• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi Kualitatif Perilaku Seksual Remaja Di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi Kualitatif Perilaku Seksual Remaja Di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Apapun dilakukan untuk

membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi.

Akan tetapi lain ceritanya jika dalam waktu yang sudah lama berpacaran apakah hal

yang indah-indah sering terjadi atau malah sebaliknya banyak terjadi pertengkaran

dan juga kesalahpahaman. Memang bagi sebagian dari orang-orang yang berpacaran

terlalu lama atau bahkan melebihi 5 sampai 10 tahun itu akan ada rasa bosan atau

malah sudah biasa saja, akan tetapi tidak sedikit yang masih mempertahankan

keharmonisan dan rasa kasih sayangnya tidak berubah dari awal, itu tergantung dari

pasangannya.

Fakta menunjukan sekitar 80% orang yang berpacaran itu tidak berlangsung

ke jenjang pernikahan apa lagi usia dari pasangan tersebut masih sama-sama muda

dan mungkin masih ingin mencari yang terbaik, memiliki komitmen yang dijalankan

seperti, “kita jalanin dulu aja yang sekarang” ungkapan itu sudah pasti sangat sering

terdengar. Tingkat kedewasaan dan juga rasa pengertian dan menghormati serta

kejujuran memang mutlak menjadi faktor kelanggengan dalam membina hubungan

disamping faktor lainnya (Rokan, 2007).

Masa remaja adalah masa dimana seseorang harus menghadapi

(2)

melepaskan diri dari ketergantungan sebagai anak, tapi di sisi lain belum berhasil

membuktikan kemampuan mandiri sebagai orang dewasa. Masalah perilaku seksual

paling sering terjadi pada kelompok usia remaja. Salah satu penyebab timbulnya

masalah ini adalah adanya perubahan organobiologik akibat pematangan organ-prgan

reproduksi (Christina, 2009).

Penelitian Sahabat Remaja (2011) memperlihatkan bahwa masalah terbesar

remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image,

dan mitos-mitos seks. Di masa remaja inilah ketika fungsi organ reproduksi dan

sistem hormon mulai bekerja, secara alamiah remaja menjadi sangat ingin tahu

tentang seks. Jarang sekali remaja melibatkan orang tua atau guru untuk

mendiskusikan masalah seksualitas yang lebih dalam. Disinilah pentingnya peran

orang tua bagi para remaja. Hal ini untuk membantu mengurangi kecemasan remaja

ketika menghadapi kematangan seksual serta sebagai penyalur pengetahuan seks bagi

mereka. Perilaku seksual remaja sekarang sangat mengkhawatirkan, karena dari gaya

berpacaran mereka yang terkadang sudah tidak mengindahkan norma-norma yang

berlaku. Karena melalui gaya berpacaran yang tidak sehat itu mereka menghalalkan

untuk berhubungan seks diluar nikah.

Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang

serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks

adalah sesuatu yang enak dan wajib dilakukan untuk menjaga kelanggengan dengan

sang pacar. Terlebih lagi ketika para remaja telah berada pada lingkungan pergaulan

(3)

remaja yang dijadikan sample penelitian tentang perilaku seks bebas, mengaku telah

melakukan hubungan seks tanpa nikah/seks bebas. (National Abortion Federation,

dalam

Prambang (SIB 2011) dalam rubrik Seks Bebas Remaja, memuat data data

sejumlah penelitian antara lain :

1. Kantor Berita Antara menulis, ”85 Persen Remaja 15 Tahun Berhubungan Seks”

2. Warta Kota (11/2/2010) memberi judul, ”Separo Siswa Cianjur Ngesek”.

3. Harian Republika terbitan 21 September 2011 menulis ”Hampir 50 persen remaja

perempuan Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah.”

4. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) melakukan survey

menyatakan pula bahwa sebanyak 85% remaja berusia 13-15 tahun mengaku

telah berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2011 itu dilakukan

terhadap 2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon,Singkawang, Palembang, dan

Kupang.

5. Direktur Eksekutif PKBI, Inne Silviane, hubungan seks itu dilakukan dirumah

sendiri, rumah tempat mereka berlindung. Sebanyak 50% dari remaja itu

mengaku menonton media pornografi. Dari penelitian itu pula diketahui, 52 %

yang memahami bagaimana kehamilan bisa terjadi.

