• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN HUKUM YAYASAN DIINDONESIA MENURUT UU NO.16 TAHUN 2001 jo. UU NO.28 TAHUN 2004 A. Pengertian Yayasan - Tinjauan Hukum Fungsi Yayasan yang di Dirikan oleh Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENGATURAN HUKUM YAYASAN DIINDONESIA MENURUT UU NO.16 TAHUN 2001 jo. UU NO.28 TAHUN 2004 A. Pengertian Yayasan - Tinjauan Hukum Fungsi Yayasan yang di Dirikan oleh Perseroan Terbatas"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN HUKUM YAYASAN DIINDONESIA MENURUT UU

NO.16 TAHUN 2001 jo. UU NO.28 TAHUN 2004

A. Pengertian Yayasan

Yayasan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah “stichting” dan dalam bahasa Inggris “foundation”. Stichting berarti lembaga atau yayasan, berasal dari kata stichten yang berarti membangun atau mendirikan. 19

Gatot Supramono dalam tulisannya memberikan defenisi yayasan adalah

kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari segi

kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Dari sejak awal, sebuah

yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial atau untuk mencari keuntungan,

akan tetapi tujuannya tidak lebih dari membantu atau meningkatkan kesejahtraan

hidup orang lain. 20

Mahadi mengutip dari kamus Van Dale mengatakan bahwa yayasan adalah

sebagai suatu badan hukum yang didirikan dengan suatu akte atau testament,

sipendiri menyisihkan sebahagian dari hartanya untuk tujuan tertentu, sipendiri

juga menetapkan pengurusnya.21

Abdul Muis mengemukakan pengertian Yayasan adalah suatu badan

hukum yang memiliki harta kekayaan yang telah dipisahkan dari pemiliknya,

19Ibid.

10

Gatot Supramono, Op.Cit, hlm. 1.

21

Mahadi, Badan Hukum, Fakultas Hukum USU, hlm. 18.

(2)

sehingga bersifat mandiri dengan maksud dan tujuan tertentu yang bersifat adil

dan diurus oleh suatu badan pengurus tanpa anggota. 22

Pemikiran bahwa Indonesia memerlukan suatu Undang-Undang yayasan

telah berlangsung cukup lama. Pada umumnya pemikiran itu bertolak dari

kenyataan bahwa dalam ketidakadaan undang-undang. Yayasan telah berkembang

dengan pesat dan telah terjadi pula penyimpangan dari tujuan yang seharusnya

dimiliki oleh suatu yayasan. Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2001 jo Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004 tentang Yayasan

perundang-undang sama sekali tidak mengatur tentang badan hukum yayasan. Hanya dalam

beberapa Undang-Undang disebut adanya yayasan, seperti Pasal 899, 900, 1680

dan pasal 365 KUH Perdata, kemudian dalam Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 236 Rv.

Dalam pasal-pasal tersebut sama sekali tidak memberi rumusan tentang yayasan.

Menurut Scholten Yayasan adalah suatu badan hukum yang dilahirkan oleh

pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan

untuk suatu tujuan dengan penunjukan bagaimanakah kekayaan itu diurus dan

digunakan. 23

22

Abdul Muis, Membuka Peluang Yayasan Berkarakter Komersil, makalah Seminar “sosialisasi Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001, Fakultas Hukum USU.

23

R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni 2001), hlm. 107.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001

menyatakan :

“Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan

dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial,

(3)

Defenisi yayasan di atas mengandung empat catatan utama yaitu: 24

1. Yayasan merupakan badan hukum. Artinya yayasan secara hukum dianggap

bisa melakukan tindakan-tindakan yang sah dan mempunyai akibat hukum

walaupun nanti secara nyata yang bertindak adalah organ-organ yayasan, baik

pembina, pengawas maupun pengurusnya.

2. Yayasan memiliki kekayaan yang dipisahkan. Artinya, yayasan mempunyai

aset, baik bergerak maupun tidak, yang pada awalnya diperoleh dari modal

atau kekayaan yang telah dipisahkan. Maka, yayasan secara hukum memiliki

kekayaan sendiri yang terlepas dan mandiri. 25

3. Yayasan mempunyai tujuan tertentu yang merupakan pelaksanaan nilai-nilai ,

baik keagamaan, sosial, maupun kemanusiaan. Dari hal ini diketahui bahwa

yayasan sejak awal didesain sebagai organisasi nirlaba yang tidak bersifat

untuk mencapai keuntungan (profit oriented) sebagaimana badan usaha,

seperti perseroan terbatas, CV, Firma dan lain-lain.

Pemisahan harta kekayaan

tersebut sebenarnya bertujuan mencegah jangan sampai kekayaan awal

yayasan masih merupakan bagian dari harta pribadi atau harta bersama

pendiri. Jika tidak demikian nantinya harta tersebut masih tetap sebagai

kekayaan milik pendiri yayasan.

