• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB. I PENDAHULUAN - KESADARAN INTUITIF GURU DALAM PENGGUNAAN BAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM PEMBELAJARAN FIKIH ( Studi Kasus di Madrasah Aliyah Al-Irsyad Tengaran dan Madrasah Aliyah Tahfidzul Qur’an As-Surkati Salatiga Tahun 2015) - Test Rep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB. I PENDAHULUAN - KESADARAN INTUITIF GURU DALAM PENGGUNAAN BAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM PEMBELAJARAN FIKIH ( Studi Kasus di Madrasah Aliyah Al-Irsyad Tengaran dan Madrasah Aliyah Tahfidzul Qur’an As-Surkati Salatiga Tahun 2015) - Test Rep"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah satu hal yang sangat penting dalam sebuah kehidupan manusia. Sebab dengan bahasa itulah manusia bisa berkomunikasi dan menyampaikan gagasan dan isi pikirannya.1

Acep Hermawan dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab

menjelaskan bahwa semua bahasa itu penting dan baik untuk kita ketahui. Itu berawal dari bahasa ibu, bahasa pertama yang dikenal manusia pada tahap awal perkembangan yaitu bahasa yang terbiasa anak-anak gunakan dalam lingkungan keluarganya.2

Setelah belajar bahasa pertama atau bahasa ibu, selanjutnya belajar bahasa yang bukan bahasa pertama ini, yang disebut dengan bahasa kedua

(second language) dan bahasa asing (foreign language). Bahasa kedua adalah

bahasa yang digunakan di masyarakat luas, atau bahasa yang diperoleh anak dalam pergaulannya di masyarakat. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa

yang digunakan oleh orang “asing” atau di luar lingkungan masyarakat atau

bangsa.

Bahasa asing (foreign language) adalah bahasa yang digunakan di luar keluarga dan di luar masyarakat secara umum. misalnya bahasa Arab, Inggris, Jerman, Jepang, Mandarin dan sebagainya.

Khusus pada bahasa Arab, bahasa Arab adalah kalimat-kalimat yang dipergunakan oleh orang Arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan (pikiran dan perasaan) mereka. Bahasa Arab telah banyak memberi banyak kosa kata kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan latin kepada kebanyakan bahasa Eropa. Semasa abad pertengahan, bahasa Arab juga merupakan alat utama budaya, terutama dalam sains, matematika dan filsafat,

1

Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, Jogyakarta: Diva Press, 2012, 27.

2

(2)

yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak kosa kata dari bahasa Arab. Sampai sekarang ini, bahasa Arab masih merupakan bahasa yang tetap bertahan keinternasionalannya, sejajar dengan bahasa internasional modern, yaitu bahasa Inggris dan Perancis.3

Bahasa Arab memiliki kedudukan yang cukup penting di kalangan kaum muslimin. Hal ini bisa dimaklumi karena bahasa yang digunakan oleh

al-Qur‟andan al-Hadits adalah bahasa Arab. Seseorang yang ingin mendalami

ilmu-ilmu agama Islam baik yang berkaitan dengan fikih, hadits, tafsir maupun yang lainnya, diharuskan menguasai bahasa Arab terlebih dahulu. Tidak mungkin seseorang menguasai dengan baik ilmu-ilmu di atas kecuali dengan menguasai bahasa Arab. Sehingga pada akhirnya, menguasai bahasa Arab merupakan sebuah keniscayaan bagi siapa saja yang ingin menguasai ilmu-ilmu dalam agama Islam.

Berbicara tentang ilmu-ilmu dalam agama Islam, maka dalam hal ini penulis tertarik membahas ilmu-ilmu yang dipelajari dan sudah menjadi bagian dari ilmu pendidikan agama Islam secara umum, yang mana sumber buku yang dipelajari banyak yang diambil dari kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa Arab, dan disampaikan sebagai materi pelajaran di kelas dengan menggunakan bahasa Arab.

Materi pelajaran Agama Islam banyak merujuk pada beberapa kitab, seperti misalnya pada mata pelajaran Fikih yang merujuk pada kitab

Bidayatul Mujtahid. Pelajaran Hadits yang lebih banyak merujuk pada kitab

Bulughul Marram. Dan pelajaran Tafsir yang lebih banyak untuk dapat lebih

memahami bahasa dan makna dalam al-Quran. Semua itu lebih banyak berkaitan dengan mutu sumber daya guru yang menyampaikan ilmu-ilmu tersebut. Bagaimana materi dapat diterima dengan baik oleh anak didik jika disampaikan oleh guru yang kemampuan bahasa Arabnya belum optimal.

Kemampuan guru di sini ialah keahlian secara akademik dan non-akademik yang mana keahlian tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh

3

(3)

guru, dan kemampuan ini berkaitan dengan kesadaran yang ada pada setiap guru. Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pada kesadaran intuitif yang terdapat pada guru. Kesadaran intuitif tersebut merupakan rasa sadar yang lahir dari diri guru dan bukan sekedar karena hal disiplin yang harus dijalankan di sekolah.

Pesantren Modern maupun pesantren tradisional di Indonesia berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan pesantren, termasuk di dalamnya pesantren modern Darussalam Gontor di Jawa Timur, Pesantren Darunnajah di Jawa Barat, Pesantren As-Salam di Jawa Tengah, yang mana hampir di setiap mata pelajaran agama menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar dalam pembelajaran. Dengan menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar pelajaran, maka dalam posisi ini bahasa Arab bukan lagi sebagai bahasa asing melainkan sebagai bahasa kedua.

Fenomena yang terjadi adalah banyak ditemukan di beberapa sekolah berbasis Islam, pendidik atau guru yang mengajar pada pelajaran Fikih, namun mereka tidak menguasai bahasa Arab dengan baik, sedangkan sumber-sumber pelajaran Fikih, lebih banyak mengambil dari al-Quran, al-Hadits dan beberapa kitab-kitab bertuliskan bahasa Arab.

Empat tahun lalu, penulis pernah mendapatkan seorang guru Fikih yang keliru dalam mengucapkan dalil-dalil yang dinukil dari hadits, dan yang lebih memprihatinkan adalah kesalahan penafsiran dalam menjelaskan dalil yang bertuliskan bahasa Arab. Jika itu yang terjadi, bagaimana materi yang diajarkan dapat diterima dengan baik oleh murid. Maka dari itu peneliti tertarik mengambil penelitian dengan judul kesadaran intuitif guru dalam penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran fikih. Penelitian ini akan dilakukan di dua sekolah, yaitu MA Al-Irsyad

Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga. Penulis memilih

(4)

erat dengan kemampuan bahasa Arab yang mereka miliki. Tidak terkecuali kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran di kelas, termasuk guru

Mata Pelajaran Fikih. Adapun MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga,

adalah Madrasah Aliyah dengan konsentrasi hafalan al-Qur‟an, yang tetap berusaha menjadikan bahasa arab sebagai bahasa pengantar dalam pelajaran ilmu-ilmu agama, sehingga penulis merasa bahwa melakukan penelitian di dua sekolah ini akan memberikan gambaran hasil yang berbeda dan cukup menarik.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak melebar terlalu jauh maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini, yaitu pada kesadaran intuitif guru Fikih dalam menggunakan bahasa Arab. Adapun penelitian dilaksanakan pada guru pengajar Fikih jenjang Aliyah sebanyak dua sekolah yaitu; MA Al-Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga.

2. Rumusan Masalah

Untuk memberikan kejelasan dan arah dalam penulisan ini, maka rumusan permasalahan dalam penulisan ini adalah :

a. Bagaimanakah kesadaran intuitif guru Fikih dalam memahami bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad

Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga?

(5)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui kesadaran intuitif guru Fikih dalam memahami bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pelajaran Fikih di MA Al- Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran intuitif guru Fikih dalam menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar pada pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA

Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penulisan ini berguna sebagai pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan khususnya pada strategi, desain atau perencanaan, pengelolaan dan evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran Fikih.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penulisan ini berguna bagi guru-guru mata pelajaran Fikih dalam mencari alternatif penggunaan bahasa pengantar di kelas, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.

