• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Pendidikan Seksual di Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pentingnya Pendidikan Seksual di Sekolah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pentingnya Pendidikan Seksual di Sekolah dalam Perspektif Sosiologi

Mufrida Zahra

Pendidikan Agama Islam,Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negri Jakarta

mufridazahra_IAI15@mahasiswa.unj.ac.id

Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pendidikan seksual di sekolah. Penelitian ini di latar belakangi oleh permasalahan seksual terhadap anak yang semakin mengkhawatirkan. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif.

Anak sekolah Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. anak sekolah zaman dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisionalyang ada. Hal ini disebabkan oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup dab pilihan karir. Berbagai hal tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit, terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi.

Kata kunci: Pendidikan seksual,Sekolah,Sosiologi

Pendahuluan:

Zaman sekarang ini, sering sekali terjadi pelecehan seksual oleh orang dewasa terhadap anak sekolah. Anak-anak lebih menjadi sasaran orang dewasa karena anak-anak dianggap sebagai makhluk yang polos. Kepolosan anak ini dimanfaatkan beberapa oknum untuk melakukan tindakan asusila terhadap anak dibawah umur. Tidak banyak pelaku dari tindak asusila itu adalah kerabat atau bahkan keluarga korban. Anak memang kurang mengerti dalam hal pendidikan seks. Mereka menganggap segala sesuatu yang berkaitan dengan seks itu adalah menyimpang.

Secara umum, orang tua merasa sulit bersikap terbuka soal seks kepada anaknya karena merasa

terintimidasi dengan pertanyaan anak. Disebabkan sikap mental orang tua dan orang-orang dewasa lainnya yang ada disekeliling anak, anak ‘tidak siap’ untuk menghadapi keingintahuannya terhadap dirinya sendiri, terutama masalah seputar seksualitasnya. Perasaan ini muncul karena, pertama tidak tahu jawaban yang pas untuk pertanyaan "seram" anak; kedua tidak rela membayangkan anak yang masih polos sudah harus "dikotori" pembicaraan seks dan yang ketiga takut jika diajarkan seks anak malah jadi terburu-buru ingin "mencicipinya".

(2)

orang tua tidak percaya,menyanggah dan menyatakan bahwa putri kesayangannya adalah anak rumahan. Atau seorang anak yang tiba-tiba hamil, dan pada kenyataan yang menghamili adalah ayahnya atau ayah tirinya. Sementara ibunya tidak mengetahui kalau pelecehan itu terjadi berkali-kali yang dilakukan oleh sang ayah. Si anak mungkin saja mengangap bahwa ini adalah salah satu bentuk kasih sayang dari sang ayah. Hal-hal tersebut bisa terjadi karena si anak tidak pernah tau dan tidak mengerti tentang pelecehan seksual, tentang organ

seksualnya, bagaimana memelihara dan menjaganya.

Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ingin di teliti maka jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), yang teknik pengumpulan datanya dilakukan diperpustakaan dengan didasarkan atas pembacaan-pembacaan terhadap beberapa literatur yang memeiliki informasi dan relevansi dengan topik penelitian. Adapaun literatur tersebut dapat berupa jurnal, majalah, karya ilmiah, surat kabar, buku, dan bahan yang lainnya yang memiliki relevansi dengan topik penelitian.

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney, penelitian deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dan sistematis. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, pristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat atau daerah tertentu. Ciri-ciri sifat penelitian deskriptif adalah tidak perlu mencari hubungan, menguji hipotesis dan membuat ramalan.

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data sekunder. Data sekunder yang di gunakan berasal dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari buku-buku, jurnal.

Adapun alat pengumpulan data yang penulis gunakan adalah berupa dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dokumentasi ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah peneliti, sehingga akan memperoleh data-data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode dokumentasi ini hanya mengabil data yang sudah ada seperti indeks prestasi, jumlah anak, pendapatan, luas tanah, jumlah penduduk dan sebagainya. Menyusun format dokumentasi atau forum dokumentasi atau pencatatan membuat “ blanko” yang sesuai guna tempat memasukkan atau memindahkan data relevan dari sesuatu sumber atau dokumen.