6. Penelitian lain dilakukan Annisa Foundation, diberitakan, 48% pelajar SMP dan

SMA di Cianjur telah melakukan hubungan seksual. Menurut pengakuan mereka,

hubungan seks itu dilakukan suka sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti

(4)

2010 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri serta

swasta.

7. Laila Sukmadewi, Direktur Eksekutif AF, mengatakan hubungan seks diluar

nikah itu umumnya dilakukan responden karena suka sama suka. Hanya sekitar 9

% dengan alasan ekonomi. ”Jadi, bukan alasan ekonomi. Yang lebih

memprihatinkan, sebanyak 90% menyatakan paham nilai-nilai agama, dan

mereka tahu itu dosa,” ujar Laila.

Ada beberapa alasan remaja ingin memiliki pacar. Berikut adalah yang dapat

kita simak : Mengikuti perkembangan zaman, sebagai teman kencan, untuk

membuktikan bahwa dia cantik/ganteng, agar dia tidak kesepian. Survei Komisi

Perlindungan Anak (KPA) dalam Kompas 2012 terhadap 4.500 remaja di 12 kota

besar mengungkap, 97% remaja pernah menonton atau mengakses pornografi, 93%

pernah berciuman bibir. Sedangkan 62,7% pernah berhubungan badan dan 21%

remaja telah melakukan aborsi. Data tersebut cukup menjadi alasan kuat bagi semua

pihak untuk mencemaskan masa depan putra-putri yang tengah beranjak dewasa ini.

Menurut data BKKBN dalam

2012, 60% remaja di Jabodetabek telah melakukan hubungan layaknya suami istri.

Selain di Jabodetabek, di wilayah lain seperti Surabaya mencapai 50%, di Medan

75% , Yogyakarta 80%, dan Bandung 90%. Data tersebut menunjukkan bahwa gaya

pacaran remaja sekarang sudah menyimpang jauh dari makna dan hakekat pacaran itu

sendiri. Berita bahwa pergaulan anak baru gede (ABG) zaman sekarang ini, demikian

(5)

anak-anak mereka. Bila kita sempat menyaksikan video mesum mereka yang ada di

youtube, mereka bukan hanya lihai berciuman, namun juga berhubungan seks di luar

nikah. Malah anak SMP pun diketahui sudah mahir melakukannya. Mereka

terjerumus dalam kehidupan seks yang bebas, yang berbahaya dan merugikan masa

depan mereka. Di rumah, sikap remaja tampak sangat baik dan penurut. Namun

ternyata di luar sana, siapa menduga bahwa mereka sudah terlalu jauh melangkah di

luar batas norma kesusilaan. Pacaran seperti suami-istri, kalau tidak ML (making

love) dianggap ketinggalan zaman. Seks dalam pacaran menjadi trend yang lazim

berlaku sekarang. Begitu mudahnya remaja mengakses pornografi, baik lewat DVD,

BBM, situs porno, serta game online, membuat terperangkap dalam candu seks.

Luther (2011), menulis bahwa melakukan seks pranikah menjadi fenomena

menggiurkan bagi gaya hidup remaja sekarang. Apalagi budaya permisif tampaknya

melegalkan perilaku seks pranikah. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan

hubungan seks bebas semakin meningkat dari sekitar 20% pada tahun 2007-2011

menjadi 80%. Sekian banyak masalah seputar perilaku remaja yang dinilai

menyimpang tersebut, ada dua pertanyaan mendasar yang perlu segera dijawab, yaitu

apa penyebab perilaku seksual pranikah dan bagaimana cara mengatasinya.

Mardiya (2011) menyatakan bahwa masalah paling krusial yang berkaitan

dengan seksualitas remaja adalah masih banyaknya kasus kehamilan remaja yang

disebabkan karena kurang hati hatinya remaja selama menjalani masa pacaran.

Mereka umumnya melakukan pacaran secara tidak sehat. Artinya, masa pacaran tidak

(6)

pikir dan kepribadiannya. Tetapi justru digunakan untuk hal-hal yang berbau seks dan

membangkitkan birahi.

