BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap
harta yang ditinggalkan oleh seseorang baik yang bersifat harta benda bergerak
maupun harta benda yang tidak bergerak akan menjadi harta warisan seseorang
yang telah meninggal dunia. Begitu seseorang dinyatakan telah meninggal, pada
saat itu juga semua hartanya secara otomatis menjadi harta warisan bagi ahli waris
yang ditinggalkannya tanpa terkecuali.
Menerapkan dan memakai hukum waris Islam ketika melakukan
pembagian warisan adalah merupakan kewajiban yang harus ditaati oleh setiap
muslim. Hal ini harus sesuai dengan bunyi Surat An Nisa ayat 13 dan 14, di mana
Allah akan menempatkan sorga selama-lamanya bagi orang-orang yang menaati
ketentuan (pembagian harta pusaka) dan memasukkan ke neraka untuk
selama-lamanya bagi orang-orang yang tidak mengindahkannya. Rasulullah SAW juga
memerintahkan agar setiap muslim membagi harta pusaka menurut Al-Qur’an
sebagaimana dalam sabdanya : Bagilah harta pusaka antara ahli waris menurut
kitabullah.1
Bila dilihat dalam kajian hukum Islam dan hukum Perdata, seharusnya,
selayaknya, dan sepantasnya harta warisan dibagikan tepat waktu sebelum ada
masalah-masalah yang timbul karenanya di kemudian hari. Dalam arti kata, begitu
1
seseorang meninggal dunia, sebaiknya disegerakan dalam membagi harta warisan
yang ditinggalkannya kepada seluruh ahli waris yang ada, setelah dikeluarkan
beberapa biaya berikut ini : 2
1. Biaya pelaksanaan fardhu kifayahnya, yakni : biaya mengkafaninya dan biaya
mengkuburkannya;
2. Biaya pelunasan hutang-hutangnya, jika memang ada;
3. Biaya yang dipergunakan untuk memenuhi seluruh wasiat-wasiatnya, jika
memang ada.
Setelah semua biaya di atas dikeluarkan dari harta orang yang meninggal
itu, maka sisa hartanya itu segera dibagikan kepada seluruh ahli waris yang ada
menurut ketentuan bagian masing-masing. Dalam Hukum Islam, bagian laki-laki
sama dengan dua bagian perempuan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam
Surat An Nisa ayat 11.
Makin cepat harta warisan dibagikan, maka makin bagus akibatnya baik
untuk seluruh ahli waris maupun bagi orang yang meninggal itu sendiri. Sebab
harta warisan yang dibagikan secara cepat adalah memiliki berbagai kebaikan dan
kemaslahatan, antara lain :
1. Seluruh ahli waris masih dalam keadaan hidup (lengkap). Jika memang
pembagiannya ditunda dalam waktu yang lama, dikhawatirkan akan ada ahli
waris yang meninggal dunia atau yang pergi jauh yang mengakibatkan
sulitnya dilakukan pertemuan ahli waris secara lengkap pada masa mendatang;
2
2. Kedudukan dan status harta masih jelas jumlah dan tempatnya. Jika harta
warisan tidak dibagikan secara cepat dikhawatirkan akan terjadi kekaburan
atau ketidakjelasan jumlah harta warisan yang ditinggalkan;
3. Terhindarnya provokasi terhadap kerukunan dan kekeluargaan seluruh ahli
waris dari pihak-pihak tertentu.
Pembagian warisan yang dilambat-lambatkan justru akan dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan, bukan saja pihak ahli waris, atau orang
yang telah meninggal, juga dapat merugikan masyarakat pada umumnya.
Demikian halnya dengan kasus gugatan waris No.102/Pdt-G/2007/PA-TTD
tentang tuntutan hak dan bagian anak laki-laki di mana pada saat ayah ahli waris
meninggal dunia, ternyata harta warisan yang ditinggalkannya tidak langsung
dibagikan.
Karena lambatnya alm Hj. Hotni Harahap membagikan harta peninggalan
alm. Drs. H. Gusnar Efendi Sutan Dilaut Siregar kepada seluruh ahli waris yang
masih hidup, maka hal ini menjadi pemicu timbulnya perkara warisan di kalangan
para ahli waris. Perkara warisan ini muncul bukan pada semasa hidup alm Hj.
