merupakan sesama makhluk Allah, menunjukkan bahwa malaikat tidak berhak untuk disembah atau dimintai pertolongan.

3)

Berhati-hati dalam Berbuat.

(11)

sangat teliti sehingga tidak mungkin ada amal yang luput dari pencatatannya. Dengan demikian, kita tidak akan berbuat seenaknya sendiri, tetapi penuh dengan pertimbangan sehingga akan mendapatkan catatan yang baik dari malaikat.

4)

Giat dalam Berusaha.

Menyadari bahwa malaikat juga ada di sekitar menyebabkan kita bersikap optimis. Misalnya dalam urusan rezeki ada malaikat bertugas membagikan rezeki kepada kita. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk mudah menyerah dan khawatir bahwa Allah tidak akan membalas usaha dan kerja keras kita.

5) Terdorong untuk Selalu Berbuat Positif.

Seseorang yang di dunia menjalankan perbuatan baik, akan men- dapatkan balasan kebaikan dari Allah. Di akhirat kelak, seseorang akan dibalas sesuai dengan amal dan perbuatan yang dilakukan di dunia. Agar mendapatkan balasan yang baik di akhirat, kita pun dituntut untuk berbuat baik ketika di dunia.

15. Menentukan perilaku beriman kepada Kitab-kitab Allah

Beriman kepada kitab-kitab Allah swt. berarti mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah swt. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan dan diajarkan kepada umat manusia. Beriman kepada kitab-kitab Allah swt merupakan rukun iman yang ketiga. Perilaku orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah Swt :

1) Memiliki rasa hormat dan menghargai kitab suci sebagai kitab yang memiliki kedudukan di atas segala kitab yang lain

2) Berusaha menjaga kesucian kitab suci dan membelanya apabila ada pihak lain yang meremehkannya. 3) Mau mempelajari dengan sungguh-sungguh petunjuk yang ada di dalam, baik dengan membaca

sendirimaupun menghadiri majlis taklim.

4) Berusaha untuk mengamalkan petunjuk-petunjuknya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

5) Berusaha untuk menyebarluaskan petunjuk-petunjuknya kepada orang lain, baik di lingkungan keluargasendiri maupun masyarakat

6) Berusaha untuk memperbaiki bacaannya dengan mempelajari ilmu tajwid.

7) Tunduk kepada hukum yang ada di dalam kitab suci dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

16. & 17. Perilaku yang mencerminkan orang yang beriman kepada Rasul Allah dalam kehidupan sehari

-hari:

a. Menjunjung tinggi risalah (ajaran Allah swt. yang disampaikan rasul -Nya) b. Melaksanakan seruannya untuk beribadah hanya kepada Allah swt.

c. Giat dan rajin bekerja mencari rejeki yang halal, sesuai dengan keahliannya.

d. Selalu mengingat, memahami, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. e. Terus berdakwah agar ajaran yang dibawa rasul tidak sirna.

f. Meneladani kehidupan para rasul Allah dalam hidup, mi salnya bersikap sederhana, menjaga kehormatan, dan membantu sesama.

g. Menjadikan para rasul sebagai rujukan dalam bersikap, seperti berkata jujur, menjaga amanah, dan bijaksana

18. Kaitan hari kiamat dengan ilmu pengetahuan

a. Menurut geologi

Bumi terjadi dari gas yang berputar dan menjadi dingin setelah diam. Melalui evolusi yang lama sekali, gas bagian luar mengeras menjadi batu, kerikil, pasir, dan sebagainya, sedangkan bagian tengah masih panas. Zat panas bercampur lava, lahar, batu, dan pasir panas. Bumi beredar karena adanya daya tarik matahari terhadap bumi berkurang. Akibatnya bumi akan bergeser dari matahari sehingga putaran bumi semakin cepat dan akan mengalami nasib seperti meteor (menyala/hancur)

b. Menurut teori fisika

Ketika suatu saat matahari tidak muncul atau cahayanya redup karena tenaga/sinarnya habis, maka tidak ada angin dan awan yang berakibat hujan tidak akan turun. Selanjutnya gunung-gunung akan meletus, ombak bergulung-gulung, air laut naik sehingga hancurlah bumi ini.

19. Perilaku yang mencerminkan orang yang beriman kepada hari akhir dalam kehidupan sehari -hari:

a. Menyadari bahwa semua perbuatan selama di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. untuk itu segala sikap dan perilaku kita harus selaras dengan tuntunan agama.

b. Menyadari bahwa manusia itu sangat kecil di hadapan kebesaran Allah swt. sehingga diharapkan dapat menghilangkan sikap takabur atau sombong dalam dirinya.

c. Selalu berusaha melakukan amal salih dan menghindari semua perbuatan yang berten tangan dengan norma agama.

d. Membiasakan diri dengan akhlak karimah, seperti mawas diri, rendah hati, peduli dengan sesama, dll. e. Selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah swt.

f. Termotivasi untuk selalu bekerja keras dan menjauhi kemalasan.

(12)

1. Dapat miningkatkan keimanan dan ketakwaan seseorang.

2. Akan senantiasa berbuat baik dan menghindari perbuatan dosa yang sia-sia. 3. Akan mendorong seseorang untuk bersemangat dalam berkarya.

4. Mendidik manusia untuk belajar dan memprediksikan serta mempersiapkan masa depan. 5. Memperjelas tujuan hidup manusia di dunia.

21. Tanda-tanda Orang yang beriman kepada qadha dan qodar

1) Mendapat ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup.

2) Memiliki sifat khauf(takut) kepada Allah SWT. 3) Memiliki sifat harap kepada Allah SWT. 4) Termotivasi untuk berbuat kebaikan.

22. Contoh perilaku yang mencerminkan iman kepada qada dan qadar

1.

Yakin terhadap qada dan qadar dari Allah karena pada hakikatnya qada dan qadar tersebut sangat logis (masuk akal).

2.

Pemahaman yang menyeluruh mengenai qada dan qadar akan melahirkan pribadi yang mau bekerja keras dalam meraih sesuatu.

3.

Kita tidak boleh sombong apabila kita berhasil meraih sesuatu karena semua itu tidak semata-mata usaha kita sendiri.

4.

Tidak boleh putus asa karena senantiasa husnuzan pada keadilan Allah.

5.

