BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Arab sebagaimana bahasa lainnya, merupakan sarana komunikasi terpenting antara penutur maupun masyarakat dalam menyampaikan maksud dan tujuan kepada sesamanya.
Syaikh Musṭafa Al-Ghulayaini (1987:7) mengatakan:
ﻢﻫ ﺪﺻ ﺎﻘﻣ ﻦﻋ مﻮﻗ ﻞﻛ ﺎﺑ ﻌﻳ ﺎﻔﻟأ ﺔﻐﻠﻟا
/al-lugatu alfāẓun yu’abbiru bihā kullu qaumin ‘an maqāṣidihim/ ‘Bahasa adalah lafaz-lafaz yang digunakan oleh setiap orang atau kaum untuk mengungkapkan maksud atau tujuan mereka’.
Semakin pentingnya eksistensi Bahasa Arab sebagai bahasa international, Bahasa Arab juga senantiasa merupakan bahasa persatuan bagi umat muslim yang berada di seluruh penjuru dunia. Karena kitab suci umat Islam di seluruh dunia yakni Al-Quran yang diturunkan dalam Bahasa Arab dan juga dalam setiap bacaan di dalam shalat, doa-doa, maupun ibadah lainnya yang diekspresikan dengan bahasa Arab bukan dengan bahasa yang lain. Dengan kata lain bahwa bahasa Arab dapat mempersatukan umat Islam dari berbagai etnik.
Bahasa Arab sangat mendapatkan tempat di hati kaum muslimin. Imam Asy-Syafi’i mengatakan: “9TManusia menjadi buta agama, bodoh dan selalu
berselisih paham lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan lebih
mengutamakan konsep Aristoteles”9T. 2T(Siyaru A’lamin Nubala2T, 10/74.)
/innā anzalnāhu qurānan ’arabiyyan la’allakum ta’qilūna/ ‘sesungguhnya kami (Allah) menurunkan berupa qur’an dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya’(QS:yusuf:2)
Dengan demikian, untuk mengetahui dan memahami isi kandungan Al-Qur’an bahasa Arab merupakan syarat wajib yang harus dipelajari dan dipahami terlebih dahulu.
Untuk menganalisis Al-Qur’an khususnya yang berkaitan dengan susuna kalimatnya,ilmu Nahwu/Sintaksis sebagai salah satu cabang linguistik yang mengkaji dan menyelidiki tentang kalimat.
Istilah sintaksis dalam bahasa Arab disebut juga dengan ilmu nahwu atau
ﻮﺤﻨﻟا
/al-naḥwu/ , sebagaimana yang dikemukakan Fuad Ni’mah (t.t : 13) yang menyatakan bahwaﻮﺤﻨﻟا
/al-naḥwu/ ialah :ﺎﺑاﺮﻋﻋ ﺔﻴﻔﻴﻛو ﺎﻫﺮﺮاوأ ﺒﺿو ﺔﻠﻤﻤا ﻞﺮاد ﺔﻤﻠﻛ ﻞﻛ : ﻮﺤﻨﻟا
/Al-nahwu :kullu kalimatin dākhilu al-jumlati waḍabti awākhirihā wakaifiyati
i’rābihā/ ‘setiap kata yang masuk kepada jumlah/kalimat dan menetapkan baris huruf terakhir dan tata cara meng i’rabnya’ .
Dan menurut Al-Hasyimi (t.t : 6) :
ﺖﻠﺼﺣ ﱴﻟا ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا تﺎﻤﻠﻜﻟا ﺮﺮاوأ لاﻮﺣأ ﺎﺑ فﺮﻌﻳ ﺪﻋاﻮﻗ ﻮﻫ : ﻮﺤﻨﻟا
ﺎﻤﻬﻌﺒﺘﻳ ﺎﻣو ءﺎﻨﺑو باﺮﻋﻋ ﻦﻣ ﺾﻌﺑ ﻊﻣ ﺎﻬﻀﻌﺑ ﺐﻴﻛﱰﺑ
/Al-Naḥwu : huwa qawā’idu yu’rafu bihā aḥwālu awākhiri al-kalimāti al -‘arabiyyati al-latī ḥaṣalat bitarkībi ba’ḍihaā ma’a ba’ḍin min ‘irābi wa bināi
Menurut Al-Ghulayaini (2005:8) menyebutkan bahwa
ﻮﺤﻨﻟا
/al-naḥwu/ adalah :و باﺮﻋﻹا ﺚﻴﺣ ﻦﻣ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟا تﺎﻤﻠﻜﻟا لاﻮﺣأ ﺎﺑ فﺮﻌﺗ لﻮﺻﺻﺑ ﻢﻠﻋ
ءﺎﻨﺒﻟا
/‘ilmun bi’uṣūlin tu’rafu bihā aḥwālu al-kalimāti al-‘arabiyyati min haiṡu al
-‘irābi wa l-bināi/. ‘dasar ilmu untuk mengetahui keadaan-keadaan akhir kata dalam bahasa Arab dari segi ‘irab dan bina’.
