• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM_8b08cf3713_BAB VBab 5 Kerangka Kelembagaan & Regulasi.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM_8b08cf3713_BAB VBab 5 Kerangka Kelembagaan & Regulasi.pdf"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6-1

6.1.

Petunjuk Umum

Aspek kelembagaan adalah salah satu aspek penting dalam perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan investasi infrastruktur jangka menengah dalam mengorganisasikan sumber daya manusia di dalam struktur pemerintahan agar terjalin koordinasi yang baik antar lembaga terkait tugas pokok dan fungsi masing – masing dan mengatur siapa yang melakukan dan apa yang dilakukan, sesuai dengan azas pengorganisasian yang dianut oleh sistem pemerintahan kita yaitu azas pembagian tugas dan azas fungsionalisasi.

Kabupaten Lampung Selatan merupakan kawasan yang cukup strategis, dimana lampung selatan merupakan pintu gerbang utama lalu lintas manusia, barang dan jasa antara pulau Sumatera dan pulau Jawa. Kedekatan geografis dan heterogenitas masyarakat, sosial dan budaya yang ada merupakan potensi sekaligus tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dalam menyelenggarakan pembangunan di segala bidang, khususnya sektor pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan perekonomian dan hajat hidup masyarakat.

Titik berat pembangunan di Kabupaten Lampung Selatan adalah upaya pengurangan kemiskinan, pembangunan ekonomi lokal dan peningkatan kapasitas pelayanan publik. Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan masih belum optimal dalam penataan ruang dan wilayah pembangunan sarana dan prasarana maupun pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya keras yang terarah dan terencana oleh semua pihak, khususnya pihak eksekutif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.

(2)

6-2 infrastruktur yang terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan dapat terlaksana.

Satgas RPIJM Kabupaten Lampung Selatan telah terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati No.258/Bappeda/HK-LS/2008 tanggal 13 Oktober 2008.

Struktur satgas terdiri dari sebagai berikut :

 Tim Pengarah : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris

 Tim Pelaksana : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Anggota  Tim Sekretariat : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris

(struktur terlampir).

Tugas dan tanggung jawab masing-masing Tim sebagai berikut : 1. Tim Pengarah

 Memberikan arahan kebijaksanaan untuk kegiatan pendampingan penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya

 Menetapkan program yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan.

2. Tim Pelaksana

 Melaksanakan tugas penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya daerah Kabupaten Lampung Selatan.

 Melaksanakan tugas pembangunan kelembagaan dan sumber daya manusia di tingkat Kabupaten Lampung Selatan.

 Melaksanakan usulan RPIJM daerah Kabupaten Lampung Selatan.

 Melaksanakan perbaikan dan penyempurnaan terus menerus atas pendampingan penyusunan RPIJM daerah Kabupaten Lampung Selatan.

3. Tim Sekretariat

 Memberikan dukungan teknis, administrasi, dan logistik pada Tim Pengarah dan Tim Pelaksana.

 Menyelenggarakan sistim informasi manajemen untuk pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPIJM daerah Kabupaten Lampung Selatan.

 Melaksanakan tugas lain yang diinstruksikan oleh Tim Pengarah dan Tim Pelaksana.

6.2.

Kelembagaan Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Selatan

6.2.1.

Keorganisasian Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Selatan

Penatan dan penguatan organisasi merupakan Program Reformasi Birokrasi, penataan keorganisasian antara lain struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani Cipta Karya.

