BAB I Pendahuluan
A. Latar BelakangPenyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Penyakit ini dapat menyerang semua golongan umur dengan angka kesakitan berkisar 280 per 1000 penduduk dan untuk balita menderita satu sampai satu setengah kali episode diare setiap tahunnya atau 53% dari semua kesakitan diare.(Dep.Kes.RI,1998).
Angka kematian diare pada semua umur selama dasawarsa terakhir dapat diturunkan dari 110,1 per 100.000 penduduk (1985) rnenjadi 56 per 100.000 penduduk (1995). Sedangkan kematian karena diare pada kelompok balita diturunkan dari 5,7 per seribu balita menjadi 2,5 per seribu balita pada episode yang sama. (Dep. Kes.RI,1998)
Bedasarkan UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang ditetapkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi seiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Diare dapat timbul dalam bentuk KLB dengan jumlah penderita dan kematian yang besar. Fasilitas kasus (CFR) terjadi penurunan yang cukup bermakna dari 35 % (awal Repelita I) menjadi dibawah 3 % pada akhir Repelita VI. Penurunan CFR yang nyata dikarenakan makin meningkatnya manajemen penanggulangan KLB. (Dep.Kes. RI, 1998).
infeksi dan parasit, proporsinya sebesar 9,6 % sebagai penyebab kematian pada bayi dibawah 1 tahun.
Pada kematian anak balita golongan umur 1-4 tahun, proporsi penyebab kematian paling tinggi adalah penyakit sistem pernapasan yaitu sebesar 38,8%, kemudian penyakit diare serta infeksi/parasit lain masing-masing sebesar 14,3%. Kematian anak pada kelompok umur 1-4 tahun terutama disebabkan oleh penyakit infeksi dan parasit dengan proporsi sebesar 44,7%, pernapasan 13%. Sedangkan pada kelompok umur 15-34 tahun, penyakit infeksi dan parasit menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian yaitu sebesar 36,5%, berturut-turut infeksi dan parasit lain 16,8%, kemudian TBC 13,9%.
Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, faktor musim dan geografi daerah, keadaan sosial pencegahan pemberantasan penyakit diare tidak akan berhasil baik tanpa adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi didalamnya serta kesiapan petugas kesehatan dilapangan. yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam lingkungan perilaku
Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat pada tahun 2011 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare sebanyak 1.066 kasus.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat suatu Rumusan masalah sebagai berikut : bagaimana gambaran epidemiologi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit diare pada anak balita. C. Tujuan Penelitian
1). Tujuan Umum
Tujuan mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat tahun 2015
2). Tujuan Khusus
1. Diketahui hubungan antara karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status gizi) terhadap penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat Tahun 2011.
2. Diketahui hubungan antara faktor pendukung (petugas kesehatan, penatalaksanaan) terhadap penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat
3. Diketahui hubungan antara faktor lingkungan (sumber air minum, jamban keluarga) terhadap penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat Tahun 2015.
D. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya masalah dan terbatasnya waktu serta kemampuan yang ada pada penulis, maka penulis membatasi masalah yaitu bagaimanakah gambaran epidemiologi penyakit diare pada anak balita dengan mewawancarai orang tua sebagai koresponden di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat.
E. Manfaat Penelitian
1). Untuk Menambah ilmu pengetahuan tentang program penyakit menular khususnya penyakit diare.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian DiarePenyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi gerak lebih dari biasanya, lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 1993).
B. Penyebab Kejadian Diare
Penyebab penyakit diare bisa bermacam-macam yaitu antara lain infeksi, intoxikasi, malabsorbsi, alergi dan keracunan.
