• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi Program Televisi Pagi Pagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Isi Program Televisi Pagi Pagi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH HUKUM KOMUNIKASI

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI

PAGI PAGI

Oleh:

Nafisa Nurul Adina

14030114130062

Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(2)

Tentang Program Acara Pagi Pagi

Pagi Pagi merupakan program variety show NET TV yang dipandu oleh Andre Taulani, Hesti

Purwadinata dan Ge Pamungkas. Program ini berlangsung mulai pukul 07.30 s/d 08.30 WIB

dan berisi konten seputar isu terkini, musik, beberapa kejutan, talkshow, gameshow, sesi

sharing, serta interaksi langsung dengan audiens melalui telepon. Para penonton dapat

berbagi informasi mengenai kondisi jalanan, mengirim salam serta memilih video clip yang

ada di playlist. Kemasan program bisa dikatakan cukup

soft

dan

fresh

untuk menemani

penonton beraktivitas di pagi hari.

Konten-konten yang ada di dalam Pagi Pagi pun bisa berubah bergantung pada isu apa yang

tengah hangat di masyarakat saat itu, atau menyesuaikan hari-hari besar yang mencakup

kepentingan banyak warga. Misalnya, hari raya agama, hari libur nasional,

peringatan-peringatan hari internasional, dan lainnya.

Sebagai program yang berada di bawah naungan saluran televise nasional dan disiarkan ke

banyak wilayah di Indonesia, tentunya program ini harus berpegang pada Pedoman Perilaku

Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI). Oleh karena itu, saya akan berusaha menganalisis isi program Pagi Pagi

dengan berpegang pada Undang-undang dalam P3SPS.

Analisis Isi Program Siaran Pagi Pagi

Secara keseluruhan, program acara Pagi Pagi sudah berpegang pada P3SPS. Konten-konten

di dalamnya sarat akan nilai pendidikan, kebudayaan, norma, dan lain-lain. Konten-konten ini

antara lain berisi wawasan dari mancanegara, seperti kebudayaan unik di sana hingga berita

terbaru yang sedang menghebohkan warga negara tersebut. Selain itu, program ini

memberikan edukasi mengenai berbagai hal sederhana seperti melipat baju yang efektif untuk

liburan, tips liburan, dan lain sebagainya.

Meski demikian, tidak pernah ada kata sempurna dalam membuat suatu program acara TV.

Di acara Pagi Pagi, terdapat beberapa adegan yang menyenggol P3SPS itu sendiri. Beberapa

adegan itu seperti:

(3)

ras, dan antargolongan yang mencakup keberagaman budaya, usia, gender, dan/atau

kehidupan sosial ekonomi.” Dalam kenyataannya, Program Pagi Pagi sedikit

menyentil pasal ini. Salah satu co-host bernama Pace sempat berperan sebagai anak

kecil di segmen 6. Ia menangis menghampiri Andre, Natalie, dan Hesti dengan

mengadukan bonekanya yang hilang padahal boneka tersebut berada di belakang

punggungnya. Andre yang berperan sebagai paman dari Pace, mengatakan,

“Nyari boneka lagi? Gua hajar lu ya! Bonekanya ada di sini *menunjuk punggung Pace* dari kemaren nyari boneka melulu…”

Meski niatnya bercanda dan Pace bukan anak kecil yang sesungguhnya, namun

kata-kata Andre “gua hajar lu” tidak terlalu pantas didengar, apalagi oleh anak kecil.

Adegan ini juga harus lebih memperhatikan pasal 14 ayat (2) yang berbunyi,

Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek

produksi siaran.

2.

Sementara itu, dalam Standar Program Siaran Pasal 24 tentang Ungkapan Kasar dan

Makian ayat (1) berbunyi, “Program siaran dilarang menampilkan ungkapan kasar

dan makian, baik secara verbal maupun nonverbal, yang mempunyai kecenderungan

menghina atau merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok/

mesum/cabul/vulgar, dan/atau menghina agama dan Tuhan.” Sayangnya, ada adegan

dalam segmen 1 dimana Andre mengatakan kepada Hesti,

“Ntar gua gergaji lu…”

Lagi-lagi, niat Andre sebenarnya hanya bercanda dan mungkin kebanyakan audiens

tidak akan mempersepsikan hal lain kecuali sebagai sebuah lelucon. Tetapi, kata-kata

tersebut sangat tidak pantas diucapkan, apalagi Andre seorang laki-laki dan Hesti

seorang perempuan yang mana isu tentang gender sedikit sensitive di negara ini.

(4)

Transkrip

H: Hesti (host) A: Andre (host) P: Pace (co-host) N: Natalie Sarah (tamu) Z: Zaki Zimah (tamu) DW: Dewi (pecinta anjing)

SEGMEN 1

*Hesti, Andre, dan Pace bermain musik bersama* A: “Eh, udah, udah selesai!”

H: *tertawa*

A: “Gila keren banget ya kita ya? Flamingo! Flamingo! Kita sekarangs edang berada di… Espanyola!” H: “Espanyola!”

A: “Yeah!” H: “Andreno!” A: “Iya Hestino?”

H: “Espano apa espanyolo?” A: “Espanyola,”

H: “Espanyola…. Nah beautiful!”

A: “It’s very beautiful it’s romantic country you know?” H: “Yea! Ola! Ola….!”

A: “Kalo ingat Spanyol, ingat apa coba?”

H: “ya bang, abang udah pernah indak ya di Spanyol?” P: “Ariba…!” *tepuk tangan lalu keluar dari sana* A: “Nah, ini orang suka RIba. Makanya gitu-gitu!” H: “Oh…”

A: “Keren, romantic, udah gitu…” H: “Arsitekturnya luar biasa,”

A: “Dan di sana itu ya kostum-kostumnya ya keren-keren,”

H: “Ramah luar biasa. Ramah sekali orang-orangnya. Hati-hati yo… Teman saya yo…” A: “Teman you kenapa?”

H: “Ee… saudara saya pernah ke Spanyol kecurian banyak sekali!” A: “Iya… dimana aja sebenernya bisa kecurian,”

H: “Eh tapi yo….”

A: “Malah jadi kayak padang lu! Nih…. Kalo ngomong-ngomong soal Spanyol, banyak sebetulnya yang bisa…. Kita ceritakan soal spanyol. Ya salah satunya… kostum otot ala klub bola Spanyol!”

H: “Oh, klub bola Spanyol kan haduuh…”

A: “Iya keren banget kan tuh ada Barcelona, ada Real Madrid, ye kan? Klub bola City Valencia asal Spanyol memiliki desain baju yang unik! Nah… mereka menggunakan desain daging manusia serta anatominya, untuk baju klub bola tersebut. Nah…”

H: “Ini ternyata bukan souvenir ya? Ini ternyata jersey resmi ya…” A: “Iya…”

H: “Jersey mereka yang digunakan saat bertanding,”

A: “Selanjutnya lagi, ngomong-ngomong Spanyol, kita akan lihat lagi…” H: “Oh, pernah ke Spanyol?”

A: “Belum pernah,”

*Pace memasuki ruangan kembali* P: “Heyah!”

A: “Kenapa?” P: “Ngantuk saya!”

H: “Paceo! Kalo ngantuk itu di Spanyol ada jam tidur! Kau silahkan tidur! Siang itu merupakan jam tidur di Spanyol,”

P: “Makanya, saya Cuma mau mengingatkan ini kita harus istirahat siang!” H: “Oh iya, hayo…. Ah…” *tiduran di tempat*

P: “Sabar, sabar!”

A: “Belum, belum, hey…!”

(5)

A: “Eh ini bisa bikin tidur loh!” *menunjukkan sebuah alat* H: “Masa?”

A: “Nggak percaya… coba!”

H: *menggoyang-goyangkan alat tersebut, kemudian tertidur*

A: “Nah, kan…. *mengembalikan alat kepada Pace* udah biarin aja. Ini lu udah?” P: “Udah tadi udah,”

A: “Oke… memang tradisi tidur siang Spanyol, ee…. siesta, itu terancam dihapus katanya di sana. Jadi di Spanyol itu ada….”