Hotni Harahap, melainkan setelah beliau meninggal dunia. Andaikan harta
warisan peninggalan alm. Drs. H. Gusnar Efendi Sutan Dilaut Siregar segera
dibagikan, niscaya tidak akan ada sengketa pembagian warisan di kalangan para
ahli waris.
Sesungguhnya hukum waris Islam mengharuskan kepada ahli waris untuk
segera melakukan pembagian harta warisan seseorang agar tidak terjadi sengketa
yang terjadi sebelum maupun setelah harta warisan tersebut dibagikan, tetapi ahli
waris lainnya berniat membiarkan harta warisan tetap utuh sebagai pengingat ahli
waris.3
Ada pula peristiwa penjualan harta warisan dalam bentuk tanah yang telah
dijual kepada pihak lain, dituntut karena seorang ahli waris tidak diikutsertakan
dalam penjualan tanah tersebut. Bermacam persoalan tersebut memerlukan jalan
keluar yang adil.
Terkadang, ada ahli waris yang meminta supaya harta warisan dijual lalu
hasil penjualan dibagi-bagikan kepada semua ahli waris, tetapi ada yang menolak
hal tersebut.
4
Indonesia mempunyai beragam adat, budaya serta latar belakang yang
melandasi kehidupan masyarakatnya. Begitu pula dalam hal hukum waris
berdasarkan adat sangatlah beragam bergantung dari sifat kedaerahan. Banyaknya
jumlah suku bangsa di Indonesia, banyak pula jumlah hukum waris yang ada.5
Selain itu, terdapat pula hukum Islam mengatur pula tentang hukum waris
bagi umatnya yang bersumber dan berdasarkan pada kitab suci Al-Qur’an, hadis
dan ijtihad. Golongan penduduk asli Indonesia menggunakan hukum waris
berdasarkan adat setempat di wilayah mereka tinggal. Namun yang beragama
Islam dapat pula untuk memilih hukum waris Islam.6
3
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, At Tahirriyah, Jakarta, 1995, hal. 9.
4
F.Satrio Wicaksono, Hukum Waris,Visi Media, Jakarta, 2011, hal.2.
5
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal 12.
B. Permasalahan
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti perlu
mengangkat beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan melalui pelaksanaan
penelitian secara mendalam dan terfokus terhadap kasus tersebut di atas. Beberapa
permasalahan yang diangkat dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana hak dan bagian warisan anak laki-laki berdasarkan putusan
Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.102/Pdt-G/2007/PA-TTD ?
2. Apa dasar pertimbangan hakim memutuskan bagian masing-masing ahli waris
dalam dua tahap ?
3. Apa dasar pertimbangan hakim tentang pelaksanaan hibah yang dilakukan
pewaris ?
C. Tujuan Peneltian
Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui secara jelas tentang hak dan bagian warisan anak laki-laki
berdasarkan putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi
No.102/Pdt-G/2007/PA-TTD;
2. Untuk mengetahui secara jelas tentang dasar pertimbangan hakim
memutuskan bagian masing-masing ahli waris dalam dua tahap;
3. Untuk mengetahui secara jelas tentang dasar pertimbangan hakim tetntang
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian skripsi ini adalah akan
memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Sedangkan manfaat secara
teoritis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum perdata
khususnya hukum waris Islam dan hukum waris perdata. Sedangkan manfaat
secara praktis dapat memberikan kontribusi positif dalam pengayaan dan
perbendaharaan dalam bidang ilmu waris terutama bagi kalangan mahasiswa,
dosen, dan peneliti.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian harus ditetapkan secara tepat karena dengan metode
penelitian ini akan membantu dalam menetapkan arah dan tujuan penelitian
sehingga akan mampu mengungkapkan penelitian secara sistematis. Maka penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian terhadap permasalahan dalam skripsi ini merupakan penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainnya.7
7
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan
dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. 8
Penelitian deskriptif dilakukan dengan cara melukiskan keadaan yang
menjadi obyek persoalannya dan bertujuan memberikan gambaran mengenai hal
yang menjadi pokok permasalahannya, dalam hal ini tentang status dan
kedudukan anak. Sehingga dapat dianalisis dan akhirnya dapat diambil
kesimpulan yang bersifat umum.9
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah
pendekatan yuridis normatif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan
meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Metode berpikir yang digunakan
adalah metode berpikir deduktif. Yang mana maksudnya adalah cara berpikir
dalam menarik kesimpulan dari sesuatu yang sifatnya umum dan sudah dibuktikan
bahwa dia benar.10
3. Data yang Digunakan
Dalam penyusunan skripsi ini, data yang digunakan adalah data sekunder
yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat.11
Bahan hukum sekunder yaitu, bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku,
pendapat-pendapat pakar hukum, rancangan undang-undang, dan hasil-hasil
penelitian yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
Dalam
skripsi ini bahan hukum primernya adalah Putusan Pengadilan Agama Tebing
Tinggi No. 102/Pdt-G/2007/PA-TTD, bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan di bidang hukum perdata yang mengikat, antara lain Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dan Kompilasi Hukum
Islam (KHI).