1. Penyebab Diare Infeksius
Bakteri, virus dan parasit adalah merupakan penyebab utama diare infeksius. Penyebab diare karena infeksi dapat disebabkan oleh organisme yang berbeda-beda serta gejalanya sulit diberbeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya.
a. Bakteri
Ada beberapa jenis bakteri yang merupakan penyebab paling penting penyakit diare terutama yang menyerang bayi.
b. Vibrio cholera
Vibrio cholera mempunyai 2 biotope yaitu tipe El Tor dan Mask selain itu ada 2 serotipe yaitu Ogawa dan Inaba. Pada tauhn 1961 biotipe El Tor pernah menyebabkan pandemi ketujuh.
c. Shigella:
Genus Shigella dibagi menjadi 4 kelompok serologik yaitu :
– Shigella flexneri, adalah kelompok yang paling sering terdapat di Negara berkembang.
– Shigella sonei adalah kelompok yang terdapat di negara maju.
– Shigella dysentriae tipe 1 adalah penyebab epidemi dengan angka kematian tinggi.
– Shigella biydii, kelompok ini jarang ditemui
organisma) sudah dapat menyebabkan sakit. Penularan penyakit terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Depkes RI, 1990).
d. Salmonella
Terdapat lebih dari 2.000 serotipe Salmonella, dimana sekitar 6 s.d 10 diantaranya menyebabkan gastroenteritis pada manusia. Dalam hal ini binatang seperti misalnya unggas adalah reservoir utama. Oleh karena itu penularan penyakit oleh Salmonella dapat terjadi apabila mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan unggas, daging, telur dan susu. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella yang menyerang anak kecil relatif jarang terjadi di negara berkembang dibanding dengan daerah industri. Hal ini dimungkinkan karena di negara berkembang pada umumnya anak kecil jarang diberi makanan dalam kaleng yang merupakan media bagi salmonella. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella biasanya berbentuk diare cair akut dengan diikuti rasa mual, nyeri perut dan demam (Depkes RI, (990). e. Escherichia coli (E. Coli)
Sampai saat ini sudah ditemukan lima kelampok Ecoli yaitu enterotoxigenic (ETEC), enterohaemorrhagic (EPEC), enteroadherent (EAEC), enteroinvasive (EIEC), dan enterohaemorrhagic (EHEC).
f. Infeksi Virus
Virus menyebabkan 50 % semua diare pada anak yang datang berobat kesarana kesehatan. Rotavirus dapat menyerang sel-sel usus, mengubah fungsi dan regenerasinya. Keadaan ini menyebabkan diare dan gejala umum misalnya malaise dan demam. Penyembuhan terjadi bila permukaan mukosa telah regenerasi (Depkes RI, 1990).
g. Infeksi Parasit
Menurut Sunoto (1990) ada beberapa golongan protozoa yang dapat menyebabkan diare yaitu :
1. Entamoeba histolytica
makanan dan minuman. Kista E.histolytica sangat kebal terhadap desinfektan kimia, termasuk klorinasai. (Depkes RI, 1990).
2. Cyptosporidium
Cyptosporidium adalah parasit bentuk kokus yang ada pada awalnya dikenal sebagai penyebab diare pada binatang. Mula-mula ditemukan sebagai penyebab diare cair pada yang menurun kekebalan tubuhnya, khususnya penderita AIDS. Di negara berkembang parasit ini menyebabkan 4-11 % kasus diare pada anak Cryptosporidiasis ditularkan melalui jalur fekal-oral. (Depkes RI, 1990).
3. Giardia lamblia
Giardia lamblia tersebar luas di seluruh dunia, dengan angka prevalensi infeksi sampai 100 % pada beberapa penduduk. Anak berumur 1-5 tahun paling sering dijangkiti. Infeksi Giardia lamblia biasanya melalui makanan, minuman atau manular dari orang ke orang. Penularan dari orang ke orang terjadi terutama pada anak yang tinggal di keluarga yang terlalu padat atau tempat penitipan anak (Sunoto, 1990).
C. Penyebab Lain
Selain beberapa penyebab di atas, diare juga bisa disebabkan oleh faktor¬ faktor lain misalnya obat, keadaan karena pembedahan, penyakit lain dan infeksi sistematik serta intoleransi makanan.lntoleransi makanan karena kekurangan laktase atau alergi terhadap makanan dapat menyebabkan diare. Tuberkulosis saluran pencernaan. penyakit granulomatosiskronik usus misalnya penyakit crohn dan beberapa jenis tumor dapat juga menimbulkan diare. (Depkes RI, 1990).
