• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syariah Marketing Strategi Memenangkan P (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Syariah Marketing Strategi Memenangkan P (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Syariah Marketing : Strategi Memenangkan Persaingan Global

Anggara Disuma, IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Email;Anggaraedu@gmail.com

Abstrak

Syariah marketing adalah konsep marketing yang dipadukan dengan nilai-nilai luhur agama islam. Syariah marketing bersumber dari al-Qur`an, al-Hadist, Ijma (konsensus ulama), Qiyas (analogi hukum), yang kesemuaanya merupakan sumber rujukan yang diakui ke absahannya dalam dunia islam. Syariah marketing memiliki karakteristik yang berbeda dengan marketing konvensional pada umumnya. Karekteristik ini tergambar jelas dari prilaku marketer syariah yang terdiri dari Taistis (Rabbaniyyah), Etis (Akhlaqiyyah), Realistis (al-Waqi`iyyah), Humanis (al-Insaniyyah). Syariah marketing akan senantiasa relevan disetiap tempat dan jaman sebagaimana syariah islamiyyah yang menganut asas fleksibelitas dan universalitas. Implementasi syariah marketing secara konsisten dalam berbagai macam lini bisnis akan menjadi nilai (value) tersendiri dalam memenangkan persaingan di era globalisasi apalagi sejak akhir tahun 2015 kawasan Asia Tenggara (ASEAN) menerapkan zona perdagangan bebas (free Market) yang biasa kita sebut sebagai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sudah barang tentu persaingan bebas, terlebih dalam bidang bisnis dan perdagangan tidak bisa lagi dihindari. Metode Penelitian yang digunakan dalam paper ini ialah penelitian pustaka (Library Research) dengan pendekatan normatif. Adapun teknik pengolahan datanya menggunakan metode deskriptif-analisis.

Kata Kunci

Marketing, Syariah Marketing, Persaingan Global

Pendahuluan

Diera perdagangan bebas dewasa ini, persaingan antar Negara dalam mensejahterakan rakyatnya biasa terjadi. Bagi pelaku usaha ini merupakan kabar baik karena bagi mereka persaingan lumrah terjadi baik dalam sekala kecil maupun skala besar. Walaupun begitu adanya, bukan berarti persaingan dalam dunia usaha tidak memiliki resiko. Apalagi pasca diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean atau biasa kita sebut MEA. Banyak pelaku usaha seakan berpacu dalam persaingan dengan kompetitor-kompetitor bukan hanya dari dalam negeri melainkan tidak sedikit pula berasal dari luar negeri.

(2)

bermasyarakat. Misalnya praktek jual beli yang dibumbui tipu menipu. Seorang konsumen tidak diberikan informasi yang utuh mengenai barang/jasa yang dikonsumsinya. Dari sudut pandang agama Islam (baca syariah) praktek-praktek seperti diatas merupakan kebohongan yang akibat buruknya bukan hanya di dunia, juga sampai di akhirat kelak sehingga wajar banyak pelaku usaha yang mempraktekan cara-cara seperti ini cepat atau lambat akan kehilangan pelangganya.

Dikalangan para pengusaha muslim sendiri sejak lama terpatri dalam keyakinan mereka bahwa apapun perbuatan yang mereka lakuakan di dunia ini adalah bentuk pengabdian dan ketaatan kepada Allah Swt dzat yang maha mengatur segala urusan hambanya. Disinilah letak agama bisa mewarnai aktifitas pemeluknya sehingga bukan hanya keuntungan materi yang mereka kejar tepi lebih dari segalanya yaitu ridho illahi.

Sumber rujukan syariat sesuai tuntunan Nabi menjelang kewafatannya adalah al-Qur`an dan al-Hadis1 dan dimasa-masa selanjutnya, berkat usaha para ulama dan cendikiawan muslim pada umumnya munculah berbagai macam pendapat mengenai sumber rujukan dalam syariat, mayoritas ulama menyepakati dua sumber lainnya yaitu Ijma (Konsensus Ulama) dan Qiyas (Analogi hukum) yang di gali dari sumber utama yang telah disebutkan diatas sebagai tambahan rujukan syariah2. Ini artinya berbicara syariat islam tidak akan lepas dari sumber rujukan utama maupun rujukan-rujukan yang telah diakui keabsahanya dalam dunia islam.