Mampu menyusun strategi, khususnya dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien.

6.

Bersyukur apabila memperoleh rezeki apa pun bentuknya dan senantiasa bersabar apabil a mendapatkan ujian atau musibah.

7.

Biasakan bergaul dengan orang-orang yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat, sehingga dapat mencontoh dan meneladani semua amal baiknya.

8.

Perbanyak bersikap lapang dada, ikhlak dan berjiwa besar dalam menerima segala sesuatu yang berhubungan dan qada dan qadar Allah.

9.

Perbanyak sikap berbaik sangka terutama terhadap ketentuan Allah yang kita terima. Berdoa kepada Allah, agar diberi kekuatan menjadi orang yang beriman kuat, berilmu

23. Mengidentifikasi manfaat dan hikmah larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina

Hikmah menjauhi perbuatan zina dan Pergaulan Bebas

a. Menjaga kehormatan perempuan b. Mencegah nasab

c. Mencegah banyaknya anak yang ditelantarkan orang tua akibat malu anaknya lahir dari hasil perzinahan d. Tidak salah gaul

e. Aurat menjadi terjaga f. Terjaga kehormatan

Manfaat menjauhi perbuatan zina dan Pergaulan Bebas a. Terhindar dari perbuatan dosa besar

b. Terhindar dari penyakit kelamin c. Mencegah murka Allah

d. Jauh dari siksaan di neraka e. Iman menjadi kuat

f. terhindar dari perilaku dosa

24. Menunjukkan prilaku kontrol diri (mujahadah an nafs), prasangka baik (husnudzan), atau persaudaraan

(ukhuwah).

KONTROL DIRI 1. PENGERTIAN

Kontrol diri( mujahadah an-nafs) adalah perjuangan sungguh-sungguh atau jihad melawan hawa nafsu dan ego pribadi

2. Usaha Melakukan Kontrol Diri

a. Bersabar atau menyisihkan waktu yang lebih lama untuk mengambil keputusan dari perbuatan yang akan dilakukan

b. Memikirkan akibat dari perbuatan yang dilakukan c. Berdzikir kepada Allah

(13)

PRASANGKA BAIK 1. Pengertian

Prasangka baik adalaah sikap netral dan cara pandang seseorang yang membuatnya melihat sesuatu secara positif.

a. Husnudzan kepada Allah

Adalah berprasangka baik terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah. Cara Menumbuhkan Sikap Husnudzan Kepada Allah:

- latihan menerima semua takdir dari Allah. Latihan menahan diri untuk tidak memberikan reaksi dengan cepat terhadap semua masalah yang terjadi.

b. Husnudzan kepada sesama manusia

Adalah berprasangka baik terhadap sesama dan tidak meragukan kemampuan atau tidak bersikap apriori.

Cara menumbuhkan sikap Husnudzan kepada sesama manusia:

- tidak merendahkan orang lain. Tidak mencaci maki atau menghina orang lain. c. Husnudzan Kepada Diri Sendiri

Adalah mensyukuri bahwa segala sesuatu yang melekat pada diri manusia, baik disukai ataupun tidak, merupakan pemberian Allah yang terbaik untuk manusia.

Cara menumbuhkan sikap-sikap tersebut antara lain:

- Inisiatif: percaya bahwa orang yang mempunyai inisiatif akan mendapatkan pahala ditambah pahala orang-orang yang mengikuti sesudahnya

- Gigih: percaya bahwa Allah akan memberikan jalan keluar

- Rela berkorban: percaya bahwa pengorbanan akan mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan PERSAUDARAAN (UKHUWAH)

a. Pengertian

Ukhuwah menurut bahasa berasal dari kata akhun artinya berserikat atau persaudaraan. Jika dirangkai dengan kata islamiyah maka pengertian ukhuwah islamiyah adalah persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan islam.

b. Bentuk-bentuk ukhuwah

- Ukhuwah ubudiyah: persaudaraan antar sesama makhluk Allah - Ukhuwah insaniyah: persaudaraan antar sesama manusia - Ukhuwah wathaniyah: persaudaraan atas kesamaan bangsa - Ukhuwah fi din al islam: persaudaraan antar sesama muslim c. Cara menciptakan ukhuwah

- Menjauhi sifat negatif seperti mengolok-olok, mencaci maki, berburuk sangka, mencari-cari kesalahan, dan menggunjing orang lain.

25. Mengidentifikasi taat kepada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan bekerja keras

Taat

Taat memiliki arti tunduk, sedangkan Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat. Dalam agama islam, Peraturan dibuat oleh Allah Swt, nabi, ulil amri, atau yang lainnya. Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Aturan dibuat dengan tujuan agar tercipta ketertiban dan ketenteraman.

Selain taat kepada Allah SWT dan Nabi, islam juga memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin(yang tidak maksiat). Contoh perbuatan taat peraturan dalam agama islam yaitu Menjalankan sholat lima waktu, puasa, dan melaksanakan perintah-perintah Allah yang lain

Kompetisi dalam kebaikan

Kompetisi adalah aktivitas manusia untuk mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Jadi kompetisi dalam kebaikan yaitu berbuatan manusia dengan tujuan mengalahkan orang lain dalam hal kebaikan / hal yang positif. kompetisi dalam kebaikan yang diperintahkan oleh Allah, Yaitu berlomba – lomba untuk akhirat, bukan untuk duniawi dan di lakukan dengan ikhlas bukan karena pujian orang lain

Bekerja Keras

Kerja keras adalah berusaha atau berjuang dengan keras atau bersungguh - sungguh dalam mengerjakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Dalam islam kerja keras adalah bekerja atau bersungguh - sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan doa dan berserah diri kepada Allah SWT

26. Menunjukkan Hikmah Toleransi dan Kerukunan

1. Menghargai kepada sesama ciptaan Allah SWT. 2. Menghindari terjadinya perpecahan

(14)

4. Tenggang rasa dan suka menolong kepada orang lain 5. Menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan damai 6. Menimbulkan Rasa Cinta Terhadap Negara

7. Memperkuat Iman

8. Dapat Mengendalikan Sikap Egois

9. Dapat Menyelesaikan Masalah Dengan Cara Musyawarah 10. Mengembangkan sikap hormat menghormati sesama manusia 11. Menjaga norma-norma agama, sosial, dan adat istiadat

12. Menumbuhkan sikap bertanggung jawab terhadap kehidupan di lingkungan masyarakat

27. Mengidentifikasi sikap toleran dan rukun

Toleransi dalam kehidupan di masyarakat antara lain, yaitu:

a. Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara pemeluk agama. b. Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan.

Toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain: a. Merasa senasib sepenanggungan.

b. Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau nasionalisme. c. Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.

d. Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan. e. Menghindari Terjadinya Perpecahan

f.

Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan Toleransi dalam kehidupan sekolah antara lain:

a. Mematuhi tata tertib sekolah.

b. Saling menyayangi dan menghormati sesama pelajar.

c. Berkata yang sopan, tidak berbicara kotor, atau menyinggung perasaan oranglain.

28. Menentukan bahaya perilaku tindak kekerasan dalam kehidupan

Di tindak kekerasan yang di timbulkan bisa dari seseorang dan juga bisa di lakukan oleh kelompok. Dan juga bisa berawal dari seseorang hingga antar kelompok. Tindakan kekerasan tersebut berdampak buruk kepasa seseorang atau kelompok orang. Bahkan orang yang tidak tahu menahu juga terjena dampaknya baik berupa materil maupun non materil. Kaewna tujuan dari kekerasan tersebut adalah merusak. Lingkungan yang ada di sekitar kita seharusnya kita jaga, bukan di rusak di karenakan pernuatan diri kita sendiri. Mengenai larangan tentang berbuat kerusakan bermaktub dala, Q.S Al A’raf ayat 56 sebagai berikut :

Yang artinya : “dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaiki-nya dan berdoalah kepada-nya dengan rasa takut (tidak akan di terima) dan harapan (akan di kabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al A’raf : 56)

Dari arti di atas dapat di simpulkan bahwa barangan tersebut kerusakan di bumi karena seharusnya manusia memakmurkan dan menjaganya dengan baik. Setelah ada kerusakan, Allah swt. selalau memperbaikinya. Oleh sebab itu, manusia di larang intuk di rusaknya. Manusia di perintahkan untuk berdoa dengan rasa takut jika doanya tidak akan terkabul dan harus berharap penuh bahwa doamya akan di kabulkan Allah swt. san gat dekat dengan orang-orang yang berbuat kebaikan.

29. Mengidentifikasi hikmah dan manfaat saling menasihati dan berbuat baik

(ihsan)

dalamkehidupan

Hikm ahdan Manfaat Nasihat

a. Mengingatkan diri sendiri untuk konsekuen

b. Selalu menjaga kebersihan hati dan pikiran dari niat dan rencana kotor/tercela c. Terjaga lingkungan dari kemaksiatan dan penyakit social

d. Terciptanya keadilan, keamanan, ketentraman, dan kedamaian dalam masyarakat e. Mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT, di dunia dan akhirat

f. Nasihat dari orang lain merupakan control social pada saat kita terle na dan tidak mampu melakukan intropeksi (muhasabah)

Hikmah dan Manfaat Ihsan

Kebaikan akan berbalas kebaikan, adalah janji Allah SWT dalam Al-Quran. Berbuat Ihsan adalah tuntutan kehidupan kolektif. Karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, maka Allah menjadikan saling berbuat baik sebagai sebuah keniscayaan. Berbuat baik (ihsan) kepada siapapun, akan menjadi stimulus terjadinya balasan dari kebaikan yang dilakukan. Dengan demikianlah, Allah SWT, membuat sunah (aturan) bagi alam, ada jasa ada balas. Semua manusia diberi ‘nurani’ untuk berterima kasih dan kenginan untuk membalas budi baik.

30. Menemukan cara menasihati dan berbuat baik dalam kehidupan

(15)

Pengertian Shilat al-rahim menunjukkan adanya akumulasi perbuatan baik (ihsan) yang mencakup segala perbuatan baik karena konteksnya dalam hubungan sosial (mu`amalah) bukan dalam ibadah yang bersifat lebih umum baik lahir dan batin, bersifat materi dan immateri, tanpa batasan bentuk dan ruang waktu tertentu. Demikian juga dalam shilat al -rahim mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap kerabat, keluarga, dan sanak famili, baik dalam moral dan material, sosial dan agama yang didasarkan pada kasih sayang yang lebih tinggi pula, karena mereka adalah bagian dari darah daging yang dilahirkan dari kandungan (rahim) sang ibunya sendiri. Jadi shilat al-rahim bukan identik dengan berlebaran yang diartikan secara sangat sederhana yakni kunjungan, pertemuan, dan minta maaf atau halal bi halal, apa lagi dibatasi pada saat-saat tertentu saja. Mungkin dapat dikatakan bahwa unsur-unsur dalam berlebaran dan dalam halal bi halal terdapat bagian dari shilat al-rahim.

31. Menentukan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-

Qur’an, Al

-Hadits, Ijtihad sebagai sumber hukum

Islam dan hukum taklifi.

Fikih pada mulanya mempunyai arti lebih luas dari yang umumnya dipahami saat ini. Semula, sesuai dengan arti lughawi (leksikal), fikih bermakna ”al fahmu,” paham atau mengetahui. Memahami atau mengetahui baik yang berkaitan

dengan urusan tauhid/ teologi, tasawuf/ akhlak, maupun hukum.

Kata fikih berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk masdar (verbal noun) dari akar kata bentuk madhi (past tense) faquha yang secara etimologis berarti mengerti, mengetahui, memahami, dan menuntut ilmu. Kata fikih juga dianggap sinonim dengan kata ilmu.

Kemudian, akibat perkembangan ilmu dan pergumulan pemikiran, arti fikih menciut. Yang semula mencakup aspek teologis, akhlak, dan hukum, pengertian fikih menjadi khusus dipakai pada hal -hal yang berkaitan dengan hukum saja. Akibatnya, fikih lebih bernuansa legal-formal, daripada etis atau sosial. Sebab, sifat hukum adalah mengikat/ memaksa. Inilah kemudian yang menyebabkan fikih terkesan rigid, tidak fleksibel. Dalam arti fikih kehilangan wawasan etisnya.