D. Cara Penularan
Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur fecal-oral, terutama karena (Depkes RI, 1990):
1. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.
2. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.
4. Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup). 5. Air tercemar oleh tinja.
6. Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis). 7. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek.
8. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
9. Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlaiu dini, susu botol, pemberian ASI yang diselang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan pertama).
E. Ukuran Frekwensi Penyakit.
Ditinjau dari sudut epidemiologi, upaya mengukur frekwensi masalah kesehatan ini termasuk dalam epidemiologi deskrihtif karena hanya sersifat menggambarkan tentang jumlah masalah kesehatan yang ditemukan saja (Azrul Azwar, 1999).
Beberapa ukuran frekwensi penyakit menurut Azrul Azwar adalah sebagai berikut :
1. Rate
"Rate" ialah perbandingan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk memungkin terkena peristiwa yang dimaksud (population at risk) dalam waktu yang sama yang dinyatakan dalam persen atau permil. Runus yang dipergunakan untuk menghitung rate ialah :
Rate
Rate biasanya digunakan untuk menggambarkan morbiditas pendudukmenderita suatu penyakit naik atau turun disuatu daerah pada waktu tertentu. Beberapa ukuran rate yang biasanya digunakan adalah sebagai berikut (Azrul Azwar, 1999).
a. Insiden Rate
Rumus yang dipergunakan untuk mengukur insiden rate ialah :
Isidenrate contoh : pada suatu daerah dengan jumlah penduduk pada tanggal 30 Juli 1999 sebanyak seratus ribu orang yang semuanya rentang terhadap penyakit, ditemukan laporan penderita baru sebagai berikut : Bulan Januari 50 orang, Maret 100 orang, Juni 150 orang, September 10 orang dan bulan Desember 90 orang. b. Prevalen
Prevalen ialah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka tertentu ,disekelompok masyarakat tertentu. Dengan perkataan lain pada perhitungan nilai prvalen dipergunakan jumlah seluruh penduduk. Ditinjau dari sudut ini, jelas bahwa angka prevalen sebenamya bukan suatu rate yang murni, karena mereka yang tidak mungkin terkena penyakit, juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum pervalen ini dibedakan atas dua macam yakni:
(1) Periode Prevalen Rate
Rumus yang dipergunakan untuk menghitung nilai period prevalen rate ialah: = x 100% (1000 0/00
(2) Poin Prevalance
Poin Prepalance Rate = x 100% (1000 0/00)
Contoh : satu Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan mahasiswa sebanyak 100 orang, kemarin 5 orang mahasiswa menderita penyakit diare, dan hari ini 5 orang lainnya menderita penyakit diare
c. Atteck Rate
d. Angka fatalitas (Case Fatality Rate)
Angka fatalitas adalah suatu perbandingan yang dinyatakan dengan CFR = Angka fatalitas biasa digunakan untuk melihat keganasan suatu penyakit dan dapat pula melihat keberhasilan pelayanan kesehatan pada suatu daerah atau
fasilitas kesehatan pada waktu tertentu. e. Ratio
"Ratio" merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :Ratio = Misalnya sex ratio, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk perempuan. Ratio biasanya digunakan untuk melihat kecenderungan ratio jumlah laki-laki terhadap jumlah perempuan pada tahun tertentu, apakah lebih sedikit atau lebih banyak (Azrul Azwar, 1999).
f. Porsi
Proporsi" merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai berikut : Proporsi = Misalnya, "proporsi penyakit diare di Rumah sakit A tahuan 1999 adalah 10 berarti jumlah kejadian penyakit diare di Rumah sakit A tahun 1999 adalah dari seluruh kasus penyakit yang ada di wilayah Rumah sakit A. Proporsi biasanya digunakan untuk mengukur angka suatu penyakit terhadap penyakit lainnya. Semakin tinggi angka proporsi ini berarti semakin banyak kejadian penyakit tersebut dibandingkan dengan penyakit lainnya dalam suatu wilayah dan waktu tertentu (Azrul Azwar 1999).
