• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERFERENSI BAHASA DAERAH DALAM TEKS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII.A DI SMP N 43 MUKOMUKO ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTERFERENSI BAHASA DAERAH DALAM TEKS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII.A DI SMP N 43 MUKOMUKO ARTIKEL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

INTERFERENSI BAHASA DAERAH DALAM TEKS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII.A DI SMP N 43

MUKOMUKO

ARTIKEL

Oleh ARNAWATI

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG

(2)

Interferensi Bahasa Daerah Dalam Teks Laporan Perjalanan Siswa Kelas VIII.A Di SMPN 43 Mukomuko

Arnawati 1). Yetty Morelent (2. Agustina (3.

1) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

E_mail : Arnawati_90@yahoo.com

Abstract

This study aims to describe several things, namely, (a) forms of lexical interference, (b) types of interference and (c) factors causing regional language interference in writing of class VIII.A student travel reports at Junior high School 43 Mukomuko. The theories described in this study are about (a) Sociolinguistics proposed by Chaer (2004), (b) bilingulism by Chaer (2004) and Kridalaksana (2005), (c) the language interference proposed by Chaer (2004) ) and Nursaid (2002), and (d) lexical by Chaer (2004). This type of research is a qualitative research using descriptive method described by Sugiyono and Dantes. To analyze the data used the theories put forward by Mahsun. This research was conducted at Junior High School 43 Mukomuko. The data of this research are words that contain lexical interference of local languages in the form of Malay dialect of Pondok Kopi and Javanese language in the writings of students of class VIII.A in junior high School 43 Mukomuko which amounts to 20 students and the source of this research data is written student travel report of 20 writing as a task in learning writing. The instrument of this research is the writer himself by using the tool in the form of sheet about the task of writing and the technique of this research is a technique in the form of techniques tapping techniques with advanced techniques of recording based on the theory put forward by Mahsun. The results showed three things as follows. First, the lexical interference of regional languages is based on the Indonesian word class of 12 word classes, (1) word class verbs, (2) noun word class, (3) adjective word class, (4) pronouns word class, (5) numeralia Adverb, (7) interogativa, (8) demonstrativa, (9) prepositions, (10) conjunctions, (11) categories of fatis, and 12) interjection. Second, the types of interference that is, (1) affixation, and (2) reduplication. Third, the factors causing interference, namely, (1) over-equation, (2) transfer structure, (3) first language difference and second language and (4) lack of understanding of the language used. The dominant factor becomes the cause of regional language interference in the text of the class VIII.A student travel report on Indonesian language and literature learning at Junior High School 43 Mukomuko is the difference between the first language and the second language.

Keywords: Language Interference, travel report text, and Indonesian language learning.

1

Mahasiswa penulis tesis Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

2

Pembimbing I, Dosen Universitas Bung Hatta

3

(3)

.

PENDAHULUAN

Siswa pada sekolah menengah pertama merupakan siswa atau peserta didik yang mengalami dua proses penguasaan bahasa, yaitu proses pemerolehan bahasa dan proses pembelajaran bahasa. Proses pemerolehan bahasa merupakan proses yang dialami anak sejak pertama kali anak belajar berbicara menggunakan bahasa ibunya yang biasa disebut BI (bahasa pertama), pada tahap selanjutnya anak mengenali bahasa lain selain dari bahasa ibunya yang disebut bahasa kedua (B2), salah satunya bahasa Indonesia. Pada proses pembelajaran siswa memperoleh pengetahuan lebih tentang B2, salah satunya bahasa Indonesia yang merupakan bahasa resmi yang harus dipahami oleh anak, karena digunakan di lingkungan sekolah untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama ini, pada umumnya siswa SMP Negeri 43 Mukomuko menggunakan bahasa Melayu dialek Pondok Kopi bagi siswa yang berasal dari Pondok Kopi dan bahasa Jawa bagi siswa yang berasal dari Selagan Jaya dalam kehidupan mereka sehari-hari di

lingkungan keluarga, selain itu siswa juga mempelajari bahasa lain yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di sekolah. Kondisi ini menyebabkan siswa di SMP Negeri 43 Mukomuko merupakan masyarakat bilingualisme yaitu menguasai dua bahasa atau lebih pada saat berkomunikasi hanya saja pemahaman terhadap B2 cenderung lebih kurang karena kebiasaan menggunakan B1. Dari masing-masing siswa yang berdwibahasa akan timbul gejala yang disebut kontak bahasa. Kontak bahasa dapat terjadi karena dipergunakannya dua bahasa atau lebih oleh penutur yang sama secara bergantian. Adanya kontak bahasa yang terjadi di antara para siswa menyebabkan terjadinya saling mempengaruhi antara BI dengan B2 ataupun sebaliknya. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya interferensi, yaitu mengacaukan kaidah kedua bahasa yang dikuasai, interferensi itu berupa penyimpangan dari norma-norma bahasa yang satu dalam ujaran dwibahasawan akibat penguasaan atas bahasa yang lain.

(4)

dalam bahasa lisan dan bahasa tulis siswa menggunakan bahasa yang lebih dipahami sendiri tanpa ada yang mempengaruhinya. Interferensi yang terjadi dalam bahasa tulis siswa dapat diamati pada tulisan siswa yaitu berupa laporan perjalanan. Dalam bahasa tulis siswa banyak ditemukan interferensi karena melalui bahasa tulis siswa mampu mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya tanpa ada yang mengendalikan sehingga bahasa yang digunakan siswa lebih natural dan apa adanya.