Tulisan ini dimaksudkan tidak untuk membahas berbagai macam pendapat sumber syariah hanya saja perlu ditampilkan diawal sebagai pengantar memahami konsepsi marketing syariah dimana keduanya memiliki definisi masing-masing dan juga tulisan ini dimaksudkan sebagai ikhtiar untuk mengislamisasikan pengetahuan sebagai salah satu bentuk dakwah menyebarkan nilai-nilai luhur agama islam sekaligus tanggung jawab ilmiah dibidang ekonomi dan prilaku masyarakat.

Akhirnya marketing syariah, sebuah konsep marketing yang digali dari ajaran agama islam diharapkan bisa menjadi panduan bagi pengusaha muslim dan mereka

1 Dikisahkan satu tahun menjelang kewafatan baginda Nabi Muhammad SAW, beliau

melaksanakan Haji perpisahan, (Haji Wada`), ketika matahari terbenam di bukit arafah Nabi menyampaikan pidato yang antara lain isinya “Hai Manusia! Simaklah baik-baik apa yang hendak kukatakan, karena aku tidak tahu apakah aku dapat bertemu lagi dengan kalian sesudah tahun ini…Aku tinggalkan untukkalian dua petunjuk yang jelas. Jika kalian berpegang teguh padanya, maka akan terhindar dari semua kesalahan. Keduanya adalah Kitab Allah dan sunnahku. Hai umatku, dengarlah kata-kataku dan pahamilah.”. Abdul Malik bin Hisyam bin Ayub Al-Hamiriy, Sirah ibn Hisyam, (Bairut, Dar al-ma`rifat, tt), Juz 6, 8

2 Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaliy, al-mustashfa fi `ilmi al-ushul,

(3)

yang masih percaya akan adanya Tuhan dalam menghadapi ketatnya persaingan global dewasa ini.

Literature Review

1. Ali Akbar Jafari, (2012) Islamic Marketing: Insights from a Critical Perspective3

Penelitian ini menekankan kajian pada fakta bahwa ilmu pengetahuan Islam telah banyak berkembang sehingga tidak berlebihan jika marketing yang bebas nilai di masuki oleh ajaran Islam yang memiliki nilai-nilai. Penelitian ini baru sebatas mengkritik konsep pemasaran yang berkembang selama ini yang terkesan menghalalkan segala cara demi target penjualan. Dalam penelitian ini juga penulis mengajak praktisi dan akademisi muslim guna merumuskan konsep marketing Islam.

2. Özlem Sandikci, (2012) Researching Islamic marketing: past and future perspectives4

Penelitian ini menegaskan bahwa akar sejarah marketing Islam sudah lama berkembang dalam dunia Islam khususnya dalam perdagangan yang dilakukan oleh muslim tradisional. Ditemukan bahwa kesuksesan pedagang muslim berbanding positif dengan cara-cara pemasaran mereka. Terutama dalam kasus konsumen yang cenderung ideologis dan fanatis dalam memilih barang.

3. Syed Ali Husain, (2011) What Is Islamic Marketing5

Penelitian ini menggambarkan usaha para intelektual muslim dalam mendefinisikan Marketing Islam. Terlepas dari perbedaan itu, pasar muslim didunia ditaksir 1,7 Milyar konsumen beragama Islam artinya ini sangat potensial sekali. Menurut riset ini apapun konsep dan pendekatanya dalam memahami marketing Islam tidak akan mengurangi potensi pasar muslim malah akan semakin berkembang

3Jafari, Aliakbar. "Islamic marketing: insights from a critical perspective." Journal of Islamic

Marketing 3.1 (2012): 22-34.

4Sandikci, Özlem. "Researching Islamic marketing: past and future perspectives." Journal of

Islamic Marketing 2.3 (2011): 246-258.

5Syed Ali Husain, “What Is Islamic Marketing” Global Journal of Management and Business

(4)

Kajian Teori

Dunia bisnis dan dunia marketing merupakan satu kesatuan. Dari sudut pandang fiqih islam, marketing dihukumi wakalah6 yaitu pendelegasian wewenang untuk melalukan suatu pekerjaan tertentu yang dibenarkan oleh syariat. Teknisnya marketer sebagai al-wakil (yang diberi kuasa) dari perusahaan. Perusahaan sebagai al-muwakil (yang member kuasa) sedangkan aktifitas marketingnya sebagai al-taukil (perkara yang didelegasikan)

Kedudukan marketer sebagai wakil dari owner perusahaan tersebut. Selayaknya pemilik perusahaan, marketer syariah dituntut mengerti seluk-beluk barang/jasa yang dipasarkannya. Marketer syariah juga tidak boleh melebihi batasan apa yang telah didelegasikan sipemilik barang/jasa sesungguhnya.