(3)

6-3 Sama seperti organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Lampung Selatan lainnya Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Lampung Selatan terbentuk berdasarkan PERDA No.06 Tahun 2008 tanggal 25 September 2008.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah, statistik,penelitian dan pengembangan. Dan berfungsi sebagai perumus kebijakan teknis perencanaan, mengkordinasikan perencanaan pembangunan daerah dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan fungsinya. Tugas pokok BAPPEDA sebagaimana tertuang dalam Perda Kabupaten Lampung Selatan Nomor 0623 Tahun 2012 dan Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Rincian Tugas Jabatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Selatan adalah membantu Bupati dalam menentukan kebijakan bidang perencanaan pembangunan di daerah serta penilaian atas pelaksanaannya.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis perencanaan;

2. Pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan daerah; 4. Pelayanan administrasi ; dan

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari :

1. Kepala Badan 2. Sekretaris 3. Bidang Ekonomi

4. Bidang Pemerintahan, Sosial dan Budaya 5. Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah

6. Bidang Penelitian Pengembangan dan Pendataan 7. Bidang Pengendalian

(4)

6-4 Gambar 6-1. Struktur Organisasi BAPPEDA Kabupaten Lampung Selatan

2. Dinas Pekerjaan Umum.

Dasar hukum tentang pembentukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Selatan adalah Perda No.06 tahun 2008 tanggal 25 September 2008, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten L:ampung Selatan dan Perda No.04 tahun 2008 tanggal 25 September 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Selatan, untuk bidang Cipta Karya di Kabupaten Lampung Selatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang di bawah Kepala Dinas Pekerjaan Umum berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Dinas PU bidang Cipta Karya mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum, dimana Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

(5)

6-5 dinas, penyelenggaraan pembinaan,pengawasan, pengelolaan Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari : 1. Kepala Dinas

2. Sekretariat

3. Bidang Bina Marga 4. Bidang Cipta Karya 5. Bidang Pengairan 6. Bidang Tata Ruang 7. UPT Dinas

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 6-2. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

3. Dinas Pasar Kebersihan dan Keindahan Kabupaten Lampung Selatan.

Dasar Hukum PERDA No.06 tahun 2008 25 September 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampong Selatan dan PERDA No.04 tahun 2008 tanggal 25 September 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Selatan.

(6)

6-6 Bertugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang pasar dan kebersihan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun untuk melaksanakan tugas tersebut Dinas Pasar dan Kebersihan memiliki susunan organisasi terdiri dari sebagai berikut :

1. Kepala Dinas 2. Sekretariat

3. Bidang Kebersihan

4. Bidang Penerangan Jalan dan Taman 5. Bidang Pertamanan dan Pemakaman 6. Unit Pelasana Teknis (UPT) Daerah 7. Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 6-3. Struktur Organisasi Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Selatan

4. PDAM Tirta Jasa Kabupaten Lampung Selatan.

(7)

6-7 Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Jasa Kabupaten Lampung Selatan masuk dalam klasifikasi PDAM type A dengan jumlah pelanggan saat ini sebanyak 5.1000 sambungan pelanggan. Wilayah pelayanan PDAM Tirta Jasa terdiri dari:

1. PDAM Cabang Kalianda 2. PDAM Unit Bakauheni 3. PDAM Unit Penengahan 4. PDAM Unit Sidomulyo 5. PDAM Unit Way Kandis 6. PDAM Unit Hajimena 7. PDAM Unit Branti (Natar) 8. PDAM Unit Jati Agung 9. PDAM Unit Branti

Gambar 6-4. Struktur Organisasi PDAM Tirta Jasa Kabupaten Lampung Selatan

6.2.2.

Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Selatan

(8)

6-8 menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal di lingkungan Cipta Karya Kabupaten Lampung Selatan, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas akan dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya di Kabupaten Lampung Selatan. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Tabel 6-1. Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

NO INSTANSI PERAN INSTANSI DALAM

PEMBANGUNAN BIDANG CK

UNIT / BAGIAN YANG MENANGANI PEMBANGUNAN

BIDANG CK

(1) (2) (3) (4)

1 Bappeda Merencanakan program-program kegiatan yang diusulkan oleh SKPD.

Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah

2 Dinas PU Perumusan kebijakan teknis dibidang Perencanaan, Bina Marga, Cipta Karya, dan Pengairan.

Bidang Cipta Karya

3 Dinas Pasar Kebersihan dan Keindahan

Merumuskan kebijakan teknis dibidang pasar dan kebersihan

Bidang Kebersihan

4 PDAM Tirta Jasa Merumuskan kebijakan teknis dibidang pengelolaan sarana air bersih

(9)

6-9

6.2.3.

Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung

Selatan

Untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

Kualitas sumber daya manusia yang kurang memadai. Apabila dilihat dari pendidikan formal, rata-rata SDM penyelenggara RPI2JM berpendidikan S1, namun dari segi pendidikan informal masih banyak yang belum mengikuti pelatihan teknis sesuai dengan bidangnya.

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Sumber daya manusia yang ada di BAPPEDA Kabupaten Lampung Selatan berjumlah 59 orang, dan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan sarjana S1, yang terdiri dari 40 orang pria dan 19 orang wanita, dengan status kepegawaian 46 PNS dan sisanya Honorer. Sedangkan untuk tahun mendatang masih dibutuhkan tambahan karyawan +/- 5 orang dari Sarjana S2, 11 orang dari S1, 9 orang dari D3, 4 orang dari SLTA. 2. Dinas Pekerjaan Umum

Secara keseluruhan jumlah sumber daya manusia (SDM) pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 211 dan sebagian besar pegawai berpendidikan setingkat SLTA sebesar 111 orang dan Sarjana S1 48 orang.

3. Dinas Pasar dan Kebersihan

Jumlah pegawai atau sumber daya manusia (SDM) pada Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 51 orang dengan sebagian besar pegawai berada di bidang Kebersihan dan Pertamanan. Dan sebagian besar pegawai berpendidikan SLTA dan sarjana S1, dengan status kepegawaian 44 orang PNS dan sisanya honorer.

4. PDAM Tirta Jasa

PDAM Jasa Tirta di kepalai oleh seorang Direktur yang dibantu oleh 2 (dua) orang Kepala Bagian yaitu Kabag, Administrasi dan Keuangan serta Kabag. Teknik serta 6 (enam) orang Kepala Cabang/Unit PDAM, di dalam pelaksanaan tugasnya setiap kepala bagian akan dibantu oleh beberapa Kepala Sub Bagian. Sedangkan jumlah pegawai yang ada saat ini berjumlah 100 (seratus) orang termasuk pegawai tetap, calon pegawai dan pegawai honor. Bila dibanding dengan rasio jumlah sambungan maka rasionya adalah 1 (satu) pegawai : 510 sambungan, artinya masih terlalu besar seharusnya 1 (satu) pegawai : 100 sambungan.

6.2.4.

Analisis SWOT Kelembagaan Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Selatan

(10)

6-10 (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

Tabel 6-2. Matriks Analisis SWOT Kelembagaan

a. Kondisi geografis yang berdekatan dengan pulau Jawa (sebagai gerbang Pulau Sumatera). b. Keinginan masyarakat

untuk hidup lebih baik. c. Adanya bantuan dari

pusat (APBN).

d. Adanya pendidikan dan pelatihan Bidang Cipta Karya Kementerian PU

ANCAMAN (T)

a. Tingkat kejahatan masih cukup tinggi.

b. Budaya masyarakat yang masih feodal.

c. Pendapatan masyarakat yang rendah.

Strategi SO (Kuadran 1)

Adanya SDM dan Satgas RPI2JM dapat membuat sebuah perencanaan dan penganggaran yang baik dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang bersumber dari APBD ataupun Bantuan dari Pusat (APBN) dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik

Strategi ST (Kuadran 2)

Dengan SDM yang baik dan SDA yang cukup banyak didukung perangkat daerah

melalui kegiatan

Pemberdayaan Masyarakat yang didanai APBN dan APBD dapat melibatkan masyakat

menjadi pelaku

(11)

6-11 kejahatan di kabupaten Lampung Selatan

KELEMAHAN W)

a. Belum tersusunnya rincian tugas jabatan.

b. Kurangnya PERDA / PERBUP dibidang pembangunan infrastruktur.

c. Kuantitas dan kualitas SDM yang kurang memadai. d. Kurangnya minat investor. e. Sarana dan Prasarana

kerja belum memadai.

