• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taksonomi dan Morfologi Bakau Putih (B. cylindrica)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Taksonomi dan Morfologi Bakau Putih (B. cylindrica)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Ekosistem Mangrove

Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah pantai (Harahab, 2010).

(2)

Kondisi Ekosistem Mangrove

Adaptasi pohon mangrove hutan mangrove yang umumnya didominasi oleh pohon mangrove dari empat genera (Rhizophora, Avicennia, Sonneratia dan Bruguiera), memiliki kemampuan adaptasi yang khas untuk dapat hidup dan berkembang pada substrat berlumpur yang sering bersifat asam dan anoksik. Kemampuan adaptasi ini meliputi: adaptasi terhadap kadar oksigen rendah pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang khas bertipe cakar ayam, penyangga, papan dan lutut (Arief, 2003).

Tanah terjadi dari pelapukan batuan yang merupakan suatu campuran dari beberapa unsur. Tanah aluvial ialah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai. Tanah ini bersifat subur sehingga baik untuk pertanian bahan-bahan makanan. Dataran aluvial yang luas terdapat di daerah Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian selatan dan tengah dan Papua bagian selatan (Notohadiprawiro, 1998).

(3)

Taksonomi dan Morfologi Bakau Putih (B. cylindrica)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Famili : Rhizophoraceae Genus :Bruguiera Spesies : B. cylindrica

B. cylindrica adalah pohon kecil yang tumbuh sampai 20 meter (66 kaki) tinggi tetapi sering tumbuh sebagai semak. Kulit halus dan abu-abu, dengan patch corky mengangkat menga bagasi ditopang oleh akar. Akar udara ata lutut berbentuk loop dan memiliki lentisel banyak yang memungkinkan udara ke akar interkoneksi sementara tidak termasuk air dan pada Akar menyebar secara luas untuk memberikan stabilitas di tanah tergenang air (Woodi, 2011).

(4)

Pembibitan Tanaman Mangrove

Rehabilitasi hutan mangrove adalah penanaman kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan. Agar rehabilitasi dapat berjalan secara efektif dan efisien perlu didahuli survey untuk menetapkan kawasan yang potensialuntuk rehabilitasi berdasarkan penilaian kondisi fisik dan vegetasinya. Kegiatan rehabilitasi dilakukan untuk memulihkan kondisi ekosistem mangrove yang telah rusak agar ekosistem mangrove dapat menjalankan kembali fungsinya dengan baik. Upaya rehabilitasi harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang berhubungan dengan kawasan mangrove. Kawasan rehabilitasi mangrove dilakukan sesuai dengan manfaat dan fungsinya (Irwanto, 2008).

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan suatu kegiatan rehabilitasi. Apabila bibit yang digunakan berkualitas tinggi dan siap tanam, maka peluang keberhasilan tumbuh di lapangan akan tinggi. Sebaliknya, penggunaan bibit berkualitas rendah hanya akan menyebabkan kegagalan kegiatan rehabilitasi. Cara membibitkan tanaman mangrove sangat berbeda dengan tanaman pantai lainnya. Persemaian mangrove membutuhkan lokasi basah yang terpengaruh pasang surut. Karenanya, persemaian mangrove dapat juga disebut sebagai persemaian pasang surut (Wibisono dkk, 2006).

(5)

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan denganjenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media yang tepat dan standard untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angina yang berbeda. Secaraumum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Mukhlis, 2007).

Lokasi persemaian diusahakan pada tanah lapang dan datar. Selain itu, hindari lokasi persemaian di daerah ketam/kepiting atau mudah dijangkau kambing. Lokasi persemaian diusahakan sedekat mungkin dengan lokasi penanaman dan sebaiknya terendam air pasang lebih kurang 20 kali/bulan agar tidak dilakukan kegiatan penyiraman bibit. Dari luas areal yang ditentukan untuk tempat persemaian, sekitar 70% dipergunakan untuk keperluan bedeng pembibitan dan sisanya 30 % digunakan untuk jalan inspeksi, saluran air, gubuk kerja, dan bangunan ringan lainnya. Naungan dapat menggunakan daun nipah atau alang-alang dengan ketinggian 1-2 m agar terhindar dari gangguan (Khazali, 1999).

(6)

Penaman langsung ini dinilai lebih efektif dan efisien karena tidak memerlukan penyemaian pada bedeng tabor dan penyapihan. Untuk tanaman mangrove, media tanam yang dipergunakan adalah lumpur atau lumpur berpasir diutamakan berasal dari sekitar pohon induk. Dalam penyiapan bibit, dilakukan pengumpulan buah (propagul) yang berasal dari kawasan hutan mangrove. Buah-buah ini untuk semua jenis, setiap jenis akan memiliki perbedaan waktu masak dan waktu jatuh. Penanaman jenis mangrove sebaiknya diusahakan sedemikian rupa sehingga mirip dengan kejadian dikawasan alaminya, misalnya masalah zonasi, pasang surut penggenangan, dan salinitas (Harahab, 2010).

Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove

a. Salinitas

Salinitas merupakan berat garam dalam gram per kilogram air laut. Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas. Salinitas dapat juga diukur melalui konduktivitas air laut. Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10-30 ppt. Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan. Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas dan dalam keadaan pasang.

b. Fisiografi Pantai

(7)

dipengaruhi oleh gelombang-gelombang atau sungai-sungai yang umumnya berasosiasi dengan kesuburan areal mangrove yang mendukung suatu keberagaman yang sangat luas, baik flora maupun fauna.

c. Iklim

Pengaruh langsung iklim adalah terhadap komposisi epifit yang terdapat pada hutan mangrove. Mangrove yang terdapat di daerah yang selalu basah memiliki banyak spesies epifit, sedangkan pada hutan mangrove di daerah dengan iklim yang mempunyai masa-masa kering, epifit jarang dijumpai.

d. Gelombang dan arus

Gelombang pantai yang sebagian besar dipengaruhi angin merupakan penyebab penting abrasi dan suspensi sedimen. Pada pantai berpasir dan berlumpur, gelombang dapat membawa partikel pasir dan sedimen laut. Partikel besar atau kasar akan mengendap, terakumulasi membentuk pantai berpasir. Mangrove akan tumbuh pada lokasi yang arusnya tenang.

e. Tanah

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian sebagai Perusahaan Dirgantara Indonesia, IPTN melaksanakan program pengembangan perusahaannya ke dalam 2 tahapan yaitu : Tahap alih tehnologi yaitu

Balai Besar Litbang Vektor dan Penyakit Salatiga telah mengembangkan Bt H-14 isolat Salatiga dalam sediaan cair dan bubuk yang telah terbukti efektif

Strategi guru dalam membelajarkan matematika pada materi lingkaran kepada anak tunagrahita di SLB Muhammadiyah Cepu adalah strategi guru dalam membelajarkan

Induksi ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet B (UVB). Pada tahap selanjutnya, senyawa kolekalsiferol ini akan diubah menjadi senyawa kalsitrol yang merupakan

Dari beberapa kasus tersebut merupakan contoh mengenai beberapa kasus pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik UU No.11 Tahun 2008 terhadap

IX/2011 TENTANG PENGAKUAN MODEL NOKEN DALAM PEMILUKADA KABUPATEN LANNY JAYA PAPUA PERSPEKTIF TEORI HUKUM MURNI

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan prioritas strategi untuk pengembangan bisnis Rumah

Nyambai dan Penayuhan/Nayuh tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena sudah menjadi bagian yang sangat penting dari masyarakat Saibatin. Tari Nyambai tidak