Definisi marketing itu sendiri sesungguhnya suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain7.

Allah SWT Tuhan semesta alam sengaja menurunkan aturan syariat kepada hambanya agar tercipta kemaslahatan8 (kebaikan di dunia dan akhirat). Orang-orang yang berpegang teguh kepada syariah (taqwa) apalagi dalam berbisnis dan atau marketing yang potensi kecurangannya amat sangat besar. Merekalah yang dijanjikan oleh Allah mendapat rizki min haisu la yahtasib, rizki yang tak terduga-duga sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Ath-tholaq/65:2-3 “….Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan

6 Wakalah dalam arti bahasa menyerahakan, menjaga dan memelihara Lihat Sayid Sabiq,

Fiqh as-Sunnah, (Bairut, Dar Al-Fikr, Cet III, 1981), 226. Sedangkan menurut Ibnu Manzur dalam kitab Lisan al-`Arab wakalah berarti menyerahkan diri kepada Allah manakala seseorang mewakilkan kepada orang lain Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, (Bairut, Dar Ihya` Al-Turast al-Arabi, 1997) juz 15, 387. Secara etimologi wakalah bermaksud mewakilkan seseorang kepada orang lain karena ketidakmampuannya dalam mengurusi suatu pekerjaan dan orang tersebut percaya kepada pihak yang mewakilinya.

7 Philip Kotler dan Gary Amstrong, editor Chandra Kristiaji, Prinsip-Prinsip Manajemen,

(Jakarta, Erlangga, 2001), 9. Berikut teks aslinya : Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want though creating, offering, and freely exchanging products and services of value with others lihat Philip Kotler, Marketing Management, (New Jersey: Pearson Education, Inc, 2003)

8 Dalam Surat al-Baqarah/2;201 disebutkan harapan kaum muslimin yang menginkan

kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Berikut matan ayatnya;



(5)

memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…”9. Dan memang mengamalkan ketakwaan itu sangat berat, selalu akan muncul godaan di sana-sini.

Bisnis (juga marketing) dalam agama islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi, ini terbukti dengan banyaknya ayat dalam al-Qur`an yang secara tersurat maupun tersirat membahas topik ini10 dan juga fakta sejarah mentasbihkan baginda Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pembisnis dan atau marketer sejak masih berumur 12 tahun11. Hingga saat beliau mengemban tugas kenabian. Dua bukti yang tidak dapat dibantah oleh siapapun.

Karekteristik Syariah Marketing

Dalam buku syariah marketing disebutkan ada empat karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar yaitu12:

1. Taistis (Rabaniyyah)

Secara khusus ayat ini memang berbicara tentang Thalaq atau Perceraian namun beberapa ulama ahli tafsir mengartikan ayat ini sebagai keumuman dari berbagai macam kesukaran, Allahlah dzat yang memberikan rizki kepada manusia lihat Tafsir, Al-Baghowi, Juz 8, 151 dan Muhammad bin Jarir Athobariy, (Saudi, Percetakan Malik Fahd, 2000), Juz 23, 446.

Berkenaan dengan relasi taqwa dan harta dapat lihat dalam karya Munzir Qohaf, Nushush Al-Iqtishodiy Min Al-Qur`An Wa Al-Sunnah, (Saudi, Markaz Jamiah Al-Malik Abd Al Azis ) Bab Al jam`u bainal mal wa al-taqwa, 83-88

10 Kata bisnis/marketing banyak bertebaran dalam al-Qur`an ini menunjukan betapa

urgensinya aktitas bisnis/marketing. Ayat-ayat ini sebagai pedoman bagi para pembisnis muslim dalam menjalankan bisnisnya. Lihat juga hasil Penelitian yang dilakukan oleh CC Torrey yang menyatakan bahwa terdapat 20 terminalogi bisnis dalam al-Qur`an ungkapan tersebut malahan diulang sebanyak 720 kali (Charles C Torrey, Commercial-Theological Term In The Koran, (Laeden, A Dissertation Doctor Of Philosopi at The University of Strasburg, 1892)