4. Yayasan tidak mempunyai anggota. Maksudnya, yayasan tidak mempunyai

semacam pemegang saham sebagaimana perseroan terbatas atau sekutu-sekutu

dalam CV atau anggota-anggota dalam badan usaha lainnya. Namun, yayasan

tentu saja digerakkan oleh organ-organ yayasan, baik pembina, pengawas dan

24

Adib Bahari, Prosedur pendirian yayasan, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia), hlm. 2.

25

(4)

terlebih lagi peran utama pengorganisasian yayasan berada di tangan pengurus

dengan pelaksana hariannya.

Undang-Undang tentang yayasan dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan, yang menjamin

kepastian dan ketertiban hukum atau persyaratan formal berdasarkan

Undang-Undang. Pendirian Yayasan dilakukan melalui akta notaris dan kemudian status

badan hukum akta pendiriannya disahkan Mentri Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia atau pejabat yang ditunjuk.

Yayasan sebagai suatu badan hukum mampu dan berhak serta berwenang

untuk melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya keberadaan badan

hukum bersifat permanen, artinya badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya

dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya.26

Pasal 8 disebutkan bahwa kegiatan usaha badan usaha Yayasan

mempunyai cakupan yang luas, antara lain di bidang pendidikan. Lebih lanjut

ketentuan pada Pasal 7 ayat (1) menyebutkan yayasan dapat mendirikan badan

usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan. Kata

“kegiatan” merujuk pada kegiatan badan usaha dan pada kegiatan yayasan. Untuk Badan hukum hanya dapat

dibubarkan jika telah dipenuhi segala ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan

dalam Anggaran Dasarnya. Hal tersebut sama kedudukannya dengan perkumpulan

yang berbentuk berbadan hukum, dimana dipandang sebagai subjek hukum karena

dapat melakukan perbuatan hukum, menyandang hak dan kewajiban dapat digugat

maupun menggugat di Pengadilan.

26

Mulyadi, Artikel: Bedanya Perkumpulan Dengan Yayasan, diakses dari

(5)

dapat mendirikan suatu badan usaha, suatu yayasan terlebih dahulu harus

mempunyai kegiatan di bidang sosial, misalnya mendirikan lembaga-lembaga

pendidikan formal (sekolah dasar, menengah, dan atau pendidikan tinggi) atau

lembaga pendidikan non formal, misalnya kursus-kursus.

Yayasan yang sudah berkegiatan di bidang pendidikan, misalnya untuk

dapat lebih mendukung kehidupan yayasan, atau lebih dapat memajukan dan

mengembangkan kegiatan pendidikan, yayasan lalu mendirikan badan usaha yang

menjadi badan hukum, syaratnya harus mempunyai kegiatan tersebut baru dapat

didirikan oleh Perseroan Terbatas (PT). contoh, yayasan yang berkegiatan di

bidang penyelenggaraan rumah sakit dan rumah penanggulangan psikotropika,

yang berkegiatan rumah sakit dan penangganan penyakit-penyakit psikotropika.

Penjelasan dari tim sosialisasi Departemen Hukum dan HAM tentang

Undnag-Undang Yayasan dan perkembangan persetujuan akta yayasan selam ini,

Yayasan mempunyai tiga jenis kegiatan. Kegiatan itu adalah kegiatan utama

(implisit dalam pasal 1 nomor 1), kegiatan penunjang (Pasal 3, Pasal 7 ayat (1)

dan Pasal 8), dan kegiatan penyertaan (Pasal 7 ayat (2). Kegiatan utama adalah

kegiatan untuk melaksanakan maksud dan tujuan pendirian di salah satu bidang

sosial, kemanusiaan dan keagamaan.27

Kegiatan penunjang adalah kegiatan usaha untuk menunjang maksud dan

tujuan yaitu dengan membentuk badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan Dalam hal ini adalah pendidikan yang

diatur dalam akta anggaran dasar yayasan standar yang dibuat Departemen

Hukum dan HAM dalam Pasal 3.

27

(6)

maksud dan tujuan (kegiatan utama yayasan), sesuai Pasal 7 ayat (1)

Undang-Undang Yayasan. Dengan demikian, yayasan dapat menyelenggarakan pendidikan

secara langsung sebagai salah satu kegiatan utama, dalam kenyataannya sudah

ratusan bahkan ribuan akta perubahan anggaran dasar yayasan dibuat oleh notaris

dan disahkan Departemen Hukum dan HAM sesuai dengan akta standar anggaran

dasar yayasan tersebut diatas.

B. Sejarah Yayasan

Hukum di Indonesia dikenal lembaga-lembaga yang disebut yayasan

(Stichting, Fonundation), organisasi dengan tujuan tertentu. Subjek hukum yang baru dan berdiri sendiri itu yang dimaksudkan ialah badan hukum. Badan hukum

yayasan dapat didirikan dengan tidak adanya campur tangan dari penguasa dan

bahwa kebiasaan dan yurisprudensi bersama-sama menetapkan aturan itu. Dengan

demikian, kedudukan badan hukum itu diperoleh dengan bersama-sama berdirinya

yayasan itu. Praktek hukum dan kebiasaan membuktikan bahwa Indonesia dapat

didirikan yayasan dan yayasan itu mempunyai kedudukan sebagai badan hukum.