Ijtihad bukan barang murahan yang bisa dilakukan oleh sembarang orang. Ada banyak kriteria yang harus dipenuhi oleh calon mujtahid, orang yang berijtihad. Diperlukan kearifan untuk menjembatani kesenjangan yang terjadi. Misalnya, kalangan pesantren mau membuka diri untuk mengenal dan mengkaji fikih kontemporer serta melepas baju fanatisme yang berlebihan terhadap eksistensi kitab kuning. Sebab, walau bagaimanapun kitab kuning tetap tidak bisa dipaksakan untuk menjawab permasalahan global.

32. Menjelaskan ketentuan syar’i tentang infak, zakat, dan wakaf.

 Ketentuan Infak

Ketentuan-ketentuan umum dalam berinfak ataupun bersedekah sebagai berikut:

a. Orang yang berinfak atau bersedekah adalah orang yang berakal dan mumayiz (baligh).

b. Barang yang diinfakan atau disedekahkan berupa barang yang bermanfaat dan dari hasil usaha yang baik c. Berinfak atau bersedekah disertai dengan hati yang ikhlas dan tidak menyakiti hati orang yang menerimanya. d. Sedekah dan infak dapat diserahkan kepada perorangan ataupun lembaga seperti panti asuhan, takmir masjid,

panitia pembangunan madrasah atau ke BAZIS (Badan Amil, Zakat, Infak, Sedekah). e. Berinfak dan bersedekah tidak ditentukan waktu dan jumlahnya.

 Beberapa hukum zakat

a. zakat itu diwajibkan atas muslim yang merdeka, tidak disyaratkan sampai umur dan berakal.

b. Zakat itu wajib pada permintaan sebagaiman wajib pada unta, sapi, kambing,dan pada tiap-tiap tumbuh tumbuhan dan zakat itu ditunaikan pada tiap-tiap pada tahun sekali.

c. Islam telah memperhatikan soal zakat ini, waktunya kadarnya, nisabnya, orang yang wajib atasnya dan orang-orang yang berhak menerimanya.

 Syarat dan Rukun Wakaf a. Syarat Wakaf

(16)

1) Diwakafkan untuk selama-lamanya, tidak terbatas waktu tertentu (disebut takbid).

2) Tunai tanpa menggantungkan pada suatu peristiwa di masa yang akan datang. Misalnya, “Saya wakafkan bila dapat keuntungan yang lebih besar dari usaha yang akan datang”. Hal ini disebut tanjiz

3) Jelas mauquf alaih nya (orang yang diberi wakaf) dan bisa dimiliki barang yang diwakafkan (mauquf) itu b. Rukun Wakaf

 Orang yang berwakaf (wakif), syaratnya; 1) kehendak sendiri

2) berhak berbuat baik walaupun non Islam  Sesuatu (harta) yang diwakafkan (mauquf), syartanya;

1) barang yang dimilki dapat dipindahkan dan tetap zaknya, berfaedah saat diberikan maupun dikemudian hari

2) milki sendiri walaupun hanya sebagian yang diwakafkan atau musya (bercampur dan tidak dapat dipindahkan dengan bagian yang lain

 Tempat berwakaf (yang berhaka menerima hasil wakaf itu), yakni orang yang memilki sesuatu, anak dalam kandungan tidak syah.

 Akad, misalnya: “Saya wakafkan ini kepada masjid, sekolah orang yang tidak mampu dan sebagainya” tidak perlu

qabul (jawab) kecuali yang bersifat pribadi (bukan bersifat umum) Harta yang Diwakafkan

Wakaf meskipun tergolong pemberian sunah, namun tidak bisa dikatakan sebagai sedekah biasa. Sebab harta yang diserahkan haruslah harta yang tidak habis dipakai, tapi bermanfaat secara terus menerus dan tidak boleh pula dimiliki secara perseorangan sebagai hak milik penuh. Oleh karena itu, harta yang diwakafkan harus berwujud barang yang tahan lama dan bermanfaat untuk orang banyak, misalnya:

1) sebidang tanah

2) pepohonan untuk diambil manfaat atau hasilnya 3) bangunan masjid, madrasah, atau jembatan

Dalam Islam, pemberian semacam ini termasuk sedekah jariyah atau amal jariyah, yaitu sedekah yang pahalanya akan terus menerus mengalir kepada orang yang bersedekah. Bahkan setelah meninggal sekalipun, selama harta yang diwakafkan itu tetap bermanfaat

33. Deskripsi tentang bentuk jual beli, peserta didik dapat menentukan asas-asas transaksi ekonomi dalam

Islam.

Asas-asas dalam ekonomi islam :

1. Asas ridha’iyyyah (asas rela sama rela) yaitu bahwa transaksi ekonomi dalam bentuk apapun yang dialkukan perbankan pada prinsip rela sama rela buka suka sama suka yang bersifat hakiki. Asas tersebut dalam Al Quran diterangkan bahwa semua bentuk transaksi yang mengandung unsur paksaan tidak diperbolehkan. 2. Asas manfaat yaitu bahwa akad yang akan dilakukan oleh lembaga keuangan dengan nasabh berkenaan

dengan hal-hal yang bermanfaat bagi kedua pihak, maka dari akad-akad itu yang bersifat mudharat atau mafsadat tidak diperbolehkan.

3. Asas keadilan, dalam arti kedua pihak yang melakukan transaksi ekonomi (lembaga keuangan nasabah) harus berlaku dan diperlakukan secara adil dalam konteks pengertian luas dan konkrit. Hal ini sangat berkaitan dengan doktrin-doktrin yang tersebut dalm Al Quran yang sangat menjunjung tinggi keadilan dan sangat anti kezaliman, maka dalam praktek transaksi ekonomi Islam tidak dikenal dengan riba, karena riba menurut ajaran Islam termasuk Simbol yang berpihak pada kezaliman.

34. Bentuk kerjasama ekonomi, peserta didik dapat menyimpulkan salah satu macam bentuk kerjasama

ekonomi dalam Islam.

(17)

Berarti perseorangan atau persekutuan antara dua orang atau lebih yang bersepakat untuk kerja sama dan suatu usaha. Yang hasilnya untuk mereka bersama. Syirkah bertujuan mensejahterakan bersama yang merupakan salah satu bentuk tolong menolong yang diperintahkan Allah swt.