D. Kajian Pustaka

1. Kesadaran Intuitif Guru

Kesadaran menurut bahasa ialah keinsafan; keadaan mengerti. Menurut istilah, kesadaran berasal dari kata Sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti.4 Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan

4

(6)

yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian).

Semua Kegiatan Belajar-Mengajar tidak lepas dari sesuatu yang disebut profesionalisme guru, seperti yang dijelaskan oleh Siti Hindun dalam Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa

(Studi Kasus Kelas V di Al-Fath Elementary School Cireundeu), penerbit Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007. Seorang guru profesional harus mempunyai empat kompetensi guru yang sudah ditetapkan dalam Undang-undang. Dalam keempat kompetensi guru seperti yang dimaksud dalam definisi guru profesional seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran secara luas serta. Penguasaan ini meliputi konsep dan struktur, serta metode keilmuan dan seni mengajar.

Dalam definisi guru profesional, seorang guru harus mempunyai kompetensi kepribadian di mana hal tersebut adalah kemampuan kepribadian yang stabil dan dewasa, arif, bijaksana, berakhlak mulia dan berwibawa. Seorang guru juga harus mempunyai kompetensi profesional yang merupakan kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran yang luas dan mendalam. Kemampuan menguasai materi antara lain tentang konsep dan struktur materi ajar, materi ajar yang ada di dalam kurikulum, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait. Guru profesional juga harus mempunyai kompetensi sosial yang merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat.

Berkaitan dengan kemampuan yang stabil, dewasa, arif, bijaksana, berakhlak mulia dan berwibawa tersebut, seorang guru juga dituntut untuk mampu menghadirkan kesadaran pada diri sendiri agar pembelajaran berjalan dengan baik. Seperti pada penelitian dengan judul Kesadaran Intuitif Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penggunaan Media

(7)

Jakarta Selatan) oleh Rosmalia, penerbit Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta pada tahun 2007.5 Jika Rosmalia meneliti mengenai kesadaran intuitif guru Pendidikan Agama Islam terhadap penggunaan media, maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik melihat Kesadaran guru secara intuitif dalam penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran Fikih yaitu penggunaan bahasa Arab.

2. Bahasa

Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut6. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Karena dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan. Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Bahasa itu sendiri adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahasa primer) dan tulisan (bahasa sekunder).

Ma‟rufatul Hasanah menulis sebuah penelitian yang berjudul Penggunaan Bilingual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto7. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:

a. Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan bilingual untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X RSBI SMAN I Sooko Mojokerto.

b. Kendala-kendala yang menghambat penggunaan bilingual pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto.

5

Rosmalia, Kesadaran Intuitif Guru Dalam Menggunakan Media Dalam Pembelajaran, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

6

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa (15/12/14)

7

(8)

c. Solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam penggunaan bilingual pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN I Soko,Mojokerto.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan Penggunaan bilingual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto meliputi: upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan bilingual untuk pembelajaran di kelas X SMAN 1 Sooko Mojokerto berupa persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

3. Pelajaran Fikih

Fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang bersifat far’iyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus, terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fikih adalah mengetahui fikih adalah mengetahui hukum dan dalilnya.

Seorang guru selain mempunyai kemahiran serta keahlian dari segi pemahaman dan keterampilan pada bahasa, mereka juga dituntut untuk dapat mengamalkan keahlian yang mereka miliki, seperti sebuah penelitian yang berjudul Efeketifitas Penggunaan Media Gambar Dalam

Pembelajaran Fikih di MTSN 19 oleh Santi Paramitha, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2001. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan tentang kreativitas guru menggunakan media gambar dalam pembelajaran pelajaran Fikih di kelas.

Moh. Nur Kholis Awwaluddin mengadakan penelitian tentang penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Fikih8,Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a. Media visual lebih sering digunakan dalam pembelajaran dengan melihat materi yang disampaikan, karena lebih dapat membantu guru

8

(9)

Fikih dalam memahamkan siswa saat pembelajaran. Sehingga, siswa tidak perlu membayangkan tentang apa yang dijelaskan oleh guru. b. Penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa

dalam pembelajaran Fikih.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap obyek yang dituju guna memperoleh data yang benar dan terpercaya yang berkaitan dengan kesadaran intuitif guru fikih dalam menggunakan bahasa Arab, ketika guru yang bersangkutan melaksanakan proses belajar mengajar. Penelitian ini bersifat kualitatif, dimana penulis akan menggali informasi dari orang- orang dan perilaku yang diamati. Penelitian akan dilakukan dengan detail dan obyektif dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang akurat.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, di mana penulis akan menggambarkan fakta yang ditemukan di lapangan secara obyektif.

3. Pengambilan Sampel a. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini ialah guru pengampu atau guru yang mengajar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA

Tahfidzul Qur‟an As- Surkati Salatiga.

b. Sampel Penelitian

Data yang diambil dari penelitian ini berasal dari guru yang mengajar pelajaran Fikih di MA Al-Irsyad Tengaran dan MA

(10)

4. Metode Pengumpulan Data a. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi atau pengamatan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pengambil data dengan menggunakan observasi atau pengamatan yang telah dirancang menuru ukuran yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini peneliti akan mencatat indikasi yang terlihat dari guru pelajaran Fikih, sebelum jam pelajaran, saat proses dan pada saat evaluasi. Peneliti akan mencatat semua yang dapat dilihat dari tingkah laku guru yang berkaitan dengan indikasi dari kesadaran intuitif sampel. Dan peneliti akan ikut serta di dalam proses Belajar-Mengajar agar mendapatkan data yang dibutuhkan.

b. Wawancara

Metode pengambilan data dalam penelitian ini, lebih menitik beratkan ke teknik wawancara, yang mana sebelum mengadakan wawancara, peneliti merancang terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan agar ketika wawancara, peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan dari sampel.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang terdapat pada surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan- laporan kegiatan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini dokumentasi yang dimaksud adalah data-data yang berkaitan dengan proses pembelajaran fikih, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), contoh- contoh pertanyaan dalam Ujian Tengah atau Akhir Semester.

5. Metode Analisa Data

Setelah informasi terhimpun, maka analisis data dilakukan dengan cara: a. Reduksi data; dengan mengidentifikasi satuan terkecil yang dikaitkan

(11)

proses kegiatan belajar mengajar guru pada mata pelajaran fikih di dua Madrasah Aliyah yang diteliti.

b. Kategorisasi atau penyajian data; dengan menyusun kategori, mensintesiskan kategori dan mengkaitkan kategori satu dengan yang lainnya.

c. Menyusun hipotesis kerja atau penarikan kesimpulan, dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang proposional, yang sekaligus dapat menjawab pertanyaan penulisan.

F. Sistematika Penelitian

Peneliti memilih desain penelitian berupa Penelitian lapangan, bertujuan untuk mendapat ragam informasi di lapangan dengan beragam metode yang digunakan. Data diambil melalui wawancara yang sudah disusun menurut indikator variabel penelitian yang sudah ditentukan dan observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti selama terjun dalam penelitian.

Adapun tulisan yang disajikan mencakup pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikasi penelitian, kajian pustaka, metode dan sistematika penelitian. Selanjutnya adalah bab kedua yang lebih banyak memberikan penjelasan pada kajian atau landasan teori yang berkaitan dengan kesadaran intuitif, bahasa Arab dan pelajaran fikih, serta indikator- indikator yang berkaian dengannya.

Bab ketiga mengemukakan tentang bentuk gambaran umum MA Al- Irsyad Tengaran dan MA Tahfidzul Qur‟an As-Surkati Salatiga, serta bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Fikih, pada saat melaksanakan proses belajar mengajar di kelas.

(12)

BAB. II

LANDASAN TEORI

A. Kesadaran Intuitif

1. Pengertian kesadaran intuitif

Kesadaran menurut bahasa ialah keinsafan; keadaan mengerti. Dan menurut istilah kesadaran berasal dari kata sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti.9 Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia; Intuitif artinya adalah bersifat (secara) intuisi, berdasar bisikan (gerak) hati10.