H: “Ndre… respon dong…”

A: “Loh ngga bisa, lo lagi tidur! Ntar tunggu gua bangunin!” H: “Nggak… respon…. Mau join…”

A: “Mau join.. heuh… emangnya klub? Ya, di Spanyol ini ada sebutan namanya siesta atau waktu tidur siang selama tiga jam saat bekerja. Tradisi ini rencananya akan dihapuskan pemerintah setempat dengan tujuan meningkatkan produktivitas. Jadi biasanya bekerja dari jam Sembilan hingga jam delapan malam, menjadi jam Sembilan sampai dengan jam enam sore.”

*Pace keluar dari ruangan*

H: “Tapi tidur siang itu tidak harus sampai tigajam. Setengah jam juga cukup,” A: “Iya, setengah jam… satu jam lah,”

H: “Iya lah… di Spanyol ini juga ada yang unik sekali. Yaitu festival memancing banteng yang nyebur ke laut. Apa itu ya?? Ini salah satu festival di Spanyol yang melibatkan banteng adalah bou alamar. Dalam festival ini, peserta ditantang untuk menggiring banteng agar terjun ke laut. Diadakannya di kota Denia, alikante, Spanyol. Tradisi ini menggiring banteng ke laut, diselenggarakan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa pendeta bernama Pedro, yang pernah menyelamatkan walikota Denia dari wabah penyakit pada tahun seribu sembilan ratusan. Abis digiring ke laut, udah gitu? Metong ngga tuh ya? Dibalikin lagi ngga tuh banteng?”

A: “Dibalikin lagi kali…”

H: “Hmm… kirain dia disuruh berenang-renang di laut, Pak.” A: “Dibalikin lagi, tadi kan kita liat ada fotonya tuh kan yah.”

H: “kalo ketemu orang Spanyol tuh, mereka ramah-ramah dan kalo ketemu selalu… Hola!” *Pace memasuki ruangan kembali*

P: “Pada ngapain, nih?”

A: “Berarti kata-kata hollahop dari dia, tuh. Hollahop.” P: “Pada ngapain, nih?”

H: “Hah?”

P: “Pada ngapain?” H: “Lagi berenang, Pak.”

A: “Syuting! Pake ditanya lagi…”

P: “Mending kita main aja. Main Menara dari orang, gitu, tumpuk-tumpukkan…” H: “Hah? Kita? Tumpuk-tumpukkan?”

A: “Namanya apa?” P: “Pesta festa di grasia.”

H: “Jadi, festival ini dilakukan oleh masyarakat di ??? sejak tahuh 1817. Di antara para keseruan ini, yang paling menarik ini, nih. Atraksi piramida. Yang dari manusia atau kaseler, ini terdiri dari sejumlah orang dewasa, berpakaian sama, satu warna, dan akan membuat pondasi yang disebut pinya, kemudian orang-orang yang bertugas sebagai pinya harus mengangkat orang-orang yang akan menjadi Menara atau disebut sebagai trong.”

A: “Trong. Hmm… keren juga sih, ya. Wis…. Makin tinggi makin tinggi serem juga tuh ya.” H: “Aduduh… ini satu tim aja atau semuanya… banyak… berapa tim ya?”

A: “Tapi emang butuh orang-orang ahil juga sih…”

H: “Iya, orang-orang yang ahli di bidangnya, misalnya Profesor Piramida.”

A: “Iya betul… yang ngajarin ini kan kalo ngga salah kiki yang ngajarin. Oke ada lagi yang seru di Spanyol, ada museum Sarang Lebah. Nah di Spanyol itu ada museum dengan koleksi yang unik, sarang lebah, namanya lamuno amusio likale. Jadi kalo dari kota Madrid, itu ada perempatan, belok kanan, sekitar serratus empat puluh tujuh kilometer, nanti tuh ketemu museumnya. Dan ini dibuat oleh Gerardo Gonzales Perrez.”

H: “Jadi dia sering Perrez ya.”

A: “He eh. Sarang itu diletakkan dalam ruangan kaca yang cukup besar. Dan didisain seperti habitat alamnya lebah.”

H: “Hah! Hah! Ngapain, sih, Pak, megang gitar?”

(6)

A: “Ntar gua gergaji lu. Ada! Kalo ngga ngapain gua ikutan?” H: “hah? Masa nebang-nebang pohon? It’s impossibole….”

A: “Nanti akan saya jelaskan setelah yang satu ini biar kamu paham. Tetap di Pagipagi!” H: “Semangat! Grasia! Grasia! Hola!”

---IKLAN--- SEGMEN 2

H: “Om Andre!” A: “Hmm?”

H: “Om Andre lagi ngapain sih kayak bawa tulisan ruang tunggu suami gitu maksudnya apa?” A: “Ini buat ditaro di ruangan.”

H: “Kan ini rumahnya Om Andre sama Tante Hesti lagian ngapain ada tulisan-tulisan ruang tunggu? Aku ngga ngerti deh maksudnya itu apa?”

N: *mencolek ??* “Mau minum dulu, ngga?”

H: “Hah? Hah? Ngga usaah! Aduh… ada Tante Natali sama Om Jaki!” A: “Iya kan daritadi di sini!”

H: “Ya aku ngga tau aku kan baru di sini aku kan ngga daritadi ketemu! Orang katanya tante Natali juga sama om Jaki juga katanya baru dateng!”

A: “Kalo gitu kita langsung aja mumpung ada Natali dan juga Zaki kita langsung main game fakta atau hoax.” H: “Aku ikutan!”

N: “Oke…!”

H: “Aku pinjem dooongg satu!” A: “pegang semua itu papannya ya…”

H: “Eh tapi emang beneran ya? Itu dimana yang ada ruang tunggu…..”

A: “Nah langsung aja kalo gitu ini dibukanya dengan pertanyaan berikut ini! Fakta atau hoax ada mall yang menyediakan ruangan khusus suami?”

N: “Fakta, fakta!” *mengangkat papan*

H: “Hoax! Kayaknya ngga mungkin deh, kayaknya di mall itu. I never see.. kayak ada ruang tunggu husband room gitu tapi kayak, apa ya… menyusui, gitu…”

N: “Tapi kayaknya diada-adain ya?”

A: “Bisa jadi, Nat! Ini kita lihat dulu… ini jawabannya fakta atau hoax ya… this mall has husband nursery.” H: “Waah, beneran ada? Dimana?”

A: “Jadi, ada mall yang menyediakan ruang khusus untuk suami di Shanghai, China. Namanya Vanke Mall. Jadi, mallnya menyediakan khusus ruangannya untuk para pria dilengkapi kursi pijat untuk bersantai, dan majalah yang bisa dibaca sambil menunggu pasangan mereka berbelanja. Betul banget, nih. Jadi sebenernya fakta ini jawabannya.”

N: “yey…”

A: “Next ya! Fakta atau hoax ada tamu pernikahan yang datang memakai baju pernikahan lengkap?” H: “Hoax!”

A: “Coba kira-kira?” N: “Saya fakta!”

Z: “Aku ngga kayaknya,”

H: “Aku ada deh. Kayaknya di dunia ini pasti ada yang aneh-aneh, deh! Kayaknya…” A: “Ya lagian…”

N: “Gua setuju sama lu ya kali ini.” *menirukan gaya bicara Hesti yang aneh*

H: “Ya lagian ada kan temen aku yang ulang tahun gitu… And you know what? Dia yang lebih heboh daripada yang ulangtahun, like, o may gat…!”

A: “Natali, please, please, udah dia doang. Dia doang yang begitu. Udah puyeng pala gua. Udah satu aja yang begini. Jadi, jawabannya adalah…”

H: “Fakta!” N: “Fakta!”

A: “Kita lihat nih! Ternyata ada pasangan asal Afrika yang mau menikah. Tapi pernikahan mereka berantakan karena datangnya seorang perempuan yang menggunakan gaun pengantin lengkap.”

H: “mantannya kali…”

A: “Wanita yang tidak diundang ini datang lalu marah-marah dan bilang kalau pria tersebut suka merayu banyak wanita. Mungkin dijanjiin mau dinikahin juga tuh.”

H: “Oh may gat…. Terus dia dating pake baju pengantin juga. Terus marah-marah. Ngga jadi dong pernikahannya?”

(7)

H: “Ho…. Ya tapi masa ada dua pengantin di satu tempat? Kayaknya aku mesti ke Afrika, deh!” A: “Yaudah berangkat deh!”