Berdasarkan defenisi para ahli ahli naḥwu di atas dapat penulis simpulkan bahwa ilmu sintaksis merupakan satu bidang ilmu yang menyelidiki tentang struktur kalimat. Struktur kalimat adalah susunan tata bahasa dari unsur kalimat. Sementara kalimat adalah kesatuan kumpulan kata yang mengandung pengertian.
Secara garis besarnya ilmu naḥwu membahas tentang perubahan ḥarkat (baris) pada setiap akhir kata atau yang disebut
باﺮﻋﻋ
/i’rab/.I’rab menurut Al-Ghulayaini (2005: 15)
باﺮﻋﻋ
/i’rab / adalah :وأ ﺎﺑﻮﺼﻨﻣ وأ ﺎﻋﻮﻓﺮﻣ ﺎﻫﺮﺮأ نﻮﻜﻴﻓ تﺎﻤﻠﻜﻟا ﺮﺮأ ﰱ ﻞﻣﺎﻌﻟا ﻪﺛﺪﳛ ﺮﺛأ : باﺮﻋﻋ
.ﻞﻣﺎﻌﻟا ﻚﻟاذ ﻪﻴﻀﺘﻘﻳ ﺎﻣ ﺐﺴﺣ ﺎﻣوﺰﳎ وأ اروﺮﳎ
/’irabu : aṡarun yuḥdiṡuhu al -‘āmilu fī ākhiri al-kalimāti fa yakūnu akhiruhā marfu’an au manṣūban au majrūran au majzūman ḥasiba mā yaqtaḍīhiżālika al
-‘āmilu/. “i’rab adalah keadaan yang dipengaruhi oleh ‘amil atau faktor-faktor yang mendahului sebuah kata dalam susunan kata sehingga kata tersebut menjadi ḥarkat,marfu’, mansub, majrur, majzum”.
Menurut Al-Hasyimi (t.t : 27)
وأ ﺎﻈﻔﻟ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﺔﻠﺮاﺪﻟا ﻞﻣاﻮﻌﻟا فﻼﺘﺮﻹ ﻢﻠﻜﻟا ﺮﺮاوأ لاﻮﺣأ ﲑﻴﻐﺗ ﻮﻫ
اﺮﻳﺪﻘﺗ
/huwa tagyīru aḥ wālu awākhiri al-kalimi li ikhtilāfi al-‘awāmili al-dākhilati
‘alaihā lafẓan au taqdīran/ ‘ialah perubahan keadaan akhir kata karena perbedaan faktor- faktor yang masuk ke dalamnya baik secara lafaz atau tidak’.
Dalam bahasa Arab
باﺮﻋﻋ
/ i’rab ada empat macam :Dalam struktur kalimat bahasa Arab ada yang dikenal dengan ḍamīr yaitu kata ganti, ḍamīr dalam bahasa Linguistik disebut dengan pronoun . Ḍamīr atau kata ganti adalah kata yang merupakan salah satu golongan dari kelas kata yang memiliki arti penting dalam penggunaannya. Penggunaan kata ganti ini bertujuan untuk menghindari pengulangan kata agar lebih efektif susunan kalimatnya, sekaligus untuk mempersingkat bahasa dan mempermudah si pemakai bahasa.