28

Berdasarkan hukum kebiasaan dan asumsi hukum yang berlaku di

masyarakat, maka dapat dikemukan ciri-ciri Yayasan sebagai suatu entitas hukum

sebagai berikut: 29

a. Eksistensi yayasan sebagai entitas hukum di Indonesia belum didasarkan

pada peraturan perundang-undangan yang berlaku;

28

Ali Ridho, Op.Cit, hlm. 114.

29

(7)

b. Pengakuan yayasan sebagai badan hukum belum ada dasar yuridis yang

tegas, berbeda halnya dengan perseroan terbatas, koperasi dan badan hukum

yang lain;

c. Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk

tujuan nirlaba, untuk tujuan religus, sosial, keagamaan dan kemanusiaan;

d. Yayasan didirikan dengan akta notaris atau dengan surat keputusan pejabat

yang bersangkutan dengan pendirian yayasan;

e. Yayasan tidak memiliki anggota dan tidak memiliki oleh siapapun, namun

mempunyai pengurus atau organ untuk merelisasikan tujuan yayasan;

f. Yayasan mempunyai kedudukan yang mandiri, sebagai akibat dari adanya

kekayaan terpisah dari kekayaan pribadi pendiri atau pengurusnya dan

mempunyai tujuan tersendiri beda atau lepas dari tujuan pribadi pendiri atau

pengurus;

g. Yayasan dapat dibubarkan oleh pengadilan apabila tujuan yayasan

bertentangan dengan hukum, dapat dilikuidasi dan dapat dinyatakan pailit;

h. Yayasan diakui sebagai badan hukum seperti halnya orang yang berarti ia

diakui sebagai subjek hukum mandiri yang dapat menyandang hak dan

kewajiban mandiri, didirikan dengan akta dan didaftarkan di Kantor

Kepanitraan Pengadilan Negeri Setempat.

Menanti sekian lama dan dibiarkan yayasan berkembang dimasyarakat

tanpa aturan main yang jelas, akhirnya pada tahun 2001 lahirlah Undang-Undang

Nomor 16 tentang Yayasan yang diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2001

(8)

RI Nomor 4142 dan mulai berlaku sejak tanggal 6 Agustus 2002. Diberikannya

jangka waktu pemberlakuan Undang-Undang ini dimaksudkan agar seluruh

masyarakat Indonesia mengetahui dan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan

dalam melakukan penyesuian.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, disebutkan bahwa dasar

pertimbangan dikelurkannya Undang-Undang ini adalah bahwa pendirian

Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam

masyarakat, karena belum ada peraturan perundang-undang yang mengatur

tentang Yayasan. Namun demikian, kurang lebih 2 tahun sejak dikeluarkannya

Undang-Undang tersebut, tepatnya tanggal 6 Oktober tahun 2004, melalui

lembaran Negara No.115 dan tambahan berita Negara Republik Indonesia

No.4430 diundangkanlah Undang-Undang No.28 tahun 2004 tentang perubahan

Undang-Undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan.

Tujuan diubahnya Undang-Undang ini dimaksudkan untuk lebih

menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang

benar kepada masyarakat mengenai yayasan, sehingga dapat mengembalikan

fungsi Yayasan sebagai sarana dalam rangka mencapai tujuan tertentu dibidang

sosial, keagamaan dan kemanusian.

Pertimbangan didalam Undang-Undang No.16 Tahun 2001 tentang

yayasan disebutkan bahwa mulai berlaku pada tanggal 6 Agustus tahun 2002,

namun Undang-Undang tersebut dalam perkembangannya belum menampung

(9)

beberapa substansi yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran, maka perlu

dilakukan perubahan terhadap undang-undang tersebut.

Perubahan Undang-Undang Yayasan dilakukan bukan untuk mengganti

Undang-Undang sebelumnya atau menganti seluruh ketentuan-ketentuan yang ada

dalam Undang-Undang itu. Namun perubahan tersebut hanya mengubah beberapa

Pasal saja, sehingga Undang-Undang No.16 Tahun 2001 dan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2004 saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan satu dengan lainnya.

Saat ini juga, telah dikeluarkan peraturan pelaksanaan dari

Undang-Undang Yayasan yaitu Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 2008. Tepatnya

tanggal 23 september 2008, melalui Lembaran Negara Republik Inddonesia

No.134 tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.4894. Dalam Peraturan

Pemerintah ini diatur antara lain mengenai pemakaian nama Yayasan, kekayaan

awal Yayasan, pendirian Yayasan berdasarkan surat wasiat, syarat dan tata cara

pendirian Yayasan oleh orang asing, dan tata cara pengajuan permohonan

pengesahan akta pendirian dan persetujuan akta perubahan anggaran dasar

Yayasan.