F. Epidemiologi Diare
1. Penyebaran Diare Menurut Orang
Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak balita pada daerah endemis, sedangkan pada waktu terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dapat menyerang semua golongan semua umur. Kejadian diare di Indonesia diperkirakan 40-50 per 100 penduduk per tahun, dimana 70 % - 80 % dari padanya terjadi pada golongan umur balita. Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah 2 tahun (Sunoto, 1979 ; dalam Asnil dkk, 1982).
2. Penyebaran Diare Menurut Tempat
Penyebaran diare di suatu ternpat dengan tempat lainnya berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare itu diataranya keadaan geografis, kebiasaan penduduk, kepadatan penduduk dan pelayanan kesehatan. (Depkes'RI, 1990).
Secara teoritis diketahui bahwa penularan diare dipengaruhi oleh sanitasi dan hygiene perorangan, namun adanya perbedaan insiden di suatu tempat juga dipengaruhi oleh spesifikasi tempat tersebut. Misalnya tempat pemukiman kumuh dengan jumlah penduduk yang padat akan lebih mudah terjadi penularan secara cepat bila dibandingkan dengan pemukiman lain yang tidak padat.
3. Penyebaran Diare Menurut Waktu
Penyebaran diare dapat berada dalam frekwensi dan waktu tertentu. Variasi kajadian diare rnenurnt waktu berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya. WHO pemah mengadakan penelitian dimana diketahui bahwa insiden diare dipengaruhi oleh iklim (WHO, 1985).
Sedangkan menurut Winardi Bambang (1982) diperkirakan sekitar 10 % dari kunjungan ke Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas, berdasarkan laporan dari seluruh Indonesia adalah penderita penyaklit diare serta terlihat pula adanya variasi musim hujan (September - Januari).
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Diare
1. Faktor Gizi
Beratnya dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi penderita. Pada penelitian yang cermat insiden diare pada anak bergizi kurang ternyata saran dengan anak yang gizinya baik. Namun anak yang gizinya menderita diare lebih berat dan keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi lebih berat. Juga diare pada anak bergizi kurang berlangsung lebih lama, sebagian karena penyembuhan dan perbaikan kerusakan usus akibat infeksi lebih lambat terjadi pada anak yang gizinya kurang (Depkes RI. 1990).
Jadi proses diare dan gizi kurang merupakan lingkaran setan. Diare mendorong anak ke arah gizi kurang, dan gizi kurang mendorong anak ke arah diare yang lebih berat. Bila lingkaran ini tidak diputus pada waktunya mungkin dapat amat berat atau karena infeksi lain menimbulkan kematian, karena diare yang misalnya penemonia. (Depkes RI, 1990).
2. Faktor Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang padat dapat memudahkan terjadinya penularan diare. Kelompok usia di bawah lima tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita diare. Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dengan kejadian diare pada anak balita yang tinggal bersama ibu dan jumlah anggota keluarga banyak mempunyai hubungan yang bermakna. (Tandiyo, 1984). Selain itu rumah tinggal dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih untuk tiap orang, didapati kejadian diare anak balita 10,3 % di kota dan 9,7 % di desa. Sedangkan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang 11,8 % dan 13,5 %.
anak-anak balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang mempunyai resiko menderita diare 1,37 kali dibanding anak balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih tiap orang. Risiko ini mengingat menjadi 1,85 setelah kepadatan hunian berinteraksi dengan faktor sosial demografi dan lingkungan yang lain (Joko Iriantc dkk ; Analisis Lanjut SDKI, 1994).
3. Faktor Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi masyarakat yang rendah dapat mempengaruhi tingkat partisipasi aktif dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat, misalnya meningkatkan fasilitas kesehatan, meningkatkan status gizi masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di masyarakat. Selain itu masyarakat yang berpenghasilan rendah pada umumnya mempunyai keadaan sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk (Tandiyo, 1984).