Menurut JP.Chaplin, dalam Kamus Lengkap Psikologi11, Intuisi adalah :

a. Pengetahuan langsung atau segera tanpa kesadaran terlibat dalam kegiatan persiapan berpikir (pikiran pendahuluan).

b. Satu pertimbangan yang dibuat tanpa renungan pendahuluan.

Dalam dunia pendidikan, selain penalaran induktif dan deduktif, ada juga kegiatan berpikir lain yang dinamakan berpikir intuitif. Pendekatan intuitif adalah suatu bentuk pemecahan masalah dalam mengajar atau proses belajar mengajar dengan menggunakan bisikan atau gerakan hati untuk mengerti dan mengetahui sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu. Pendekatan intuitif merupakan sebuah bentuk lain dari pendekatan induktif12.

Intuisi adalah kemampuan jiwa manusia dalam mendapatkan kesimpulan dari suatu soal tanpa uraian, tanpa ketenangan dan tanpa

9

Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya, 2009, 437.

10

Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Widya Karya, 2009, 189.

11

J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo, 2004, 260.

12

(13)

analisa apapun.13 Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tak bisa dijelaskan, dan tak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Kebenaran yang diperoleh dengan pendekatan intuitif disebut sebagai kebenaran intuitif. Kebenaran intuitif sulit untuk dipertanggung jawabkan, sehingga ada pihak-pihak yang meragukan kebenaran macam ini.

Dalam sebuah jurnal disebutkan, beberapa fakta mengenai orang-orang sukses yang berawal dari intuisi mereka14yaitu :

a. Para astronot menghabiskan waktunya untuk berlatih berkreasi secara intuitif.

b. Ray Croch membeli frenchise Mc.Donald dengan harga yang kelewat tinggi, meskipun sebenarnya uangnya tidak cukup untuk membeli

waralaba tersebut. Akan tetapi dia mengatakan: “intuisi saya

mengatakan agar saya terus membelinya dan harus”. Firasat itu

terbukti benar. Mc.Donald pertama kali hanya ada 1 di California, tapi sekarang sudah menjadi frenchise yang mendunia.

c. George Eastment, pendiri Eastment KODAK, menyatakan bahwa merk KODAK yang melegenda itu muncul secara intuitif.

d. Sam Walton pendiri Walt Mart menggunakan intuisinya ketika mendirikan sebuah Toko pada 1962 kini ada lebih dari 1300 Toko di seluruh dunia.

Pengetahuan ini merupakan hasil dari penghayatan pribadi, sebagai hasil ekspresi dan individualitas seseorang, sehingga validitas pengetahuan ini sangat bersifat pribadi. Pengetahuan intuisi berbeda dengan teori ilmiah. Teori ilmiah yang komplit bukanlah dibentuk dari pengetahuan intuisi. Teori ilmiah itu harus logis dan dapat diuji dengan observasi atau eksperimen ataupun melalui keduanya.

13

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 189.

14

(14)

Intuisi dalam pandangan dunia pendidikan dapat juga diartikan sebagai berpikir, dan beberapa ahli menyebutkan definisi dari intuisi15, yaitu :

a. Lynn B Robinson dalam artikelnya “Intuition in Business” yang

muncul di The Harbinger (Nov. 17, 1998) mengatakan, salah satu definisi intuisi adalah tindakan atau pengetahuan yang tidak melalui proses rasionalisasi.

b. Gary Zukav, penulis “The Dancing Wu Li Masters, An Overview of the

New Physics dan Seats of Soul”, mendefinisikan intuisi sebagai

pedoman non fisik yang mengarahkan kita untuk mencapai tujuan hidup kita.

Kata kunci yang bisa kita simpulkan adalah bahwa intuisi itu merupakan: cara memahami atau menerjemahkan, pengetahuan dan pengalaman, pedoman, serta mengenali dan bertindak.

Manfaat dari intuisi dalam pembelajaran adalah dengan adanya intuisi, maka siswa ataupun guru dapat mengenali dan bertindak dengan baik sesuai kondisi kelas, dikarenakan telah memahami pengalamannya yang didapat di kelas.

2. Indikasi dari sebuah kesadaran intuitif

Menurut Nancy C. Pohle dan Ellen L. Selover menyatakan beberapa indikator intuisi pada seseorang16 yaitu:

a. Melihat Jelas

b. Pendengaran Yang Jelas c. Pengindraan Yang Jelas

Seseorang bisa memiliki intuisi yang baik ketika dia sudah melihat dan mendengar sebuah permasalahan tertentu, dimana sesuatu yang dia lihat dan dia dengar itu kemudian diolah oleh pandangan yang baik pula.

(15)

3. Manfaat yang didapatkan dari berkembangnya sebuah kesadaran intuitif.

Hugh Lynn Cayce menyimpulkan bahwa terdapat tiga tujuan yang berharga untuk mengembangkan attunement ( proses) intuitif 17yaitu:

a. Peningkatan komunikasi.

Ketika kita belajar untuk menggunakan intuisi kita dengan cara yang positif, pemahaman yang lebih motivasi, pikiran, dan perasaan orang lain dapat terjadi. Hal ini memungkinkan kita untuk menjadi lebih toleran, menerima, dan mengasihi mereka.

b. Unleashed ( mengembangkan) kreativitas.

Wawasan intuitif memotivasi kita untuk tumbuh lebih dekat dengan sumber kreatif, sehingga memicu percikan kreatif kita sendiri dan berekspresi, yang merupakan esensi dari kita yang sebenarnya diri.

c. Penyembuhan orang lain dan diri kita sendiri.

Seperti kita membiasakan ke tertinggi dalam diri kita sendiri dan merasa termotivasi untuk membantu orang lain, kita membuka diri untuk orang sekitar dan memungkinkan energy penyembuhan untuk beroperasi melalui kita.

Fungsi intuitif menurut Jung adalah suatu fungsi merasakan, suatu fungsi yang muncul dengan sendirinya secara alamiah dan digerakan dari alam tak sadar manusia. Menurut Jung (2003) seorang yang intuitif sangat optimis dan mempunyai antusiasme yang tinggi.18

a. Membantu mengurangi stres dengan mengidentifikasi dan menangani masalah secara lebih efektif.

b. Mengeluarkan kreativitas dan imajinasi.

17

http://innerself.com/id/content/self-help/intuition/6031-awareness-a-intuition.html (1999)/ 04/01/2014

18

(16)

c. Menghubungkan diri dengan bawah sadar, sehingga dapat mengungkap kebenaran tersembunyi tentang diri sendiri dan situasi dalam hidup.

d. Karena terhubung dengan intuisi akan menghindari terjadi penumpukan emosi dan pikiran negatif.

e. Mengintegrasikan fungsi otak kiri dan kanan, memberikan anda perspektif yang lebih lengkap tentang berbagai isu.

f. Membantu keputusan yang lebih integrative.

4. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran intuitif

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan intuitif 19, yaitu:

a. Faktor guru

Seorang siswa tidak akan berpikir intuitif bila mereka tidak pernah melihat bagaimana gurunya berpikir intuitif.

b. Penguasaan bahan

Siswa yang menguasai bidang ilmu tertentu akan lebih sering berpikir intuitif dibandingkan dengan siswa yang tidak menguasainya.

c. Struktur pengetahuan

Memahami struktur atau seluk-beluk suatu bidang ilmu memberi kemungkinan yang lebih besar untuk berpikir intuitif.

Menurut Jung terdapat beberapa cara untuk mengembangkan kemampuan intuisi dan manfaat mengembangkannya20, yaitu:

1. Menenangkan pikiran dan mendengarkan.

Luangkan waktu setiap hari untuk mengalami keheningan. Lakukan latihan menenangkan pikiran dengan menggunakan teknik pernapasan atau meditasi apa pun yang anda inginkan.

19

http://rininoviati-math.blogspot.com/2013/01/artikel-pendidikan.html (23/09/2014)

20

(17)

Berikan waktu untuk melepaskan kecenderungan berpikir, atau menganalisis, dan mencoba tahu segalanya. Buka pikiran dan dengarkan. Biarkan pikiran anda berkelana dan terbuka terhadap ide-ide dan solusi yang datang. Intuisi akan menghubungkan anda dengan pengetahuan yang lebih besar. Ini biasanya berkomunikasi melalui simbol-simbol, perasaan dan emosi.