(3)

Hasil dan Pembahasan

Pendidikan seks merupakan usaha sadar untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang betul-betul matang (well adjusted) dapat menggunakan seksualitasnya dengan bertanggung jawab, sehingga membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungan/masyarakatnya. (Ary H. Gunawan, 2000:146)

Pada International Conference of Sex Eduction and Family Planning tahun 1962 dicapai kesepakatan, bahwa “tujuan dari pendidikan seks untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang berbahagia karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, secara bertanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap orang-orang lain.” Dalam suasana demikian dapat membina keluarga yang utuh serta penuh kasih sayang yang saling harga-menghargai sehingga dapat mendidik anak-anak yang sehat dan bahagia pula. (Ary H. Gunawan, 2000:146)

Dari eksperimen yang dilakukan di Rusia dan Swedia, ternyata tidaklah mudah untuk mengajarkan di sekolah-sekolah, terutama tentang tanggung jawab dari kegiatan seksual (sexual activity) terhadap masyarakat, bila tanpa adanya latar belakang keluarga yang bahagia. Bukti-bukti menunjukkan, bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga bahagia, dikemudian hari dapat membentuk perkawinan dan keluarga yang bahagia pula. (Ary H. Gunawan, 2000:147)

Mengapa perlu pendidikan seks? Hasil survei Mc. Curry di sekolah menengah di USA beberapa waktu lalu menunjukkan, kebanyakan siswa-siswa melontarkan kritik terhadap para orang tua karena tidak pernah memberikan informasi tentang seks kepada anak-anaknya. Dua per tiga dari mereka sama sekali tidak mendapat informasi apa-apa, sedang sisanya hanya mendapatkan penerangan sekadarnya. (Ary H. Gunawan, 2000:147)

Persoalannya sekarang, bagaimana mendidik para kawula muda kearah sikap seksual yang sehat, bila masyarakat dewasa pun belum sepaham dalam hal ini. Biasanya pendapat-pendapat mengenai pendidikan seks berbeda-beda mulai dari mereka yang menganjurkan untuk sama sekali tidak mencari pengalaman-pengalaman seks, sampai kepada mereka yang menganjurkan kebebasan seks yang seluas-luasnya.

Durkheim juga memiliki perhatian pada kajian pendidikan seksual. Durkheim bersama Jacques

(4)

diskusi tentang pendidikan seksual. Pendidikan seksual menjelaskan dua tampak yang harus diperhatikan generasi muda yaitu dampak fisik dan dampak moral. Risiko fisik terkait dengan medis karena masalah seksual yang dialami generasi muda. Adapun risiko moral terjadi pada kasus-kasus kelahiran anak tanpa pernikahan yang sah atau aborsi. Bagian ini juga menjelaskan bagaimana pernikahan menjadi kekuatan moral yang bisa mengintegrasikan masyarakat. Di sisi lain risiko moral dan sosial akan lahir dalam kasus pernikahan yang tidak sah. Generasi muda yang menikah sesuai dengan koridor hokum sementara mereka yang melakukan seks komersial diluar pernikahan dianggap sebagai tindakan tidak bermoral. Berbagai pertanyaan ini perlu di jelaskan dalam pendidikan seksual yang diajarkan disekolah. (Rakhmat Hidayat, 2014:96)

Pendidikan seks lebih berkaitan dengan pengetahuan tentang alat refroduksi laki-laki dan perempuan, pembuahan, kehamilan dan kelahiran, perilaku seksual dan hubungan seksual.Jadi, tidak tepat jika ada yang berpendapat bahwa remaja tidak perlu mendapatkan wawasan ini karena khawatir akan melakukan hubungan badan sebelumsaatnya. Sebaliknnya, remaja perlu diberi pengetahuan yang benar sedini mungkin, sehingga mereka bisa bersikap dengan bertindak dengan cara yang benar. Karenanya, untuk membentuk kerangka berpikir yang lebih luas.( Anna Farida, 2014:125-126)

Wacana seksualitas yang berkembang di masyarakat turut memengaruhi praktik pendidikan di sekolah. Sebelumnya, Durkheim (1956) telah menyatakan bahwa sekolah merupakan model miniature masyarakat. Norma sosial yang berlaku di sekolah hamper sama dengan norma sosial yang berlaku di masyarakat umum. “ Pendidikan dilakukan oleh orang dewasa kepada mereka yang belum siap untuk memasuki kehidupan sosial yang nyata. (NanangMartono, 2014:157-158)

