• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU POLITIK KEPALA DESA DALAM PEMIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERILAKU POLITIK KEPALA DESA DALAM PEMIL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU POLITIK KEPALA DESA DALAM PEMILUKADA

(Studi Kasus Pada Kepala Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu Dalam Pemilukada Kota Batu Periode 2012-2017)

Benny Rinaldi Aliando Lubis 0911250022

ABSTRAK

Penelitian ini membahas sikap politik kepala Desa Tlekung dalam posisi politiknya yang dilematis ketika menghadapi Pemilukada Kota Batu Tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan posisi politik kepala desa ketika Pemilukada Kota Batu 2012 dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku politik kepala desa dalam menentukan sikap politiknya saat Pemilukada Kota Batu 2012.

Penelitian ini menggunakan teori-teori tentang perilaku politik dan desa sebagai pisau analisanya ketika membedah posisi politik dan sikap politik Kepala Desa Tlekung yang kemunculannya tidaklah secara tiba-tiba. Kepala desa sebagai elite politik formal dapat memainkan posisi politiknya sesuai dengan struktur hubungannya yang terbangun dengan kandidat walikota dengan mempertimbangkan masyarakat desa dan aturan hukum yang berlaku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Hasil penelitian menunjukkan Kepala Desa Tlekung memposisikan dirinya dalam posisi yang aman dan netral. Kepala desa menyadari dirinya tidak dapat memainkan perannya secara maksimal karena dirinya terjebak dalam tiga lingkaran yaitu lingkaran dirinya dengan Eddy Rumpko, lingkaran dirinya dengan Mohamad Suhadi, dan lingkaran dirinya dengan masyarakat desa. Pandangan masyarakat Desa Tlekung menilai sikap politik Kepala Desa Tlekung cenderung dekat dengan Eddy Rumpoko tetapi sikap politik Kepala Desa Tlekung sebenarnya mendukung Mohamad Suhadi walaupun dukungan kepala desa sebenarnya disalurkan melalui orang-orang terdekat kepala desa. Maka wajar masayarakat desa tidak mengetahuinya karena penilaian masyarakat Desa Tlekung hanya menilai dari perilaku kepala desa yang terlihat saja. Dukungan Kepala Desa Tlekung kepada Mohamad Suhadi disebabkan mereka berdua masih memiliki ikatan kekeluargaan dan kemenangan Mohamad Suhadi juga didukung oleh masyarakat Desa Tlekung yang fanatik terhadap Partai Golkar serta Mohamad Suhadi merupakan tuan tanah di Desa Tlekung yang dermawan.

Kata kunci: Perilaku Politik, Pemilukada, Kepala Desa, Elite Desa

PENDAHULUAN

▸ Baca selengkapnya: contoh kontrak politik calon kepala desa dengan masyarakat

(2)

calon walikota Suhadi. Pemberitaan Malang Post tidak menyertakan analisa penyebab utama kekalahan Eddy Rumpoko di empat wilayah itu khususnya terkait kekalahan Eddy Rumpoko di Desa Tlekung tetapi Malang Post hanya mengabarkan pada pembaca bahwa Kepala Desa Tlekung masih berkerabat dengan Suhadi sehingga pembaca beropini kemenangan Suhadi di Desa Tlekung disebabkan campur tangan Kepala Desa Tlekung ketika pemilukada berlangsung.

Perolehan suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Daerah di Desa Tlekung menurut nomor urut masing-masing pasang yaitu sebagai berikut: (i) Abdul Majid, S.Psi dan Kustomo, SH mendapatkan 423 suara; (ii) Mohamad Suhadi dan H. Suyitno, SH, MH mendapatkan 967 suara; (iii) Ir. H Gunawan Wirutomo dan H. Sundjojjo, SH, MM mendapatkan 176 suara; dan (iv) Eddy Rumpoko dan H. Punjul Santoso, MM mendapatkan 757 suara. Unggul 210 suara atas Eddy Rumpoko menempatkan Suhadi sebagai pemenang dengan memperoleh suara terbanyak di Desa Tlekung. Terlepas berkerabatnya Kepala Desa Tlekung dengan Mohammad Suhadi yang pernah diberitakan oleh Malang Post, memunculkan pertanyaan yaitu bagaimana Mohamad Suhadi mampu mengungguli Eddy Rumpoko sebagai calon incumbent walaupun kemenangan Mohamad Suhadi tidak mutlak. Lalu, bagaimana posisi Kepala Desa Tlekung menempatkan dirinya dalam masa-masa pemilukada dan apakah kepala desa memiliki kecenderungan untuk berpihak kepada salah satu kandidat walikota sehingga kepala desa benar-benar dapat dindikasikan terlibat di dalamnya.

