Nama : Gesya Alisa Apriany
NIM : 0801515023
Kelas : HI15A
Secara umum hukum internasional merupakan aturan yang mengatur hubungan antar
Negara – Negara di dunia. Dalam arti lain Hukum Internasional adalah bagian hukum yang
mengatur aktivitas entitas berskala internasional. Pada awalnya, hukum internasional diartikan
sebagai perilaku dan hubungan antarnegara. Namun, dalam perkembangan pola hubungan
internasional yang semakin meluas, hukum internasional juga mengurus struktur dan perilaku
organisasi internasional, individu, dan perusahaan multinasional.
Hukum internasional adalah hukum antarbangsa yang digunakan untuk menunjukkan
pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antar penguasa dan
menunjukkan pada kompleks kaidah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat bangsa-bangsa. Sedangkan menurut perspektif pakar hubungan internasional, hukum
internasional:
-
Menurut
Grotius (Hugo de Groot), Hukum internasional adalah keseluruhankaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas-batas Negara antara Negara dengan Negara,
Negara dengan subjek hukum internasional lainnya yang bukan Negara
atau subjek hukum bukan Negara satu sama lain.Definisi ini
merupakan definisi yang sangat jelas, sebab sudah dijelaskan tentang
aktifitas dan aktor dalam hubungan internasional serta definisi dari
hukum itu sendiri.
-
Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja.S,H. Hukum Internasional
adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara-negara
antara Negara dengan Negara; Negara dengan subjek Hukum lain
bukan negra atau Subyek hukum bukan Negara satu sama lain. Tidak
jauh berbeda dengan dua definisi diatas, definisi ini lebih merigidkan
actor dalam HI, juga lebih pada menggabungkan definisi hukum dan
hubungan internasional.
-
Menurut Rebecca M Wallace Hukum Internasional merupakan
peraturan-peraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan
negara-negara dan kesatuan lain yang pada suatu saat diakui
mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya organisasi
internasional dan individu, dalam hal hubungan satu dengan lainnya.
Definisi ini menurut saya sudah sangat cocok dengan konteks
Hubungan Internasional saat ini sebab actor HI tidak hanya negara,
melainkan organisasi internasional, individu ataupun perusahaan
multi
-nasional.
Seperti yang sudah dijelskan diatas mengenai definisi Hukum internasional baik secara umum
maupun menurut para ahli
Terdapat relevansi yang sangat kuat antara Hubungan internasional
dengan Hukum Internasional. Bahkan menurut saya pribadi Hukum Internasional dan ilmu
hubungan internasional seperti pepatah “dua sisi mata uang”, dengan kata lain tidak dapat
dipisahkan.
Antara Hubungan Internasional dengan Hukum Internasional sangatlah berkaitan.
Keduanya sama-sama memiliki cakupan internasional negara bangsa atau masyarakat global,
atau masyarakat internasional. Sebagai objeknya adalah Negara-negara dalam melakukan
hubungan internasional, baik di bidang politik, ekonomi, teknologi dan lain-lain harus didasarkan
pada payung hukum demi tercapainya hak dan kewajiban masing-masing negara. Melibatkan
aktor-aktor yang mewakili pemerintahan suatu negara secara setara dan bermartabat, dan
upaya-upayanya.
Dalam hubungan internasional, negara-negara telah memainkan peranan penting dalam berbagai
bidang untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya ditingkat internasional. Hubungan
internasional tersebut tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik jika tidak didukung
instrumen hukum internasional yang mengikat dan dipatuhi negara-negara. Keberadaan hukum
internasional bukan saja sangat penting melainkan sebagai kebutuhan yang tidak dapat diabaikan
dalam masyarakat internasional. Sebagai suatu peraturan hukum yang memiliki cakupan begitu
luas,hukum internasional terdiri dari prinsip-prinsip, peraturan-peraturan, dan kebiasaan
internasional tentang tingkah laku negara-negara yang terikat untuk mematuhinya dan
aktor-aktor Negara yang baru (new state actor),seperti kerjasama internasional yang dilakukan
oleh pemerintah daerah. Dalam hukum internasional diatur pula hak-hakdan
kewajiban-kewajiban setiap individu dan subyek hukum non-negara juga tergolong menjadi bagian dari
hukum internasional atau juga hubungan internasional.