11 Dikisahkan menjelang akhir hidupnya, Kekayaan Abdul Muthalib kakek Nabi SAW

merosot. Ketika meninggal warisan yang ia tinggalkan untuk anak-anaknya hanya sedikit. Abu Thalib pada saat itu tergolong miskin sampai-sampai keponakanya yakni Nabi Muhammad SAW harus bekerja semampunya untuk mendapatkan nafkah sendiri. Nabi banyak bekerja sebagai pengembala domba dan kambing. Dari hari ke hari, beliau menggembala sendirian di perbukitan Mekah atau dilereng-lereng pegunungan—pada suatu ketika, saat Nabi SAW berusia 9 tahun atau menurut pendapat yang lain 12 tahun keduaanya pergi berdagang ke negeri Syiria. Lihat Muhmmad bin Abdul Wahab, Mukhtashar Sirah Rasulullah Sholullahu alaihi Wasalam, ( Saudi, Lembaga Urusan Agama, Wakaf dan Dakwah Islam Kerajaan Arab Saudi, cet 1, 1418 H), Juz 1, 83. Lihat juga Martin Lings, Muhammad: His Life Based on the Earliest, (United Kingdom, The Islamic texts society, 1991), 5

12Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung, Penerbit

(6)

Taistis (Rabaniyyah)

Salah satu karakteristik marketing syariah yang tidak dimiliki dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang religius (diniyyah). Kondisi ini tercipta tidak karena keterpaksaan, tetapi berangkat dari kesadaran akan nila-nilai religius, yang dipandang penting dan mewarnai aktitas pemasaran agar tidak terperosok kedalam perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-hukum syariah yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah hukum yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk kebaikan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnakan kebathilan, dan meyebarluaskan kemashlahatan. Karena merasa cukup akan segala kesmpurnaan dan kebaikannya, dia rela melakukannya.

Dihati yang paling dalam, seorang syariah marketer mayakini bahwa Allah SWT. Selalu dekat dan mengawasinya ketika dia sedang melaksanakan segala macam bentuk bisnis. Diapun yakin bahwa Allah SWT. Akan meminta pertanggungjawaban dirinya atas pelaksanaan syariat itu pada hari ketika semua orang dikumpulkan untuk diperlihatkan amal-amalnya (hari kiamat)13.

Seorang syariah marketer akan segara mematuhi hukum-hukum syariah, dalam segala aktivitasnya sebagai seorang pemasar. Dimulai dari melakuakn strategi pemasaran, memilah-memilih pasar (segementasi), kemudian memilih pasar mana yang harus menjadi fokusnya (targeting), hingga menetapkan identitas perusahaan yang harus senantiasa tertanam dalam benak pelangganya (positioning). Kemudian, ketika ia harus menyusun taktik pemasaran, apa yang menjadi keunikan dari perusahaannya dibandingkan perusahaan lain (diferensiasi), begitu juga dengan marketing mix-nya, dalam mendesain produk, menetapkan harga, penembatan, dan dalam melakukan promosi, senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai religius. Ia harus senantiasa menempatkan kebesaran Allah SWT diatas segala-galanya. Apalagi didalam melakukan proses penjualan (selling), yang menjadi tempat seribu satu macam kesempatan untuk melakukan kecurangan dan menipu, kehadiran nilai-nilai religius menjadi sangat penting.

13Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Zalzalah/99:7-8. Berikut matan ayatnya :



7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.

(7)

Syariah marketing sangat peduli pula dengan nilai (Value). Syariah marketing haruslah memiliki value yang lebih tinggi. Ia harus memiliki merek yang lebih baik, karena bisnis syariah adalah bisnis kepercayaan, bisnis berkeadilan, dan bisnis yang tidak mengandung tipu muslihat di dalamnya. Service merupakan jiwa dalam bisnis syariah, sejalan dengan sabda Rasulullah SAW “Sayyidul qaum khadimuhum”, (yang bisa dipahami) perusahaan itu adalah pelayanan bagi pelangganya. Dan terakhir, dalam hal proses internal maupun eksternal yang akan berdampak pada penghantaran produk atau jasa kepada pelanggan haruslah menjadi kepedulian syariah marketing.