Penenempatan posisi kepala desa pada situasi seperti ini merupakan bagian yang dapat menguntungkan jika menggunakan pandangan politis dikarenakan kepala desa memiliki posisi politik yang strategis. Pertama posisi dirinya sebagai pemimpin masyarakat, kedua posisi dirinya yang masih berkerabat dengan Mohamad Suhadi dan ketiga posisinya sebagai kepala desa yang memiliki garis kordinatif dengan walikota yang pada saat itu juga ikut dalam bursa pemilukada. Tetapi apakah kekuasaan kepala desa dalam struktur pemerintahan desa itu bisa menempatkan dirinya pada situasi yang didukung sepenuhnya oleh masyarakat desa untuk mendukung salah satu pihak atau malah membuat kepala desa lebih tidak memilih terlibat untuk mendukung salah satu kandidat atas pertimbangan-pertimabangan diskursifnya sehingga kepala desa harus bisa menempatkan dirinya pada posisi yang menguntungkan untuk dirinya. Maka kepala desa sebenarnya dihadapkan pada posisi politik yang dilematis.

RUMUSAN MASALAH

Pemaparan singkat dan padat tentang pokok-pokok dalam pendahuluan diatas, maka penelitian ini dapat mengambil dua pokok rumusan permasalahan yaitu sebagai berikut : (i) Bagaimana posisi politik Kepala Desa Tlekung dalam menghadapi Pemilukada Kota Batu periode 2012-2017?, (ii) Bagaimana sikap politik Kepala Desa Tlekung dalam Pemilukada Kota Batu 2012-2017?

TINJUAN PUSTAKA

(3)

dalam sikap individu; (iv) faktor sosial politik langsung yang berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika akan melakukan suatu kegiatan seperti cuaca, keadaan keluarga, kehadiran seseorang, keadaan ruang, suasana kelompok dan ancaman dengan segala bentuknya.

Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antara lemabaga-lemabaga pemertintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Sedangkan secara spesifik perilaku politik kepala desa dapat diartikan sebagai perilaku politik birokrasi. Salah satu perilaku politik birokrasi yaitu bentuk korupsi ideologi yang barangkali hampir terjadi di setiap kegiatan politik yang bertujuan untuk mendukung seseorang atau kelompok lain dalam memperoleh jabatan atau pengaruh yang lebih luas. Untuk mendukung pencalonan seseorang dalam kepemimpinan politik, misalnya, seringkali terjadi upaya-upaya dari partai politik pendukung atau kelompok kepnntingan yang lain yang mendekatan dengan pelaku-pelaku kunci.

Sementara itu, Muhaimin mengamati bahwa terdapat dua perilaku yang mewarnai corak sistem politik dan birokrasi Indonesia yaitu, (i) sikap serta tingah laku yang didasarkan pada prinsip-prinsip malu, berusaha untuk selalu tenggang rasa terhadap orang lain, serta menghindarkan perpecahan di kalangan sendiri; (ii) pola hubungan patron-client atau yang dikenal dengan hubungan anak buah atau paternalistik. Maka penjelasan untuk corak yang pertama dan kedua memiliki kecenderungan untuk diam yang seakan-akan tidak tahu terhadap kesalahan orang lain karena mereka tidak ingin melahirkan konflik kepada orang-orang yang mereka hormati.