Pacaran bagi remaja sebenarnya merupakan hal yang lumrah, apalagi masa

remaja adalah masa di mana seseorang memiliki rasa ketertarikan yang kuat terhadap

lawan jenis. Sayangnya, gaya pacaran remaja di zaman sekarang telah mengarah pada

perilaku yang diluar batas, disinilah mulai muncul masa pacaran yang didalamnya

terkait perilaku seks untuk mengisi waktu senggang mereka, dan tidak menutup

kemungkinan untuk melakukan hubungan seks yang tidak semestinya mereka

lakukan.

Mulainya berbagai adegan yang mengarah pada urusan seksual ini tidak lepas

dari aktivitas pacaran dini. Banyak remaja Indonesia sudah melakukan pacaran kala

usia mereka 12 tahun. Usia ini adalah usia rata-rata remaja saat ini dalam melakukan

pacaran.

Menurut survey kesehatan reproduksi yang dilakukan BKKBN, usia tersebut

jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan 10 tahun lalu. Anak kelas enam SD

saat ini, sudah tidak segan lagi memadu kasih. Gawatnya lagi, perilaku tidak senonoh

dilakukan para remaja yang berpacaran ini kala mereka bertemu. Sekitar 92%

remaja yang berpacaran, saling berpegangan tangan. Ada 82% yang saling Seks bebas ini membuat angka penderita HIV/AIDS di kalangan remaja

meningkat tajam. Ada peningkatan 700 persen dari jumlah antara tahun 2004 hingga

2010, dari awalnya 154 kasus menjadi 1.119 kasus. Diperkirakan, penyebab utama

remaja mengenal pornografi adalah dari tv, internet, dan kebebasan berlebihan yang

(7)

berciuman. 63% remaja yang berpacaran, tidak malu untuk saling meraba

(petting)

Hubungan seksual merupakan tindakan hubungan badan antara laki-laki dan

perempuan. Kontak badan antara yang berlawanan jenis bisa menimbulkan gairah

seksual. Aktifitas seksual pada dasarnya adalah bagian dari naluri yang

pemenuhannya sangat dipengaruhi stimulus dari luar tubuh manusia dan alam

berfikirnya. Seksualitas seseorang atau individu dipengaruhi oleh banyak aspek

dalam kehidupan, termasuk didalamnya kenyamanan, imbalan, tekanan dari dalam

keluarga, self control, ekspresi emosi, perasaan.

bagian tubuh kekasih mereka yang seharusnya tabu untuk dilakukan. Ada

perbedaan gaya pacaran remaja sekarang dengan dulu. Remaja saat ini lebih permisif

untuk melakukan apa pun demi “cinta”. Semua aktivitas itu yang akhirnya

memengaruhi niat untuk melakukan seks lebih jauh.

Pada masa remaja alat kelamin sekunder telah matang, sehingga terjadi

perubahan fisik dan emosi. Hal ini termasuk kedalam teori perkembangan psikologi

yang alami terjadi pada setiap individu ketika beranjak menuju tingkat kedewasaan

maka tanda-tanda fisik seperti karakter seks pada usia remaja baik yang primer

maupun yang sekunder ikut berubah, begitu juga dengan tanda-tanda psikis yang ikut

berubah seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan

seks. Seksualitas pada masa remaja inilah yang sedang memuncak. Dan seringkali

tindakan yang dilakukan remaja tidak dapat dikendalikan (self control)

(8)

Muhammad (2010) menyatakan, bagi yang sudah ‘pintar’, mereka akan

mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, mereka menggunakan

kondom yang sekarang dijual bebas di pasaran. Orang tua perlu juga melakukan

pemeriksaan di kamar, tas dan dompet remajanya. Hal ini untuk memastikan bahwa

anak-anak kita tidak memiliki barang-barang terlarang seperti kondom, DVD porno

dan barang-barang lain yang tidak pernah kita berikan kepada mereka. Penjualan

kondom secara bebas, membuat siapapun, termasuk remaja dapat membelinya kapan

saja saat dibutuhkan. Tidak butuh batasan usia dan alasan yang tepat untuk membeli

kondom. Betapa berbahayanya kemudahan itu buat anak-anak remaja. Mereka

semakin leluasa melakukan seks secara bebas dengan pasangannya. Tidak lagi

ketakutan akan hamil, karena sudah dilindungi dengan aman oleh kondom yang

mereka dapatkan dengan mudahnya.