H: “Kenapa sih kamu ngga nahan aku?” A: “Yang jauh deh!”

N: “Buru-buru ngusir ya kayaknya Bapak Andre ya…”

A: “Oke berikutnya, ada kejuaraan menebang pohon internasional. Fakta atau hoax?” H: “Oh may gat…”

N: “Hoax!”

H: “Aku kayaknya…. Bisa jadi mungkin fakta ya, mungkin ada tapi aku ngga suka… Masa itu dijadiin kejuaraan?

A: “Oke… Zaki? Hoax ya..”

N: “Ngga boleh lagi bang nebang-nebang pohon…”

A: “Kita liat dulu. Kita liat dulu ya. Nih. Ada kejuaraan menebang pohon internasional. Timbersports. Ini merupakan kejuaraan membelah dan memotong kayu. Kejuaraan ini telah dimulai sejak tahun Sembilan belas delapan puluh lima.”

N: “Oh begini maksudnya… Ini kekuatan tangan kali ya…” H: “Oh. Tapi ngga…. Ngga di hutan ya?”

A: “Ngga,ngga…”

H: “oh, aku fikir itu di hutan!”

N: “Aduh lengannya…. Macho-macho banget!”

A: “Oke selanjutnya…. Fakta atau hoax, di Jepang, lubang jalanan lima belas meter diperbaiki dalam waktu satu hari.”

H: “Ah ngga mungkin!” N: “Pasti blel! Pasti blel!”

Z: “Mungkin. Jepang. Kan udah canggih di Jepang.” A: “Zaki fakta ya?”

Z: “Fakta!”

H: “Dengerin nih dengerin. Itu impossible banget ya!” Z: *memberikan tisu* “Nih, takut ngeces takut ngeces.” N: “Sama nih di deket kuping ada juga.”

A: “Dari kuping, dari mulut,keluar semua nih.”

H: “Aku fikir itu impossible ya kayak gitu tuh kayaknya ngga mungkin deh.” N: “Iya kayak di Jakarta aja butuh beberapa jam…”

Z: “Tapi kan di Jepang, tsunami aja perbaikannya bisa cepet. It’s maybe….”

A: “udah kita liat aja ya, jawabannya ya? Oke. Jawabannya fakta atau hoax? Nah, di Jepang, sempat ada kerusakan jalan yang menyebabkan lubang menganga dengan lebar tiga puluh meter dan kedalaman lima belas meter di Fukuoka ya. Tapi luar biasanya, para insinyur dan para tukang bangunan berhasil membetulkan jalanan tersebut dalam waktu empat puluh delapan jam! Atau dua hari!”

H: “Oh… berarti ngga sehari dong… dua hari… eh tapi cepet juga ya?”

A: “Tapi untuk keamanan, jalanan tersebut baru bisa digunakan lagi setelah seminggu.” Z: “Ditester duluya, dites.”

H: “Kenapa bisa muncul lubang gitu sih? Kayak keren banget ya lubang gitu…” N: “He eh… sampe lima belas meter kan ya…”

A: “Itu dia, fakta atau hoax.” H: “Tenryata dua hari ya…”

A: “Ada orang yang mencelupkan biscuit ke the dengan cara bungee jumping.” Z: “Fakta!”

H: “it’s lebay!”

A: “tapi mungkin ngga, fakta atau hoax?”

N: “Ya mungkin tapi bungee jumping kan tinggi terus langsung nyelupin ke the yang segitu? Emang langsung pas sasaran? Kan engga.”

Z: “Kan kecepatan yang diuji. Konsentrasi.” A: “Iya betul.”

H: “Tapi kalo menurut aku sih hoax ya.”

A: “Nih ada orang yang mencelupkan biscuit ke the dengan cara bungee jumping. Rekor bru mencelupkan biscuit baru saja dipecahkan. Jadi kalo Simon Beri ini mencelupkan biscuit ke dalam the sambil bungee jumping di ketinggian tujuh puluh meter. Jadi udah diukur kecepatannya.”

H: “Waah…. Mantep…”

(8)

A: “Oke selanjutnya. Fakta atau hoax, di Jepang ada kota dengan barang-barang raksasa?” N: “Ada aja kali ya di sono? Fakta deh fakta,”

A: “Kita lihat, di Jepang ada kota dengan barang-barang raksasa. Ada sebuah kota kecil di Amerika dengan barang-barang raksasa.”

H: “It’s not…. Itu bukan di jepang tapi itu di Amerika!”

A: “tuh, beneran ada itu barang-barang raksasa. Namanya… Cassie ilonis itu kalo di sana. Ini kayak museum kali ya di sana.”

H: “Tapi emang bener ada benda-benda rksasa gitu tapi itu hoax karena itu bukan di Jepang. It’s in Amerika.” Z: “Oh iya itu di Amerika.”

H: “Omaygat aku pengen banget deh ke Amerika… Aku pengen banget pergi ke sana,” A: “Udah jangan kebanyakan mintanya!”

H: “Ah ait!!!” *menunjukkan mahkota yang patah* Z: “Aduh patah lagi,”

H: “this is my special crown…. Ini benda aku yang sangat istimewa, aku… aku dapet ini waktu four years old... dan aku simpan kemana-mana selalu aku bawa…. “

Z: “Yah dibawa-bawa sih… Aduh sedih banget nih dia om,”

A: “udah udah udah. Nanti om kenalin sama Wan Abud, dia bisa membenarkan kayak gini-ginian.” H: *berakting menangis* “Ngga bisa balik lagi…”

A: “tenang, tenang…. *mematahkan mahkotanya lagi* gini doing mah bisa. Nanti akan disambungin lagi sama Wan Abud. *mematahkan lagi* Ini bisa langsung disambungin semua, jadi bagus lagi! Ya! Kita langsung ketemunya Wan Abud. Tante Natali dan bang Zaki kalo mau beli barang-barang juga di Wan Abud lengkap!”

H: “Aku ngga mau ke Wan Abud, tokonya Wan Abud ngga eksklusif. Aku mendingan pergi aja! Aku cari toko yang lebih bagus! Bye!”

A: “Kalo kamu ngga mau ngga papa, nanti kamunyesal seumur hidup kamu! Ingat itu! Camkan itu!” N: “Sabar, ya…”

Z: “Jadi batu!”

A: “Kayak sinetron gitu, kayak sinetron-sinetron gitu. Baiklah nanti kita akan lanjut lagi setelah pesan-pesan berikut ini… Jangan kemana-mana tetap di Pagipagi!”

N: “Semangat….!”

---IKLAN--- SEGMEN 3

W: “Ane datang lagi, Ane datang lagi, Ane datang lagi! Bagi Anda yang belum punya alat inovasi silahkan kemari! Banyak yang baru, banyak yang baru, yang lama juga ada! Banyak yang baru, banyak yang baru, yang lama juga ada!”

H: “Assalamualaikum Wan Abud,”

W: “Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh! Ente jangan ketawa ente baru dating ente udah ketawaaaa!” H: “Sedih Wan Abud, sedih.”

W: “Ada masalah apa?”

H: “Gini Wan… Kemaren… ibu-ibu pada dating ke rumah saya buat arisan. Terus mereka mencemooh saya. Mereka bilang…

W: “Waduh ngga baik itu!”

H: “Iya! Mereka bilang es batunya biasa aja…” W: “Gara-gara soal es batu?!”

H: “Iyah…?”

W: “Kenapa dengan es batu?”

H: “Ini katanya… Jeng Hesti, es batunya kok biasa aja gitu ya bentuknya biasa aja? Biasanya kan es batu di rumah orang kaya kan bentuknya macem-macem ngga kotak gitu doing. Saya pusing….”

W: “Ente jangan khawatir! Ane sudah bisa tahu permasalahan ente, ente perlu cetakan es batu dengan bentuk yang berbeda?”

H: “Iya iya iya!”

W: “Kalo kotak-kotak itu biasa? Nah Ane punya tempat es batu yang bukan biasanya. Namanya…. BTEB.” H: “BTEB apaan?”

W: “Bukan Tempat Es Batu Biasa!”

H: “Jadi gimana nih, Wan? Jadi cetakannya bentuknya bulet gitu ya?”

(9)

H: *menyodorkan botol* “Nih air.” W: “Nah ini tinggal dicetak….”

