1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tuturan merupakan realisasi budaya yang tercermin dalam berbagai bentuk ungkapan yang berfungsi sebagai pralambang sistem budaya dan sistem sosial. Pada dasarnya dalam tuturan, tugas dari penutur bukanlah menyampaikan informasi saja, akan tetapi penutur juga memiliki kewajiban untuk menjaga hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat melakukan tuturan, penutur harus mempertimbangkan tuturannya agar tidak menyinggung dan mempermalukan mitra tutur (Gunarwan, 2007:28). Tuturan imperatif merupakan tuturan yang didefinisikan sebagai tuturan memerintahkan atau meminta mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan penutur (Chaer, 2010:18). Karena tuturan imperatif ini merupakan tuturan yang didalamnya terdapat makna memerintah dan meminta atau menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu, hendaknya dalam penyampaiannya menggunakan bahasa yang sopan dan santun.
Dalam bahasa Jepang tuturan imperatif disebut dengan meirei hatsuwa (命 令 発 話) didefinisikan sebagai tuturan yang di dalamnya terdapat makna memerintah, meminta, mengajak dan lain-lain (Iori, 2000:146). Penyampaian tuturan imperatif kepada mitra tutur agar terkesan santun hendaknya menggunakan strategi-strategi yang mempertimbangkan status penutur dan mitra tutur. Keberhasilan penggunaan strategi-strategi ini menciptakan suasana kesantunan yang memungkinkan transaksi sosial berlangsung tanpa
mempermalukan penutur dan mitra tutur. Strategi-strategi ini disebut dengan strategi kesantunan.
Strategi kesantunan merupakan tindakan yang dijadikan acuan dalam bertuturan agar tuturan tersebut tetap berada dalam batas kesantunan. Salah satu strategi kesantunan yang dijadikan acuan dalam sebuah tuturan adalah strategi kesantunan yang dirumuskan oleh Brown dan Levinson (1987). Dalam strategi ini Brown dan Levinson merumuskan kesantunan berdasarkan konsep muka positif dan muka negatif. Muka positif adalah keinginan seseorang agar apa yang diasosiasikan dengan dirinya dinilai baik oleh orang lain, sedangkan muka negatif adalah keinginan seseorang agar tindakannya tidak diganggu oleh orang lain (Brown dan Levinson, 1987:211).
Penggunaan strategi kesantunan dalam sebuah tuturan tentunya dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Faktor ini disebut sebagai skala kesantunan yang dijadikan sebagai ketentuan untuk melihat tingkat atau peringkat kesantunan suatu tuturan (Chaer, 2010:63). Skala kesantunan ini merupakan skala penentu tinggi rendahnya tingkat kesantunan suatu tuturan. Dengan adanya skala kesantunan ini sebuah tuturan dapat dilihat tingkatannya mulai dari tuturan yang tidak santun sampai dengan tuturan yang sangat santun. Skala kesantunan juga merupakan faktor yang melatarbelakangi digunakannya strategi kesantunan, sehingga hubungan antara strategi dengan skala kesantunan ini sangat berkaitan erat.
Mengenai strategi kesantunan dalam tuturan imperatif bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika menyuruh orang yang lebih tua atau yang
memiliki kedudukan lebih tinggi baik dari segi umur maupun kedudukan sosialnya, penutur harus menerapkan strategi kesantunan dalam tuturannya agar tuturan tersebut terkesan santun. Selain dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan strategi kesantunan ini juga dapat ditemukan di dalam karya sastra, seperti novel, buku pelajaran dan komik yang dalam bahasa Jepangnya disebut manga. Berikut adalah cuplikan fenomena kebahasaan penggunaan tuturan imperatif dalam buku pelajaran Bahasa Jepang untuk Hotel dan Pariwisata :
お客様 :タクシーおねがいします。 ドールマン :どちらまでですか。 お客様 :エアポートまでです。 ドールマン :はい、わかりました。こちらへでおまちください。 お客様 :ありがとう。 ドールマン :お車がきました。どうぞおのりください。
Okyakusama : Takushii onegaishimasu. Dooruman : Dochira made desuka. Okyakusama : Eapouto made desu.