Syariah marketer selain tunduk kepada hukum-hukum syariah juga senantiasa menjauhi segala larangan-larangan dengan suka rela, pasrah, dan nyaman didorong oleh bisikan dari dalam, bukan paksaan dari luar. Oleh sebab itu, jika suatu saat hawa nafsu menguasa dirinya lalu ia melakukan pelanggaran terhadap perintah dan larangan syariah, misalnya mengambil uang yang bukan haknya, member keterangan palsu, ingkar janji dan sebagianya, ia akan merasa berdosa, kemudian segara bertobat dan mensucikan diri dari penyimpangan yang dilakukan. Ia akan memelihara hatinya agar tetap hidup, dan memancarkan cahaya kebaiakn dalam segala ktifitas bisnisnya.

Hati yang sehat, hati yang hidup adalah hati yang ketika didekati oleh berbagai perbuatan yang buruk, ia akan menolaknya dan membencinya dengan spontanitas, dan ia tidak condong sedikitpun. Berbeda dengan hati yang mati, ia tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk.

Etis (Akhlaqiyyah)

Keistimewaan yang lain dari syariah marketer selain karena tastis (rabbaniyyah), juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek kegitannya. Kasus Enron, Worldcom, Global Crossing, serta beberapa kasus korupsi di Negara kita menunjukan bahwa nilai-nilai etika dan moral sudah tidak lagi menjadi pedoman dalam berbisnis. Segala cara dihalalkan asal mendapat keuntungan financial sebesar-besarnya.

Sifat etis ini sebenarnya merupakan turunan dari sifat teistis (rabbaniyyah) di atas. Dengan demikian, syariah marketing adalah konsep yang sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli apapun agamanya. Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal yang diajarkan oleh semua agama.

Rasulullah SAW. Pernah bersabda kepada umatnya, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia ”14. Karena itu, sudah sepatutnya ini bisa menjadi panduan bagi syariah marketer untuk selalu memelihara moral dan etika dalam setiap tutur kata, prilaku, dan keputusan-keputusannya.

(8)

Realitistis (al-waqi`iyyah)

Syariah marketing bukanlah konsep yang ekslusif, fanatik, anti modernitas dan kaku. Syariah marketing adalah konsep pemasaran yang fleksibel, bagimana keluasan dan keluwesan syariah islamiyyah yang melandasinya.

Syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus berpenampilan ala bangsa arab dengan mengharamkan dasi karena merupak simbol masyarakat barat, misalnya syariah marketer adalah para pemasar professional dengan penampilan bersih, rapi dan bersahaja, apapun model dan gaya berpakaian yang dikenakannya. Mereka bekerja dengan professional dan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral, dan kejujuran dalam segala aktivitas pemasarannya.

Ia tidak kaku, tidak ekslusif, tetapi sangat fleksibel dan luwes dalam bersikap dan bergaul dilingkungan yang sangat heterogen, dengan beragam suku, agama, ras, ada ajaran yang diberikan oleh Allah SWT dan dicontohkan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW untuk bersikap lebih bersahabat, santun, dan simpatik terhadap saudara-saudaranya dari umat lain.

Humanistis (al-insaniyyah)

Keistimewaan syariah markting yang lain adalah sifatnya yang humanistis universal. Pengertian humanistis (al-insaniyyah) adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat-sifat kehewananya dapat terkekang dengan panduan syariah. Dengan memiliki nilai humanistis ia menjadi manusia terkontrol, dan seimbang (tawazun), bukan manusia yang serakah, yang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Bukan menjadi manusia yang bisa bahagia di atas penderitaan orang lain atau manusia yang hatinya kering dengan kepedulian social.

Syariat islam adalah syariat yang humanistis (al-insaniyyah). Syariat islam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan, dan status. Hal inilah yang membuat syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi syariat humanistis universal.

Syariat islam bukanlah syariat bangsa arab, walaupun kanjeng Nabi Muhammad SAW yang membawanya adalah orang arab. Syariat islam adalah milik Allah, tuhan bagi seluruh manusia. dia menurunkan kitab yang berisi syariat sebagai kitab universal, yaitu al-qur`an. Sebagaimana firman-Nya dalam Qur`an Surat Al-Furqon/ 25: 115. Dengan membawa syariat tersebut, kanjeng Nabi Muhammad SAW

(9)

diutus sebagai rasul universal (Qs. Al-Anbiya/21: 107 dan Qs. Al-A`rof/7:158)16 . yang dimaksud dengan universal (alamiyyah) adalah seluruh penduduk planet ini sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah.