12
Bahan hukum tersier atau bahan penunjang, yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer
dan/atau bahan hukum sekunder yakni, kamus hukum dan kamus besar bahasa
Indonesia.13
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Pada
tahapan ini peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan permasalahan
penelitiannya sehingga penelitian yang dilakukan bukanlah aktivitas yang bersifat
“trial and error”. Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah
menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. 14
11
Secara singkat studi kepustakaan dapat membantu peneliti dalam berbagai
keperluan, misalnya :15
a. Mendapatkan gambaran atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti;
b. Mendapatkan metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan
yang digunakan;
c. Sebagai sumber data sekunder;
d. Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya;
e. Mendapat informasi tentang cara evaluasi atau analisa data yang digunakan;
f. Memperkaya ide-ide baru.
5. Analisa Data
Data yang diperoleh akan dihubungkan dengan studi kepustakaan,
kemudian data tersebut dianalisis secara logis dan disusun dengan menggunakan
metode kualitatif yaitu apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis maupun
lisan diteliti dan dipelajari kemudian dianalis secara deskriptif kualitatif agar
dapat ditarik kesimpulan untuk dapat dicapai kejelasan mengenai permasalahan
yang akan di teliti yang tersusun dalam kalimat yang sistematis.16
F. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi yang bertemakan mengenai tentang bagian anak laki-laki
memang cukup banyak diangkat dan dibahas namun penulisan dengan judul
15
Ibid.
16
“Tinjauan Yuridis Hak dan Bagian Anak Laki-laki (studi Putusan Pengadilan
Agama Tebing Tinggi No. 102/Pdt-G/2007/PA-TTD), belum pernah ditulis
sebagai skripsi, dengan demikian penulisan skripsi ini tidak sama dengan
penulisan skripsi lainnya, sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.
G. Sistematika Penulisan
Bab pertama berisi pendahuluan. Bab ini merupakan pengantar untuk
penulisan bab-bab berikutnya di dalam pembahasan, yang terdiri dari latar
belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,
keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab kedua menguraikan secara teoritis tentang tinjauan umum hukum
waris Islam yang terdiri dari pengertian hukum waris Islam, dasar hukum waris
Islam, syarat sah dan rukun waris serta halangan mewaris.
Bab ketiga menguraikan tentang ketentuan pembagian warisan menurut
hukum Islam yang terdiri dari ahli waris dan penggolongannya, ketentuan bagian
masing-masing ahli waris, perolehan harta melalui hibah, dan perolehan harta
melalui wasiat.
Bab keempat membahas tentang tinjauan yuridis hak dan bagian anak
laki-laki menurut Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.
102/Pdt-G/2007/PA-TTD dalam bab ini membahas tentang kasus posisi, hak dan bagian
anak laki-laki menurut Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi
masing-masing ahli waris dalam dua tahap, dan dasar pertimbangan hakim tentang
pelaksanaan hibah yang dilakukan pewaris.
Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penulisan
skripsi ini. Dalam bab ini ditarik beberapa kesimpulan dari pembahasan bab-bab
terdahulu. Di samping itu, juga dikemukakan beberapa saran yang diharapkan