Strategi WO (Kuadran 3)

Perlu adanya peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan yan diadakan Kementerian PU agar lebih tersusunnya tupoksi jabatan, meningkatkan kulitas SDM

dalam melakukan

pendekatan kepada investor dengan memberikan gambaran/ profil kabupaten lampung selatan yang memiliki SDA dan geografis yang sangat strategis sebagai gerbang sumatera

Strategi WT (Kuadran 4)

Perlu melakukan percepatan percepatan peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan daerah dalam

menciptakan good

government.

6.2.5.

Rencana Pengembangan Keorganisasian Bidang Cipta Karya Kabupaten

Lampung Selatan

Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

Agar penyelenggaraan RPI2JM di Kabupaten Lampung Selatan dapat optimal, perlu adanya optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi dari masing-masing Dinas penyelenggara RPI2JM. Hendaknya Dinas penyelenggara RPI2JM serius dan fokus dalam pembangunan infrastruktur di bidang PU/Cipta Karya, sesuai dengan bidang tuganya.

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

6.2.6.

Rencana Pengembangan Tata Laksana Bidang Cipta Karya Kabupaten

Lampung Selatan

(12)

6-12 instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

Sampai saat ini rincian tugas jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan Perda No. 06 tahun 2008. Disamping itu perlu adanya pembentukan Perda baru untuk mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana di Kabupaten Lampung Selatan.

6.2.7.

Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Kabupaten Lampung Selatan

Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Dari segi SDM sebenarnya cukup memadai, namun perlu adanya beberapa langkah untuk peningkatan SDM yang ada seperti :

1. Peningkatan pendidikan formal dan informal, khususnya spsifikasi bidang PU/Cipta Karya 2. Pengangkatan tenaga honorer

3. Penambahan kebutuhan pelatihan

Rencana pengembangan SDM dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel berikut.

Tabel 6-3. Pelatihan Bidang Cipta Karya

No

Jenis Pelatihan

1

Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat,

Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2

Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

3

Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4

Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan

Lingkungan

5

Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-Perundangan

Bangunan Gedung dan Lingkungan

6

Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

(13)

6-13

No

Jenis Pelatihan

8

Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

9

Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuruan

10 Pembinaan

Teknis

Peningkatan

Kemampuan

Pemeliharaan

dan

Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

11 Pembinaan teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam

Tanggap Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

17 Diklat Jabatan Fungsional

6.3.

Kerangka Regulasi

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Selatan dalam melakukan tugas dan fungsinya mengacu pada Undang-Undang yang berlaku. Adapun amanat perundangan yang terkait dengan keciptakaryaan antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

 Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, maka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada: (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi; (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional; dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

 Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha; Pengembangan perumahan dan permukiman.

 Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang; Terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian; Pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang; Terwujudnya kota tanpa pemukiman kumuh.  Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

(14)

6-14 2. Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

 Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama lima (5) tahun terhitung sejak diberlakukannya UU ini.

 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.

3. Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman  UU mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman,

pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, pendanaan & pembiayaan, dan peran masyarakat.

 Dalam menangani permukiman kumuh dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

4. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

 Peraturan ini mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan,dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat. 5. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

 Bangunan gedung harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan prinsip-prinsip penghematan energi (amanat green building).

 Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.

 Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

6. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

 Infrastruktur air minum, air limbah permukiman, persampahan, merupakan bagian dari sistem jaringan prasarana yang mendukung sistem permukiman dan membentuk struktur ruang kota.

 Peraturan ini mengamanatkan penyediaan ruang terbuka hijau dengan proporsi paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

7. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

(15)

6-15 khusus dalam penyusunan kelembagaan, perencanaan dan penganggaran di pusat dan di daerah.

 Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, sekaligus mendukung indikator kinerja utama kementerian dan kinerjanya akan dikontrol secara ketat oleh berbagai stakeholders.

 Dalam pembangunan bidang infrastruktur permukiman, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk mengembangkan sistem permukiman secara nasional, lintas provinsi, atau untuk kepentingan strategis nasional. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota ditunjukan pada tabel dibawah ini.