Rezim internasional merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi apabila berbicara dalam konteks Hubungan Internasional. Rezim pun hampir meliputi seluruh aspek hubungan internasional yang memerlukan adanya suatu koordinasi antar state maupun non-state.
Pengertian Rezim
Menurut Krasner, rezim – rezim internasional merupakan serangkaian prinsip, norma, peraturan, dan prosedur decision – making dimana ekspektasi dari para aktornya bertemu pada area tertentu dalam hubungan internasional. Keempat komponen tersebut harus dapat dibedakan. Komponen prinsip, yaitu asas kebenaran yang dijadikan sebagai pokok dasar berpikir dan bertindak para aktor. Komponen norma, setelah adanya prinsip yang telah melekat, akan terdapat sebuah ketentuan mengikat untuk para aktor yang kemudian dijadikan sebagai tatanan dan tolok ukur mereka dalam berinteraksi serta bertindak lebih jauh dalam hubungan internasional. Komponen peraturan, yaitu kaidah petunjuk yang dibuat untuk mengatur, peraturan berbeda dengan norma, untuk peraturan sifatnya sangat mudah untuk berubah. Komponen decision – making yang membutuhkan banyak pendapat dari pihak aktor untuk menghindari adanya subyektifitas dalam pembuatan serta pelaksanaan rezim. Rezim – rezim internasional akan lahir dengan adanya isu-isu yang telah dipengaruhi oleh keempat komponen tersebut. Selanjutnya adalah adanya bias dalam masyarakat awam tentang rezim – rezim internasional. Bias tersebut sering terjadi antara rezim – rezim internasional dengan institusi dan organisasi internasional. Rezim – rezim internasional berbeda dengan institusi atau organisasi internasional. Walaupun rezim – rezim
internasional terlihat mirip dengan organisasi internasional, nyatanya keduanya merupakan dua hal yang sangat berbeda. Perbedaan keduanya dapat dilihat dari rezim – rezim internasional dengan fokus pada perilaku aktor, sedangkan organisasi internasional atau institusi membahas segala sesuatu yang sedang terjadi di dalam organisasi internasional atau institusi tersebut. Rezim – rezim internasional hanya bertugas untuk membantu meluruskan apa yang terjadi di dalam sebuah institusi. Kemunculan rezim – rezim internasional, karena adanya perkembangan metodologi dalam Ilmu Hubungan Internasional melalui prespektif baru. prespektif tersebut adalah conventional structural, bahwa rezim – rezim internasional kurang memiliki kontribusi yang nyata, karena adanya sifat egois yang dimiliki oleh negara dengan berbagai motif alasan. Mengenai kajian atau bahasan dalam rezim – rezim internasional. Pada awalnya rezim – rezim internasional hanya berfokus pada permasalahan politik dan pemerintahan negara. Kemudian dengan seiring berkembangnya zaman, rezim – rezim internasional berkembang cukup luas. Rezim – rezim internasional yang sebelumnya hanya membahas isu politik dan kenegaraan,
prinsip, norma, peraturan, dan prosedur decision – making dimana ekspektasi dari para aktornya bertemu pada area tertentu dalam hubungan internasional. Keempat komponen rezim – rezim internasional tersebut sangat penting dan memengaruhi pola pikir serta tindakan para aktor dalam menyikapi isu terbaru dalam melahirkan suatu rezim. Rezim – rezim bukanlah suatu institusi ataupun organisasi internasional karena rezim adalah suatu aturan yang justru mengatur para aktor tersebut. Fokus bahasan rezim – rezim internasional pada awalnya mengenai masalah politik dan kenegaraan saja, kemudian semakin meluas hingga mencakup aspek human being manusia. Rezim – rezim internasional juga dapat berubah sesuai waktu, keempat komponen tersebut, dan kepentingan dari masing – masing aktor. Dengan demikian maka diperlukan pendalaman lebih lanjut agar rezim – rezim internasional dalam penggunaannya tidak salah sasaran (Underdal, 1995).