Diantara dalil-dalil tentang sifat humanistis dan universalitas syariat islam adalah prinsip ukhuwah insaniyyah (persaudaraan antar sesama manusia). Islam tidak memedulikan semua factor yang membeda-bedakan manusia; baik asal daerah, warna kulit, maupun status sosial. Islam mengarahkan seruannya kepada seluruh manusia bukan kepada sekelompok orang tertentu, atas dasar ikatan persaudaraan antar sesame manusia.

Mereka semua adalah hamba tuhan yang maha esa, yang telah menciptakan dan menyempurnakan mereka. Mereka semua anak dari seorang laki-laki dan seorang perempuan (Adam dan Hawa). Status mereka sebagai hamba tuhan dan anak Adam telah mengikatkan tali persaudaraan diantara mereka sebagaimana firman Allah dalam Qur`an Surat An-nisa/4:117. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menyeru

Artinya : Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.

16Matan Ayatnya sebagai berikut :

Artinya : dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

(10)

seluruh umat manusia agar menjalin tali persaudaraan dan tidak saling menggangu. Prinsip persaudaraan ini dijadikan prinsip utama risalahnya, sampai-sampai ada riwayat yang menjelaskan bahwa pada setiap akhir sholat, Rasulullah SAW berdoa dengan doa yang luas, mendalam, dan merangkum seluruh dakwah ini. “Ya Allah Tuhan kami dan pemilik segala sesuatu. Aku bersaksi bahwa engakau satu-satunya Tuhan tidak ada sekutu bagi-MU.Ya Allah ya Tuhan kami tuhan pemilik segala sesuatu aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-MU dan utusan-MU. Ya Allah Tuhan kami Tuhan pemilik segala sesuatu. Aku bersaksi bahwa seluruh hamba-MU adalah bersaudara” (HR.Ahmad dari Zaid bin Arqam).

Alangkah indahnya jika doa Rasulullah SAW ini ”….aku bersaksi bahwa seluruh hambamu bersaudara” menjadi ciri dan karakter kita semua di segala interaksi dalam bisnis, dalam bermitra, dalam bersaing secara sehat, dan dalam membangun kehidupan bermasyarakat yang sudah terlanjur saling curiga (suudhon), saling benci satu sama lain yang menyebabkan sisi kemanusian kita menjadi hilang.

Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode Penelitian dalam Peper ini adalah penelitian pustaka (Library Research), yaitu penelitian dengan mengumpulkan data dan informasi dengan bentuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakkan18. Secara garis besar kepustakkan di bagi menjadi 3 bagian. Pertama, Kepustakaan Umum. Yakni perpustakaan yang berwujud buku-buku teks, dalam hal ini buku-buku agama, ensklopedia, monograph dan sejenisnya. Kedua, Kepustakaan Khusus, Yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, bulletin penelitian, tesis, disertasi, microfilm, vcd dan lain-lain yang merupakan sumber bacaan yang memuat laporan hasil penelitian mengenai agama dan keberagamamaan. Ketiga, Kepustakaan Cyber. Kepustakaan global yang terdapat dalam internet dan lain-lain19. Sumber data-data yang dikumpulkan mencakup data primer dan sekunder.

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

[263] Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

[264] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

18

Mardalis, Metode Penelitian ; Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2008), 28. Selanjutnya ditulis Mardalis, Metode Peneliti.an

19 Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddin, (Jakarta,

(11)

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan Metode Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan semua sumber data penelitian yang berupa dokumen atau bahan pustaka20. Penulis akan berusaha mengumpulkan data selengkap mungkin, baik yang merupakan data primer maupun data sekunder agar untuk selanjutnya akan dikaji dan dianalisis pada langkah selanjutnya.

3. Metode Analisis Data

Pengolahan data dilaksanakan dengan metode deskriptif-analisis. Mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondidi-kondisi yang sekarang ini terjadi. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variable-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variable-variabel yang diteliti21.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif. Maksud dari pendekatan normatif dalam penelitian ini adalah suatu usaha untuk mengkombinasikan agama (baca Syariah) dengan konsep marketing sehingga diharapkan adanya sentuhan agama dapat menghasilkan konsep Syariah Marketing sebagai pedoman para pengusaha muslim pada khususnya dan manusia pada umumnya.

Kesimpulan

Konsep marketing betapapun telah mapan sebagai cabang pengetahuan bukan berarti ia luput dari kritikan agama (baca syariah). Marketing yang hanya berorentasi target uang saja menyebabkan banyak penyimpangan prilaku manusia (baca marketer). Membohongi konsumen, menjilat ke atas, menginjak kebawah demi target penjualan dan lain sebagainya adalah hal yang lumrah digunakan, di sinilah pentingnya sentuhan agama dalam marketing .