2. Perhatikan dan Sadari.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan intuitif anda, anda harus memperhatikan apa yang terjadi di sekitar anda. Semakin banyak data dan informasi yang anda serap dari lingkungan anda, maka pikiran bawah sadar anda akan semakin bekerja saat harus membuat sebuah keputusan penting. Karena intuisi anda menggunakan informasi yang dikumpulkan oleh pikiran sadar, semakin banyak tersedia, maka semakin baik solusinya. Demikian juga, pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari pengalaman berkontribusi terhadap kualitas pandangan yang diberikan oleh intuisi anda. Pikiran bawah sadar mengkomunikasikan informasi kepada pikiran sadar melalui intuisi.

3. Gunakan pikiran bawah sadar saat anda tidur.

Sebelum beranjak ke tempat tidur, renungkan pertanyaan dan masalah yang tidak bisa anda temukan solusi pada siang hari. Pikirkan dan cari kemungkinan yang berbeda. Hal ini akan memicu imajinasi anda dan menempatkan bawah sadar bekerja mencari solusi kreatif saat anda tidur. Siapkan pulpen dan kertas sehingga ketika anda bangun pada malam hari anda dapat menulis ide-ide baru yang anda peroleh.

4. Tuliskan.

(18)

pandangan, atau pengetahuan tersembunyi yang berhubungan dengan situasi atau masalah yang memerlukan pemecahan.

B. Bahasa Arab

1. Pengertian Bahasa secara umum a. Pengertian Bahasa

Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua pengertian, yaitu21:

1) Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

2) Percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yg baik; sopan santun: baik budi -- nya;-- menunjukkan bangsa, budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan)

Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Karena dalam berbagai macam situasi bahasa dapat dimanfaatkan. Kemampuan berbahasa merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Bahasa itu sendiri adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahasa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk simbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata „sarang‟ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kandang atau tempat. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama untuk penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain.

(19)

Menurut Syamsuddin, bahasa memiliki dua pengertian. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan22.

b. Fungsi bahasa dalam masyarakat 23:

1) Alat komunikasi ekspresif, menyampaikan perasaan, pikiran, kehendak atau sikap (simbolik, emotif, efektif).

2) Alat komunikasi argumentatif, menyampaikan suatu pengetahuan sebagai sebuah pikiran lengkap dengan jalan pikiran yang melatarbelakanginya.

3) Dengan bahasa maka manusia dapat hidup dalam dunia pengalaman yang nyata dan dunia pengalaman yang simbolik yang hanya dapat dinyatakan dengan bahasa.

4) Dengan bahasa manusia dapat memberi arti pada kehidupannya.

Adapun bahasa Indonesia, maka diantara fungsi-fungsinya adalah:24

1) Lambang kebanggaan nasional.

2) Lambang identitas nasional.

3) Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang social budaya dan bahasanya.

4) Alat perhubungan antar budaya antar daerah.

22

http://adidesu.wordpress.com/2012/03/02/definisi-bahasa-menurut-para-ahli (27/01/2014)

23

Kinayati Djojosuroto, Filsafat Bahasa, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, 75.

24

(20)

c. Macam dan jenis ragam bahasa :25

1) Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum bahasa sains, jurnalistik dan sebagainya.

2) Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan Presiden Soeharto, gaya bahasa Binyamin. S dan sebagainya.

3) Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakat suatu wilayah seperti dialeg bahasa madura, medan, sunda, dan lain- lain.

4) Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasa orang jalanan.

5) Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.

6) Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.

Bahasa Pengantar sendiri adalah bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi dalam perundingan, pemberian pelajaran di sekolah dan sebagainya.

2. Kedudukan bahasa Arab

a. Terdapat kaitan yang erat antara al-Qur’andengan bahasa Arab, yaitu:

1) Al-Qur‟anditurunkan oleh Allah Ta’ala dengan menggunakan

bahasa arab. Ini telah dijelaskan dalamsurat An-Nahl ayat 103:

((

ِهٍَْنِإ ٌَوُذ ِحْهٌُ يِزَّنا ٌُاَسِن ٌشَشَت ُهًُِّهَؼٌُ اًَََِّإ ٌَىُنىُقٌَ ْىُهَََّأ ُىَهْؼََ ْذَقَن َو

ٌٍٍِثُي ًٌِّت َشَػ ٌٌاَسِن اَزَه َو ًًٌَِّجْػَأ

))

25

(21)

Artinya: “Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka berkata: sesungguhnya Al-Qur‟anitu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa

‟Ajam, sedang al-Qur‟anadalah dalam bahasa Arab yang terang”.

(QS. An-Nahl : 103).

2) Maksud dari kandungan al-Qur‟ansecara menyeluruh tidak akan bisa difahami dengan baik, kecuali oleh orang-orang yang memahami bahasa arab.

3) Syarat penafsir adalah mengusai bahasa Arab. Orang yang ingin menafsirkan al-Qur‟an, maka dia harus menguasai bahasa Arab terlebih dahulu, karena al-Qur‟anditurunkan dengan menggunakan bahasa Arab.26

4) Adanya perintah untuk menguasai ilmu nahwu dan ilmu balaghah, sehingga seorang mufassir mampu untuk mengetahui i’jaz yang ada dalam al-Qur‟an.27

b. Bahasa Arab dan al-hadits an-nabawi:

1) Hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallama menggunakan bahasa Arab. Dalam Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul, Ibnul Atsir telah menjelaskan bahwa dasar untuk dapat mengetahui dan memahami hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallama

adalah dengan menguasai bahasa Arab. Beliau mengatakan:

ِد ْوُس ُىِن ِثٌِْذَحنا ِحَف ِشْؼًَِن ٌمْصَأ اًَُه ٌٍَِْزَّهنا ِبا َشْػِلإا َو ِحَغُّهنا ُحَف ِشْؼَي "

."ِب َشَؼنا ٌِاَسِهِت ِج َشَّهَطًُنا ِحَؼٌْ ِشَّشنا

(22)

Artinya: “Mengetahui bahasa Arab dan i’rab adalah dasar untuk dapat mengerti hadits, karena syariat yang suci ini datang dengan menggunakan bahasa Arab”.28

2) Menyesalnya seorang ulama hadits karena tidak mendalami bahasa Arab. Imam Abdurrahman bin Mahdi pernah mengungkapkan penyesalannya karena tidak mendalami masalah bahasa Arab, sebagaimana ungkapannya:

ِذََ اَي"

"ِحٍَِّت َشَؼنا ًِف ْشُظََْأ ْىَن ًََِّأ ًِْرَياَذََ ٍئٍَْش ىَهَػ ُدْي

Artinya: “Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku bahwa aku tidak mendalami bahasa Arab”.29

3) Kejahilan terhadap ilmu nahwu (tata bahasa Arab) dapat menjadikan orang berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallamaa. Apabila seseorang tidak memahami nahwu

(ilmu tata bahasa Arab), maka dia akan banyak mengucapkan hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamaa dengan salah ditinjau dari susunan tata bahasa Arab, padahal hadits dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamaa tidak ada yang salah susunannya.

4) Orang yang lahn (salah) dalam meriwayatkan dari syaikhnya dapat menyebabkan terjatuh ke dalam kedustaan. Seorang murid yang mengambil suatu hadits dari syaikhnya secara selamat dari lahn, kemudian ia meriwayatkannya secara lahn, maka ia telah berdusta atas syaikhnya itu. Hammad bin Salamah berkata:

"ًََّهَػ َبَزَك ْطَقَف ،ًِثٌِْذَح ًِف ٍََحَن ٍَْي "

“Barangsiapa yang lahn (salah) dalam haditsku maka sungguh ia telah berdusta atasku”. 30

28

Ibnu Al-Atsir Al-Jazari, Jaami’ul Ushul fii Ahaaditsir Rasul, Maktabah Darul Bayan, 1969, I/37.