Adanya Undang-Undang Yayasan dan ditindak lanjuti dengan

dikeluarkannya peraturan pemerintah tentang Yayasan tersebut, diharapkan

Yayasan yang akan didirikan maupun yang sudah menyesuikan dengan aturan

perundang-undang Yayasan dapat menjalankan aktivitasnya sesuai dengan tujuan

(10)

C. Pendirian Yayasan

Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian

harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Hal ini menunjukkan bahwa

pendiri bukanlah pemilik yayasan karena sudah sejak pemula telah memisahkan

sebagian dari kekayaannya menjadi milik badan hukum yayasan. Ini merupakan

salah satu alasan untuk berpendapat bahwa Yayasan adalah milik masyarakat,

serta orang asing pun pada dasarnya dapat mendirikan yayasan. 30

Hukum di Indonesia tentang pendirian yayasan ternyata untuk menemukan

pendapat-pendapat para ahli dan yurisprudensi-yurisprudensi mengenai yayasan

tidak mudah, tetapi dalam praktik hukum dan kebiasaan membuktikan bahwa

Indonesia itu dapat didirikan yayasan dan yayasan mempunyai kedudukan sebagai

badan hukum.

Lahirnya sebelum Undang-Undang Yayasan No.16 Tahun 2001, belum

ada ketentuan hukum yang mengatur mengenai yayasan atau yang dapat dijadikan

pegangan yang mengatur kehidupan yayasan. Meskipun Pasal 365 dan Pasal 899

KUH Perdata menyebutkan istilah yayasan.

31

Dalam kenyataannya yayasan-yayasan yang didirikan itu dalam

pergaulan hukumnya diakui mempunyai hak dan kewajiban sendiri, sebagai salah

satu pihak dalam hubungan hukumnya dengan subjek hukum yang lain. Yayasan

dapat didirikan baik pada waktu pendirinya masih hidup atau surat wasiat. Untuk

mendirikan suatu yayasan diperlukan: 32 a. Syarat Materil yang terdiri dari:

1. Harus ada suatu pemisah kekayaan;

30

Chatamarrasjid Ais, Op.Cit, hlm. 27.

31

R. Ali Ridho, Op.Cit, hlm. 109.

32

(11)

2. Suatu tujuan;

3. Suatu organisasi.

b. Syarat Formil pendirian yayasan secara umum menurut Undang-Undang

tentang Yayasan jo. Pasal 15 PP No.63 tahun 2008 syarat pendirian Yayasan

diatur dalam Pasal 9 ayat (4) dan ayat (5) adalah sebagai berikut: 33

1. Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian

harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.

2. Salinan akta yayasan bermaterai cukup yang dibuat oleh Notaris dalam

bahasa Indonesia 1 (eksemplar);

3. Surat penyataan tempat kedudukan yang disertai alamat lengkap yayasan

yang ditanda tangani oleh pengurus yayasan dan diketahui oleh Lurah atau

Kepala Desa setempat;

4. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yayasan;

5. Bukti pembayaran Penerima Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp.

100.000;

6. Bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama yayasan atau pernyataan

tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang

dipisahkan sebagai kekayaan awal untuk mendirikan yayasan;

7. Bukti penyetoran biaya pengumuman yayasan dalam tambahan Berita

Negara Republik Indonesia.

33

(12)

Kekayaan yang terpisahkan itu untuk mengejar tercapainya tujuan dan

merupakan sumber dari segala hubungan-hubungan hukum. Tujuan itu sendiri

harus tujuan yang idiil. Dengan demikian, tidak dibenarkan tujuan yang komersil

atau tujuan untuk kepentingan diri sendiri. Pendiri adalah sama sekali bebas untuk

mengaturnya sesuai dengan kehendaknya, tetapi harus dijaga yayasan tidak boleh

berubah menjadi perkumpulan. Dalam akta pendirian memuat aturan-aturan

tentang penunjukan para pengurus, ketentuan penggantian anggota pengurus dan

wewenang serta kewajiban pengurus.

Terjadinya suatu sengketa di muka pengadilan dan salah satu pihak atau

pihak-pihak adalah Yayasan, kedudukan badan hukum adalah diperoleh

bersama-sama dengan berdirinya yayasan itu sepanjang tenyata bahwa yayasan itu

didirikan memenuhi syarat materil, syarat formil, tidak bertentangan dengan

hukum, kesusilaan dan ketertiban umum. 34

Pasal 10 ayat (2) menyebutkan bahwa apabila terdapat surat wasiat yang

berisi pesan untuk mendirikan yayasan, hal ini dianggap sebagai kewajiban yang

ditunjukan kepada mereka yang ditunjuk dalam surat wasiat selaku penerima Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat wasiat. Dalam Pasal 875

KUHPerdata disebutkan bahwa wasiat adalah suatu akta yang menurut pernyataan

seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal

dunia dan dinyatakannya, dapat dicabut lagi oleh pembuatnya, pada intinya wasiat

itu adalah kehendak seseorang yang ditulis kepada orang lain agar dilaksanakan

setelah ia meninggal dunia nantinya.