Dalam kaitanya dengan syariah marketing, agama senantiasa akan mengkoreksi, mengkritisi atau bahakan bertolak belakang dengan konsep marketing aslinya. Semua ini dilakukan demi menghasilkan konsep marketing yang bisa dijadikan panduan bagi pengusaha muslim pada khususnya dan manusia pada umumnya, terlebih dalam menghadapai era persaingan global seperti sekarang.

(12)

Bibi

Al Baghowi , Abu Muhammad Husain bin Mas`ud, Tafsir Al-Baghowi, Saudi: Percetakan Malik Fahd, 1997

Al-Ghazaliy , Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad, al-mustashfa fi `ilmi al-ushul, Bairut : Dar al-kutub al-alamiyyah, 1413 H

Al-Hamiriy , Abdul Malik bin Hisyam bin Ayub , Sirah ibn Hisyam, Bairut; Dar al-ma`rifat, tt

As-As`Diy, Abdurahman bin Nasir, Risalah lathif fi `ilmi al-fiqh, Maktab Misykat Al-Islamiyyah, tt

At-Thobariy, Muhammad bin Jarir, Tafsir At-Thabariy, Saudi, Percetakan Malik Fahd, 2000

C Torrey, Commercial-Theological Term In The Koran, Laeden: A Dissertation Doctor Of Philosopi at The University of Strasburg, 1892

Harahap, Syahrin, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Jakarta: Rajawali Press

Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, Bandung: Penerbit Mizan, 2006

Kotler, Philip, Marketing Managemen, Edisi Indonesia; Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta: Erlangga, 2001

Lings, Martin, Muhammad: His Life Based on the Earliest, United Kingdom: The Islamic texts society, 1991

(13)

Mardalis, Metode Penelitian ; Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008

Muhmmad bin Abdul Wahab, Mukhtashar Sirah Rasulullah Sholullahu alaihi Wasalam, Saudi: Lembaga Urusan Agama, Wakaf dan Dakwah Islam Kerajaan Arab Saudi, cet 1, 1418 H

Qohaf, Munzir, Al-Nushush Al-Iqtishodiy Min Al-Qur`An Wa Al-Sunnah, Saudi: Markaz Jamiah Al-Malik Abd Al Azis

Sabiq , Sayid, Fiqh as-Sunnah, Bairut: Dar Al-Fikr, Cet III, 1981

Jurnal

Jafari, Aliakbar. "Islamic marketing: insights from a critical perspective." Journal of Islamic Marketing 3.1 (2012): 22-34.

Sandikci, Özlem. "Researching Islamic marketing: past and future perspectives." Journal of Islamic Marketing 2.3 (2011): 246-258.

Referensi

Dokumen terkait

KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT BERBEDA AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN RELASI DAN TOLERANSI SOSIAL (Studi kasus pada masyarakat desa Ngadas suku tengger kecamatan

Ada pula pendapat dari Northwest Center for Public Health Practice (2012) menyebutkan ada beberapa hal yang dilakukan dalam pendidikan orang dewasa diantaranya

Usaha Konfeksi dan Sablon sebagai pemasok Factory Outlet, distro dan clothing untuk daerah Jakarta, terutama daerah Dago (Jl.Ir.H.Juanda) di Kota Bandung. Salah

H1 H2 H3 Manajemen Organisasi Kondisi Lingkungan Kerja Fisik Perilaku Keselamatan Kerja Pelatihan Keselamatan Kerja Komunikasi Keselamatan Kerja Peraturan & Prosedur

Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui pasien DM di RSUD Ulin Banjarmasin yang mengalami gangguan laju aliran saliva yang ditandai dengan adanya penurunan laju aliran saliva

Kung Fu Matematika adalah permainan yang menarik bagi anak karena pada dasarnya anak- anak menyukai bergerak, sehingga anak akan merasa lebih senang jika menjawab soal

Pengelolaan kebudayaan dan kepariwisataan pada satu kawasan merupakan upaya dalam mensinergiskan berbagai kepentingan sebagaimana makna dari suatu kawasan merupakan

Dalam Pelaksanaan Taḥfīẓ Al-Qur’ān di Pondok Pesantren Nur Huda Senting, metode yang dipakai adalah metode tilawah/ talaqqi, yaitu menyimakkan hafalan santri