29

(23)

5) Banyaknya celaan ulama terhadap pelajar ilmu hadits yang tidak memahami kaidah bahasa Arab. Termasuk kekurangan yang dimiliki oleh pelajar ilmu hadits adalah apabila dia tidak mengetahui ilmu nahwu dan kaidah bahasa Arab. Banyak ulama yang mencela orang tersebut, di antaranya adalah pernyataan

Syu‟bah berikut ini:

اَهٍَْهَػ ِحَّتاَّذنا ُمْثِي َىْحَُّنا ُف ِشْؼٌَ َلَ َو َثٌِْذَحنا ُةُهْطٌَ يِزَّنا ُمَثَي "

"ٌئٍَْش اَهٍِْف َسٍَْن ُج َّلََّخًُنا

Artinya: “Perumpamaan orang yang belajar ilmu hadits, tetapi dia tidak mengerti nahwu adalah seperti binatang yang di atasnya terdapat keranjang akan tetapi tidak ada apa-apanya”. 31

6) Banyaknya anjuran bagi para penuntut ilmu hadits untuk belajar bahasa Arab. Para ulama ahli hadits telah banyak menganjurkan para penuntut ilmu hadits agar belajar bahasa Arab.

7) Mengutamakan hadits yang sesuai dengan kaidah bahasa daripada yang menyimpang darinya. Imam Abu Bakar Khathib al-Baghdadi juga telah membuat bab khusus dalam Al-Jaami’ , yaitu:

Pembahasan tentang pengembalian hadits kepada kebenaran

apabila orang yang meriwayatkannya telah menyelisihi

kandungan i’rob”.32

30

Abdurrahman Al-Anbari, Nuz-hatul Alibba’ fi Thobaqootil Udaba’, Al-Qahirah: Darul

Fikri Al- Arabi, 1998, 45.

31

Ibnu Hibban Al-Busti, Raudhatul Uqola’, As- Syariqah, Darul Fath, 1995, 175.

32

Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-Jaami’ lii Akhalaaqi Ar- Rawi, Beirut: Muassasah

(24)

c. Ada hubungan erat antara bahasa Arab dan ilmu fikih, yaitu:

1) Sumber utama fikih Islami adalah dan al-Hadits.

Mengingat bahwa sumber utama fikih adalah al-Qur‟andan al-Hadits yang memakai bahasa Arab, maka sudah sepantasnya bagi orang yang belajar fikih untuk menguasai bahasa Arab. 2) Referensi asli masalah fikih dari berbagai madzhab menggunakan

bahasa Arab.

Kitab-kitab induk dalam masalah fikih aslinya adalah dengan menggunakan bahasa Arab. Sedangkan belajar ilmu fikih tidak dapat lepas dari kitab-kitab induk tersebut.

3) Memahami kosa kata Arab adalah salah satu kebutuhan penuntut ilmu fikih.

Seorang penuntut ilmu fikih seharusnya dapat menguasai dan memahami kosa kata dalam bahasa Arab. Hal itu karena dasar utama masalah fikih – yaitu al-Qur‟an dan al-Hadits – berbahasa Arab. Selain itu referensi masalah fikih dari berbagai madzhab juga dalam bahasa Arab.

4) Pemahamannya lebih mendalam

Orang yang memahami bahasa Arab lebih memahami apa yang difirmankan Allah dan disabdakan oleh Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa Sallamaa. Imam Syafi‟i berkata:

"

"ْىُهُشٍَْغ ُش ِصْثٌُ َلَ اَي ٌَ ْوُش ِصْثٌُ ، ِسَْ ِلإا ٍُّ ِج ِحٍَِّت َشَؼنا ُباَحْصَأ

Artinya: “Para ahli bahasa Arab adalah jinnya manusia, karena mereka dapat mengetahui apa yang tidak dilihat oleh orang selain mereka.”33

5) Belajar bahasa Arab bertahun-tahun agar dapat mengetahui fikih

Imam Syafi‟i adalah seorang ahli fikih yang asli keturunan

Arab yaitu dari kabilah Quraisy. Meskipun demikian beliau tetap

(25)

belajar bahasa Arab selama dua puluh tahun, dan beliau mengatakan:

"

"ِهْقِفنا ىَهَػ َحََاَؼِرْسِلَا َّلَِإ اَزَهِت ُخْدَسَأ اَي

Artinya: “Tidaklah aku menginginkan dalam mempelajari ini,

melainkan agar mudah dalam mempelajari fikih.”34

Bahasa Arab juga memiliki hubungan yang erat dengan

munculnya dan tersebarnya bid‟ah. Hal itu karena di antara sebab

timbulnya bid‟ah adalah al-jahl bil lughotil ’arobiyyah (kejahilan

terhadap bahasa Arab). Artinya bahwa tatkala ada orang yang tidak memahami bahasa Arab dengan pemahaman yang sebaik-baiknya kemudian dia membaca nash-nash syar‟i, maka ia dapat memahaminya dengan pemahaman yang salah, sehingga terjatuhnya

ke dalam bid‟ah, baik dalam masalah aqidah maupun masalah ibadah

amaliyyah.

(26)

C. Fikih

1. Pengertian fikih

Menurut bahasa, Fikih berarti faham atau tahu.35 Menurut istilah, fikih berarti ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara‟ yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil

tafsil (jelas). 36 Orang yang mendalami fikih disebut dengan fakih. Jamaknya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fikih.

2. Obyek ilmu fikih

Obyek dari ilmu fikih adalah perbuatan para mukallaf, baik yang berhubungan dengan perintah (seperti shalat), larangan (seperti mencuri) atau hal- hal yang mubah (seperti makan dan minum).37

Mukallaf secara bahasa adalah orang yang dikenai beban.

Sedangkan secara istilah, adalah orang yang telah baligh dan berakal, dimana dia terikat dengan hukum- hukum syariat.

3. Landasan pengambilan hukum fikih

Hukum fikih dirumuskan dari beberapa sumber, diantaranya adalah:

a. Al-Qur’an.

Al-Qur‟anadalah Firman Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama melalui perantara Malaikat Jibril, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas, orang yang membacanya akan mendapatkan pahala.38

b. As-Sunnah

Yang dimaksud dengan sunah disini adalah semua yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallamaa, baik perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat-sifat beliau, baik sifat yang

35

Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 7.

36

Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 9.

37

Sulaiman Aba Khail, Muqaddimatun Fii Al- Fikih, Riyadh: Darul Ashimah, 1997, 13.

38 Manna‟ Al- Qatthan, Mabahits fii Ulumil Qur’an, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2009,

(27)

berhubungan dengan akhlak atau sifat yang berhubungan dengan fisik.39

c. Ijma’

Ijma‟ adalah kesepakatan ulama umat ini, atas hukum dari sebuah

permasalahan agama, setelah wafatnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallamaa.40 Kesepakatan ini dilakukan oleh para mujtahid, sehingga kesepakatan yang dilakukan oleh orang-orang biasa tidak bisa

dianggap sebagai sebuah ijma‟.

d. Qiyas

Qiyas adalah membandingkan hukum sebuah permasalahan yang

tidak ada dalilnya, dengan hukum sebuah permasalahan yang telah dijelaskan oleh dalil, disebabkan adanya hubungan sifat antara dua hal yang dibandingkan tersebut.41 Contohnya adalah hukum tuak (jenis minuman yang memabukkan). Tidak ada satupun ayat dan hadits yang menyebutkan hukum tuak. Akan tetapi tuak memiliki sifat atau kesamaan dengan minuman khamr (yang pada saat itu terbuat dari perasan buah anggur), yaitu sama- sama memabukkan. Banyak sekali dalil yang menjelaskan hukum khamr, yaitu dianggap haram. Karena sama- sama memabukkan, maka hukum tuak bisa disamakan dengan hukum khamr, yaitu diharamkan.

Empat landasan pengambilan hukum fikih di atas adalah sesuatu yang sudah diakui keabsahannya oleh semua ulama, sehingga menurut mereka, empat dalil tersebut dinamakan dalil muttafaq alihi.42

Selain empat sumber tersebut, ada juga sumber- lain yang biasa digunakan, akan tetapi para ulama memperselisihkan keabsahan penggunaan sumber- sumber tersebut. Sebagian ulama menganggapnya

39

Mahmud At-Thahhan, Taisir Musthalah Hadits, Riyadh: Maktabah Darul Ma‟arif,

1987, 15.