Perdebatan panjang mengenai penggunaan terminologi perilaku politik atau perilaku pemilih terjadi ketika penulisan dalam penelitian ini. Penejelasan perilaku politik sudah sedikit disinggung di dalam tinjauan pustaka, tetapi perlunya menghadirkan perdebatan ilmiah dalam penggunaan salah satu terminologi tersebut dirasa sangat perlu sebelum masuk lebih jauh dalam bab ini. Singkatnya, perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat ke arah pencapaian tujuan tersebut. Perilaku politik dapat dibedah dengan cara memaknai tindakan manusia yang mampu mempengaruhi lembaga formal ataupun nonformal. Mengkaji kepala desa sebagai aktor politik yang memiliki berbagai macam tindakan merupakan pemaknaan sebagai sebuah perilaku politik yang sangat kecil sekali karena lebih bertujuan menggali pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku aktor politik, salah satunya mengenai perilaku politik kepala desa dalam pemilukada.

(4)

memperlihatkan keampuhannya dalam penelitian atas individu-individu khususnya dala hubungan tatap muka atau mengenai pola perilaku kelompok dalam sebuah pemilihan umum.

Minimnya literatur yang mampu menjelaskan terminologi posisi politik dan sikap politik dirasa dipaksakan ketika digunakan dalam karya ini. Tetapi melalui pendekatan linguistik, posisi berarti kedudukan dan jabatan. Posisi politik berarti jabatan yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang memiliki aturan dalam perundang-undangan serta berterkaitan langsung dengan urusan dan tindakan ketatanegaraan. Maka posisi politik Kepala Desa Tlekung, memiliki makna yang sama dengan kepala desa lainnya tetapi keunikan dari posisi politik Kepala Desa Tlekung yaitu dirinya sebagai pemangku jabatan mengalami dilema dalam menentukan sikap politiknya sehingga makna posisi politik Kepala Desa Tlekung mengalami fragmentasi. Sehingga posisi politik mengalami redefinisi ketika dibenturkan dengan kelompok-kelompok kepentingan dalam penentuan sikap politiknya. Tetapi posisi politik diharus dimaknai sebagai hal-hal yang berurusan dengan ketatanegaraan, tetapi dapat dimaknai sebagai urusan yang lebih politis seperti keberpihakan pada salah satu sisi kelompok kepentingan dalam proses politik yang sedang berlangsung. Lalu sikap politik merupakan bagian dari perilaku politik, memang batas antara sikap politik dengan perilaku politik sangat lentur sehingga sulit untuk dibedakan tetapi yang perlu dimaknai sebagai perangkat-perangkat yang membentuk pendirian atau keyakinan atas pilihan politiknya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data deskripstif yang dihasilkan dari penelitian ini berupa pernyataan tertulis ataupun lisan yang didapatkan dari sebuah perilaku orang-orang yang menjadi objek penelitian ini. Sehingga sudah sangat tepat memilih studi kasus sebagau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini berlokasi di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Pertimbangan memilih Desa Tlekung daripada desa lainnya di Kota Batu salah satunya disebabkan oleh pemberitaan yang pernah diangkat oleh Malang Post. Desa Tlekung merupakan salah satu dari tiga desa di Kota Batu yang tidak bisa menempatkan Eddy Rumpoko berada di urutan pertama dalam perolehan suara sewaktu Pemilukada Kota Batu Periode 2012-2017. Fokus penelitian ini terletak pada posisi politik, prilaku politik dan sikap politik kepala desa yang terdeteksi pada sikap, aktivitas dan keputusan politiknya ketika mengahadapi suasana Pemilukada Kota Batu Periode 2012-2017 Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan Purposive. Tujuan penggunaan purposive didasari atas karakteristik dari informan haruslah memiliki pengetahuan yanag mendalam ataupun terlibat dalam sebuah situasi yang sedang diteliti sehingga mendapatkan data yang dimaksud oleh penulis Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Lalu dalam analisis datanya, menggunakan penjodohan pola yang mengedepankan variabel dependen yang di tarik dari objek penelitian ini yaitu perilaku politik kepala desa. Sehingga sangat tepat sekali menggunakan triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(5)

Kepala desa dilarang menjadi pengurus partai politik tetapi tidak disebutkan bahwa kepala desa dilarang menjadi kader partai politik, maka selama kepala desa tidak menjadi pengurus partai politik tidak bermasalah bagi dirinya menjabat sebagai kepala desa. Tetapi kepala desa dilarang berkampanye walaupun dirinya tetap diperbolehkan menjadi kader partai politik apalagi sampai terlibat dalam kampanye pemenangan kandidat-kandidat yang ikut serta dalam pemilu, pemilukada provinsi, ataupun pemilukada kota/kabupaten. Maka kepala desa dapat diduga dapat bermain dalam pengaturan suara di desa yang dipimpinnya.