Macam-macam syirkah :

a) Syirkah harta yang artinya dua orang atau lebih yang berkongsi pada harta yang ditentukan dengan maksud untuk memperoleh keuntungan. Adapun rukun dalam syirkah harta :

- Siqat (ucapan perjanjian) ijin untuk menjalankan harta syariqat - Anggota-anggota syariqat

Syaratnya harus baligh, berakal sehat, merdeka, dan dengan kehendak sendiri. - Pokok, modal dan pekerjaan

Berupa uang, emas, perak, atau harta benda lainnya yang bisa ditukar dan seluruh modal (saham) harus dicampur menjadi satu kesatuan modal.

b) Syariqat kerja

Gabungan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam suatu jenis pekerjaan dengan ketentuan hasil pekerjaan dibagikan kepada seluruh anggota sesuai penjanjiaan.

Para ulama islam berpendapat tentang kebolehan syariqat kerja ini dilaksanakannya oleh umat islam. Manfaat syariqat kerja yaitu :

- Menjalin persaudaraan sesama anggota

- Memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan seluruh anggota.

- Melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang ekonomi, budaya serta pertahanan dan keamanan.

2. Mudarabah

Adalah pemberian modal dari pemilik modal kepada seseorang yang akan memperdagangkan modal itu, dengan ketentuan bahwa untung rugi ditanggung bersama sesuai dengan perjanjian pada waktu akad.

Hukum melakukan mudarabah boleh bahkan dianjurkan. Karena didalmnya terdapat unsur tolong menolong dalam kebaikan.

Rukun-rukun mudarabah :

i) .Muqrid (pemilik modal) dan muqtarid (menjalankan modal) sudah baligh, berakal sehat, dan jujur. ii) Uang atau barangt yang dijadikan modal harus diketahui jumlahnya.

iii) Jenis dan tempat usaha disepakati bersama, namun jangan dibatasi sehingga menyulitkan pihak yang menjalankan modal.

iv) Pembagian hasil, hendaknya sesuai dengan kesepakatan pada waktu akad.

v) Muqtarid, bersifat jujur tidak boleh menggunakan modal untuk kepentingan sendiri tanpa seijin muqrid. Hikmah jika sistem mudarabah diterapkan dalam masyarakat antara lain:

i) Mewujudkan persaudaraan antar kelompok kaya (pemilik modal) dan kelompok miskin (menjalankan modal);

ii) Mengurangi pengangguran;

iii) Memberi pertolongan pada faqir miskin untuk hidup mandiri.

3. Muzara’ah, mukhabarah, dan musaqah

i) Muzara’ah dan mukhabarah

Muzara’ah misalnya paruhan hasil antara pemilik dan penggarap, sedangkan benihnya daripihak iniah yang disebut mukhabarah jika benihnya dari penggarap.

Muzara’ah dan mukhabarah merupakan kerja sama dibidang pertanian. Ketentuan-ketentuan muzara’ah dan mukhabarah :

a. Pemilik dan penggarap sudah balighj, berakal sehat, dan jujur.

b. Sawah dan ladang digarap betul-betul milik orang yang menyerahkan sawahnya untuk digarap. c. Lamanya penggarapan harus ditentukan.

d. Besar kecilnya paruhan hasil ditentukan berdasarkan musyawarah.

(18)

Adalah paruhan hasil kebun. Besar paruhnya disesuaikan dengan perjanjian mengenai ketentuannya, sama dengan ketentuan muzara’ah.

35. Disajikan ilustrasi tentang meninggalnya seseorang, peserta didik dapat menentukan kewajiban

terhadap jenazah.

36. Disajikan ilustrasi tentang penyelenggaraan jenazah, peserta didik dapat menentukan tata cara

memandikan, mengkafani, menyolatkan, atau menguburkan jenazah.

A. Tata Cara Memandikan Jenazah Orang yang utama memandikan : 1. Jenazah laki-laki

Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya.

2. Jenazah perempuan

Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

3. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.

Syarat

1. Muslim, berakal, dan baligh 2. Berniat memandikan jenazah 3. Jujur dan sholeh

4. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya sebagaimana yang diaajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat

Tata cara

1. Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.

2. Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan. 3. Air bersih

4. Sediakan air sabun. 5. Sediakan air kapur barus.

6. Istinjakkan mayat terlebih dahulu.

7. Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan kaki dan rambutnya.

8. Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan. 9. Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.

10. Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat : Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :

ىَلاَعَتِهللِتأيَمْلااَذَهِلَلْسُغْلاُتْي َوَن

Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :

ىَلاَعَتِهللِةَتأيَمْلاِهِذَهِلَلْسُغْلاُتْي َوَن

11. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih. 12. Siram sebelah kanan 3 kali.

13. Siram sebelah kiri 3 kali.

14. Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang. 15. Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.

16. Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki. 17. Setelah itu siram dengan air kapur barus. 18. Setelah itu jenazahnya diwudukkan . 19. Mewudhukan jenazah

Yaitu dengan mengucurkan air ke atas jenazah itu mulai dari muka dan terahir pada kaki. Sebagaimana melaksanakan wudhu biasanya.

20. setelah selesai dimandikan dan diwudhukan dengan baik, dilap menggunakan kain pada seluruh badan mayat

(19)

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:

1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh mayat. 2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.

3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan 5 / 7 lapis. 4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi

wangi-wangian terlebih dahulu.

5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah. Tata cara mengafani jenazah :

Untuk jenazah laki-laki :

1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

2. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

3. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

4. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.

5. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.

6. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tid ak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

Untuk jenazah perempuan :

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari: 1. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

2. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala. 3. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

4. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki. 5. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Tata cara :

1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.

2. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. 3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

4. Pakaikan sarung. 5. Pakaikan baju kurung.

6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang. 7. Pakaikan kerudung.

8. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

C. Tata Cara Menyolatkan Jenazah

Orang paling utama untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:

1. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah. 2. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.

3. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas. 4. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah. 5. Keluarga terdekat.

Shalat jenazah dilakukan dengan cara berdiri (seseorang mampu untuk berdiri dan tidak ada uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan tunggangan], Shalat jenazah dianggap tidak sah.

3. Takbir 4 kali

(20)

b. Takbir kedua, lalu membaca shalawat

c. Takbir ketiga, lalu membaca doa untuk jenazah

d. Takbir keempat, lalu membaca

e. Salam Ketentuan :

1. Doa yang saya berikan di atas adalah untuk mayit lelaki satu orang. 2. Kalau dua orang laki-laki atau perempuan, diganti dengan: HUMA. 3. Kalau perempuan satu orang, diganti dengan: HA.