Berdasarkan pandangan Stephen D.Krasner mengatakan bahwa, rezim internasional itu dapat didefinisikan sebagai suatu wadah yang terdiri kumpulan prinsip, norma, aturan, maupun proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan ekspetasi atau pengharapan aktor – aktor dan berbagai kepentingan aktor itu sendiri dalam suatu isu. Sehingga dengan kata lain atas pandangan Krasner, suatu rezim merupakan suatu perangkat komponen atau bagian yang be
rsifat eksplisit maupun implisit. Selain itu, rezim merupakan ‘ sets of governing arrangements ‘ yang meliputi aturan jaringan atau komunikasi, norma, dan prosedur yang mengontrol efek atau dampak dari rezim itu sendiri merupakan pengertian dari Keohane dan Nye. Menggabungkan dua definisi diatas dari berbagai pengertian rezim lainnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa rezim merupakan koordinasi atau gabungan dari empat nilai (prinsip, norma, aturan, proses pembuatan keputusan ) yang melahirkan suatu rezim secara keseluruhan.
Berbeda halnya dengan pandangan Susan Stranger dalam mengartikan apa itu rezim. Rezim merupakan suatu miskonsepsi atau sebuah konsep yang salah kaprah,menurut Strange (Krasner,1982 : 1).
Tambahnya, adanya suatu rezim tidak didasarkan atas prinsip, norma, aturan, maupun proses
pengambilan keputusan, melainkan rezim baginya tidak lain dari sebuah multilateral antar negara dalam hubungan internasional. Sebagai konsep dasar, rezim dikonseptualisasikan sebagai variabel intervensi yang berada diantara dua faktor, yaitu faktor kausal dasar dan hasil akhir maupun tingkah laku. Atas dasar rezim sebagai konsep variabel intervensi, terdapat beberapa pendekatan yang membahas mengenai teori rezim. Dalam suatu tatanan sistem internasional, suatu rezim diperlukan dalam memenuhi berbagai kepentingan dari masing – masing negara. Sehingga secara garis besar dengan adanya sebuah rezim adalah untuk mengatur dan mengotrol serta membatasi setiap konflik kepentingan antar aktor karena aktor – aktor tersebut berada pada suatu titik ketergantungan yang kompleks dan bisa mengakibatkan konflik. Seperti fenomena rezim yang biasa ditemui, ketika negara yang lebih kuat dan ingin kepentingannya terpenuhi maka pasti terdapat negara oposisi atau negara yang kalah dalam memenuhi kepentingannya.
kepentingan maka aktor – aktor pun dapat memilih untuk tetap menggunakan rezim atau tidak. Karena rezim pun mengandung unsur tawar menawar sama halnya dengan negoisasi.
Dalam praktiknya, suatu rezim internasional biasanya diorganisasikan dengan perjanjian antar negara yang terlibat, sehingga ia dapat menjadi sumber utama hukum internasional yang sah. Karena itu dalam suatu rezim, para negara anggota yang berada di dalamnya dapat saling mengontrol perilaku negara lainnya. Dalam hal ini ia menjadi subjek hukum internasional dan turut membentuk perilaku atau outcome negara-negara yang menyusunnya. Contoh dari rezim internasional yaitu United Nation on The Law of The Sea, Nuclear Non-Proliferation Treaty, Framework Concention on Global Climate Change. Jadi berdasarkan penjelasan diatas, fungsi dari rezim internasional adalah information-providing, reducing transaction cost, menanggulangi serta mencegah information-asymmetries, serta menyediakan principles, aturan, asas kerjasama, dan lain sebagainya.