Menurut Al-gulayaini (tt:115) ḍamīr (kata ganti) adalah :
.ﺐﺋﺎﻏ وأ ﻪﺒﻃﺎﳐ وأ ﻢﻠﻜﺘﻣ ﻦﻋ ﻪﺑ ﲏﻜﻳ ﺎﻣ:ﲑﻤﻀﻟا
/Al-ḍamīru : mā yuknā bihi ‘ān mutakallimin au mukhāṭabatin au ghāibin. ḍamir adalah lafal yang digunakan sebagai pengganti orang pertama (mutakallim), orang kedua (mukhaṭab), dan orang ketiga (gaib).
Menurut Al-gulayaini (tt:116) ḍamīr (kata ganti) dalam bahasa Arab ada tujuh macam yaitu :
.روﺮﳎ ,بﻮﺼﻨﻣ ,عﻮﻓﺮﻣ ,ﱰﺘﺴﻣ ,زرﺎﺑ ,ﻞﺼﻔﻨﻣ ,ﻞﺼﺘﻣ
/muttaṣilun, munfaṣilun, bārizun, mustatirun, marfu’un, manṣubun, majrurun
Adapun kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
ﲑﻤﺿ
ﻞﺼﻔﻨﻣ
/ḍamīr munfaṣil/ dengan objek penelitian surat Al-an’am. Karena dalam surat Al-An’am terdapat keunikan ḍamīr munfaṣil yaitu:1. Pada dasarnya
ﻞﺼﻔﻨﻣ
/ḍamīr munfaṣil/ hanya menempati posisiباﺮﻋا
/i’rab yaitu
ﻊﻓر
/rafa’ danﺐﺼﻧ
/naṣab ,pada posisiﻊﻓر
/rafa’ bisa berposisi sebagaiءﺪﺘﺒﻣ
/mubtada’,ﻞﻋﺎﻓ
/fā’il, atauﻞﻋﺎﻓ ﺐﺋﺎﻧ
/ naib fa’ildan pada posisi
ﺐﺼﻧ
/naṣab hanya menjadiﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ
/
maf’ul bih/objek. 2. Pada surat Al-An’am tidak semua ayat berubah bentuk akhir kata karenamasuknya
ﻞﺼﻔﻨﻣ
/ḍamir munfaṣil/ baik secaraﻊﻓر
/rafa’ ataupun secaraﺐﺼﻧ
/naṣab contoh:
yamsaska bi khairin fahuwa ‘alā kulli syai in qadīrun./
4T
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia(Allah) mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia(Allah) Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.(Q.S Al-an’am:17)
4T
Pada kata 4T/huwa harusnya merubah bentuk kata setelahnya menjadi bentuk
ﻊﻓر
/rafa’ yang berposisi sebagaiﻞﻋﺎﻓ ﺐﺋﺎﻧ
/ naib fa’il akan tetapi pada ayat ini tidak mempengaruhi bentuk akhir kata. Sehingga menjadi alasan kuat penulis untuk menganalisis Ḍamir Munfaṣil pada Surat Al-An’am1.2. RUMUSAN MASALAH
Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu diberikan perumusan masalah sehingga tidak keluar dari topik permasalahan yang ingin dibahas. Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada ḍamir munfaṣil. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah pada surat Al-An’am terdapat ḍamīr munfaṣil ? 2. Apa saja fungsi ḍamīr munfaṣil pada surat Al-An’am?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ḍamīr munfaṣil yang terdapat pada surat Al-An’am. 2. Untuk mendeskripsikan fungsi ḍamīr munfaṣil pada surat Al-An’am.
1.4.. MANFAAT PENELITIAN
Sehubungan dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka hasil peneitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca maupun masyarakat pemakai bahasa Arab.
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Bertambahnya wawasan penulis tentang ḍamīr, khususnya ḍam īr munfaṣil terutama mengenai fungsinya dalam kalimat.
2. Memberikan masukan bagi para pembaca dan masyarakat pemakai bahasa Arab mengenai ḍamīr munfaṣil dalam susunan kalimat berbahasa Arab khususnya yang terdapat pada surat Al-An’am.
1.5. METODE PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu metode dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikannya (Natsir:1999) dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
• Mengumpulkan sumber referensi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti serta mempelajarinya.
• Setelah sumber referensi terkumpul diklasifikasikan data yang terdapat pada obyek penelitian dengan landasan teori yang telah diperoleh dari sumber-sumber referensi.
• Membaca surat Al-An’am untuk memperoleh data yang dibutuhkan kemudian diklasifikasikan sesuai dengan sifat yang diperoleh