• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI SPASIAL NYAMUK CULEX SPP DI KECAMATAN MALALAYANG Riolando Baralang*, Prof. dr. Jootje M. L. Umboh, MS*, dr. Ricky C. Sondakh, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISTRIBUSI SPASIAL NYAMUK CULEX SPP DI KECAMATAN MALALAYANG Riolando Baralang*, Prof. dr. Jootje M. L. Umboh, MS*, dr. Ricky C. Sondakh, M."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

DISTRIBUSI SPASIAL NYAMUK CULEX SPP DI KECAMATAN MALALAYANG Riolando Baralang*, Prof. dr. Jootje M. L. Umboh, MS*, dr. Ricky C. Sondakh, M.Kes*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang memiliki peran sebagai vektor dari agen penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah kesehatan di dunia, yang dikhawatirkan dari nyamuk karena habitatnya yang luas yang bisa hidup di perkotaan maupun perdesaan, terutama nyamuk rumah yaitu nyamuk Culex spp. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi spasial nyamuk culex spp dan kepadatan nyamuk culex di kecamatan Malalayang. Penelitian yang dilakukan adalah survei deskriptif untuk melihat populasi nyamuk culex spp dan jenis-jenis nyamuk yang terdapat dilapangan dengan menggunakan cara cross sectional. Penangkapan nyamuk dilakukan di 5 kelurahan yang mewakilkan 2 titik penangkapan dengan menggunakan GPS untuk mengetahui titik koordinat dari tempat penangkapan untuk SIG (Sistem informasih Geografis) guna untuk distribusi spasial. Hasil penelitian ini ditemukan 126 nyamuk culex dengan jenis Culex quenquefasciatus yang merupakan jenis nyamuk yang biasanya di dalam rumah, dengan jumlah total penangkapan nyamuk tertinggi di kecamatan Malalayang 1 dengan total 32 nyamuk dan total nyamuk terrendah di kecamatan Winangun Dua 19 nyamuk.

Kata Kunci : Nyamuk, Culex, Spasial, Malalayang ABSTRACT

Mosquito is one of insects who has the role as vector of diseases agent. The transmitted diseases by mosquito still is health problem in the world, worried about the mosquito because its habitat is extensive can live in urban and rural areas, especially the house mosquito is Culex spp mosquito. This research purpose is observe the distribution of Culex mosquito spatially and density of Culex mosquito in Malalayang Sub-district. The research is descriptive survey to observe Culex spp population and the mosquito species that exist in the field used cross sectional method. The mosquito catching were done in 5 village that represented 2 points of catching location by GPS to find the coordinate point from the catching location for GIS (Geographic Information System) useful for spatial distribution. The result of this research had found 126 mosquitoes in Culex quenquefasciatus species are usually mosquito species in house with the highest total catching count of mosquito in Malalayang 1 Sub-District with 32 mosquitoes as total and the lowest mosquito total in Winangun Sub-District were had 19 mosquitoes.

(2)

2 PENDAHULUAN

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang memiliki peran sebagai vektor dari agen penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah kesehatan di dunia, yang dikhawatirkan dari nyamuk karena habitatnya yang luas yang bisa hidup di perkotaan maupun perdesaan, terutama nyamuk rumah yaitu nyamuk Culex spp. Nyamuk

Culex spp termasuk serangga yang beberapa spesiesnya sudah dibuktikan sebagai vektor penyaki t, disamping dapat menggangu kehidupan manusia karena gigitannya. Nyamuk rumah atau nyamuk Culex spp biasanya menjadi vektor pembawa penyakit filariasis, St.Louis Enchepalitis, West Nile Encephalitis, Jepanese encephalitis. Pada tahun 2014, diperkirakan 1,4 miliar penduduk dunia di 73 negara berisiko terserang filariasis. Lebih dari 120 juta penduduk telah terinfeksi, dengan 40 juta di antaranya telah mengalami cacat fisik dan keterbatasan dalam beraktivitas (WHO, 2014).