4. Kalau banyak mayit lelaki: HUM. 5. Kalau banyak mayit wanita: HUNNA.

6. Kalau gabung banyak mayat lelaki dan wanita, bisa pakai: HUM. Contoh : Allahummaghfir lahum warhamhum, wa’aafihi wa’fu ‘anhum

D. Tata Cara Menguburkan Jenazah

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.

Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

Urutan :

(21)

Bentuk liang lahat :

37. Disajikan ilustrasi tentang pernikahan, peserta didik dapat menentukan h ukum, syarat, atau rukun

nikah.

A. Hukum Nikah 1. Wajib

yaitu bagi orang yang telah mampu baik fisik, mental, ekonomi maupun akhlak untuk menikah. Memiliki keinginan untuk menikah, dan jika tidak menikah akan dikhawatirkan melakukan perbuatan maksiat.

2. Sunnah

Yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak dikhawatirkan akan melakukan perbuatan maksiat jika tidak menikah. Seseorang boleh melakukan pernikahan atau tidak. Tetapi lebih diutamakan untuk menikah.

3. Mubah

Bagi orang yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak membutuhkannya atau ti dak memiliki syahwat sama sekali seperti : lanjut usia, penderita impoten, atau yang tidak mampu menafkahi. Sedangkan wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut berakal sehat (rasyidah). Juga, mubag bagi yang mampu menikah dengan tujuan hanya sekedar untuk memenuhi hajatnya / bersenang-senang, tanpa ada niat mendapatkan keturunan atau melindungi diri dari yang haram.

4. Haram

Bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban pernikahan, baik kewajiban berkaitan dengan hubungan seksual maupun kewajiban lainnya. Pernikahan tersebut mengandung bahaya bagi wanita yang akan dijadikan istri.

5. Makruh

Bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan menyakiti wanita yang akan dinikahinnya, atau menzalimi hak-hak istri, dan buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak manusia, atau tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.

B. Syarat Nikah 1. Calon suami

a. Bukan mahram calon istri

b. Orang yang dikehendaki, yakni adanya keridaan dari masing-masing pihak c. Mu’ayyan / beridentitas jelas

2. Calon istri

a. Bukan mahram calon suami

b. Terbebas dari halangan nikah (dalam masa iddah / berstatus istri orang lain) 3. Wali

(22)

Yaitu bapak kandung mempelai wanita, penerima wasiat atau kerabat dekat, dan seterusnya sesuai dengan urutan ashabah wanita tersebut, atau orang bijak dari keluarga wanita, atau pemimpin setempat. Syaratnya :

a. Orang yang dikehendaki (bukan orang yang diebenci) b. Laki-laki

c. Mahram calon istri d. Balig

e. Berakal sehat f. Adil

g. Tidak terhalang wali lain h. Tidak buta

i. Tidak berbeda agama j. Merdeka

4. 2 orang saksi

a. Berjumlah 2 orang, bukan budak, laki-laki, bukan orang fasik

b. Tidak boleh merangkap sebagai saksi walaupun memenuhi kualifikasi sebagai saksi c. Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa

5. Sigah (ijab abul)

Yaitu perkataan dari mempelai laki-laki atau wakilnya ketika akad nikah. Syaratnya : a. Tidak tergantung dengan syarat lain

b. Tidak terikat dengan waktu tertentu c. Boleh dengan bahasa asing

d. Dengn menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”, tidak boleh dalam bentuk kinayah (sindiran) e. Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha / tazwijaha” dan boleh didahulukan dari ijab C. Rukun Nikah

38. Disajikan ilustrasi tentang problematika pernikahan, peserta didik dapat menentukan ketentuan atau

sahnya pernikahan menurut Undang-undang.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang “Perkawinan”

Pasal 2

1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. 2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3

1) Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.

2) Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh fihak-fihak yang bersangkutan.

Pasal 6

1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (duapuluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.

4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka Pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini. 6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum masing -masing

agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lai n. Pasal 7

1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.

(23)

Pasal 8 Perkawinan dilarang antara dua orang yang:

a. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun keatas;

b. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;

c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/bapak tiri;

d. berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan; e. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dalam hal seorang suami

beristeri lebih dari seorang;

f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin. Pasal 22

Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan. Pasal 23

Yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan yaitu :

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dari suami atau isteri; b. Suami atau isteri;

c. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan;

d. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) Pasal 16 Undang-undang ini dan setiap orang yang mempunyai

kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.

*NB: Yang lengkap bisa dicari di http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.htm

39. Disajikan deskripsi tentang pernikahan, peserta didik dapat menentukan ketentuan, talak, iddah, atau

ruju’.

A. TALAQ Pengertian

Talak terambil dari kata “Ithlaq” yang menurut bahasa artinya melepaskan atau meninggalkan. Menurut istilah syara’ talak yaitu melepaskan perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri.

Talak adalah perceraian melepaskan ikatan nikah dari pihak suami dengan mengucapkan lafadz yang tertentu Rukun Talaq

1. Talaq satu yaitu talaq pertama kali dan suami hanya menjatuhkan hanya dengan talak Satu

2. Talaq dua adalah talaq suami yang kedua kalinya atau talak pertama yang dijatuhkan talak 2 oleh suami (aku talaq kamu dengan talaq 2)

3. Talaq tiga yaitu talaq yang dijatuhkan oleh suami untuk ketiga kalinya atau talaq pertama dengan ucapan talaq tiga

Ditinjau dari segi boleh atau tidaknya bekas suami rujuk

 Talaq raj’I yaitu talaq yang boleh bekas suami rujuk kembali sebelum atau sesudah mada iddahnya habis dan dalam hal ini nikahnya tidak di ulang lagi (QS.Al-Baqarah 229)

 Talaq Ba’in yaitu talaq yang dijatuhkan suami dan bekas suami toidak boleh rujuk kembali kecuali dengan aqad nikah yang baru dan rukun dan syaratnya