40

Ibnu Quddamah, Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir, Riyadh: Daru Zahim, 127.

41

Ibnu Quddamah, Raudhatun Nadhir wa Junnatul Munadhir, Riyadh: Daru Zahim, 288.

42

Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,

(28)

sebagai dalil yang sah, akan tetapi ulama yang lain menganggapnya sebagai dalil yang tidak sah. Sumber- sumber semacam ini biasa disebut dengan dalil mukhtalaf fiihi.

Diantara sumber- sumber tersebut adalah:43

a. Istihsan

Istihsan adalah berpaling dari menggunakan dalil umum, dikarenakan

adanya dalil khusus yang menjelaskannya. Contohnya adalah dibolehkannya jual beli dengan cara as-salam. Bentuk jual beli, dimana penjual hanya menampilkan contoh barang yang dijual belikan (sampel), kemudian sang pembeli membeli barang tersebut dengan harga kontan, akan tetapi barang asli yang telah dibeli itu baru akan diterima oleh pembeli di waktu yang akan datang (sesuai dengan kesepakatan).

Sekilas, ini seperti transaksi jual beli tanpa ada barang yang dijual belikan (hanya sampel saja). Akan tetapi kalau kita teliti, sebenarnya barang yang diperjualbelikan sudah ada, hanya saja belum bisa diserahterimakan pada saat akad jual beli terjadi, mengingat sang penjual hanya membawa sampel barang dagangan.

b. Al-Maslahah Al-Mursalah

Al-Mursalah yaitu sesuatu yang dianggap baik, akan tetapi tidak ada satu dalilpun yang memerintahkannya. Tidak diperintahkan dan juga tidak dilarang. Contohnya adalah pencatatan sebuah akad pernikahan di KUA.

c. Al-‘Urf

Al-„Urf yaitu sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat, baik

perkataan atau perbuatan. Contohnya adalah jual beli di supermarket, dimana penjual hanya menawarkan barang yang dijual disertai dengan

43

Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,

(29)

harga, dan selanjutnya pembeli bisa mengambil barang yang dia sukai, lalu membayar di kasir. Dalam jual beli ini tidak ada tawar menawar. Jika kebiasaan itu tidak bertentangan dengan syariat, maka kebiasaan itu dianggap sah (legal) dan jika bertentangan dengan syariat, maka dianggap tidak sah (ilegal).

d. Syar’un man qablana

Syar’un man qablana yaitu syariat yang diturunkan untuk umat-umat sebelum umatnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama. Jika itu bertentangan dengan syariat yang dibawa oleh beliau, maka syariat tersebut dianggap tidak sah. Dan jika syariat itu ditegaskan kembali oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama, maka itu menjadi bagian dari syariat beliau. Jika tidak ada penjelasan tentang syariat tersebut, maka pendapat yang kuat menyebutkan jika itu tidak masuk ke dalam bagian syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallama.

e. Perkataan Shahabat

Perkataan Shahabat adalah fatwa yang disampaikan oleh salah seorang shahabat, tentang hukum dari sebuah permasalahan tertentu. Contohnya adalah perkataan Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa usia maksimal sebuah kandungan adalah dua tahun.

f. Istishhab

Istishhab yaitu dalil terakhir yang digunakan oleh seorang mujtahid dalam memutuskan hukum dari sebuah permasalahan. Contoh sederhananya adalah bahwa wudhu‟ seseorang itu dianggap tetap berlaku, sampai dia yakin ada sesuatu yang membuat wudhunya batal.

4. Jenis- jenis hukum fikih

Hukum fikih terbagi ke dalam dua jenis. Jenis pertama adalah hukum taklifi dan jenis kedua adalah hukum wadh’i.44

44

Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm, 2001,

(30)

Hukum taklifi terbagi menjadi lima jenis: 1) Wajib

Wajib adalah perintah dari Allah Ta’ala yang harus dilaksanakan, dimana orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala dan yang tidak melaksanakannya akan berdosa. Contohnya adalah puasa ramadhan.

2) Sunah

Sunah adalah perintah dari Allah Ta’ala yang dianjurkan untuk dilakukan, dimana orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala dan yang tidak melaksanakannya tidak mendapatkan konsekuensi apapun. Contohnya adalah puasa senin dan kamis.

3) Haram

Haram yaitu perintah untuk tidak melakukan sesuatu. Jika sesuatu itu ditinggalkan, maka akan mendapatkan pahala dan jika dilaksanakan akan mendapatkan dosa. Contohnya adalah berzina.

4) Makruh

Makruh adalah perintah anjuran untuk meninggalkan sesuatu. Jika sesuatu itu ditinggalkan maka akan mendatangkan pahala dan jika dilaksanakan tidak mendatangkan konsekuensi apapun. Contohnya adalah makan bawang merah pada saat akan ke masjid.

5) Mubah

Mubah yaitu sesuatu yang boleh dilaksanakan atau ditinggalkan. Contohnya adalah sarapan pagi dengan nasi goreng.

Sedangkan hukum wadh’i itu diantaranya adalah:45

1) Sebab.

45 Ahmad Alimi, Ushulu al-fikih asasiyatun wa mabadi’, Beirut: Daru Ibni Hazm,

(31)

Sebab yaitu sesuatu yang dijadikan sebagai sebuah tanda dari ada atau tidaknya hukum, di mana hubungan (korelasi) antara tanda dan hukum tersebut tidak dapat dicerna oleh akal pikiran. Contohnya adalah terbenamnya matahari sebagai tanda dari mulai diwajibkannya shalat maghrib.

2) ‘Illah

‘Illah adalah sesuatu yang dijadikan sebagai sebuah tanda dari ada atau tidaknya hukum, dimana hubungan (korelasi) antara tanda dan hukum tersebut dapat dicerna oleh akal pikiran. Contohnya:

‘illah pengharaman khamr adalah karena memabukkan.

3) Syarat

Syarat yaitu sesuatu yang menentukan ada atau tidaknya sebuah hukum. Contohnya: wudhu adalah syarat sahnya shalat. Jika seseorang melaksanakan shalat tanpa wudhu, maka shalat yang dia lakukan dianggap tidak sah.

4) Al-Mani’

Al-Mani’ yaitu sesuatu yang menghalangi terjadinya sebuah hukum. Contohnya: Jika seorang bapak membunuh anaknya, maka bapak tersebut tidak dapat diqishash, karena hubungan bapak anak antara pembunuh dan terbunuh merupakan penghalang dilaksanakannya sebuah hukum qishash.

5) Shahih

Shahih yaitu terpenuhinya syarat dan rukun dari sebuah amalan tertentu. Contohnya: shalat yang terpenuhi syarat dan rukunnya bisa dianggap sebagai sebuah shalat yang sah.

6) Batil

Batil yaitu tidak terpenuhinya syarat dan rukun dari sebuah amalan

(32)

5. Empat madzhab fikih yang populer

Sebenarnya ada banyak sekali madzhab fikih yang cukup diakui. Akan tetapi dari madzhab-madzhab yang ada itu, ada empat madzhab yang cukup populer, yaitu:46

a. Madzhab Hanafi

Dinisbatkan kepada Imam Abu Hanifah, Nukman bin Tsabit, lahir tahun 80 H dan meninggal tahun 150 H. Landasan madzhab ini adalah: al-Qur’an, as-Sunnah, al-ijma’, al-qiyas, perkataan

Shahabat, dan istihsan. Madzhab ini cukup populer di Mesir,

Suria, Yordania, Libanon dan lain- lain.

b. Madzhab Maliki

Dinisbatkan kepada Imam Malik bin Anas bin Abi Amir, lahir tahun 93 H dan meninggal pada tahun 179 H. Landasan madzhab ini adalah: al-Qur’an, as-Sunah, al-ijma’, al-qiyas, Istihsan, hukum saddu dzari’ah, istishhab dan mura’atul khilaf. Madzhab ini cukup populer di Tunisia, Aljazair, Nigeria, Sudan, Kuwait, Bahrain dan lain- lain.

c. Madzhab Syafi’i.