Penyebaran nyamuk Culex spp ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, khususnya di Indonesia. Di Indonesia nyamuk Culex spp penyebarannya di seluruh daerah adalah merata khususnya di daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, NTT dan Irian Jaya. Pemerataan penyebaran nyamuk Culex spp di Indonesia karena habitat dari nyamuk Culex spp yang ditemukan di daerah persawahan dan perkotaan ( Suwito A, 2008). Penyebaran nyamuk Culex spp di Indonesia sudah didapati di beberapa daerah di Indonesia, untuk di Sulwaesi Utara berdasarkan penelitian dari Albert J Podung (2016) dilakukan di 4 lokasi peternakan babi di Kalasey, Lemoh, Tara-tara dan Talikuran didapati nyamuk spesies dari Culex spp yaitu Culex Vishnui, Culex Gelidus, Culex Pseudovishnui, Culex Tritaeniorhyn-chus, Culex Quinquefasciatus dan Culex Pipiens berdasarkan nyamuk yang didapati bahwa besar kemungkinan akan adanya terjadi penyakit virus Japanese encephalitis karena vektor transmisi virus Japanese encephalitis adalah nyamuk Umumnya ditemukan di sekitar kandang babi.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah survei deskriptif untuk melihat populasi nyamuk culex spp dan jenis-jenis nyamuk yang terdapat dilapangan dengan menggunakan cara cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni 2017 – Oktober 2017. Subjek penelitian ini yaitu nyamuk culex spp, proses penangkapan nyamuk menggunakan alat

sweeping (jaring) , sebelum melakukan penangkapan nyamuk dilakukan observasi lingkungan yang dimana tempat perindukan nyamuk culex spp. Penangkapan nyamuk dilakukan pada jam 19.00-20.00 yaitu dimana nyamuk culex beraktivitas (mengigit). Penentuan lokasi tempat penangkapan nyamuk culex dilakukan di 5 kelurahan yang

(3)

3

dimana tiap kelurahan mewakili 2 titik lokasi untuk penangkapan nyamuk secara berjauhan. Sebelum melakukan penangkapan dilakukan observasi dulu, ada beberapa alasan dilakukan penangkapan secara berjauhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada gambar distrbusi spasial

menunjukkan penyebaran nyamuk culex dengan hasil penangkapan nyamuk Culex spp yaitu 126 ekor. Penangkapan di lakukan di lima kelurahan yang dimana tiap kelurahan mewakilkan 2 titik tempat penangkapan nyamuk. Penyebaran nyamuk culex spp paling banyak terdapat diwilayah Kelurahan Malalayang 1 dengan jumlah 32 ekor yang ditangkap, berbeda dengan

Kelurahan yang lain yaitu Kelurahan Malalayang 1 Barat 30 ekor, Kelurahan Winangun 1 25 ekor, Kelurahan Batu Kota 20 ekor dan dengan wilayah penyebaran nyamuk Culex spp dengan angka sedikit di Kelurahan Winangun 2 yaitu 19 ekor. Dari hasil penangkapan

nyamuk ditemukan jenis Cx

quinquefasciatus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di daerah perumahan sekitar pelabuhan di Kota

(4)

4 Bitung yang dilakukan oleh Eman,

bahwa ditemukan jenis Cx

quinquefasciatu (Eman G, 2016), Observasi tempat penelitian secara keseluruhan didapatkan gambaran

daerah dengan perumahan dan

pemukiman yang dikategorikan padat akan penduduk dengan pengelolaan sampah rumah tangga yang masih kurang memadai karena adanya sampah-sampah plastic-plastik, sampah-sampah organik, kaleng dan di sekitar masayarakat dan saluran pembuangan limbah rumah tangga yang kotor yang bisa menjadi perindukan nyamuk culex, untuk di

dalam rumah masih kurangnya

kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dalam rumah yang bisa menjadi tempat resting place (tempat peristirahatan) dari nyamuk culex . Hal ini sesuai dengan penelitian dari Service M bahwa nyamuk Cx quinquefascitus

sangat banyak di daerah yang sudah dicemari sampah rumah tangga dan sampah Organik (Service M, 2016). Dari hasil penangkapan nyamuk dengan total penyebaran terbanyak di kelurahan Malalayang 1 dengan jumlah 32 ekor