Tetapi Kepala Desa Tlekung menegaskan keberadaannya selama pelaksanaan pemilukada di wilayahnya, dia selalu berada di posisi netral. Kepala desa Tlekung menyadai posisinya sebagai pemimpin desa tidak mudah melakukan manuver-manuver politik secara terang-terangan untuk mendukung salah satu kandidat karena ada resiko yang akan dihadapinya nanti. Selama pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Batu di Desa Tlekung, kepala desa mengatakan proses pelaksanaan dari awal sampai akhir berjalan dengan baik dan lancar seperti yang diharapkannya. Kepala Desa Tlekung juga menyadari banyak produk hukum yang siap menjeratnya jika dia bertindak di luar ketentuan yang ada. Sehingga kepala desa merasa dirinya perlu untuk berhati-hati.

Melihat perolehan suara di Desa Tlekung, kepala desa berpendapat bahwa dirinya pada saat itu tidak memihak salah satu dari dua kandidat walikota yang unggul di wilayahnya seperti Mohamad Suhadi yang menempati urutan pertama di Desa Tlekung. Posisi puncak yang diperoleh Mohamad Suhadi hanya terjadi di Desa Tlekung saja dan hasil tersebut sangat menakjubkan karena mampu mengalahkan Eddy Rumpoko yang unggul di 20 desa/kelurahan dari 24 desa/kelurahan. Tetapi pendapat kepala desa tentu saja belum bisa diterima kebenarannya tanpa adanya pembuktian.

Dilain sisi, beberapa pihak memandang kepala desa sebenarnya pendukung Eddy Rumpoko dikarenakan dari pertimbangan masyarakat setempat yang dinilai dari proaktifnya kepala desa dalam kegaiatan-kegiatan yang diselenggarakan dan dihadiri oleh Walikota Batu yaitu Eddy Rumpoko apalagi dikuatkan dengan beredarnya isu mobil dinas yang akan diberikan kepada kepala desa, dan pertemuan-pertemuan yang pernah diikuti kepala desa bersama orang-orang penting Desa Tlekung dengan pihak lain diluar Desa Tlekung dalam rangka pemenangan Eddy Rumpoko. Tetapi menurut informan peneliti yaitu Sumarlis, kepala desa sebenarnya berpihak kepada Mohamad Suhadi yang ternyata masih berkerabat dengan kepala desa. Maka wajar saja jika Mohamad Suhadi mampu unggul di Desa Tlekung yang mayoritas masyarakat mengakui sebagai pemilih yang fanatik terhadap Partai Golkar.

Tetapi yang perlu diperhatikan, kepala desa sebenarnya juga memiliki konflik dengan masyarakatnya sehingga masyarakat yang menilai kepala desa sebagai pendukung Eddy Rumpoko sehingga memutuskan memilih kandidat lain dan jatuh kepada Mohamad Suhadi. Maka tanpa pengaruh dari kepala desa pun, Mohmad Suhadi sebenarnya mampu unggul di Desa Tlekung yang salah satunya juga karena Mohmad Suhadi sebagai pemilik tanah di Desa Tlekung yang mampu mempekerjakan banyak orang untuk menggarap/mengelola tanahnya sehingga sebagian dari mereka merasa berhutang budi.