4. Faktor Prilaku Masyarakat
Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan. adalah bagian terpenting dalam penularan kuman diare, mengubah kebiasaan tertentu seperti mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan atau makan, telah dibuktikan mempunyai dampak dalam kejadian diare dan harus menjadi sasaran utama dalam pendidikan kebersihan, Sebagai contoh rotavirus dapat terdeteksi dalam air mencuci tangan dari 79 % perawat pasien yang datang dan dirawat di sebuah rumah sakit di Banglades karena diare (Akral, 1990).
Menurut Sunoto (1990) penurunan 14-48 % kejadian diare dapat diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kebersihan dan perbaikan kebiasaan.
5. Faktor Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan rnerupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi kejadian diare di masyarakat. Keadaan kesehatan lingkungan yang berkaitan erat dengan diare adalah pengadaan air bersih dan jamban keluarga. Menurut Warsito Sidik (1986) tidak rnereukupinya kebutuhan air bersih akan menyebabkan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Hal ini dapat memudahkan masuknya kuman penyakit dan terkontaminasinya rnakanan yang akan dikonsumsi masyarakat. penggunaan jamban yang tidak saniter akan semudahkan cara penularan penyakit diare. Berdasarkan penelitian Sidik Wasito di Sumedang menunjukkan bahwa pada kelompak keluarga yang membuang kotoran secara saniter mempunyai angka terkena penyakit diare lebih rendah dibandingkan dengan keluarga yang membuang kotoran yang tidak saniter.
Angka kejadian penyakit diare ternyata dipengaruhi pula oleh kwalitas persediaan air bersih (minum) Sutrisno Eram (1977) meingatakan bahwa kejadian tersangka kolera ternyata lebih tinggi di wilayah air dangkal (Kabupaten Sleman, Bantul dan Kodya Yogyakarta). Sedangkan Sumantri dkb: (1979) mendapatkan dari 68 keluarga di pinggiran kota Semarang, sebanyak 17,65 % mempergunakan air minum "baik" dan 82,35 % air minum kotor (rakteri E. Col' positif) dengan kejadian yang berbeda bermakna (ignatius SP; 1980).
6. Faktor Musim
Penyakit diare adakalanya dipengaruhi oleh musim. Pada daerah yang bermusim tropis, diare oleh bakteri cenderung terjadi lebih sering pada musim panas. Sedangkan diare oleh virus terutama oleh rotavirus cenderung terjadi Sepanjang tahun dengan peningkatan kekerapan sepanjang bulan musim kemarau. Sedangkan diare oleh bakteri cenderung memuncak pada musim hujan (Depkes KL.Ajar Diare, 1990).
BAB III
KERANGKA KONSFPTUAL DEFINISI OPRASIONAL
A. Kerangka KonseptualSesuai dengan masalah yang dibahas maka penulis mencoba menuangkan
kerangka konsep atau kerangka berpikir, dengan menggunakan hubungan yang
paling dasar yaitu hubungan antar dua Variabel yaitu variabel pengaruh (indevenden
variabel ) atau variabel bebas dengan variabel terpengaruh (deveneden variabel )
atau variabel terikat ( Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1987 ).