Dooruman : Hai, wakarimashita. Kochira e de omachi kudasai. Okyakusama : Arigatou
Dooruman : Okuruma ga kimashita. Douzo onori kudasai. Tamu : Tolong panggilkan taksi.
Doorman : Mau pergi kemana? Tamu : Ke airport
Doorman : Ya, saya mengerti. Silahkan anda tunggu disini. Tamu : Terima kasih.
Doorman : Taksinya sudah datang. Silahkan naik.
(Bahasa Jepang untuk Hotel dan Pariwisata, 2008:7) Tuturan ini terjadi di lobi hotel antara doorman (penutur) dengan tamu (lawan tutur). Tamu meminta kepada doorman untuk memanggilkan taksi. Kemudian doorman menyuruh tamu untuk menunggu dengan menggunakan ragam hormat songkeigo yang merupakan ungkapan hormat untuk meninggikan lawan bicara. Strategi yang digunakan doorman saat menyuruh tamu termasuk ke
dalam strategi kesantunan negatif. Menurut Brown dan Levinson (1987:129) strategi kesantunan negatif merupakan strategi menyelamatkan muka negatif mitra tutur untuk mempertahankan kebebasan bertindak mitra tutur. Muka negatif yang dimaksud adalah citra diri mitra tutur untuk melakukan tindakan secara bebas tanpa adanya tekanan dari pihak lain. Jadi strategi kesantunan negatif dalam tuturan imperatif doorman saat berbicara dengan tamu bertujuan untuk menjaga perasaan tamu agar tidak tersinggung.
Dialog di atas merupakan contoh kecil yang menunjukkan penggunaan strategi kesantunan. Hal seperti ini juga sering terjadi dalam tuturan di masyarakat, sehingga menuntut masyarakat untuk mengenal mengenai strategi kesantunan dalam berinteraksi dengan sesamanya (Gunarwan, 2007:158). Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah manga yang berjudul Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou. Manga ini diterbitkan di Jepang oleh perusahaan percetakan yang bernama Shogakukan. Manga ini merupakan cerita spesial yang didalamnya khusus menceritakan tentang pertarungan dalam menyelesaikan kasus pembunuhan antara Conan dengan musuh bebuyutannya yang bernama Kaito Kid. Dalam penyelesaian kasusnya baik Conan maupun Kaitou Kid seringkali menggunakan tuturan imperatif. Jumlah keseluruhan tuturan imperatif yang digunakan oleh kedua penutur berjumlah 15 buah. Berdasarkan fenomena kebahasaan yang ditemukan, tuturan imperatif ini tidak hanya ditujukan kepada teman seumurannya, tetapi tuturan imperatif ini juga ditujukan kepada orang yang umur maupun status sosialnya lebih tinggi. Sehingga dalam manga ini banyak digunakan strategi dan skala kesantunan pada
tuturan imperatifnya. Berdasarkan alasan tersebut, maka sangat penting untuk mengetahui strategi dan skala kesantunan yang sering digunakan dalam manga Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou. Oleh karena itu, manga ini dipilih sebagai sumber data dan dianalisis dengan menggunakan teori kesantunan dan skala kesantunan dari Brown dan Levinson.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah strategi kesantunan yang digunakan Conan dan Kaitou Kid dalam tuturan imperatif pada manga Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou?
2. Bagaimanakah faktor yang melatarbelakangi digunakannya strategi kesantunan oleh Conan dan Kaitou Kid dalam tuturan imperatif pada manga Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang ingin dicapai dalam suatu penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut: 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan menambah khazanah penelitian di bidang linguistik bahasa Jepang. Selain itu
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mengetahui bahasa Jepang khususnya mengenai strategi kesantunan dan faktor yang melatarbelakangi digunakannya strategi kesantunan dalam tuturan imperatif yang merupakan bagian dari bidang pragmatik sebagai salah satu cabang dalam kajian linguistik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami strategi kesantunan yang digunakan Conan dan Kaitou Kid dalam tuturan imperatif pada manga Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou.