nyamuk berdasarkan tempat

penangkapan untuk Kelurahan

Malalayang 1 secara spasial adanya sungai-sungai yang kotor dan beberapa air tergenang di wilayah itu yang dimana di Malalayang 1 sebagian besar mempunyai selokan dari tanah yang

digali yang tersumbat yang menjadi perindukan dari nyamuk Culex spp

penelitian, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kota Pekalongan dimana cx quinquefasciatus

memiliki kebiasaan yang berbeda dengan Aedes Aegepty. Jika Aedes aegepty suka hidup pada air bersih maka cx quinquefasciatus lebih menyukai air yang kotor seperti air yang tergenangan, air limbah kamar mandi, got ( selokan ) dan sungai yang penuh sampah yang dimana lingkungan

perindukan mendukung adanya

penyebaran dari nyamuk culex itu sendiri (Tri Ramadhani dkk, 2015). Berdasarkan penyebaran nyamuk culex spasial maka nyamuk culex spp kebanyakan ditemukan di tempat air kotor atau genangan air , dan selokan

ydan faktor lingkungan yang

memungkinkan penelitian ini sejalan dengan (Widiyanto, 2017) Nyamuk

mempunyai distribusi seragam

dikarenakan faktor lingkungan seperti suhu dan kelembababan di lokasi tersebut tidak jauh beda antara lokasi kota dengan kabupaten. Terdapat macam-macam lingkungan fisik yang

dapat mempengaruhi distribusi

nyamuk, diantaranya adalah tata rumah, jenis kontainer, ketinggian tempat, dan iklim. Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna dinding rumah, dan pengaturan

(5)

5 barang-barang di dalam rumah menentukan rumah tersebut menjadi disenangi atau tidak oleh nyamuk. Jenis kontainer, termasuk letak kontainer, bahan kontainer, bentuk

kontainer, warna kontainer, volume air, penutup kontainer, dan asal air pada

kontainer, memengaruhi nyamuk

betina dalam pemilihan tempat bertelur. 0 10 20 30 40 50 60 70

Hasil Perhitungan PMD

Hasil Perhitungan PMD

Berdasarkan gambar perhitungan PMD didapatkan Nyamuk Culex spp. Nyamuk culex spp yang tertangkap berjumlah 126 yang merupakan jenis Culex quenquefasciatus. Dari penangkapan nyamuk ini di kelurahan Malalayang 1 merupakan wilayah dengan kepadatan nyamuk culex spp tertinggi yang tertangkap 32 ekor dengan hasil 64 PMD di bandingkan Malalayang 1 Barat tertangkap 30 ekor dengan hasil 60 PMD, Winangun Satu tertangkap 25 ekor dengan hasil 50 PMD, Batu Kota tertangkap 20 hasil 40 PMD dan yang paling rendah angka kepadatan di kelurahan Winangun Dua 19 ekor dengan hasil 38 PMD , Perhitungan

kepadatan nyamuk dalam penelitian

menggunakan MHD karena

menggambarkan jumlah nyamuk dalam

satu jam sedangkan MBR

menggambarkan kepadatan nyamuk

dalam semalam alasan saya memilih

MHD karena faktor menggangu

kenyamanan masyarakat sekitar jika

menangkap semalam. Kepadatan

disebuah wilayah menentukan potensi adanya penyebaran vektor penyakit , untuk wilayah tertinggi angka kepadatan di Malalayang 1 dengan jumlah 64 PMD (perhitungan angka kepadatan nyamuk) penelitian sejalan dengan Tri Ramadhani di kota Pekalongan dimana kepadatan nyamuk culex spp di kota Pekalongan

(6)

6 menjadi salah satu factor penyebab penyakit Filariasis (Tri Ramadhani dkk, 2015). Untuk jenis nyamuk culex yang tertangkap jenis culex quinquefasciatus

salah satu penyebab penyakit Filariasis.

sesuai dengan penelitian dari Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batanghari

bahwa culex quinquefasciatus tingkat kerentanan terhadap infeksi B. malayi

penyebab Filariasis berpotensi menjadi vektor melalui uji PCR (Yahya dkk, 2014).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penangkapan Nyamuk Culex spp. Nyamuk culex spp yang

tertangkap berjumlah 126 yang

merupakan jenis Cx quenquefasciatus. Dari penangkapan nyamuk ini di kelurahan Malalayang 1 merupakan wilayah dengan kepadatan nyamuk culex spp tertinggi yang tertangkap 32

ekor dengan hasil 64 PMD di

bandingkan Malalayang 1 Barat

tertangkap 30 ekor dengan hasil 60 PMD, Winangun Satu tertangkap 25 ekor dengan hasil 50 PMD, Batu Kota tertangkap 20 hasil 40 PMD dan yang paling rendah angka kepadatan di kelurahan Winangun Dua 19 ekor dengan hasil 38 PMD.