34

(13)

wasiat untuk melaksanakan wasiat. Penerima wasiat bertindak mewakili pemberi

wasiat. Dalam hubungan ini bila penerima wasiat atau ahli waris tidak

melaksanakan maksud pemberi wasiat untuk mendirikan Yayasan, atas

permintaan yang berkepentingan, pengadilan dapat memerintahkan wahli waris

atau penerima untuk melaksanakan wasiat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

pendiri harus melaksanakan tugasnya berdasarkan “fiduciary duty”. 35

a. Para keluarga sedarah terdekat (diatur dalam pasal 877 KUHPerdata),

Surat wasiat tersebut dapat dibuat seseorang baik dengan persetujuan

ataupun tidak dengan persetujuan untuk kepentingan:

b. Orang lain seperti fakir miskin (diatur dalam pasal 878 KUHPerdata),

c. Pengangkatan waris atau pemberian hibah (diatur dalam pasal 879

KUHPerdata).

Pasal 10 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang

Nomor 2004 tentang Yayasan menyatakan:

1. Dalam pembuatan akta pendirian yayasan, pendiri dapat diwakili oleh orang

lain berdasarkan surat kuasa;

2. Dalam hal pendirian yayasan dilakukan berdasarkan surat wasiat, penerima

wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat;

3. Dalam hal surat wasiat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak

dilaksanakan, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan pengadilan

dapat memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat yang bersangkutan

untuk melaksanakan wasiat tersebut.

35

(14)

Penjelasan Pasal 10 diatas, maka sesuai dengan prinsip umum hukum yang

berlaku maka: bagi harta benda wasiat yang merupakan kebendaan bergerak,

maka pengadilan yang berhak adalah pengadilan yang meliputi tempat kediaman

atau domisili pemberi wasiat (asas domisili), bagi harta benda wasiat yang

merupakan kebendaan tidak bergerak dapat dipergunakan asas lex rei sitae yang

berarti pengadilan dimana kebendaan tidak bergerak tersebut tersebut terletaklah

yang berhak.

Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian disahkan

oleh Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, yang pelaksanaannya dilakukan

oleh kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Yayasan yang bergerak dalam bidang sosial, harus memohon kepada Mentri sosial

melalui Departemen Sosial untuk ditunjuk sebagai badan hukum. Yayasan yang

bergerak dalam bidang pendidikan atau yang bergerak dalam bidang kebudayaan

memohon kepada Mentri Pendidikan dan Kebudayaan. Kalau demikian, maka

tentu saja Yayasan sebagai layaknya badan hukum lainnya juga mempunyai

hak-hak dan dibebani dengan kewajiban yang diantaranya adalah membayar pajak.

Namun demikian pendaftaran yang dilakukan di instansi-instansi pemerintah

lainnya merupakan suatu tindakan yang paling penting juga untuk memperoleh

izin operasional bagi Yayasan yang bersangkutan dan merupakan tindakan

administrasi saja. 36

Perjalanan yayasan kadang tidak semulus yang dicita-citakan pada awal

pendirian. Yayasan sebagai sebuah badan hukum, dapat menemui berbagai

36

(15)

hambatan, baik dalam melaksanakan kegiatannya, posisi keuangan, maupun

permasalahan terhadap organ yayasan sendiri secara internal atau masalah dengan

pihak ketiga (luar) secara eksternal. Kegiatan hukum yayasan dengan pihak

ketiga, seperti jual beli, utang piutang, sewa-menyewa dan sebagainya kadang

bisa juga menyisakan permasalahan yang menyebabkan kondisi yayasan menjadi

ambaradul. Namun, tentu saja hak dan kewajiban yang timbul berkaitan dengan

pihak ketiga ini harus diselesaikan karena bisa bermasalah secara hukum, baik

pidana maupun perdata, yang harus ditanggung yayasan, bahkan bisa juga

bermasalah bagi organ pengurus yayasan bila memang karena kelalaiannya. 37

Berdasarkan Undang-Undang Yayasan, ada beberapa alasan yayasan

bubar, yakni: 38

1. Berakhirnya jangka waktu berdirinya yayasan, sebagaimana ditentukan

dalam Anggaran Dasar Yayasan;

2. Tujuan yayasan sudah tercapai atau malah tujuan yayasan tidak tercapai;

3. Yayasan bubar berdasarkan keputusan pengadilan karena yayasan

melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, tidak mampu membayar

utangnya setelah dinyatakan pailit, maupun harta kekayaan yayasan tidak

cukup untuk melunasi utang setelah pernyataan pailit dicabut.

D. Organ-Organ Yayasan

Yayasan sebagai badan hukum harus mempunyai organ yang nantinya

akan mewakili Yayasan dalam menjalankan hak dan kewajiban dari Yayasan itu.