Dinisbatkan kepada Imam as-Syafi‟i, Muhammad bin Idris as-

Syafi‟i. Lahir pada tahun 150 H dan meninggal pada tahun 204 H.

Landasan madzhab ini adalah: al-Qur’an, as-Sunnah, al-ijma’, al-

qiyas dan kesepakatan para Shahabat. Madzhab ini cukup populer

di Suria, Libanon, Irak, India, Yaman, Indonesia dan lain- lain.

d. Madzhab Hambali

Dinisbatkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal as-Syaibani. Lahir pada tahun 164 H dan meninggal pada tahun 241 H.

46

(33)

Landasan madzhab ini adalah: al-Qur‟an, as-Sunnah, al-ijma‟, al- qiyas dan pendapat Shahabat.Madzhab ini cukup populer di Syam, Irak, Saudi Arabia dan lain- lain.

(34)

BAB. III

Gambaran Umum

MA Al-Irsyad Tengaran dan

MA Tahfidzul Qur’an As

-Surkati Salatiga

A. Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran

1. Sejarah dan letak geografis MA Al- Irsyad Tengaran47.

Madrasah Aliyah (MA) Al-Irsyad Tengaran yang terletak di Desa Butuh, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang adalah salah satu lembaga pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Pesantren Islam Al-Irsyad Semarang. Madrasah Aliyah Al-Al-Irsyad Tengaran berdiri pada tahun 1999, dengan program studi Keagamaan, berdasarkan ijin dari Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Tengah bernomor statistik 312332202370.

Pada mulanya, MA Al-Irsyad ini bernama Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al-Irsyad Tengaran. Dalam perkembangannya, MAK Al-Irsyad Tengaran telah meluluskan tiga angkatan, yaitu pada Tahun Pelajaran 2001/2002, 2002/2003 dan 2003/2004 dengan tingkat kelulusan sebanyak 100%. Pada saat itu dalam penyelenggaraan ujian, MAK Al-Irsyad Nasional atau Ujian Madrasah masih bergabung dengan MAK/MAN I Surakarta.

Pada tahun 2005, MAK Al-Irsyad Tengaran diakreditasi oleh Tim Akreditasi dari Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah dan mendapatkan nilai Baik (B). Sejak saat itu MAK Al-Irsyad berubah nama menjadi Madrasah Aliyah (MA) Al-Irsyad dan berhak membuka jurusan IPA, IPS, Bahasa serta Keagamaan, akan tetapi dalam pelaksanaannya baru membuka jurusan Keagamaan saja. Sejak saat itu, MA Al-Irsyad berhak

47

(35)

menyelenggarakan Ujian Nasional atau Ujian Madrasah dan mengeluarkan Ijazah secara Mandiri.

Pada Tahun Pelajaran 2004/2005, 2005/2006, 2006/2007, 2007/2008 dan Tahun Pelajaran 2008/2009, dalam pelaksanaan Ujian Nasional atau Ujian Madrasah masih dikoordinir oleh Kasie Mapenda Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah, dengan tingkat kelulusan 100%.

Pada tahun 2009 MA Al-Irsyad diakreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah dan Madrasah Propinsi Jawa Tengah. Sejak Tahun Pelajaran 2009/2010, MA Al- Irsyad dalam pelaksanaan Ujian Nasional dikordinir oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang dan memakai kurikulum standar BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan).

2. Identitas Madrasah48

Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Al- Irsyad

Nomor Statistik Madrasah : 131233220002

Alamat Madrasah : Jalan Solo Semarang Km 45

Desa : Butuh

Kecamatan : Tengaran

Kabupaten : Semarang

Propinsi : Jawa Tengah

Kode Pos : Po Box 134 Salatiga 50700

No Telp/ Fax. : (0298) 321658 – (0298) 312456

Email : MA@Pesantrenalirsyad.Org

Website : www.pesantrenalirsyad.org

Status Madrasah : Swasta

Nama Yayasan : Yayasan Pesantrena Islam Al- Irsyad

No. Akte Pendirian : wk/5.a/PP.03.2/2565/004/2000

Tahun berdiri Madrasah : 1999

Status Akreditasi/ Tahun : B/2005

48

(36)

3. Visi dan Misi49

a. Visi Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran:

“Diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan terbaik di

wilayah nusantara dan maupun Mancanegara yang bermanhaj Salaful

Ummah (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)”.

b. Misi Madrasah Aliyah (MA) Al- Irsyad Tengaran:

1) Terwujudnya madrasah dengan fasilitas yang memadai.

2) Terciptanya lulusan yang menguasai bidang agama dan bahasa Arab, bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia dengan aktif.

3) Lulusan yang mampu berdakwah dengan aqidah dan manhaj

salafusshalih.

4) Lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi baik dalam maupun luar negeri.

5) Terwujudnya warga belajar yang peduli terhadap kebersihan. 6) Terwujudnya warga belajar yang memiliki akhlak mulia. 7) Lulusan dengan nilai hasil UN tinggi, diakui pemerintah. 8) Madrasah memiliki kualitas berstandar ISO.

9) Memperoleh akreditasi A dengan minimal nilai 95. 10)Manajemen madrasah berstandar BSNP.

4. Struktur Organisasi50

Kepala Sekolah : Muhammad Syiarudin, Lc

Waka Kurikulum : Muhammad Thoyyib, Lc

Waka Kesiswaan : Ujang Pramudhiarto, Lc, S.Pd.I

Waka Humas : Edi Eko Purnomo, S.Pd

Waka Sarpras : Widodo Agus Susanto, S.Pd

49

Data diperoleh dari Edi Eko Purnomo, Waka Humas MA Al-Irsyad Tengaran, 8 Desember 2014.

50

(37)

Kepala Lab. Komputer : Drs. Agus Aryanta

Kepala Lab. Bahasa : Tarmudi, S.T

Sekretaris MA : Fahroni, S.Pd.I

Sekretaris Kesiswaan : Slamet Widodo, A.Md.E.I

Bendahara MA : Edi Eko Purnomo, S.Pd

Staff Kurikulum : Anwar Ujang, S.Pd.I

Staff Ekstra Kurikuler : Adi Maryono, S.Pd

Staff Ketertiban Siswa : Yundi Haikal

Staff OSIS : Abdul Hakim Parwono, Lc

Staff Bahasa : Agus Pranowo, SH.I

Staff Ibadah : Abdullah Thalib

Staff BK 1 : Amien Wahyudi, S.Pd

Staff BK 2 : Chandra Aditya Ari Irawan, S.Pd

Staff Tahfidz 1 : Sabik Kurianto, S.Hum

Staff Tahfidz 2 : Tukimin

Staff Kemusyrifan : Agus Ahmad Yasin S.Pd.I

Pembina Asrama

Pembina Asrama 1 : Sayyid Ramadhan

Pembina Asrama 2 : Rona Ratna Pribadi, S.Pd.I

Pembina Asrama 3 : Abu Sumarman

Pembina Asrama 4 : Ibnu Al Khawarizmi

Wali Kelas

X A MATRIKULASI (IL A) : Nanang Setyabudhi, Lc X B MATRIKULASI (IL B) : Syuban Bastotah

X C MATRIKULASI (IL C) : Hammam Humaidi

X A (I A) : Tarmudi, S.T

X B (I B) : Ahmad Mulyawan, Lc

(38)

X D (I D) : Amrullah, S.Pd

X E (I E) : Sabik Kurianto, S.Hum

X F (I F) : Arsyadal Umam, Lc

X G (I G) : Syafrin A. Hi Mahmud, S.Pd

X H (I H) : Ahmad Mushlih

XI A (II A) : Rusman, Lc

XI B (II B) : Akhmad Ikhsanudin, Lc

XI C (II C) : Heri Sutanto, Lc

XI D (II D) : Saifin Nuha, Lc

XI E (II E) : Penang Jihad Asto Bener, S.Pd

XI F (II F) : Hery Prasetyo, Lc

XII A (III A) : Rizal Yuliar, Lc

XII B (III B) : Henry Anwar Faiz, S.S

XII C (III C) : Widodo Agus Susanto, S.Pd

XII D (III D) : Bobby Chandra, S.Si

Staf Pengajar:

1. Nafi' Zaenudin, Lc

2. Muhammad Qosim M, Lc 3. Suharlan, Lc

4. Zuhdi Amin, Lc

5. Wahyudi Bahtiar, S.Pd.I 6. Mahful Safarudin, Lc 7. Soleh Gunawan, Lc 8. Uli Satriawan, S.Pd

9. Doni Tangguh Prakosa, S.Pd.I 10. Iqbal Muammar Rosyad, M.Pd 11. Irfan Faturahman, S.H.I

(39)

5. Target kompetensi lulusan:51

Dimensi : Kualifikasi Kemampuan

Sikap : Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan : Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan : Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

6. Prestasi yang pernah diraih (empat tahun terakhir):52 a. Tahun 2011 :

(40)

- Juara 1 (satu) cabang akhlaq (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.