KESIMPULAN

Melalui analisis dan pengecekan keabsahan penelitian tentang perilaku politik kepala desa dalam Pemilukada yaitu berikut :

(6)

Kedua, hubungan Kepala Desa Tlekung dengan Eddy Rumpoko terbangun atas jabatannya sebagai kepala desa yang harus tetap berkordinasi dengan walikota sehingga kepala desa harus mengikuti agenda-agenda pemerintahan yang diselenggarakan Pemerintahan Kota Batu. Maka wajar jika penduduk Desa Tlekung menilai kepala desa cenderung dekat dengan Eddy Rumpoko dan dipahami sebagai posisi politik kepala desa yang dianggap mendukung Eddy Rumpoko serta penilaian yang mengarahkan kepala desa yang cenderung setia kepada walikota.

Ketiga, hubungan Kepala Desa dengan Mohamad Suhadi terbangun dikarenakan almarhum kakak Kepala Desa Tlekung yaitu Bambang Sumarto merupakan saudara dari istri Mohammad Suhadi. Maka wajar jika kemenangan Mohamad Suhadi juga dapat dikaitkan dengan kekerabatan Kepala Desa Tlekung dengan Mohamad Suhadi.

Keempat, kemenangan Mohamad Suhadi di Desa Tlekung juga disebabkan masyarakat Desa Tlekung fanatik terhadap Partai Golkar. Unggulnya perolehan suara Mohamad Suhadi juga disebabkan kedermawanan Mohamad Suhadi yang memberikan pekerjaan kepada masyarakat Desa Tlekung untuk mengelola tanah miliknya di Desa Tlekung ataupun memperkerjakan mereka di tempat lain. Maka kekuataan politik Mohamad Suhadi terlanjur kuat disamping dirinya berkerabat dengan Kepala Desa Tlekung serta kemenangan Mohamad Suhadi di Desa Tlekung tetap akan terjadi tanpa perlu campur tangan kepala desa..

Kelima, Mohamad Suhadi diuntungkan dengan terganjalnya Eddy Rumpoko dalam penetapan kandidat Walikota Batu sehingga Mohamad Suhadi memperoleh 38 hari lebih awal untuk melakukan manuver politik di Desa Tlekung. Maka Mohamad Suhadi memiliki waktu yang relatif banyak untuk menerjunkan timnya bergerak di Desa Tlekung untuk mempengaruhi masyarakat Desa Tlekung untuk mendukung Mohamad Suhadi.

Keenam, unggulnya perolehan suara Mohamad Suhadi merupakan keputusan masyarakat memilih sosok lain selain Eddy Rumpoko karena masyarakat sempat khawatir dengan kekuasaan kepala desa yang akan semakin besar jika Eddy Rumpoko menang di Desa Tlekung. Kekhawatiran ini muncul atas konflik laten yang terjadi anatara masyarakat desa dengan kepala desa. Maka wajar jika Mohamad Suhadi menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat Desa Tlekung dalam pemilukada.

Ketujuh, kepala desa menerjunkan orang-orang terdekatnya untuk mendukung Mohamad Suhadi dalam pemilukada karena kepala desa memahamai resiko yang akan diterimanya jika harus berhadapan langsung dengan masyarakat. Maka wajar saja jika sikap politik Kepala Desa Tlekung seolah-olah dalam posisi netral padahal yang terjadi kepala desa memberikan bantuan kepada Mohamad Suhadi melalui orang-orang kepercayaannya.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Buchari, Sri Astuti. 2014. Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas. Yayasan Pustaka

Obor Indonesia : Jakarta.

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Easton, David. 1984. Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik. PT Bina Akasara : Jakarta. Firmanzah. 2008. Marketing Politik : Antara Pemahaman dan Realitas. Yayasan Obor

Indonesia : Jakarta.

Giddens, Anthony. Melampaui Ekstrim Kiri dan Kanan Masa Depan Politik Radikal. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

(7)

Kartohadikoesoemo, Soetardjo. 1984. Desa. Balai Pustaka : Jakarta

Keller, Suzzane. 1984. Penguasa dan Kelompok Elit : Peranan Elit Penentu dalam Masyarakat Modern. Rajawali : Jakarta.

LP3ES. 1983. Elite Dalam Perspektif Sejarah. LP3ES : Jakarta. Martin, Roderick. 1990. Sosiologi Kekuasaan. Rajawali : Jakarta.