B. Definisi Operasional 1. Definisi Diare
Kejadian diare adalah buang air besar, lembek cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari) 2. Umur
2. Jenis kelamin Status gender penderita yang dapat
5. Pengetahuna ibu Pemahaman responden berkaitan 1 = rendah Ordinal ASPEK TATALAKSANA
menambah daya tahan tubuh anak 1 = tidak2 = ya
Ordinal
13. Sumber air minum Sumber air minum dijadikan fasilitas
keluarga/masyarakat untuk minum 1 = buruk2 = baik
Ordinal
mempengaruhi kejadian diare 1 = buruk2 = baik
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis PenelitianPenelitian ini bersifat diskriptif analistik dengan menggunakan pendekatan
desain cross sectional untuk mengetahi masalah kesehatan khususnya penyakit
diare yang menimpa pada masyarakat yang bertujuan untuk. Mengetahui
gambaran tentang pola dan kecenderungan diare pada anak balita di Pulau laut
RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat Tahun 2015 dan memperkirakan adannya
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi datam penetitian ini adalah 1066 penderita diare yang berada
dalam di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat. 2. Sampel Umum
Sampel datam penelitian ini adalah 10% dari 1066 populasi kasus diare
yang tercatat dalam laporan di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat
yaitu ± 107 anak balita. 3. Sampel kasus
Dalam penelitian ini adalah orang yang menderita penyakit diare yang
tercatat dalam catatan medik dan bertempat tinggal di Pulau Laut RSAL Dr.
Mintohardjo.
4. Sampel kontrol
dalam penelitian ini adalah orang yang tidak menderita diare tetapi
berada di sekitar penderita (tetangga) dan bertempat tinggal di Pulau Laut RSAL
Dr. Mintohardjo. C. Waktu
Waktu penelitian di mulai dari tanggal 01 September – 07 Oktober 2015
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Laut RSAL Dr. Mintohardjo Alasan pemilihan
lokasi penelitian di dasarkan atas :
1) Banyaknya angka kejadian Diare di Pulau Laut C. Lokasi
Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat alasan pemilihan lokasi ini
karena mudah dijangkau serta memiliki Jumlah Populasi yang memadai D. Instrumen Penelitian
bulanan program P2 diare. Dan data penunjang seperti W2 (Laporan Mingguan
Wabah), laporan bulanan sistem survailans terpadu, serta kasus diare yang
dilaporkan oleh bidan desa dan kader diare petugas puskesmas pembantu. E. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dipakai adalah primer (observasi langsung
kelapangan dengan melihat dan membagi kuesioner) dan data sekunder yang
tercatat di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat serta kasus yang
dilaporkan oleh Bidan Desa, petugas puskesmas pembantu, serta kader diare
dari tahun 2015 yang ada di puskesmas Ciracas Jakarta Timur. F. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling, dimana
pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh peneliti, antara lain : alamat pasien lengkap, tidak berasal dari
propinsi atau kabupaten lain dan pasien yang bersangkutan masih hidup. G. Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini mengacu kepada pengujian hipotesis untuk
persamaan dua proporsi, dimana :
P
1=
(
OR
)
P
2(
OR
)
P
2+
(
1
−
P
2)
Besar sampel yang dirumuskan dalamlameshow, 1997 hal 25 sebagai berikut :
n
=
{
Z
1−
α/2
[ √
2
P
2(
1
−
P
2)
]
+
Z
1−
β
[ √
P
1(
1
−
P
1)
+
P
2(
1
−
P
2)
]
(
P
1−
P
2)
2}
2
n = Besar sampel
Zα = Nilai distribusi normal baku ( tabel Z ) pada α 20 % (1,30 )
Zβ = Nilai distribusi normal baku ( tabel β ) pada 1 – β 80 %
( 0,84 )
P1 = Proporsi Untuk kelompok kontrol
P1-P2 = Perkiraan selisih proporsi yang diteliti ( sampel ) dengan
proporsi dipopulasi.