H: “Oh gitu Wan…. Abis itu masukin ke kulkas ya Wan ya?” W: “Abi situ minum. Kagak becanda….”

H: “Ini solusi ya… Makasih loh Wan… Boleh deh Wan saya beli nih berapa harganya Wan?”

W: “Murah ini harganya dua puluh satu ribu limaratus, ane kasih sama ente harga diskon harga member” H: “Harga member Wan?”

W: “Ya, dua puluh satu ribu empat ratus Sembilan puluh sempilan satu rupiah!” H: “Beli dong….! Ada yang gede juga loh!”

W: “Ngga ada, Cuma itu doing!”

H: “makasih ya Wan, nanti ditransfer ya!” W: “Transfer aja, ke rekening ana!” H: *pergi* “Makasih ya Wan!” W: “Ayo siapa lagi datang kemari!” Z: “Samlekum!”

W: “Waalaikumsalam! Eh! Ane sering liat ente!” Z: “Dimana?”

W: “Di tivi ente sering muncul!” Z: “Ah masa?”

W: “Bener!”

Z: “Ah,berarti ane mirip artis dong!” W: “Ngga sih.”

Z: “Tuh kan bener kan. Ternyata gua dijebak!” W: “Salah dong?”

Z: “Salah!”

W: “Yang bener siapa?” Z: “Jeremy Thomas! *tertawa*” W: “Ada apa ini kemari?”

Z: “Ane mau beli dari ente…. Ente tahu kertas lipet?” W: “Tau! Tau!”

Z: “Nah, tas-tas yang bisa dilipet?” W: “Iya iya tau!”

Z: “Nah itu. Ane mau beli helm yang bisa dilipet,” W: “Tadi ngomongnya kertas. Jadi ke helm?” Z: “Kali aja…”

W: “Mana ada helm begitu? Ente perlu helm?” Z: “Yang bisa dilipet,”

W: “Bentar kayaknya ane ngga punya. Ane punyanya itu rekaman videonya aja,” Z: “Oh gitu…”

W: “Ane belum punya setoknya tapi ane punya videonya! Tuh…. Keren kan? Helm lipat, jadi bisa dibawa kemana-mana, kalo udah selesai dipake bisa langsung dilipet.”

Z: “Bisa masuk di kantong dong ye?” W: “Iya… Tuuh….”

Z: “Wah iya…”

W: “Itu kayak maenan kipas-kipasan itu ya,” Z: “Iya bener jaman TK tuh,”

W: “Noh…. Bagus kan? Ane ngga punya helm, itu baru rekaman videonya aja. Ah… ente cari di tempat lain aja,”

Z: “Oh gitu? Inia ne ngga daapet helm ya di sini? Ane dapethnya apa dong?” W: “Ente dapetnya doa dari ente….”

Z: *tertawa* “Alhamdulillah… ane coba lagi deh kapan-kapan” W: “COba lagi? Ane baru jualan lagi kira-kira tahun depan,” Z: “Wah Ane udah ke pasar lain, Wan!”

W: “Yauadah ngga papa kalo gitu lain kali main-main ke sini lagi ya!” Z: “Yaudah, Wan. Assalamualaikum!”

W: “Walaikumsalam… Aduh… siapa lagi yang mau beli? siapa lagi yang mau beli?” N: “Assalamualaikum…”

W: “Waalaikumsalam…”

(10)

N: “Ng…. Wan, Wan Abud?”

W: “Panggilnya Wan Abud jangan Bud doang,” N: “Itu kumisnya udah lama Wan?”

W: “Ini kumis Ane, sebenarnya Ane habis treatment. Biasanya dove, ini metallic. Supaya ada beda aja..” N: “keren, keren…”

W: “Ente mau menggoda Ane kemari?”

N: Oh ngga dong… Wan saya tuh mau beli ini sesuatu yang bisa nyala di kegelapan.”

W: *mengeluarkan sesuatu* “Ini bisa terang. Bentuknya kayak sarung tangan, tetapi ini bisa nyala di kegelapan.”

N: “Bentuknya kayak sarung tangan? Tapi ini emangsrung tangan?”

W: “Maksudnya ini sarung tangan tuh…. Nyala tuh! Ane suka ini….! Ane suka, berapa ini?” N: “Berapa ini?”

W: “Tuh lihat tuh… tuh…. Coba dipake coba dipake,” N: “Wan yang ini ngga bisa nyala nih Wan,”

W: “Baterenya belom ada kali,”

N: “Ih lucu ya bagus ya. Ini harganya berapa nih Wan?”

W: “Ane kasih murah buat ente apalagi ente pelanggan Ane yang abru.” N: “Berapa?”

W: “Orang-orang diluar Cuma dikasih harga empat puluh lima ribu Sembilan ratus. Kalo ente, ane kasih harga empat puluh lima ribu delapan ratus Sembilan puluh Sembilan rupiah. “

N: “Yaudah kalo gitu Wan saya ambil sepasang…” W: “Jangan ambil dong, bayar!”

N: “Ya kan saya ambil dulu, bayarnya belakangan… Wan betah Wan? Ini saya mau ambil,” W: “Bentar saya mau matiin… mana nih on op nya… Tuh! Wih!”

N: “Kok dia yang norak ye,”

W: “Iya iya… Eh uangnya kasih dulu baru ane kirim,” N: “Ya ngga bisa gitu dong!”

W: “Ya bisa dong! Ada duit ada barang!” N: “Ya bukannya ada barang ada duit?” W: “Ngga bisa!”

N: “Yaudah saya balik deh.”

W: “Ya entar balik lagi ya. Kalo udah transfer kabarin! Ayo, siapa lagi siapa lagi….” H: “Wan, ada helm ngga? Kalo ada aksih ke saya aja dong!”

Z: “Ah nyelak-nyelak aja si! Tadi turun kroletnya gua duluan!” H: “Lah krolet krolet… Mikrolet, mikrolet!”

W: “Udah nihsaya kasih. Nih, ajaib tuh!” H: “Ini beneran ngga nih lem?”

W: “Coba coba… tuh…” H: “Ngga bisa Wan,”

Z: “Ngga bisa ya, yaudah buat gua aja deh. Gratis nih ya Wan?” W: “Ane kasih gratis! Free!”

H: “Emang kalo beli harganya berapa?”

W: “Kalo beli itu harganya… dua puluh ribu saja. Tapi kalo Anda member harganya sembilan belas ribu Sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah!”

H: “Yaudah kalo gitu ya Wan, makasih ya! Assalamualaikum….!”

W: “Waalaikumsalam… Ya udah mulai laku banyak nih. Penglaris penglaris!” *Natalie dan Pace masuk ke ruangan*

N: “Mikum Wan….!”

W: “Waalaikumsalam… Eh… dia lagi,” N: “Saya bawa pacar, nih.”

P: “malu saya Wan,”

W: “Iya lah… pasti malu lah! Gimana gimana?” P: “Kita mau cari chargeran henpon?”

W: “Aduh maaf! Kalo chargeran henpon…. Ke glodog!” P: “lah… punya barang ngga sih nih?”

W: “Ane kebetulan lagi abis, tapi ane punya videonya! Ente liat dulu aja kalo ente cocok sama barangnya, baru entar Ane kirim!”

N: “Oke-oke…”

(11)

N: “Berapa?”

W: “Ane juga engga tau. Karena ane belom dapet kabar dari sananya. Kalo udah dapet kabar barangnya ane kasih kabar ya!”

N: “Ngga perlu, kita bayar dulu aja DPnya,”

W: “udah ngga usah… Aduh repot-repot kan barangnya belom dateng!” N: “Ngga papa…. Nih,”

W: “Dibawa aja! Goceng ente kasih… Ngapain?”

N: “Katanya nunggu ada barang, dikasih DP lima rebu ngga mau…” P: “Ssstt… Udah jangan malu-malu ah!”

W: “Masa DP goceng, apa-apaan…” P: “Yaudah deh! Yo yo cabut ya!”

N: “Makasih Wan Abud, barangnya kalo sampe kabarin ya….”