Selanjutnya Krasner dalam bukunya juga menekankan bahwa selalu ada perubahan dalam rezim internasional itu sendiri yang terkadang disebabkan karena ada interaksi yang saling mempengaruhi antara suatu rezim terhadap rezim lainnya sehingga perilaku dan outcome kadang berbeda. Rezim internasional pada dasarnya bersifat dinamis dan berubah, namun perubahan yang terjadi dalam rezim internasional tidak hanya sekedar susunan temporer yang bersifat ad hoc melainkan ia berusaha untuk memfasilitasi terciptanya suatu agreement substantive-specific dan pengganti hegemon dominan yang mengalami decline dalam beberapa fungsinya. Untuk mengenali perubahan yang terjadi pada rezim maka perlu dibedakan keempat unsur diatas menjadi dua yakni, prinsip dan norma di satu sisi,
sementara peraturan dan prosedur di sisi lain. Sisi pertama merupakan karakter dasar yang menciptakan suatu rezim, sehingga perubahan di dalamnya akan berdampak pada peraturan dan prosedur atau secara gamblang merubah rezim itu sendiri. Sedangkan sisi yang kedua hanya merupakan unsur yang senantiasa berubah dan diperbaiki, sehingga perubahan yang terjadi di dalamnya tidak akan sampai merubah rezim itu sendiri. Adapun penyebab perubahan pada rezim disebabkan karena adanya 5 faktor basic causal, yakni :
• Kepentingan diri sendiri yang bersifat egois • Kekuatan politik
• Norma dan prinsip • Kebiasaan dan tradisi • Pengetahuan
Rezim internasional berkembang pesat sejak periode Perang Dunia II. Bahkan, sekarang rezim meliputi hampir seluruh aspek hubungan internasional yang membutuhkan interaksi dan koordinasi antar negara. Dia bersifat mengikat suatu negara agar selalu mematuhinya layaknya hukum. Sehingga bagi studi Hubungan Internasional, rezim merupakan hal yang tidak terbantahkan sumbangannya bagi studi tersebut. Karena rezim disini berhasil menjawab alasan-alasan mengapa dan bagaimana cara
pembatasan pengembangan senjata nuklir atau kerjasama pertahanan kolektif), perdagangan, hak asasi manusia, lingkungan, dan lain sebagainya.
Daftar Referensi
- Mocthar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Buku I – Bagian umum, Binacipta, Bandung, 1978, hal: 1, 2.
- J.G. Starke, Introduction to International law,edisi kesembilan,diterjemahkan oleh Sumitro l.s. dauredjo. “Pengantar Hukum Internasional”, Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1984, hal. 1.
- JG Starke. Introduction to International law (tenth Edition). Butterwoth. London. 1989, hal. 17. - Hugo De Groot. De Jure Belli ac Pacis (On The Law Of War and Peace). Paris,1625.
- (Krasner. 1982 : 2-3) (Krasner, 1982) ( Krasner,1982 : 2 )
- Krasner, S. D. (1982). Structural causes and regime consequences : regimes as intervening variables. Massachusetts Institute of Technology, hal. 1-21
- Underdal, Arild. 1995. “Review : The Study of International Regimes” dalam Journal of Peace Research, Vol. 32, No. 1, pp. 113 – 119.
Barkin, J. Samuel, 2006. International Organization: Theories and Institutions. New York: Palgrave Macmillan.
Brahm, Eric, 2005. International Regimes. [online] tersedia
dalamhttp://www.beyondintractability.org/essay/international-regimes diakses pada 8 Maret 2014. Haggard, Stephen dan Simmons, Beth A., 1987. Theories of International Regimes. International Organization, Vol. 41, No. 3 (Summer, 1987). The MIT Press.
Hennida, Citra, 2014. Perkuliahan Rezim-rezim Internasional Minggu I: Introduction of International Regimes. Surabaya. Universitas Airlangga.
Keohane, Robert O dan Nye, J., 1982. The Demand for International Regimes.Cambridge: Cambridge University Press.
Little, Richard, 2001. International Regime dalam Baylish. John dan Smith, Steve (eds). The
Globalization of World Politics an Introduction to International Relaions. New York: Oxford University Press.