2. Memahami faktor yang melatarbelakangi digunakannya strategi kesantunan oleh Conan dan Kaitou Kid dalam tuturan imperatif pada manga Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan salah satu kegunaan yang dapat diambil dari suatu penelitian. Adapun manfaat dari penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut antara lain :
1.4.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan suatu pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan strategi kesantunan dalam sebuah tuturan, khususnya dalam tuturan imperatif. Selain itu
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan model kajian pragmatik untuk mengungkapkan, menjelaskan dan mendeskripsikan kesantunan berbahasa berdasarkan teori strategi dan faktor yang melatarbelakangi kesantunan sebagai bagian dari pengaplikasian teori kesantunan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang kesantunan dalam percakapan masyarakat Jepang yang berkaitan erat dengan strategi serta faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategi kesantunan dalam ilmu pragmatik. Bagi mahasiswa lain penelitian ini dapat memberikan informasi empiris dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang kebahasaan. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk mempelajari tingkat kesantunan dalam bahasa Jepang. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka dalam penelitian ini yang dibahas hanya mengenai strategi kesantunan dan faktor penyebab yang melatarbelakangi dipilihnya strategi kesantunan dalam sebuah tuturan. Tuturan yang dimaksud adalah tuturan imperatif yang diucapkan oleh Conan dan Kaitou Kid dalam manga Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou.
1.6 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu manga berbahasa Jepang dengan judul Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou. Manga ini diterbitkan di Tokyo oleh perusahaan percetakan yang bernama Shogakukan pada tanggal 7 bulan April tahun 2010. Manga dengan tebal 401 halaman ini merupakan cerita spesial yang mengisahkan tentang pertarungan dalam menyelesaikan kasus pembunuhan antara Conan dengan musuh bebuyutannya yang bernama Kaito Kid.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data serta metode dan teknik penyajian hasil analisis data.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data metode yang digunakan yaitu metode simak. Istilah menyimak disini bukan hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini dilanjutkan dengan teknik dasar yaitu teknik catat (Mahsun, 2007:91). Pada analisis ini penyimakan dilakukan dengan cara membaca manga Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou, yang dilanjutkan dengan mencatat data-data yang menunjukkan adanya tuturan imperatif yang menggunakan strategi kesantunan dalam manga tersebut. Setelah data terkumpul, data tersebut ditranskripkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan acuan komik bahasa Indonesia Detective Conan vs Kid The Phantom Thief untuk memudahkan dalam menganalisis data.
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data dengan menggolongkannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Mahsun 2007:257). Pada tahap ini digunakan metode padan dengan pendekatan pragmatik, metode ini merupakan metode dalam teknik analisis yang alatnya berupa mitra wicara atau tuturan (Sudaryanto, 1993:29). Setelah data diperoleh melalui metode simak dan tenik catat, selanjutnya dengan menggunakan metode padan yang disertai dengan pendekatan pragmatik data dikelompokkan berdasarkan tuturan imperatifnya. Setelah itu dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut menggunakan teori kesantunan Brown dan Levinson untuk menjawab rumusan masalah pertama. Setelah ditemukan strategi kesantunannya, data dianalisis lagi untuk menemukan faktor yang melatarbelakangi penggunaan dari strategi kesantunan tersebut.
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan metode informal. Artinya penyajian data (hasil analisis) diuraikan dalam bentuk kata-kata yang berisi rincian hasil analisis data, bukan dalam bentuk angka-angka (Mahsun, 2007:279). Metode ini ditunjang dengan teknik deduktif, yaitu teknik pemaparan
hasil analisis data dengan menyajikan penjelasan yang bersifat umum, kemudian baru dikemukakan hal-hal yang bersifat khusus. (Hadi, 1983:44).