W: “Yay a. Kalo udah sampe barangnya Ane kabarin! Haduh… Hari ini Ane untung banyak. Alhamdulillah…. Inia ne pake uangnya ini Ane dari kecil cita-citanya pengen banget liburan ke Pulau Monyet! AKhirnya kesampean juga. Katanya denger-denger di Pulau Monyet itu banyak monyet! Nah… Ane kalau gitu pamit dulu… Besok Ane dagang lagi, ini Ane pengen liburan dulu. Pagipagi? Semangat!”

---MUSIK BERMAIN--- SEGMEN 4

H: *memegang boneka monyet* “Hai…. Semuanya…. Aku ini boneka monyetnya Pace The Explorer. Tau ngga kamu kalau hari ini kita… bukan hari ini ajasih sebenernya setiap hari sayang sama binatang, terutama aku, si monyet. Apalagi hari ini hari monyet internasional! Selamat hari monyet internasional!”

A: “Selamat ya….” Z: “Semoga sukses…”

A: “Sebenernya jangan Cuma monyet dong. Hari kambing juga… Hari kucing….” Z: “Hari sapi… hari gajah… jadi kamu gendongnya gajah.”

H: “Tapi kan mungkin… kalo monyet kan sudah banyak yang…. Punah ya. Orangutan masuk monyet ngga sih? Masuk lah ya, masih keluarga…”

A: “Emang bener ya hari ini hari monyet internasional?” H: “Iya….”

A: “Emang ada begitu hari yang dirayakan gitu?”

H: “Ya, ngga ngerti ya… Cuma memang sebenernya ada! Tanggal empat belas desember itu ditetapkan sebagai monkey day! Hari monyet internasional. Kenapa? Awalnya tren ini hanya sebagai candaan mahasiswa dari University Michigan yang akhirnya malah ditetapkan dan diresmikan secara internasional. Dan adanya hari ini sebagai pengingat bahwa monyet dank era merupakan hewan yang dilindungi. Tapi, tau ngga bedanya kera dan monyet?”

A: “Sama lah!”

H: “Iya, kayaknya satu familia tapi…” Z: “Lebih gede itu kayaknya!”

H: “he eh… kalo orang utan itu masuknya ke kera ya kayaknya. Coba kita liat nih. Yang masuk ke golongan kera tuh ada gorilla, simpanse, dan siamang. Oh…”

Z: “Nah kan besar kan?”

H: “Ini ciri-cirinya memang lebih besar tapi bukan itu sebenernya. Kera itu dapat berjalan tegap. Ngga punya ekor. Dan… jenis kera seperti ini lebih cerdas dan dapat mudah dilatih. Dan monyet ukurannya kecil… dan hampir semua monyet itu punya ekor walaupun ada juga yang engga.”

A: “Kalo topeng monyet kana da ya? Kalo topeng kera ngga ada yah?” Z: “Kalo kera sakti kan ada ya? Kalo monyet sakti ngga ada… Jadi adil,” A: “Adil sih. Keramas, ngga mungkin ada monyetmas ya…”

Z: “Iya…” A: “Dapet ngga?”

H: “Hah? Hah? Ngga dapet lah…” Z: “Coba lagi ya… siapa tau dapet.”

H: “Kalo keranjang kanada ya Pak, ya? Kalo monyetjang?” Z: “Nah…. Ngga ada itu!”

A: “Kalo Jaki pelihara ngga di rumah?” Z: “Apa? Monyet?”

A: “Ngga tau deh, binatang. Pelihara apa binatang di rumah?” Z: “E….. saya pelihara ikan!”

(12)

H: “Ikan apaan?”

Z: “Ikan koi… tapi ngga ada kan hari ikan nasional?” A: “Mahal-mahal ngga sih koi itu?”

Z: “Mahal-mahal…”

H: “Perawatannya kan rada-rada repot juga itu…”

Z: “Tapi kebetulan yang gua piara ngga mahal. Karena gua ngga beli, dikasih *tertawa*” H: “Satu doing? Apabanyak?”

Z: “Sepasang. Dua. Tapi anaknya banyak,”

A: “Kita liat pulau Kera di Afrika Barat ya. Dulu di Afrika Barat dihuni oleh puluhan simpanse yang digunakan dalam penelitian medis. Tahun dua ribuan, laboratorium tersebut ditutup dan puluhan simpanse dipindahkan ke sebuah pulau terpencil di Pulau Liberian si sungai Permington. Pulau ini pun kemudian dikenal peduduk setempat sebagai Monkey Island atau Pulau Kera. Pulau ini pun menjadi rumah bagi lebih dari lima ribu simpanse yang hanya menerima beberapa teman manusia yang akrab dengannya.”

H: “Bener-bener pulau Kera semuanya ya…” A: “Nih contohnya nih.”

H: “Iya… ini udah akrab banget kayaknya isinya emang hampir kera semuanya. Oke ini ada beberapa artikel soal Zaki yang kita lebih baik validasi langsung sama orangnya. Jadi kayak, aduh gua ngga pernah ngomong ini, nih. Jadi lu bisa langsung kasih validasi di sini yah… Coba kita liat artikel tentang dia yang pertama. Cemilan bangkitkan mood-nya Zaki. Oke cemilan apa nih maksudnya nih?”

Z: “Valid! Itu valid. Kayak cokelat, snack, yang memanjakan lidah.” H: “Oh… apa menggelitik sanubari?”

Z: “Nah. Sambil….”

H: “Apa mengocok di uluhati?” Z: “Nah itu.”

A: “Jadi kalo lu bete bete atau lagi males, makannya itu?”

Z: Nah… kerjaan lagi agak-agak meng….gemaskan gitu. Itu rada menghibur dirinya pake cemilan…” H: “Iya tapi… badannya kayak ngga gemuk gitu…”

Z: “Ya kann kira-kira ngga sekarung juga.” A: “Eh lo olahraga juga ngga? Apa olahraganya?” Z: “Sepeda… Renang… lari dari kenyataan ngga…” A: “Sepeda… renang… kalo digabungin keren tuh.” Z: “Ya pokoknya kardio-kardio lah.”

H: “Oke ini ada lagi artikel lainnya coba, coba kita liat. Zaki Zimah siap melepas masa lajang. Bukannya udah ya?”

Z: “Belom! *tertawa* Valid. Insya Allah siap…” H: “Kapan?”

Z: “Masa ngga lepas-lepas dari kemaren-kemaren?” H: “Ee… udah ada…. tanggalnya?”

Z: “Belom.”

H: “Tapi sudah ada calonnya?” Z: “Ada, udah Insya Allah.”

H: “oke. Inia da souvenir buat Zaki nih, sebentar ya… pegang dulu nih…” *menyodorkan boneka monyet* Z: “Ini?”

H: “Bukan, bukan….”

Z: “Ini kasih makannya apa nih?” A: “Oh, ini mah nasi uduk ini.” Z: *tertawa* “Itumah majikannya,”

H: *memberikan sebuah bingkisan* “Ini buat Jaki….” Z: “Yak, makasih…”

H: “Kali mau belanja-belanja….”

A: “ini special gift dari Pagipagi… ada syaratnya tapi,” Z: “Oh ada syaratnya?”

H: “Ucapin dong…”

A: “Makaih Pagipagi aku dapet tas ini aku senang sekali, deh!” Z: “Makasih Pagipagi, aku dapet tas ini. Aku senang sekali, deh!” A: “Cawcaw… gitu.”

Z: “Caw Caw!”

H: “Tapi ngomongin soal Hari Monyet Internasional nih. Wan Abud katanya pergi ke Pulau Kera.” A: “Ohiya?”

(13)

A: “Waduh… tuh orang bisa begitu yah.” Z: “Guam au ikut ke Pulau Kera.”

H: “Nih pake ini, nih,” *menunjuk bingkisan yang telah diberikan* Z: “Pake ini! Baw lengkap!”

H: “Yaudah ati-ati ya! Bye!” Z: “Bye!”

A: “Enak banget ya jalan-jalan ke Pulau Kera.”

H: “Iya… itu Wan Abud katanya udah pengen berangkat ke sana.” *tiba-tiba ada anjing memasuki ruangan*

H: “heh… heh…. Ini…. Ini kok anjing kayak sosis ya? Ini anjing apa sih?” DW: “Hiro, Hiro!”

H: “ini anjingnya mba?”