- Juara 3 (tiga) cabang akhlaq (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Nasional.

- Juara 3 (tiga) cabang ushul fikih (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.

- Juara 3 (tiga) cabang tarikh (wustho) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 2 (dua) cabang balaghah (wustho) Musabaqoh Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 3 (tiga) cabang tafsir (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang hadits (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara Harapan 1 (satu) cabang hadits (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Nasional.

- Juara 2 (dua) cabang akhlaq (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 2 (dua) cabang balaghah (ulyaa) Musabaqah Qira‟ah Kutub

tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang debat bahasa Arab Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang tartil Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat

Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang tilawah 5 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal Hadits tingkat Nasional.

- Juara 1 (satu) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal

(41)

- Juara 1 (satu) wushu cabang duillian putra Kejuaraan Wushu tingkat Propinsi.

- Juara Harapan 1 (satu) wushu Kejuaraan Wushu Nasional Semarang tingkat Kabupaten.

b. Tahun 2012 :

- Juara 2 (dua) wushu putra nusantara Kejuraan Wushu tingkat Propinsi Jawa Tengah dan DIY.

- Juara 1 (satu) cabang tahfidz 20 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang tahfidz 30 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang tartil Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat

Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang tilawah 5 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

- Juara 3 (tiga) cabang tafsir bahasa Arab & tahfidz 30 juz Seleksi

Tilawatil Qur‟an tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang tafsir 30 juz Musabaqah Tilawatil Qur‟an

STAIN Salatiga tingkat Propinsi.

c. Tahun 2013 :

- Juara 2 (dua) cabang taichi Wushu Praporprov Jateng tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa Arab Pospeda tingkat Kabupaten.

- Juara 3 (tiga) cabang cipta & baca puisi Pospeda tingkat Kabupaten. - Juara 3 (tiga) cabang kaligrafi Pospeda tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa inggris Aksioma tingkat Kabupaten.

(42)

- Juara 1 (satu) cabang lari 100 meter Aksioma tingkat Kabupaten. - Juara 1 (satu) cabang badminton tunggal putra Aksioma tingkat

Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang badminton tunggal putra Aksioma tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang badminton ganda putra Aksioma tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang tenis meja Aksioma tingkat Kabupaten. - Juara 3 (tiga) cabang tenis meja Aksioma tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang pidato bahasa Arab Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah Tilawatil

Qur‟an tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang tafsir bahasa inggris Musabaqah Tilawatil

Qur‟an tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa indonesia Musabaqah Tilawatil

Qur‟an tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) cabang fahmil qur‟an Musabaqah Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang pidato bahasa Arab Aksioma tingkat Propinsi. - Juara 2 (dua) cabang badminton Aksioma tingkat Propinsi.

- Juara 2 (dua) cabang fahmil qur‟an Musabaqah Tilawatil Qur‟an tingkat Propinsi.

- Juara 1 (satu) cabang spelling bee Kompetisi Bahasa Inggris tingkat Kabupaten.

- Juara 2 (dua) cabang spelling bee Kompetisi Bahasa Inggris tingkat Kabupaten.

- Juara 1 (satu) kompetisi sains matematika HAB Kemenag tingkat Kabupaten.

(43)

d. Tahun 2014 :

1. Juara 4 (empat) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal

Hadits tingkat Nasional.

2. Juara 1 (satu) cabang 500 hadits Musabaqah Hifdzil Qur‟an Wal Hadits tingkat Asean.

3. Juara 2 (dua) cabang tafsir Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Kabupaten.

4. Juara 3 (tiga) cabang fikih Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Kabupaten.

5. Juara 3 (tiga) cabang fikih Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Kabupaten.

6. Juara 1 (satu) cabang balaghah Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.

7. Juara 2 (dua) cabang balaghah Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Nasional.

8. Juara 1 (satu) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Propinsi.

9. Juara 1 (satu) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Nasional.

10.Juara 2 (dua) cabang debat bahasa Arab Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.

11.Juara 3 (tiga) cabang tarikh Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat

Propinsi.

12.Juara 3 (tiga) cabang hadits Musabaqah Qira‟ah Kutunb tingkat

Propinsi.

13.Juara 3 (tiga) cabang tarikh Musabaqah Qira‟ah Kutub tingkat Propinsi.

14.Juara 1 (satu) cabang khitobah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat Kabupaten.

15.Juara 1 (satu) cabang Qira‟ah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat

(44)

16.Juara 2 (dua) cabang insya‟ Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat Kabupaten.

17.Juara 3 (tiga) cabang khitobah Musabaqah Lughah Arabiyah tingkat Kabupaten.

18.Juara 1 (satu) cabang matematika Kompetisi Sains Madrasah tingkat Kabupaten.

19.Juara 1 (satu) cabang tartil Musabaqah Tilwatil Qur‟an tingkat

Kabupaten.

20.Juara 1 (satu) cabang tahfidz 20 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

21.Juara Harapan 3 (tiga) cabang tahfidz 20 juz putra Seleksi Tilawatil

Qur‟an tingkit Propinsi.

22.Juara 2 (dua) cabang tahfidz 30 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

23.Juara 3 (tiga) cabang tahfidz 10 juz putra Seleksi Tilawatil Qur‟an

tingkat Kabupaten.

24.Juara 1 (satu) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah Hifdzil Qur‟an tingkat Kabupaten.

25.Juara Harapan 3 (tiga) cabang tafsir bahasa Arab Musabaqah

Hifdzil Qur‟an tingkat Propinsi.

7. Gambaran proses kegiatan belajar mengajar pelajaran fikih di kelas53

Dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: pendahuluan, pengembangan unsur materi, unsur penilaian, penampilan dan penutup.

Diantara hal-hal yang dilakukan dalam pendahuluan adalah menertibkan suasana kelas. Guru meminta semua siswa untuk menempati tempat duduk masing-masing. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Selain itu,

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan data panel bagi negeri di zon Utara (Kedah, Pulau Pinang dan Perlis) serta zon barat (Perak, Selangor dan Kuala Lumpur) dari tahun 1980 hingga 2012, hasil

Instansi harus memperhatikan komunikasi-komunikasi yang ada di dalam instansi baik itu antar pegawai, dan antar departemen sehingga kinerja pegawai cenderung tetap

Meningkatkan kesehatan reproduksi remaja melalui berbagai program yang responsif terhadap kebutuhan remaja;5. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB

Dapat disimpulkan bahwa cangkang kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat 80-120 cP memenuhi persyarata USP sebagai sediaan lepas tunda (delayed release)

Modul yang digunakan untuk peserta didik juga harus bermutu dan bermanfaat seperti pada modul berbasis modern yakni menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis

Dalam proses pengumpulan data, penutur tidak sadar bahwa dirinya sedang diteliti agar didapatkan data senatural mungkin (Alwasilah, 2003:62). Teknik yang digunakan untuk

(2) Sikap dan partisipasi siswa sangat antusias hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang sangat mendapat dukungan oleh para

Tulisan yang tegak menunjukkan bahwa Wulan selalu berpikiran logis, mampu mengambil keputusan dengan baik dan dapat mengendalikan emosi.Letak titik huruf i berada