Tabel 6-4. Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota

Permukiman

a) Penetapan sistem

pengembangan infrastruktur permukiman secara nasional.

b) Penyelenggaraan infrastruktur

pada permukiman di kawasan strategis nasional

a) Penetapan bangunan gedung

untuk kepentingan strategis IMB dan sertifikat laik fungsi bangunan

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

a) Penetapan pengembangan

sistem penataan bangunan dan lingkungan secara nasional dan lingkungan di Daerah kabupaten/kota

Air Minum

a) Penetapan pengembangan SPAM

secara nasional

b) Pengelolaan dan pengembangan

(16)

6-16

Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota

Air Limbah

a) Penetapan pengembangan

sistem pengelolaan air limbah domestik secara nasional

b) Pengelolaan dan pengembangan

sistem pengelolaan air limbah domestik lintas Daerah provinsi, dan sistem pengelolaan air limbah domestik untuk kepentingan Daerah provinsi dan sistem pengelolaan persampahan untuk

sistem drainase secara nasional

b) Pengelolaan dan pengembangan

sistem drainase lintas Daerah provinsi dan sistem drainase untuk kepentingan strategis nasional

Di samping Undang-Undang tersebut, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pringsewu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya juga mengacu pada peraturan pelaksana dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, maupun Peraturan Menteri PUPR. Adapun peraturan pelaksanaan bidang Cipta Karya antara lain:

 PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang Bangunan Gedung);

 PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

 PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

 PP No. 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman;

 PP No. 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

 PP No. 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;

 o Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, dengan perubahannya Perpres No. 13 Tahun 2010 dan Perpres No. 56 Tahun 2011;

 Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

 Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;

 Perpres No. 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi;  Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(17)

6-17  Perpres No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat;

 Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;

 Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);

 Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

 Permen PU No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

 Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);

 Permen PU No. 24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan Gedung;

 Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung;

 Permen PU No. 18/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

 Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;

 Permen PU No. 13/PRT/M/2013 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

 Permen PU No. 1/PRT/M/2014 Tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

 Permen PU No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan;  Permen PU No. 25/PRT/M/2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan

Sistem Penyediaan Air Minum;

 Permen PUPR No. 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau;

 Permen PUPR No. 03/PRT/M/2015 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur;

 Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

 Permen PU No. 34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

 Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan;

 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

(18)

6-18 Tabel 6-5. Arah Kerangka Regulasi Dan/Atau Kebutuhan Regulasi

NO

Bappeda Tahun 2017

2 Perda Bangunan Gedung

Payung Hukum

Bappeda Tahun 2017

3

Perda tentang Sistem Persampahan dan Air

Bappeda Tahun 2017

4 Perbup tentang RI SPAM Peningkatan Pelayanan Air Minum

Dinas Pekerjaan Umum

Gambar

Gambar 6-1. Struktur Organisasi BAPPEDA Kabupaten Lampung Selatan
Gambar 6-2. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
Gambar 6-3. Struktur Organisasi Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Selatan
Gambar 6-4. Struktur Organisasi PDAM Tirta Jasa Kabupaten Lampung Selatan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Model sistem rantai pasokan beras di provinsi DKI Jakarta seperti yang sudah diperlihatkan pada Gambar 44, merupakan model gabungan dari empat subsistem, yaitu subsistem

Urusan Pemerintahan : 1 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR Bidang Urusan : 1.04 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN Program

Urusan Pemerintahan : 1 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR Bidang Urusan : 1.05 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN UMUM

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang rendah karakteristik pekerjaan ibu dengan tingkat pengetahuan tentang menopause di Desa Giri Sasak Kecamatan

03 Urusan Wajib Pelayanan Dasar Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.. Organisasi

Urusan Pemerintahan : 1 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR Bidang Urusan : 1.03 URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG.. Program

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kebutuhan dan Penyaluran Serta Harga Eceran

Judul Thesis : Penampilan Reproduksi Sapi Persilangan F1 dan F2 Simental Serta Hubungannya dengan Kadar Hormon Estrogen dan Progesteron Pada Dataran Tinggi