DW: “Iya…. Itu suaminya, yang ini istrinya *menunjuk ke anjing lainnya* makanya ngga bisa dipisahkan nih lagi main cari-carian ini,”

H: “Oh…. Udah tenang, Hiro, udah tenang! Ini jenis anjing apa, sih, mbak?”

DW: “ini Beagle! Aslinya sih, dari Inggris. Kalo dulu tuh kayak dua puluh lima senti gitu bisa dimasukin ke kantong.”

A: “Sekarang udah gede itu ya,”

DW: “Kalo ini udah…. Udah campur-campur lah ya,” H: “Tapi Beagle aslinya emang kecil?”

DW: “Kecil, makanya harus selalu naronya di dalem kantong.” H: “Oh gitu…”

DW: “Iya lucu banget kan nih?”

H: “Kalo…. Ini campuran asia atau gimana Beagle ini?”

DW: “Kalo ini mungkin…. Udah hush puppy… udah semuanya campuran semuanya.” A: “Blasteran nih berarti…”

H: “Kalo jenis anjing gini perawatannya ribet ngga sih, mbak?”

DW: “Kalo yang ini engga, karena dia bulunya kan sangat sedikit. Ini lucunya nih kulitnya dia tuh waterproof gitu. Jadi kalo dicuci tuh….”

A: “Woah kalah dong genteng ya…” DW: *tertawa*

H: “Tau ngga sih kalo anjing Beagle tuh berapasih dijualnya kisaran harganya?” DW: “Kalo kayak gini sih, kira-kira sih tiga setengah juta sih.”

H: “Ini umurnya berapa nih?” DW: “Lima tahun.”

H: “Lima tahun? Hm… udah tua nih. Makanya kan gini kan ini suami isteri nih. Terus mereka disteril… udah disteril… jadi ngga bisa punya anak lagi. Terus makanya ini perutnya agak gemuk-gemuk gini.”

A: “hmm… lima tahun nih udah tua ya nih. Pantesan ada banyak ubannya keliatan tuh,” H: “Sampe berapa sih umurnya kira-kira?’

DW: “sampe dua belas tahun…”

H: “ini kan lagi hari monyet internasional nih. Kalo monyet yang tertua itu ada ngga ya? Umurnya sampe berapa itu?”

A: “Ada….” H: “Dimana?” A: “He, ngga tau dia. H: “Dimaneee?”

A: “Di China. Ada. Jadi di sana tuh ditemukan fosil kera berusia lima puluh lima juta tahun. Ini merupakan fosil primate tertua yang pernah ditemukan. Ilmuwan menyebutnya sebagai archicemus, yaitu onyet kuno jadi ukruannya sangat ekcil ya, nah ini bisa dibilang sebagai monyet tertua ini.

H: “Monyet tertua, tapi dalam bentuk fosil ya.” A: “Dalambentuk fosil.”

H: “Ada banyak teori evolusi ya.” A: “Oke, ini kenapa hutan itu penting?”

H: “Oh penting dong. Banyak banget mmakhluk hidup di dalamnya.”

(14)

sungai.Oke ini ngomong-ngomong soal hutan kita coba tanya kepada salah satu aktivis hutan ya, yaitu Nadine Chandrawinata, teman kita yang hobi dengan alam.”

A: “Ya, halo Nadine?” Nadine: “Halo…

A: “Yea… udah lama ngga mampir ke Pagipagi, nih. Ini katanya Nadine lagi mengkampanyekan untuk merubah gaya hidup untuk kepentingan hutan.”

H: “Maksudnya gimana, sih, Dine?”

Nadine: “Sebenernya ini kan orang mikir kita udah jarang main di hutan, jarang main di laut. Kebetulan aku kan sering ada di sana, jadi kan tau kira -kira apa yang bisa dikerjain. Tapi ternyata emang bisa. Kita di kota ini bisa melakukan sesuatu, yaitu merubah pola hidup kita jadi lebih cinta sama lingkungan. Mungkin nih untukt isu kita bisa biasa pake lima tisu, kita kurangin jadi satu tisu. Terusatau pake sapu tangan lag bawa sendiri. Kan kita tahu kalo tisu tuh dari pohon kan. Nah itu kan buisa sanga t ngebantu sekali. Terus untuk mengurangi plastic. Karena plastic kan susah untuk didaur ulang. Cobalah bawa tas sendiri ee… pada saat belanja. Kan itu jadi… jadi suatu tren yang menurut aku positif ya. Nah itu sangat bisa ngebantu banget buat alam kita, lingkungan, global warming. Jadi kita kalo mau nih, kita belanja sama-sama, komitmen diri, kira-kira apa ya yang bisa kita lakukan, nih kita tinggal di kota, tapi kita juga bisa melakukan sesuatu untuk lingkungan kita, gitu… mungkin juga untuk mengurangi global warming, atau ditimer pas tidur… atau kalo keliar rumah matiin lampu. Nah sebenernya hal-hal kayak gini harus kita coba, nanti biar jadi kebiasaan baru. Yak an untuk ngjarin nanti kita punya anak, punya teman, kan pasti akan ketularan.”

H: “oke Nadine mudah-mudahan campaign kali ini, bisa tertular kemana aja ya…” Nadine: “Iya, Thank you….

H: “Oke, thank you loh Nadine!”

A: “Iya thankyou juga mbak.” *menyalami Dewi* H: “Yak setelah ini kita akan kembali, tetap di Pagipagi!”

---IKLAN--- SEGMEN 5

W: “Buka buka buka! Ayo datang kemari, open the door! Konsultasi liburan akhir tahun! Yang bingung mau kemana, punya masalah tujuan wisata, bisa konsultasi wisata ke ana! Datang kemari, masalah tuntas, beres! Ayo! Ana Cuma puny waktu…. Lima menit! Kalo ente ngga dating, ane tambah sepuluh menit. Kalo masih ngga dating, ane tambah lima belas menit!”

P: “Assalamualaikum!”

W: Waalaikumsalam Pace. Nah… gimana?”

P: “Saya mau minta saran, nih. Saya mau liburan, Cuma liburannya kalau saya pergi-pergi sih biasa aja itu. Saya mau yang nggak biasa.”

W: “ente mau liburan yang luar biasa? Ente keluar rumah, ente kelilingin rumah.” P: “Oh itu udah. Udah sering.”

W: “Kalo gitu ente ngga usah keluar rumah. Biar rumahnya yang ngelilingin ente.” P: “Kalo itu kayaknya juga udah.”

W: “Kalo gitu gimana kalo ente pergi ke suatu tempat. Ente becanda sama macan,” P: *tertawa* “Wan Abud ada-ada aja nih,”

W: “Eh tapi memang betul! Ada! Yang ini ada… ee… liburan pembalap Hammilton yang bercanda dengan… seru ini! Pembalap Formula satu Hammilton menghabiskan waktu ke pusat penangkaran harimau di Meksiko. Ngga Cuma datang, tapi dia bercanda tuh lihat. Seru kan? Ente kayaknya cocok kalo ke sana. Ente becanda, sampe ente digigit, nah, baru, lepas.”

P: “Bisa tuh bisa saya coba…”

W: “Semoga berkah! Hati-hati di jalan!” P: “Oke Wan Abud…”

W: “Siapa lagi siapa lagi siapa lagi?” *Hesti memasuki ruangan*

H: “Wan Abud…” W: “Eeeh…”

H: “Ini katanya…. Saya juga denger dari Pace soal traveling ya?” W: “Iya! Ini kan mau liburan akhir tahun, ente mau kemana?”

H: “Iya memang saya kan lagi bingung banget… soalnya saya tuh udah sering banget keluar negeri…” W: “Ini sombong ya?”

(15)

W: “Ada sebuah tempat. Di negara sendiri, di Indonesia. Ke Tana Toraja. Toraja itu indah, bagus, jadi ente bisa lihat sejarah-sejarah di situ. Tardisi-tradisi kebiasaan-kebiasan di situ. Ane kasih dulu tayangannya… ente tertarik ente berangkat. Ini dia tayangannya.”

---DIPUTAR VIDEO LIPUTAN FEATURE DI TANA TORAJA--- W: “Nah…. Gimana?”

H: “Agak… ngeri ngeri gimana gitu ya. Tapi itu tradisi sih ya… tradisi. Yaudah, deh, nanti saya coba ke sana. Makasih sarannya…”

W: “Sama-sama. Ente coba dulu ke sana!”