1. Ba’in shuqra yaitu yang menghilangkan pemilikan mantan suami terhadap mantan isteri tetapi tidak menghilangkan kebolehan mantan suami untuk rujuk (talq sebelem bercampur,talak 1 dan 2 tetapi masa iddahnya sudah habis,khuluk,karena salah seseorang masuk penjara)

2. Ba’in qubra yaitu talaq 3 dimana mantan suami tidak boleh rujuk kembali kecuali apabila mantan isterinya nikah lagi dan digauli kemudian dia dicerai oleh suaminya yang kedua (QS.Al-Baqarah,230)

Ditinjau dari segi keadaan isteri

1. Talaq sunny à talaq suami pada isteri yang pernah dicampurinya dan pada waktu itu keadaan isteri dalam keadaan suci dan belum dicampuri,sedang hamil dan jelas hamilnya

2. Talaq Bid’ià Talaq yang dijatuhkan suami kepada isteri yang pernah dicampurinya dan pada waktu itu isterinya sedang haid dan setelah suci isterinya dicampuri

3. Talaq la sunni la bid’I yaitu talaq yang dijatuhkan suami dengan keadaan isteri belum pernah dicampuri dan belum pernah haid (dibawah umur) atau sudah maonopouse

Ditinjau dari segi tegas atau tidaknya kata –kata yang dipergunakan

1. Talaq saharih yaitu talaq yang lafalnya jelas dengan kata talaq dan dipahami sebagai talaq saat dijatuhkan 2. Talaq kinayah yaitu talaq yang menggunakan kata-kata sindiran atau samara-samar yang tujuannya untuk

menjatuhkan talaq

(24)

4. Talaq Muallaq yaitu talaq yang dikaitkan dengan syarat tertentu dan talaq akan jatuhnya bila syarat yang disebutkan suami terwujud

5. Talaq ghairu muallaq yaitu talaq yang tidak dikaitkan dengan sutu syarat tertentu Ditinjau dari segi cara suami menyampaikan talaq

1. Talaq dengan ucapan yaitu ycapan talaq langsung dari suami dan isteri mendengar langsung ucapan itu 2. Talaq dengan tulisan yaitu talaq yang disampaikan pada isteri berupa tulisan dan isteri memahaminya

3. Talaq dengan isyarat yaitu talaq yang disampaikan secara isyarat (tuna wicara) dan isteri memahami maksudn ya itu sebagai talaq

4. Talaq dengan utusan yaitu talaq yang dijatuhkan suami dengan melalui perantaraan orang yang bias dipercaya untuk menyampaikan maksud bahwa suaminya menalaq isterinya

B. IDDAH Pengertian

Iddah menurut syara’ adalah masa menunggu yang ditetapkan oleh syara’ bagi wanita yang dicerai oleh suminya baik karena cerai mati atau cerai hidup dan masa iddah ini hanya berlaku bagi isteri yang sudah di gauli oleh suminya (QS.Al-Ahzab/33: 49)

Macam-macam Iddah

1. Isteri yang ditinggal mati suaminya dan ia dalam keadaan tidak hamil baik ia dalam sedang haid atau sudah lepas haidnya atau sudah dicampiri suaminya maka masa idahnya 4 bulan 10 hari.

2. Isteri yang ditinggal mati suaminya dan ia dalam keadaan hamil maka masa idahnya adalah sampai ia melahirkan walaupun kurang dari 4 bulan 10 hari

3. Isteri yang ditalaq suaminya dalam keadaan hamil maka masa idahnya sampai ia melahirkan kandunganya (QS.At-Talaq/65:4)

4. Isteri yang ditalaq suaminya dan ia masih haid maka masa iddahnya adalah 3 kali suci (Qs. Al-Baqarah/2:228) 5. Isteri yang ditalaq suaminya padahal ia belum pernah haid atau sudah tidak haid (monopouse) masa idahnya 3

bulan (QS.At-Thalaq/65:4) Ketentuan Lain

a. Kewajiban mantan suami

1. Memberikan nafkah makan/belanja dfan tempat tinggal bagi perempuan yang ditalak raj’I sebagaimana sabda rasulullah yang artinya: hak mendapat belanja dan tempat tinggal hanya dimilki oleh perempuan yang boleh dirujuk oleh suaminya (HR.Ahmad dan Nasa’i)

2. Memberi nafkah makan/belanja dan tempat tinggal bagi perempuan yang ditalak ba’in dalam keadaan hamil (QS.At-Thalaq/65:6)

3. Memberi tempat tinggal saja bagi perempuan yang ditalaq ba’in b. Kewajiban mantan isteri

1. Tinggal dirumah yang disediakan mantan suaminya selama masa idahnya belum berakhir 2. Dapat menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat atau yang bias menimbulkan fitnah 3. Tidak boleh menerima pinangan kecuali pinangan mantan suaminya untuk rujuk kembali

C. RUJU’

Pengertian

Rujuk adalah mengembalikan ikatan dan hukum perkawinan secara penuh setelah terjadi talaq raj’I yang dilakukan oleh mantan suami terhadsap mantan isterinya dalam masa idah selama mantan suami bermaksud islah,dasar hukumnya adalah.QS.Al-Baqarah/2:228

Hukum Rujuk

a. Mubah/boleh adalah hukum asalnya sesuai dengan hadist rasulul lah sbb: Artinya: dari ibnu umar ra diriwayatkan ketika ia menceraikan isterinya,Nabi saw bersabda kepada umar (ayah ibnu umar) suruhlah ia merujuk isterinya (mutafaq ‘alaih)

b. Haram apabila dengan rujuk pihak isteri dirugikan seperti keadaannya lebih menderita daripada sebelum di rujuk. Makruh apabila diketahui bahwa meneruskan perceraian lebih bermanfaat bagi keduanya jika dibandingakan dengan rujuk. Sunah apabila diketahui rujuk lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan meneruskan perceraian

(25)

40. Disajikan narasi tentang ahli waris, peserta didik dapat menent ukan bagian ahli waris.

Menentukan bagian ahli waris :

Ahlul irsi (ahli waris)

Ahli warisadalah orang-orang yang mempunyai hubungan dengan simayat.Hubungan itu bisa berupa perkawinan, hubungan nasab (keturunan),atau pernah memerdekakan simayat jika pernah menjadi budak. Ditinjau dari segi bagiannya, ahli waris dibagi menjadi tiga macam;yaitu ahli waris zawil furud, asabat, dan zawil arham.

a. Ahli waris zawil furud

Ahli waris zawil furud ialah ahli waris yang bagiannya telahditentukan banyak sediki tnya, misalnya sebagai berikut:

a. Suami memperoleh setengah dari harta peninggalan istri jika istritidak meninggalkan anak. Apabila istri meninggalkan anak, bagian suamiseperempat.

b. Istri mendapat seperempat dari harta peninggalan suami jika suamitidak meninggalkan anak. Apabila suami menginggalkan anak, bagian istriseperdelapan.

b. Ahli waris asabat

Ahli waris asabat ialah ahli waris yang belum ditentukan besarkecilnya bagian yang diterima, bahkan ada kemungkinan asabat tidak memperolehbagiaan sama sekali. Hal ini dipengaruhi ahli waris zawil furud.