37

Adib Bahari, Op.Cit. hlm. 51.

38Ibid

(16)

Dalam Undang-Undang Yayasan, sudah ditentukan ada 3 organ yang harus ada

yaitu pembina, pengurus dan pengawas.

1. Pembina

Pembina dalam suatu yayasan merupakan organ tertinggi. Jika dalam

koperasi ada Rapat Anggota Tahunan dan dalam Perseroan Terbatas ada Rapat

Umum Pemegang Saham, maka dalam yayasan ada pembina.

Kedudukan pembina sebagai organ tertinggi dalam Undang-Undang

Yayasan diatur dalam Pasal 28 ayat (1), bahwa pembina memiliki kewenangan

yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang atau

anggaran dasar. Pembina dalam sebuah yayasan memiliki kewenangan untuk

mengangkat maupun memberhentikan pengurus maupun pengawas yang dianggap

tidak menjalankan amanahnya dengan baik. Selain itu, kegiatan yang sudah

dilaksanakan oleh pengurus dan pengawas Yayasan harus dipertanggung

jawabkan kepada pembina.

Kriteria siapa yang akan diangkat menjadi pembina, Undang-Undang

Yayasan menggariskan sebagai berikut:

a. Pendiri yayasan selaku pribadi,

b. Orang yang bukan pendiri yayasan, atau

c. Pendiri yayasan selaku pribadi dan orang yang bukan pendiri Yayasan.

Untuk menjadi seseorang Pembina pada prinsipnnya tidak melalui proses

pemilihan, tapi dilakukan melalui proses pengangkatan. Pengangkatan anggota

Pembina dilakukan melalui Rapat Pembina. Kecuali untuk yayasan yang baru

(17)

Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Yayasan secara lengkapnya

menyebutkan orang perorangan sebagai pendiri yayasan dan atau mereka yang

berdasarkan keputusan rapat anggota pembina dinilai mempunyai dedikasi yang

tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Dalam hal nanti terjadi

kekosongan sama sekali Pembina, bisa karena mengundurkan diri ataupun

meninggal dunia, maka Undang-Undang Yayasan memberikan jalan keluar yaitu

paling lambat 30 hari sejak terjadi kekosongan tersebut, maka harus segera

diangkat Pembina untuk memgisi lowongan tersebut melalui rapat gabungan yaitu

Rapat yang dilakukan oleh Pengurus dan Pengawas. Hal ini diatur dalam Pasal 28

ayat (4) Undang-Undang Yayasan.

Seorang pembina diberhentikan atau tidak lagi menjabat sebagai seorang

pembina karena disebabkan oleh: 39 1. Meninggal dunia;

2. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis;

3. Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

4. Diberhentikan berdasarkan rapat pembina;

5. Dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengambuan berdasarkan suatu

penetapan pengadilan;

6. Dilarang menjadi anggota pembina karena peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

39

(18)

Menjalankan tugasnya sebagai pembina memiliki beberapa kewenangan

sebagai berikut: 40

1. Mengambil keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar Yayasan;

2. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan

anggota pengawas;

3. Memberikan penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan Anggaran

Dasar Yayasan;

4. Pengesahan program kerja dan Rancangan Anggaran Tahunan Yayasan;

5. Mengambil keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran

Yayasan.

Untuk melaksanakan kewenangannya tersebut, pembina harus melakukan

rapat tahunan yang diatur dalam Undang-Undang Yayasan disebutkan paling

sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun, namun demikian undang-undang tidak

mengatur kapan waktunya. Dalam Rapat Tahunan tersebut, sesuai dengan Pasal

30 ayat (1) pembina dapat melakukan evaluasi tentang kekayaan yayasan, hak dan

kewajiban yayasan tahun yang lampau sebagai prakiraan perkembangan yayasan

tahun berikutnya. Menjadi anggota pembina ada larangannya, yaitu merangkap

pengurus maupun pengawas. Larangan ini diatur dalam Undang-Undang Yayasan

Pasal 29. Begitupun sebaliknya untuk pengurus dan pengawas dilarang untuk

merangkap jabatan sebagai pembina.

Hubungan dengan kekuasaan atau wewenang pembina yayasan yang amat

besar, perlu dipertanyakan apakah pembina dapat memperoleh imbalan atau

40

(19)

keuntungan yang bersifat materi dari yayasan. Pendapat yang umum, seperti yang

diikuti oleh Undang-Undang No.16 Tahun 2001 bahwa para organ yayasan itu

pada dasarnya adalah pekerja sosial sehingga tidak seharusnya memperoleh kontra

prestasi dari yayasan.