H: “Tapi mohon maaf nih… ehehe… saya ngga bawa….” W: “Ngga apa-apa! Hari ini ladies night!”

H: “Makasih ya Wan….”

W: “ Yak siapa lagi? Siapa lagi silahkan!” *Pace memasuki ruangan*

P: “Halo Wan Abud…!” W: “Ente siapa?”

P: “Aku Pace The Explorer….” W: “Passwordnya apa?’ P: “tiga dua satu dua….”

W: “oke… Silahkan mau apa dek?”

P: “Akum mau liburan…. Packing yang biar ngga ribet gimana? Soalnya biar nanti ngga ribet..”

W: “Sebelumnya kita harus tau dulu arti dari packing. Pack itu artinya kirim, king itu artinya raja. Jadi packing, kiriman raja. Lihat tayangan berikut ini. Bagaimana cara packing yang benar dan juga…. Baik. Ini dia tayangannya. Tuh lipat lipat lipat. Gulung… puter puter. Oke…. Jadi rapi ya. Itu apa tuh bajunya digulung -gulung supaaya ngga makan tempat di kover. Bikin gitu ya.. oke? Udah tau caranya?”

P: “Oke, ini Pace nih!”

W: “Alhamdulillah… semoga berkah ya!” P: “iya Wan Abud…!”

W: “Alhamdulilah... ada tiga pasien dan semuanya….” *Hesti memasuki ruangan*

H: “Wan Abud. Saya sudah pikir-pikir lagi tadi. Cuman, buat liburan akhir tahun agak bingung… apa-apa kan serba mahal. Gimana ya? Ada tipsnya ngga sih Wan?”

W: “Gini aja… ente supaya liburan akhir tahun ngga mahal, ente lihat ini aja nih. Siapa tahu temen ana yang travel blogger bisa kasih inspirasi buat liburan ente.”

H: “kayak gimana maksudnya nih?” W: “Nih lihat dulu nih.”

---VIDEO LIPUTAN FEATURE TENTANG LIBURAN--- W: “Nah… itu dia”

H: “videonya bagus ya. Bagus banget Wan. Cuma masalahnya gimana ya Wan. Saya tuh takutnya misalnya kalo… kalo akhir tahun kan kalo buru-buru kan langsung ke hotel itu kan pasti dapetnya mahal. Ntar bisa juga ngga kebagian lagi kamarnya. Kalo ada kendala gimana… pesen online kalo misalnya datanya ngga kecatet gimana?”

W: “Pake traveloka aja! Traveloka ini aplikasi booking tiket hotel dan pesawat nomor satu di Indonesia. Jadi ngga perlu khawatir, ente bisa booking hotel kapan saja dan dimana saja. Jadi ente bisa akses via web,” H: “Bagus, iya. Cuma saya kan tadi sebutin soal kendala… kalo pesen online terus datanya ngga masuk. Itu

buat ngatasin kendalanya gimana?”

W: “ENte ngga usah takut. Di traveloka ada fitur namanya Need help. Nih saya kasih liat ya. Kalau misalnya udah booking, kan pesen voucher hotel kan tuh. Yang bisa diakses dari menu.. di voucher hotel ini aka nada pilihan kesulitan check in. Tuh, masuk aja ke situ. Tinggal pilih aja kendalanya apa. Kalo ngga ada di daftar, tinggal pilih other. Jadi kita bisa pilih kendala-kendala yang kita hadapi. Kemudian tinggal kirim! Nah, nanti aka nada tim dari traveloka yang menghubungi via email atau telefon untuk kasi solusi tentang permasalahan.”

H: “Oh… kadang-kadang emang yang dikhawatirin tuh kayak gitu… Kalo pesen online bisa ngga ngatasin kendala yang kita hadapin masalahnya. Cuma masalahnya ada lagi nih Wan.”

W: “Aduh ada apa lagi?”

H: “Saya elum… download aplikasinya… hehehe…”

W: “Ya udah tau cara downloadnya? Cara downloadnya tinggal ketik bintang dua ratus bintang sembilan ratus pagar. Terus abis itu tekan tombol kol.”

(16)

W: “Solusi apa nih?”

H: “Ya kayak misalnya yang murah murahnya itu”

W: “Oh ada ada di tarveloka itu ada yang namanya promo holiday fiesta. Ada di situ tinggal cari. Di situ ente bisa dapet potongan harga hingga empat ratus ribu, untuk hotel. Dan serratus lima puluh ribu untuk tiket pesawat potonganya. Dan periode akhir promonya, sampe tanggal delapan januari dua ribu tujuh belas.” H: “Berarti pas dong buat liburan akhir tahun ya?”

W: “Nah… nih ngomong-ngomong, ane tutup dulu nih jasa konsultasinya, soalnya ane juga mau liburan.” H: “Oh, iya…”

W: “Iya dong masa ente aja. Yaudah ane permisi dulu. Pokoknya ingat, traveloka dulu, nyaman di hotel kemudian. Tinggal dulu ya. Assalamualaikum!”

*Wan Abud meninggalkan ruangan, lalu terdengar dering telepon*

H: “Halo halo? Iya? Apa? Gimana Ce Odah? Bulan jatuh? Ih…. Apaansi? Bulan ada bulan jatoh? Nih kayaknya aneh deh nih, ceu Odah bilang ada bulan yang ngegelinding di jalanan, entar mungkin abis yang satu ini kita akan jelasin soal bulan jatoh yang ngegelinding di jalanan.”

---IKLAN--- SEGMEN 6

H: *menyenggol-nyenggol Andre* “Pak? Pak eh…. Lagi… latian drum?” A: “Lagi latian drum.”

H: “Tapi kok gayanya kayak apa ya…”

N: “He eh ya… kayak lagi mau ngorek kuping.” A: “Beda…”

H: “Kenapa seperti itu? Dapet inspirasi darimana emang?” A: “Ada, ada…”

N: “Tapi ngga ada lah. Drum itu kan posisinya di sini, sini, sini *menunjuk depannya* Kenapa pake ke belakang-belakang?”

A: “Buat latian drum abstrak. Jadi gua terinspirasi.”

H: “Bapak emang… beneran ngomong begitu atau bego-begoin saya aja?”

A: “Ini saya sudah ada beberapa gaya unik main drum. Kalo ngga percaya yaudah saya kasih liat tayangannya nih.”

N: “Waduh?”

H: “Wiih… ngadep belakang dia.”

N: “Oh dia mau mamer juga ya kalo ternyata dia ngga punya tulang tuh kayaknya.” H: “Ih jago banget tapi ya?”

A: “Jago… ngga ada suaranya ya?”

N: “Ih naik apaan tuh? Baling-baling bambu?” H: “Sambil terbang Pak itu!”

N: “Tinggal nunggu terbang…”

H: “Oke… kalo yang ini miniartur… jadi sayang ya sama… bapak yang main….”

A: “Yak, sekarang kita masuk ke segmen… oh! May! Gat! Omaygat yang pertama ini kita lihat dulu ya ada sesuatu yang sangat omaygat banget ya.”

*Pace memasuki ruangan, Natalie tertawa terbahak-bahak hingga terjengkang* N: “Hahahahahaha… aduh, eh!”

P: “Uuuuuh… ngetawain sih… jahat tantenya jahat!” H: “Mirip DJ ya mirip DJ. DJ yang ternama itu ya?” N: “Yang mana? Emang ada?”

A: “Kenapa kamu kenapa?”

P: “Aku tadi ke sini, dikejar bulan aku Om Andre.” A: “Dikejar siapa?”

P: “Bulan! Bulan!” A: “Keren, dong!”

P: “Iya! Bulannya bisa ngomong!” A: “Oh gitu bulannya bisa ngomong?” N: “Aduh, nanti jatoh lagi, nih!” A: “Ssstt…. Eh gaboleh dikatain dia..”

N: “Oh, yaudah maaf ya…. Itu mungkin karena saking gedenya bulan makanya kemana itu kamu kayak dikejar.”

(17)

H: “Mungkin bulan yang ini kali, Pak… Balon besar bentuknya bulan gelinding di jalan raya….” A: “Nih bulan yang ini bukan nih?”