Asabat dibagi menjadi tiga macam, yaitu asabat binafsih, asabatbil-gair, dan asabat ma’al-gair.

Asabat binafsih, yaitu ahli waris yang secara otomatis dapatmenjadi asabat, tanpa sebab yang lain. Mereka itu ialah :

a. Anak laki-laki, cucu laki-laki terus ke bawah garis laki-laki b. Bapak, kakek, terus ke atas garis laki-laki

c. Saudara laki-laki sekandung dan sebapak d. Anak saudara laki-laki sekandung dan sebapak e. Paman sekandung dengan bapak atau sebapak saja

f. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak atau sebapak.

Aasabat bil-gair, yaitu ahli waris yang dapat menjadi asabat apabila di tarik ahli waris lain. Mereka itu ialah :

a. Anak perempuan karena ditarik oleh anak laki-laki b. Cucu perempuan karena ditarik cucu laki-laki

c. Saudara perempuan sekandung karena ditariksaudara laki-laki sekandung d. Saudara perempuan sebapak karena ditarik saudara laki-laki sebapak.

Asabat ma’al-gair, yaitu ahli waris yang menjadi asabat bersamaahli waris lainnya. Mereka itu ialah : a. Saudara perempuan sekandung (seorang atau lebih) bersama dengananak perempuan (seorang

atau lebih)

b. Saudara permpuan sebapak (seoarang atua lebih) bersama dengan anak perempuan (seorang ataulebih)

c. Ahli waris zawil arham

Ahli wariszawil ahram ialah ahli waris yang sudah jauh hubungan kekeluargaannya denganmayat. Ahli waris ini tidak mendapat bagian, kecuali karena mendapat pemberiandari zawil furud dan asabat atau karena tidak ada ahli waris lain (zawil furuddan asabat).

41. Menghitung bagian masing-masing ahli waris.

a.

Dapat ½ bagian : suami/istri(jk tdk ada anak Lk/cucu lk atau pr dari anak lk), anak perempuan(kalau menjadi saudara tunggal),cucu Pr&saudara kandung Pr&saudara Pr sebapak(jika sendirian)

b.

Dapat ¼:suami/istri(jk tdk ada anak Lk/cucu lk atau pr dari anak lk)

c.

Dapat 1/8:istri(jk suami punya anak/cucu lk atau pr dari lk. Jika suami lebih dari satu maka 1/8 dibagi rata antar sama istri)

d.

Dapat 2/3:2 anak pr &2 cucu pr&2 saudara kandung pr&2 saudara pr sebapakatau lebih(tdk ada lk)

(26)

bersama 2 saudara kandung lk atau 4 saudara kandung pr/ seorang saudara kandung lk atau 2 saudara kandung meiliki saudara lk sebapak,tdk ada ibu,tdk ada kakek, tdak ada anak lk)

42. Menganalisis hikmah dan manfaat hukum waris Islam

a. Tercipta ketentraman hidup dan suasana keluarga yang harmonis. b. Menciptakan keadilan dan mencegah konflik pertikaian.

43 & 44 Mengidentifikasi substansi dan strategi dakwah Rasullullah Saw. periode Mekah dan Madinah

Saat di mekah, Rasulullah S.A.W berdakwah secara tertutup, dan sembunyi2. Lebih mengutamakan dakwah tentang tauhid&akidah, yaitu mengesakan Allah SWT sebagai Tuhan semesta Alam.

Sedangkan di madinah, Rasulullah SAW lebih terbuka, terang2an, dan lebih masif berdakwahnya. Dakwahnya tentang sistm ekonomi, pemerintahan, haji, makanan, kisah rasul dan lain sebagainya.

Strategi dakwah Nabi Muhammad saw. pada periode Makkah berbeda dengan periode Madinah, pada periode

Makkah lebih dominan strategi cultural dan mobilitas yang dilakukan adalah mobilitas horizontal, sedang periode Madinah lebih dominan strategi cultural dan mobilitas diaplikasikan dalam mobilitas vertical. Nabi membedakan dakwah beliau dengan pertimbangan melihat kondisi (realitas) yang berbeda dari masyarakat masing -masing periode yang dihadapi beliau.

45. Tokoh-tokoh Islam yang mengembangkan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan

 ilmu filsafat

a. Al-Kindi (809-873 M)

b. Al Farabi (wafat tahun 916 M) c. Ibnu Bajah (wafat pada tahun 523 M) d. Ibnu Thufail (wafat pada 581 M)

e. Ibnu Shina (980-1037 M) f. Al Ghazali (1085-1101 M) g. Ibnu Rusd (1126-1198 M)

 Bidang Kedokteran

a. Jabir bin Hayyan (wafat 788 M) b. Hurain bin Ishaq (810-878 M)

b. Ibnu Athiyah al-Andalusy (wafat 147 H) c. As Suda, Muqatil bin Sulaiman (wafat

1. Ibnu Rusyd/Abu Al Walid Muhammad Ibnu Rusyd (520-595 H)

lahir di Cordova (Spanyol) dan wafat di Marakesy (Maroko). Beliau menguasai ilmu fiqih, ilmu kalam, sastra arab, matematika, fisika astronomi, kedokteran dan filsafat. Karya nya antara lain: Kitab Bidayat Al-Mujtahid (kitab yang membahas tentang fiqih), Kuliyat Fi At-Tib (buku tentang kedokteran), Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-syariat.

2. Al Ghazali/Abu Hamid al-Ghazali (450-505 H)

Referensi

Dokumen terkait