Chatamarrasjid Ais menyatakan bahwa terhadap 150 (seratus lima puluh)

yayasan hanya 5 (lima) Yayasan 3,3% (tiga koma tiga persen) yang

mencantumkan dalam Anggaran Dasarnya, ketentuan yang menyatakan bahwa

kepada Pembina dan Pengurus tidak diberi imbalan atau keuntungan yang bersifat

materi dari yayasan. Tidak banyak atau hanya sedikit yang menyatakan secara

tegas bahwa pembina dan pengurus tidak memperoleh imbalan atau keuntungan

yang bersifat materi dari yayasan, memberikan kesan terselubung bahwa ada

pembina atau pengurus yang memperoleh kontra prestasi dari yayasan yang

bersangkutan. 41 2. Pengurus

Pengurus yayasan memiliki tugas utama untuk melaksanakan kegiatan dan

program kerja Yayasan sesuai dengan tujuan pendiriannya. Untuk diangkat

menjadi pengurus yayasan tidak ada ketentuan yang spesifik sebagaimana halnya

syarat untuk diangkat menjadi pengawas. Namun demikian tata cara maupun

kriteria untuk diangkat menjadi pengurus dapat ditambah juga dalam Anggaran

dasar Yayasan.

Pengurus yayasan diangkat oleh pembina berdasarkan Rapat Pembina

untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali. penggantian

41

(20)

pengurus harus diberitahukan kepada Mentri Kehakiman dan HAM paling lambat

30 (tiga puluh) hari setelah dilakukannya penggantian pengurus. Pengangkatan,

pemberhentian dan penggantian pengurus yang tidak sesuai dengan ketentuan

Anggaran Dasar dapat dibatalkan oleh Pengadilan atas permohonan yang

berkepentingan atau atas nama permintaan kejaksaan yang mewakili kepentingan

umum. Susunan Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas:42

a. Seorang ketua;

b. Seorang sekretaris; dan

c. Seorang bendahara.

Kewenangan Pengurus dibatasi oleh Undang-Undang yaitu Pasal 37 ayat

(1) dalam hal:

a. Mengikat yayasan sebagai penjamin hutang;

b. Mengalihkan kekayaan yayasan kecuali dengan persetujuan pembina;

c. Membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan lain.

Sesuai dengan asas persona standi in judicio maka pengurus yayasan mewakili yayasan didalam dan diluar pengadilan. Pengurus yayasan menerima

pengangkatannya berdasarkan kepercayaan atau berdasarkan fiduaciary duty hal ini terlihat dalam Pasal 35 ayat 2. Selain itu juga terdapat larangan bagi pengurus

yang diatur dalam Pasal 38 Undang-Undang Yayasan yang berbunyi sebagai

berikut:

42

(21)

1. Yayasan dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi atau pihak

yang terafiliasi dengan yayasan, pembina, pengawas dan pengurus atau

pihak yang bekerja pada yayasan,

2. Larangan tersebut tidak berlaku dalam hal perjanjian itu bermamfaat bagi

maksud dan tujuan yayasan.

Anggota pengurus tidak berwenang mewakili yayasan jika terjadi perkara

didepan Pengadilan antara yayasan dengan anggota pengurus yang bersangkutan.

Juga dalam hal terdapat conflict of inferest antara anggota tersebut dengan yayasan. Jika pengurus melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama

yayasan, Anggaran dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan

menentukan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan

terlebih dahulu dari pembina dan atau pengawas misalnya, untuk menjamin

kekayaan yayasan guna membangun sekolah atau rumah sakit. Pengurus juga

dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan

yayasan, organ yayasan dan karyawan yayasan kecuali bila perjanjian tersebut

bermamfaat bagi tercapainya tujuan yayasan. 43

3. Pengawas

Organ yang terakhir adalah pengawas. Dalam Pasal 40 ayat (1) disebutkan

bahwa pengawas bertugas untuk mengawasi pekerjaan pengurus yayasan, selain

itu pengawas juga memiliki tugas untuk member nasihat kepada pengurus dalam

menjalankan kegiatan yayasan. Jumlah pengawas yayasan ditentukan dalam

undang-undang, berbeda dengan pembina yang tidak diatur jumlahnya. Pasal 40

43

(22)

ayat (2) Undang-Undang Yayasan ditetapkan minimal 1 (satu) oleh pengawas.

Mungkin pembuatan undang-undang ini tidak menghendaki beban yang terlalu

besar bagi yayasan jika pengawas ditetapkan angka minimal lebih dari 1 (satu)

orang, juga pembuat undang-undang tidak ingin dalam yayasan justru tidak ada

pengawas yang akan menjalankan fungsi pengawasan atas jalannya kegiatan

yayasan tersebut.

Persyaratan untuk diangkat menjadi pengawas, dimana undang-undang

hanya menyebutkan yang dapat diangkat menjadi pengawas adalah orang

perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum (Pasal 40 ayat (3)

Undang-Undang Yayasan). Namun demikian, anggaran dasar yayasan dapat

menambahkan persyaratan atau kriteria bagi seseorang yang akan diangkat

menjadi seseorang pengawas sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (2) huruf F

Undang-Undang Yayasan. pengawas diangkat oleh pembina untuk jangka waktu 5

(lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan, hal ini

diatur dalam Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Yayasan.