P: “Oh itu bukan bulan yah??” A: “Bukan, itu balon….” P: “Uuuuh… ngomong dong!”

A: “Kan lu yang liat! Yang liat kan elu!”

P: “Jangan marah-marah…. Kok dia yang liat, kita yang disalahin…”

H: “Ya dia ngga ngerti Pak… Itu di Provinsi ??? China, ini ada bulan ngegelinding di jalan raya. Pada panic semuanya. Ini sebenernya adalah balon dari taman hiburan musim gugur, yang ternyata talinya putus! Ya iyalah panic!”

N: “Oh talinya putus, kirain sengaja digelindingin!”

H: “Tapi untung balon ya. Jadi ngga…. Ngga…. Bahaya… Cuma kan sesek nafas kalo…. Diem di situ.” A: “Ada lagi mobil tanpa pengemudi yang bisa berhenti jika Anda menyeberang! Nih ada di….” N: “Ya kalo ada orang lewat bisa lah berhenti mengemudi! Kan ada orang lewat.”

A: “TapI ini tanpa pengemudi! Nah Inggris baru saja menguji coba mobil tanpa pengemudi di Cannes. Jadi mobil tanpa supir ini namanya oksobotika yang bisa ditumpangi, kemudian dirancang full otonom tidak ada pengemudi. Ini merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh computer. Dengan sensor yang dimiliki mobil ini ngga perlu khawatir kalau ada yang nyeberang, jadi otomatis berhenti.”

H: “Apa ada lembaganya di situ. Lembaga sensor?”

N: “Jadi, ini ngebantu juga kalua da orang yang…. Apa tuh…” A: “Disabilitas.”

H: “Tapia da beberapa yang… sudah banyak banget yang… pakai mobil otomatis kayak gini, kayak autopilotsnya mobil lah ya di beberapa negara.”

*Pace memasuki ruangan sambil berpura-pura menangis* A: “Kenapa? Kenapa lagi sih?”

N: “Adek kenapa?”

A: “Nyari boneka lagi? Gua hajar lu ya! Bonekanya ada di sini *menunjuk punggung Pace* dari kemaren nyari boneka melulu…”

P: “Bukan!” A: “Apaan?”

P: “Anak-anak gang itu ngambil boneka aku….”

A: “Udah besok-besok ngga usah berteman lagi ama tu anak-anak deh!” P: “Tapi ngga dibalikin….”

A: “Mana pake pake bginian udah kayak Bunda Dorce lu! Udah udah udah!” N: “Eh! Kamu kan udah dibalikin… itu bonekanya Pace kan ada dibelakang kamu.” A: “Nah itu kana da…. Ini kebiasaan sih.”

N: “itu ditebalikin bonekanya ditebalikin.”

A: “Nih, bonekanya dibalikin *mengambil boneka dari punggung Pace* nih.” P: *wajah gembira* “Uoooh… di sini.”

A: “Nah udah udah.” P: “Om beliin aku dong.” A: “Beliin apa?”

P: “Beli lego.” A: “Beli lego?”

P: “He eh. Yang mirip aku ada ngga yah?” H: “Ngga ada…”

P *menangis lagi* “ada….!”

A: “Lego itu dibikin buat tokoh yang ngetop-ngetop nih ya misalnya Avenger. Kalo lu mah siapa yang mau bikini lego. Eh kalopun ada lego dibikinin muka lo, orang belom tentu mau masang!”

P: “Tolong ya om ya…”

A: “Iya iya nanti Om cariin. Apa lo aja mau gua lego?” N: “Nego itu nego.”

A: “Sana san asana! Tapi inget jangan ampe rusuh.” *Pace meninggalkan ruangan*

N: “Dia kenapa sih, Pak?”

A: “Dia emang… kurang perhatian… Soalnya dulu kan kao anak bayi kan kalo dikasih makannya bubur.” N: “Nah dia apa dia?”

A: “Cacing.” N: “Sama pellet.”

(18)

A: “Mana mana?”

H: “Tuuuh… toko lego terbesar di dunia baru saja dibuka di London, Lechester Square. Gede banget. Ini ada Menara Big Ben, dalam bentuk lego setinggi enam koma empat meter, dibuat dari dua puluh ribu keping lego. Dan para pengunjung dapat mendokumentasikan lego dirinya sendiri bahkan.”

A: “Oh iya?”

H: “He eh…. Seru kan nih? Ini tokonya anak-anak di London ya ampun….” N: “Pace bisa ngga yah dibikin kayak gitu?”

H: “Bisa, jadi logo tapi kalo dia. Oh ini cara pembuatannya ada Menara Big Ben… Ih itu bikinnya ya.” A: “Kita stalking dulu yuk fotonya Lisa Natalia yuk.”

H: “Kok Lisa Natalia?” N: “Salah dong Pak…”

H: “Ini fotonya… widih… ini lagi liburan yang di omaygat itu ya?”

N: “Bukan! Ini di Ancol. Ancol ada tempat bagus loh ternyata. Ini di ??? itu kan ada mall yang di dalem ancol. Nah itu di dalemnya ada kafe-kafe yang langsung laut pinggirnya itu kan… Kalo pagi tuh udah buka. Dan itu enak banget emang buat sekedar-sekedar ya… kayak buat… lari pagi anak-anak. Nah kalo ini di PIM kayaknya.”

H: “Oh ini lagi… biasa lah….”

N: “Lagi kongkow-kongkow. Nongki-nongki. Oh ini pas bagi rapot… ini udah lama banget ini. Itu di belakangnya ada diorama art… itu saya yang bikin itu.”

H: “Masa?” N: “Iyalah!”

H: “Bentar ya… saya ada… sedikit hadiah buat… Natalie…”

A: “Gift lah, katakanlah kalo tamu ke sini kita kasih buah tangan, gitu…”

H: *membawa bingkisan besar, namun menyerahkan karet rambut kepada Natalie* “Nih lah bisa buat dipake dikaretin di rambut…”

N: “Yang mau dikasih ini?”

A: *menunjuk kantong besar* “Yang ini dong…” N: “Aaaa…. Makasih…”

A: “Tapi ada syaratnya.” N: “Apa tuh?”

A: “Ke depan dulu dong. Sini sini. Ucapkan ke Pagipagi. Terima kasih Pagipagi aku sudah dapat tas ini. Aku senang sekali, deh.”

N: “beneran ya? Cuma gitu doing?” H: “Cuma gitu doang!”

N: “Terima kasih Pagipagi aku sudah dapat cinderamata ini. Aku senang sekali, deh.” A: “Terakhirnya… caw caaaw!”

N: “Caw caaw….!”

H: “Ya, makasih Nat ya udah dating di Pagipagi mudah-mudahan ini bisa berguna tasnya bisa dipake belanja atau apapun. Buat sahabat Pagipagi jangan lupa saksikan terus Pagipagi dari senin sampai jumat hanya di NET TV. Pagipagi, semangat!”

Referensi

Dokumen terkait

PPL adalah program Praktik Pengalaman Lapangan sebagai kegiatan penerapan teori yang diperoleh dari pendidikan akademik berupa kegiatan nyata dan langsung di dalam

Pada dasarnya cara kerja dari alat ini hampir sama dengan termometer tanah berumput yaitu jika suhunya naik maka air raksa dalam reservoir akan naik dan menunjukkan skala pada

Al entablar una conversación, se mira atentamente al interlocutor para así llegar a demostrar interés en lo que nos esta comunicando.. Las gafas de sol tienden a producir una

Akan dikaji sifat-sifat lebih jauh dari integral Henstock-Dunford, yaitu sifat-sifat small Riemann sumsnya, khususnya locally dan globally small Riemann sums..

Dengan adanya keempat produk konversi tersebut, perusahaan dapat mengimplementasikan tacit knowledge yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat di kelola menjadi

Hasil penelitian ini ditemukan 126 nyamuk culex dengan jenis Culex quenquefasciatus yang merupakan jenis nyamuk yang biasanya di dalam rumah, dengan jumlah total penangkapan

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan Pecking Order Theory dapat menjelaskan perilaku struktur modal perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek

e. Tidok odo iowobon yong benor.. Kurvo pertumbuhon duri kulturrondorn dqn kultur synchronous dituniukkon podo gombor 1.b. Gombor 2 rnenuniukkqn indEks mitotik