Moleong, Lexy J..2002. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosadakarya : Bandung. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosadakarya :

Bandung.

Muhaimin. 2012. Golput dalam Optik Kaum Santri. Pustaka Pelajar : Jogyakarta.

Ndaraha, Taliziduhu. 1984. Dimensi Dimensi Pemerintahan Desa. PT Bina Aksara Jakarta. Pemerintah Desa Tlekung. 2011. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM-Desa)

Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Tahun 2011-2016. Batu

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta.

Said, M. Mas’ud. Birokrasi di Negara Birokratis. UMM Press : Malang

Sastroatmodjo, Sudjiono. 1995. Perilaku Politik.. IKIP Semarang Press : Semarang. Seligman, Lester G. 1989. Elite Dan Modernisasi. Liberty Yogyakarta : Yogyakarta. Silalahi, Ulber Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT Refika Aditama : Bandung Surianingrat, Bayu. Pemerintahan dan Administrasi Desa. Aksara Baru : Jakarta

Sutinah, Suyanto. 2007. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Kencana : Jakarta.

Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus Desain dan Metode. PT RajaGrafindo :Jakarta. Skripsi

Ibrahim, Muh. Shalahuddin Thoriq Ibrahim. 2000. Peranan Kepala Desa pada Pemilu 1999 (Kabupaten Ogan Ulu, Sumatera Selatan. Depok : Skripsi

Imanudin, Ujang. 1996. Peranan Kepala Desa dalam Pemilu 1992 (Suatu Penelitian di Desa Salawangi dan Salahwangi Kecamatan Bantarujeg, Majalengka, Jawa Barat). Depok : Skripsi

Koinonia, Sampe Marsada. 2013. Elit Politik Lokal Dalam Pemilihan Bupati (Studi Kasus Pemenangan Neneng Hasanah Yasin dan Rohim Mintareja Pada Pemilihan Bupati 2012 di Kabupaten Bekasi). Malang : Skripsi

Media Internet

Sa’adah, Kholifatus. Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi (1) . Online :

http://ifagenthong-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-48798-PPKn-Pokok%20Bahasan%208.html.

Diakses pada tanggal 07 Oktober 2013 pada pukul 00:26 WIB

Malang Post. ER Menangi 20 Desa. Online : http://www.malang-post.com/politik/54406-er-menangi-20-desa. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013 pada pukul 16:56 WIB

Produk Hukum

Perda Kota Batu No 7 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pencalonan, Pelantikan, Pemilihan, Pelantikan, Penangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

PP No 72 Tahun 2005 Tentang Desa.

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem analisis usulan ini memiliki beberapa keunggulan dan variatif dari pada sistem yang telah berjalan. Sistem dan design yang diusulkan diharapkan dapat

Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan konsumsi oksigen (VO 2 ) maksimal yang terpapar temperatur, mengetahui pengaruh variasi temperatur lingkungan terhadap

KI%'% Mengolah, menalar an menyaji alam ranah konkret an ranah a.strak terkait engan pengem.angan ari yang ipelajarinya i sekolah se0ara maniri, .ertinak

Desa Wisata ini sangat sesuai dengan karateristik masyarakat pedesaan karena memiliki strategi pengembangan community based-tourism yaitu masyarakat dituntut berperan

Perlakuan dosis pupuk kandang kambing 20 t ha -1 mampu menghasilkan rerata bobot tongkol dengan kelobot, bobot tongkol tanpa kelobot dan hasil panen jagung manis

Kesamaan kedua kelompok ini sebanyak ciri antra lain batang dikelilingi oleh lampang, ranting berbentuk segi empat, tangkai daun silindris, pangkal daun tirus, tulang

Dari Hasil Penelitian dengan Penambahan serat Tembaga dan fly ash yang optimum, beton akan memiliki kepadatan serta kerapatan yang lebih baik dari benda uji dengan

Prosentase perbedaan tingkat kebisingan antara titik sampling pada 0 meter dan 80 meter dari jalan raya yang tertinggi terjadi di Kebon Sirih, Jakarta Pusat (26,94 %),