Wacana seksualitas dalam pendidikan memiliki sejarah yang sama dengan muncul tenggelamnya wacana seksualitas diruang public lainnya. Di Barat, wacana seksual telah menjadi bahan diskusi di lembaga pendidikan sejak abad ke 20. Materi seksualitas dimasukkan kedalam kurikulum setelah sebelumnya wacana ini tidak mendapatkan tempat di sekolah. Seksualitas tidak sebatas menjadi wacana moralitas, etika, danekonomi, akan tetapi seks juga menjadi bahan diskusi penting dari aspek kesehatan. Inilah yang kemudian memicu wacana seksualitas masuk dalam ranah pendidikan karena ia terkait dengan masalah sosialisasi mengenai kesehatan (reproduksi), perkembangan psikologis, moralitas anak, serta penegakan etika dan normal sosial. “Seksualitas bukan sekadar fakta individu, namun ia merupakan sebuah konsep budaya.Setiap individu tidak dilahirkan sebagai makhluk seksual, namun ia belajar bagaimana menjadi diri mereka dengan bertindak sesuai peran budaya. (Nana Martono, 2014:158-159)

(5)

asrama, pengaturan rekreasi, bentuk tempat tidur (ditutup dengan pintu atau cukup dengan tirai), aturan mengenai kegiatan mereka di malam hari. Semua ini diatur sedemikian rupa, sehingga sekolah dan keluarga harus selalu mengawasi mereka. (Nana Martono, 2014:159)

Menurut Miller (1993) dan Middleton (1998), di era 1990 anwa cana seksualitas mulai terbuka lebar untuk masuk di ruang-ruangsekolah. Siswa mulai dikenalkan dengan berbagai kosakata yang berkaitan dengan wacana ini termasuk kosa kata homo seksual, gay dan lesbian. Padahal sebelumnya kosa kata ini tidak

mendapat tempat dalam materi pelajaran di kelas. Membicarakan homo seksual bukanlah hal tabu lagi. ((Nana Martono, 2014:160)

Standar Pendidikan Seksualitas Nasional, yang dikembangkan oleh para ahli di bidang pendidikan kesehatan masyarakat dan seksualitas, sangat dipengaruhi oleh dan disesuaikan dengan Standar Nasional Pendidikan Kesehatan (Health Education Education Standards - NHES). NHES dikembangkan untuk membangun, mempromosikan dan mendukung perilaku peningkatan kesehatan bagi siswa di semua tingkat kelas dari pra taman kanak-kanak sampai kelas 12. Mereka menyediakan kerangka kerja bagi guru,

administrator, dan pembuat kebijakan dalam merancang atau memilih kurikulum, mengalokasikan sumber pembelajaran , dan menilai prestasi dan kemajuan siswa. Kebanyakan dari mereka memberikan harapan konkret untuk pendidikan kesehatan. Sementara NHES meletakkan dasar untuk pendidikan kesehatan, Standar

Pendidikan Seksualitas Nasional (National Sexuality Education Standards - NSES) memberikan panduan minimum tentang konten dan keterampilan penting untuk membantu siswa membuat keputusan tentang kesehatan seksual. ([ CITATION Mar15 \l 1033 ]

Perilaku seks bebas remaja saat ini sudah cukup parah. Peranan agama, dan keluarga sangat penting mengantisipasi perilaku anak remaja rentan resiko gangguan kesehatan. Pembinaan pendidikan formal

(sekolah), sekolah sebagai lingkungan kedua setelah keluarga memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam pembinaan sikap mental, pengetahuan dan keterampilan anak. [ CITATION Ern13 \l 1033 ]

Seluruh Pendidikan menurut Emile Durkheim dianggap sebagai pendidikan moral (all education is moral education). Durkheim mendefinisikan moralitas sebagai satu set tugas dan kewajiban yang memengaruhi perilaku individu. Gagasan awal moralitas yang dikaitkan dengan keyakinan agama,pendidikan moral yang sangat menentukan masa depan kohesivitas suatu masyarakat. [ CITATION Rak14 \l 1033 ]

(6)

Pendidikan seks menurut Islam

Pendidikan seksual dalam islam merupakan bagian integral dari pendidikan aqidah, akhlak, dan ibadah. Pendidikan seksual tidak bisa lepas dari ketiga unsur tersebut, karena akan menyebabkan ketidak jelasan arah dari pendidikan seksual tersebut. Pendidikan seksual yang terlepas dari unsur aqidah,akhlak, dan ibadah , hanya akan berdasar pada hawa nafsu manusia semata dan mengumbar hawa nafsu adalah hal yang dilarang dalam islam. [ CITATION Nur111 \l 1033 ]

Dalam surah al-Maidah ayat 49 Allah berfirman yang artinya; " Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hokum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka

disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik."