H. Penghitungan Besaran Semple
Perhitungan besar sampel untuk masing – masing kelompok
menggunakan rumus lameshow (1997),
dengan prinsip persamaan dua proporsi dari populasi (kelompok
kasus dengan kelompok kontrol)
Perhitungannya sebagai berikut :
P
1=
(
OR
)
P
2(
OR
)
P
2+
(
1
−
P
2)
P
1=
3
x
0,3
3
x
0,3
+
1
−
0,3
P
1=
0,9
0,9
+
0,7
P
1=
0,9
16
P
1=
0,67
Jadi, nilai proporsi untuk kontrol adalah 0,67 dengan demikian
besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :
n
=
{
Z
1−
α/2
[ √
2
P
2(
1
−
P
2)
]
+
Z
1−
β
[ √
P
1(
1
−
P
1)
+
P
2(
1
−
P
2)
]
}
2
n
=
{
128
[ √
2 . 0,3
(
1
−
0, 3
)
]
+
0,84
[ √
0, 67
(
1
−
0,3
)
+
0, 3
(
1
−
0, 3
)
]
}
2
(
0,67
−
0,3
)
2n
=
{
128
[ √
0, 6
(
0, 7
)
]
+
0,84
[ √
0, 67
(
0,58
)
+
0, 3
(
0, 7
)
]
}
2
(
0, 37
)
2n
=
{
128
[ √
0, 42
]
+
0,84
[ √
0,24
+
0,21
]
}
2
(
0,13
)
n
=
{
(
1,28
x
0,66
)
+
0,84
√
(
0,10
)
}
2
(
0,13
)
n
=
{
(
0,84
)
+
(
0,84
x
0,63
)
)
}
2
(
0,13
)
n
=
(
0,84
+
0,52
)
2
(
0,13
)
n
=
(
1,25
)
2
(
0,13
)
n
=
1,56
0,13
n
=
12
Dari perhitungan diperoleh hasil sampel sebesar 12 kasus
LEMBAR KUSIONER
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Balita : ………..Umur………..TB……….Cm BB………Kg Nama Responden. : ………Umur ……….tahun.
Alamat :
………...
………
…
Petunjuk Pengisian :
1. Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner denganjawaban yangjujur 2. lsilah kotak kosong yang disediakan disamping pertanyaan dengan'
memberi tanda ceklis (v) dcngan mcnggunakan Bolpoint tinta warn a hitam 3. Sebagai contoh : apabila ibu mengetahui ten tang penyakit diare isilah
kolom sebelah kanan dengan memberi tanda ceklis (v) yang anda anggap
benar ? Contoh :
Apakah ibu.mengetahui tentang penyakit diare ? 1) Tidak [ v ]
2) Ya [ ]
1. Pendidikan :
2. Pekerjaan :
7. Menurut ibu, bila anak menderita diare, bagaimana bentuk kotorannya : 1. Tidak tahu [ ]
2. Padat [ ] 3. Bercampur darah [ ] 4. Cair/encer [ ]
8. Bila seorang anak menderita diare/mencret, berapa kali sehari ia buang air
besar?
10. Menurut ibu, apakah anak yang diare dapat menularkan penyakitnya pada
orang lain?
masuk melalui minumanlmakanan
12. Bila bayi ibu menderita diare, apakah ASlnya masih boleh diteruskan ? 1) Tidak [ ]
2) Ya [ ]
13. Mcnurul ibu bagaimana cara mcncuci peralalan makanan yang benar? 1) Tidak tahu [ ]
15. Setelah diberi obat dari Puskesmas, apakah obat tersebut diberikan sesuai
instruksi dokter ?
1. Ya, diberikan [ ] 2. Kadang-kadangjika ingat [ ] 3. Disimpan untuk persediaan [ ]
16. Menurut anda, berapa meter jarak yang benar antara We ke sumur ? 1. 1 m – 3 m [ ]
2. 4 m – 6 m [ ] 3. 7 m – 10 m [ ]
17. Menurut anda, sumber air minum yang baik berasal dari mana? 1. Air pam [ ]
2. Sumur gali [ ] 3. Sumur pompa tangan [ ] 4. Air sungai [ ]
18. Jika anda tidak setuju, apa yang anda lakukan dalam pemberian makanan
terhada
penyakit diare ?
1. Setuju [ ] 2. Tidak setuju [ ]
terhadap
penderita penyakit diare?
1. Ditingkatkan [ ] 2. Biasa saja [ ] 3. Dikurangi [ ]
20. Menurut kebiasaan anda, kemana buang tinja/buang air besar ? 1. WC [ ]
2. Empang [ ] 3. Pembuangan air cucian [ ] 4. Kebun / sawah [ ] 5. Sungai /se\okan [ ]