Larangan untuk merangkap jabatan sekaligus sebagai pembina dan

pengurus juga berlaku bagi pengawas. Kewenangan yang diberikan oleh

undang-undang kepada pengawas adalah dapat memberhentikan sementara pengurus

dengan menyebutkan alasannya. Tentu saja hal ini adalah sebagai penguat fungsi

pengawasan yang diberikan oleh undang-undang kepada Pengawas. Namun

demikian, setelah melakukan pemberhentian sementara pengurus yayasan,

pengawas wajib melaporkan tindakannya kepada pembina paling lambat 7 (tujuh)

(23)

untuk mengambil keputusan apakah akan memberhentikan pengurus atau

memulihkan nama baiknya. Hal ini diatur dalam Pasal 43 Undang-Undang

Yayasan.

Pengawas di dalam melakukan tugasnya haruslah berdasarkan duty of skill and care yaitu harus berdasarkan kecakapan dan kehati-hatian yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengawas. Oleh karena itu, bila terjadi kepailitan

karena kesalahan atau kelalaian seperti juga pada pengurus setiap anggota

pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut,

kecuali anggota yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena

kesalahan atau kelalaian anggota tersebut. Anggota pengawas yang dinyatakan

bersalah berdasarkan Putusan Pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak

putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat diangkat menjadi

pengawas yayasan manapun. 44

1. Pengawas berhak melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, keuangan,

pembukuan yayasan. Oleh karena itu selayaknya ditunjuk orang yang

memiliki keahlian dan pengalaman yang berkaitan dengan akuntansi,

keuangan, sehingga dapat mengawasi pelaksanaan tata kelola yayasan yang

baik;

Tugas dan wewenang pengawas adalah sebagai berikut:

2. Pengawas berhak mengetahui segala tindakan yang telah di jalankan oleh

pengurus;

44

(24)

3. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara pengurus, apabila

Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan

tugas untuk kepentingan yayasan;

5. Pengawas berwenang :

a. Memasuki bangunan, halaman atau tempat lain yang dipergunakan

yayasan,

b. Memeriksa dokumen,

c. Memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang kas,

d. Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus,

e. Memberi peringatan kepada pengurus.

6. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih

pengurus, apabila pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan

Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7. Pemberhentian sementara itu harus diberhentikan secara tertulis kepada yang

bersangkutan disertai alasannya;

8. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian

sementara itu, pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis

kepada pembina;

9. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima

(25)

memanggil anggota pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan

membela diri;

10. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri

sebagaimana dimaksud ayat (7), pembina dengan keputusan rapat pembina

wajib:

a. Mencabut keputusan pemberhentian sementara, atau

b. Memberhentikan anggota pengurus yang bersangkutan.

11. Dalam hal pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (7) dan (8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum dan

yang bersangkutan menjabat kembali jabatannya semula;

12. Dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara, maka untuk

sementara pengawas diwajibkan mengurus yayasan.

Pengawas menempati kedudukan sentral dalam mengendalikan yayasan

dan hal ini memberikan tanggung jawab yang besar, baik kedalam maupun keluar.

Dengan diundangkannya Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, maka berbagai ketentuan di atur

didalamnya mengenai tugas dan pertanggung jawabab organ yayasan baik internal

maupun eksternal. 45

Pengawas bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk

kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan baik didalam

maupun diluar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian,

mengingat yayasan dengan pihak lain dengan yayasan serta menjalankan

45

(26)

tindakan, baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan, akan tetapi

dengan pembatasan bahwa: 46

1. Pengawas tidak boleh mengikat yayasan sebagai peminjam utang dan atau

membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan pihak lain;

2. Pengawas tidak boleh mengadakan perjanjian dengan organisasi yang

terafilisasi dengan yayasan, pembina, pengurus, dan pengawas atau

seseorang yang bekerja pada yayasan kecuali dalam hal perjanjian tersebut

bermamfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan serta kegiatan usaha

yayasan dan dengan mendapat persetujuan tertulis lebih dahulu dari

bantuan pembina. 47

46

Nindyo Pramono, Op Cit, hlm. 24.

47

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memodelkan mesin AC synchron dan representasinya per-unit, memodelkan transformator dan representasinya

SING sebagai Komisaris Utama Perseroan yang baru, Ibu ANNE PATRICIA SUTANTO sebagai Direktur Utama dan Bapak ARI SUTANTO sebagai Direktur Perseroan yang baru, terhitung

that calibration improved the agreement between measured and predicted surface runoff values to a high degree. The replacement of CN with Lutz method improved the predictions

[r]

Saline contamination is most marked in wells, conduits and rivers of A3, in which livestock density and frequency of slurry application are both higher than in the other two

Bagi Pemegang Saham yang merupakan Wajib Pajak Luar Negeri yang akan menggunakan tarif berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) wajib memenuhi