Nugraha (2011) mengatakan, remaja melakukan Making Love karena

pengetahuan reproduksinya kurang. Remaja hanya mengetahui jika kehamilan terjadi,

maka akan bisa langsung digugurkan. Remaja tidak tahu efek samping dari

pengguguran itu atau dia sudah pernah melakukan hubungan seks dengan yang nanti

tidak menjadi suaminya, dia akan menimbulkan suatu memory yang nanti akan

menganggu kehidupannya kemudian.

Penyebab seks pranikah di kalangan remaja lainnya adalah faktor lingkungan,

baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang

dimaksud adalah cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang

(9)

orangtuanya. Apabila tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian dengan mencari

pacar atau nongkrong di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik

mereka. Remaja masa kini yang mengaku dirinya anak gaul ditandai dengan duduk

santai di kafe, mondar-mandir di mal, berpakaian serba sempit dan ketat yang

memamerkan lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.

Akibatnya, remaja gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di

antaranya terjebak dalam perilaku seks pranikah.

M

Dalam tulisan berseri kali ini, saya mencoba memulai dengan menelusuri

jejak-jejak remaja putri di Medan khususnya Darussalam, sekedar ilustrasi terhadap

fenomena seks yang membuat jantung para orangtua berdetak kencang. Siapa sangka

gadis belia yang tampak baik-baik, lugu, penurut dan sedikit pemalu ini justru

menyimpan rahasia intim yang dahsyat. Ini buktinya!

asa remaja adalah masa-masa yang paling indah nan menyenangkan. Penuh

keceriaan dalam keluguan dan kepolosan dalam transisi menuju dunia kedewasaan.

Sifat lugu dan polos yang alami para remaja ini mungkin dulu realitanya demikian.

Sebab, untuk ukuran saat ini sungguh tersimpan sesuatu yang membelalakan mata

ketika menyelami lebih dalam kehidupan remaja terutama di perkotaan. Orangtua

mana yang tidak bergidik saat mengetahui data tentang pergaulan seks anak muda

saat ini. Boleh dibilang remaja yang masih mengenakan seragam putih-biru sudah

(10)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan penelitian

adalah:

1. Bagaimanakah gambaran perilaku seksual pada remaja yang berpacaran di

Kecamatan Medan Petisah?

2. Mengapa dan apa alasan pelaku melakukan hubungan seksual pranikah tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seksual remaja

berpacaran dan alasan-alasan pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode

wawancara mendalam dan observasi partisipan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai

faktor-faktor pendorong yang menyebabkan remaja berpacaran melakukan hubungan

seksual pranikah. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

para orang tua agar dapat lebih memantau perilaku dan pergaulan anak

remajanya, serta bermanfaat bagi masyarakat agar dapat lebih memperhatikan

pergaulan para remaja saat ini sehingga membantu mencegah terjadinya

(11)

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan mampu memberi kontribusi/manfaat dalam pengembangan dan

pengetahuan teoritik di bidang kesehatan reproduksi terutama tentang diluar

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 4.37 dapat dilihat pada hasil pengujian kuat tekan beton dengan sampel pasir Cepu tanpa cuci admixture 50% pada umur 28 hari dengan kuat tekan benda uji secara

Namun demikian, keseluruhan tingkat retensi budidaya ikan dan pilihan mata pencaharian yang terkait di antara masyarakat Adivasi ditemukan relatif tinggi untuk

1) Menetapkan materi layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan atau permasalahan siswa yang akan dikenai layanan. 2) Menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai. 3)

perencanaan pembelajaran aplikasi komputer yang telah dilaksanakan peneliti dapat mengartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,

With the establishment of cloud terminal mIoT sleep laboratories at Zhongshan Hospital in Fudan Universtity, some patients have joined the platform, enabling community and

Potensi tanah ekosistem mangrove di Selat Panjang dapat dilihat pada.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... Penelitian ini berusaha mengungkap konflik yang terjadi

Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara burnout dengan