Dengan demikian adalah keliru apabila manusia masih menganggap masalah seksual adalah masalah kotor, tabu dan menjijikkan. Bahkan pendidikan seks tidak ada sangkut pautnya dengan ajaran Islam.

Sebenarnya masalah seks bukan hanya sekedar masalah biologis, melainkan lebih dari itu, dia memiliki keterpautan yang sangat erat dengan ajaran moral.

Urgensi dan Tujuan Pendidikan Seks pada Anak

Pendidikan seks penting untuk anak agar anak tidak kekurangan informasi tentang seks. Dengan sifat keingintahuannya seorang anak akan selalu mencari tahu segala sesuatu yang di dengarnya dari pergaulan sehari-harinya. Masih untung sebetulnya jika si anak menanyakan hal tersebut kepada orang tuanya, daripada dapat pengajaran sebagian-sebagian dari orang lain yang mungkin tidak punya pengetahuan tentang itu. Tujuan pendidikan seks berbeda-beda sesuai dengan usia perkembangan. [ CITATION Nur11 \l 1033 ]

Cara mengajarkan pendidikan seks kepada Anak

Pendidikan seks pada anak tidak bisa dilakukan secara instan, melalui tahap demi tahap sejak dini. Diajarkan mulai hal yang paling sederhana, dan jadikan sebagai suatu kebiasaan sehari-hari.

Kesimpulan

(7)

pendidikan seks yang baik, anak akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang unggul dan generasi yang berkualiatas.

Dalam hal ini orangtua harus bisa berkomunikasi secara supportif, sehingga terjalin kedekatan dan keterbukaan anak dengan orang tua dalam segala hal. Yang penting dalam mengajarkan pendidikan seks pada anak adalah sikap mental orang tua, yaitu mengikis habis perasaan risih, malu, dan menganggap masalah seks sesuatu yang tabu dan hanya seputar masalah hubungan intim.

Daftar Pustaka

Erni.2013.Pendidikan Seks pada Remaja.Jakarta:Jurnal Health Quality.Vol.3.No.2.Hal.82

Farida,Anna.2014.Karakter Remaja.Bandung.Nuansa Cendekia

H. Gunawan, Ary.2000.Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan.Jakarta.PT Rineka Cipta.

Hidayat,Rakhmat.2014.Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim.Jakarta.PT RajaGrafindo Persada

Martono,Nanang.2014.Sosiologi Pendidikan Michel Foucault.Jakarta. PT RajaGrafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Dari Gambar 2.1 bagan kerangka berpikir pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) terhadap hasil belajar matematika siswa dapat

seseorang, 2 clothing in relation to self as a process -communication of self to others yakni pakaian mengkomunikasikan informasi tentang nilai-nilai, sikap, suasana hati, dll ,

Dan di dalam ayat yang mulia ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa hawa nafsu mereka tidak layak untuk menjadi panutan, karena al-Qur‟an meskipun diturunkan kepada

Ayat tersebut dapat menjadi landasan hukum jual beli online dalam Islam. Selain itu, jual beli yang tidak tunai heknaknya segera ditulis agar.. terhindar dari kesalahpahaman

Salah satu form diisi dengan isian yang tidak sesuai format lalu klik Simpan. Email : pelangga n.com Sistem akan meminta pengguna untuk mengisi isian sesuai dengan

Data diameter batang pohon yang didapatkan dari pengukuran struktur komunitas vegetasi mangrove digunakan untuk keperluan perhitungan biomassa kategori pohon dan anakan

Dengan algoritma ant colony optimization ini nantinya akan diperoleh rute distribusi dengan jarak yang optimal, jumlah truk, serta biaya yang dibutuhkan dalam

Sebagai contoh media tanam yang terdiri dari campuran tanah subur, pupuk kandang dan pasir dapat diatur perbandingannya sesuai dengan