SARAN

1. Bagi institusi pemerintah di

Kecamatan Malalayang agar

memberikan edukasi pada

masyarakat Malalayang di daerah

perumahan dan pemukiman

mengenai vektor nyamuk dan dampaknya

2. Bagi institusi perangkat desa di

daerah perumahan sekitar

Malalayang agar selalu

mengerahkan warga untuk

membersihkan lingkungannya agar terhindar dari berbagai penyakit yang diakibatkan oleh virus, filariasis dan protozoa yang ditularkan melalui nyamuk

3. Penelitian selanjutnya bisa meneliti tentang analisis spasial nyamuk

Culex spp dan perilaku nyamuk

Culex spp dengan resiko penyakit akibat nyamuk Culex spp di daerah perumahan dan pemukiman sekitar Kecamatan Malalayang

DAFTAR PUSTAKA

Albert J Podung, Odi R Pinontoan,

Sartje Rondonuwu-Lumanauw

and Max Tulung. 2016.

Abundance of mosquito species as vektor of the Japanese encephalitis diseases in the pig sties in north Sulawesi, Indonesia.

Entomology Doctorate Program, Graduate Program, Sam Ratulangi University, Manado.

Eman Just Gianno.2016.SURVEI

(7)

7

DAERAH PERUMAHAN

SEKITAR PELABUHAN

BITUNG. Manado : Universitas Sam Ratulangi.

Service M. Medical entomology for students 5th edition. Vol. 90, Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene. 2016. 590 p.

Tri Ramadhani , Bambang Yunianto, Aktivitas Menggigit Nyamuk Culex quinquefasciatus Di Daerah Endemis Filariasis Limfatik

Kelurahan Pabean Kota

Pekalongan Provinsi Jawa Tenga. 2015;7(7):40-53

Widiyanto, T. 2007. Kajian

Manajemen Lingkungan

Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Purwokerto Jawa Tengah.

Universitas Diponegoro

Semarang.

World Health Organization, 2014, Lymphatic Filariasis Fact Sheet, (http://www.who.int/entity/mediac entre/factsheets/en/)

Yahya, Santoso, Milana Salim, Maya Arisanti. 2014. Deteksi Brugia malayi pada Armigeres subalbatus dan Culex quinquefasciatusyang diinfeksikan darah penderita filariasis dengan metode PCR. Ciamis : Loka Litbang P2B2 Ciamis

Referensi

Dokumen terkait

Kedua mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah.Pengukuran variabel

Prn bekerja menjadi tukang corek (pekerja gambar) di UD Dedy Jaya sejak usaha dagang itu dirintis dan pernah bekerja di pertambangan, namun karena anak tunggal

Sumbangan C-Organik yang terdapat dalam pupuk kandang sapi disebabkan oleh dekomposisi kotoran sapi yang melepaskan sejumlah senyawa karbon (C) sebagai penyusun utama

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya serta menganugerahkan ilmu, kesehatan, dan tekad sehingga penulis dapat menyelesaikan

Paritas ibu yang memberikan ASI Eksklusif 67,7% pada ibu paritas tidak berisiko (paritas 2-3) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif 58,7% pada ibu paritas berisiko

Penggunakan RP dianggap lebih murah dibandingkan dengan pupuk superfosfat (SP 36) yang merupakan pupuk pabrik. 3) Pupuk Kalium (K), sumber hara yang banyak digunakan adalah pupuk MOP

tidak memadai di bbg kalangan  para penegak hukum, akademisi hukum, pendidik (guru), dan masyarakat luas termasuk perempuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu menguji pengaruh antara variabel rebranding , kualitas layanan terhadap citra merek studi pada pelanggan Majelis Mie Cabang