Menurut Muftah (2013:151) Kesalahan dalam belajar bahasa dan pengetahuan tentang tata bahasa telah menjadi salah satu aspek yang paling penting yang menunjukkan perkembangan kebahasaan. Guru perlu inovasi untuk bisa menggunakan strategi khusus. Karena dalam masyarakat dwibahasa atau bilingualisme, selanjutnya Philadelphia (2014:3) menambahkan bahwa masyarakat dunia seperti di Inggris, ada banyak metode yang telah diteliti untuk mencoba dan menutup kesenjangan bahasa. Beberapa sekolah yang menawarkan program pengayaan bilingual dengan meningkatkan kesempatan untuk bahasa-mayoritas dan minoritas bahasa siswa. Namun, dampak positifnya yaitu dari program tingkat keberhasilan siswa

dalam memahami kata atau kalimat lawan bicaranya lebih baik dan efektif.

Philadelphia (2014:5) menambahkan data dari New York City di Menken menunjukkan. Penting mengingat bahwa negara bagian New York secara historis telah mendukung pendidikan bilingual. Pada tahun 2002, 40% dari ELLs terdaftar dalam program bi-lingual dan 53% mengikuti ESL program.Itulah dalam masyarakat dwibahasa atau bilingualisme, terjadi kontak bahasa yang dapat menimbulkan penyimpangan norma-norma bahasa. Penyimpangan tersebut disebut interferensi.

Selain itu, menurut Zashchitina(2017:266) siswa yang mempunyai dua bahasa dalam belajar lebih efektif ketika mereka sudah tahu sesuatu tentang wilayah konten dan ketika konsep di daerah itu akrab bagi mereka, mereka belajar dan mengingat informasi baru yang terbaik ketika terhubung ke relevan latar belakang pengetahuan. Jadi secara tidak langsung siswa yang mempunyai dua bahasa cenderung lebih aktif.

(5)

ditulis oleh siswa kelas VIII.A. Dalam lingkup penelitian ini, interferensi bahasa daerah yaitu bahasa Jawa (BJ) sebagai bahasa daerah atau bahasa pertama (BI) dari siswa yang merupakan orang Jawa, Bahasa Melayu dialek Pondok Kopi sebagai bahasa pertama (BI) dari siswa yang merupakan orang desa Pondok Kopi, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2). Oleh karena itu penelitian ini membicarakan masalah interferensi yang merupakan salah satu penelitian linguistik karena mencakup pembahasan tentang masalah bahasa umumnya. Penelitian masalah interferensi ini meliputi interferensi bahasa daerah dalam tulisan laporan perjalanan siswa kelas VIII.A di SMPN 43 Mukomuko.

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah. (1) bentuk-bentuk interferensi leksikal, (2) Jenis-jenis interferensi, dan (3) Penyebab Interferensi bahasa daerah dalam teks laporan perjalanan siswa kelas VII.A di SMPN 43 Mukomuko.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2005:1) penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang ilmiah, penulis sebagai instrumen kunci. Selanjutnya metode deskriptif menurut Dantes (2012:51) adalah sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitianmetode deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini.Terhadap penelitian ini, penulis mencoba menentukan sifat situasi sebagaimana adanya pada waktu penelitian dilakukan.

Studi deskriptif tidak ada kontrol perlakukan seperti dalam studi eksperimen karena tujuannya adalah menggambarkan

“apa adanya” berkaitan dengan variabel -variabel atau kondisi-kondisi dalam suatu situasi. Lebih lanjut, Dantes (2012:51) mengklasifikasikan penelitian deskriptif dalam beberapa jenis, yaitu: (1) studi kasus, (2) survei, (3) studi pengembangan, (4) studi tindak lanjut, (5) analisis dokumenter, (6) analisis kecenderungan, dan (7) studi korelasi.

(6)

menggambarkan masalah interferensi yang ditulis siswa sebagaimana adanya.

HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini akan dipaparkan temuan penelitian berkaitan dengan 3 hal yang akan diungkapkan berdasarkan tujuan penelitian ini. Ketiga hal tersebut yaitu, (1) bentuk-bentuk interferensi leksikal, (2) jenis-jenis interferensi morfologi berupa afiksasi dan reduplikasi, dan (3) penyebab interferensi yang akan diuraikan sebagai berikut.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hasil penelitian dari 20 orang siswa, ditemukan beberapa hal, yang diuraikan sebagai berikut:

Pada bagian bentuk-bentuk interferensi akan diuraikan temuan tentang interferensi leksikal dari segi kelas kata yang terbagi atas 13 bagian, yaitu (1) verba, (2) nomina, (3) adjektiva, (4) pronomina, (5) numeralia, (6) adverbia, (7) interogativa, (8) demonstrativa, (9) preposisi dibagi atas preposisi dasar, preposisi turunan, (11) konjungsi, (12) kategori fatis, dan (13) interjeksi.

Pada bagian jenis-jenis interferensi akan diuraikan berdasarkan temuan, yaitu, (1) afiks, (2) prefiks, (3) sufiks,( 4) konfiks, dan (5) reduplikasi. Berdasarkan pengelompokkan data temuan penelitian,

bentuk interferensi berdasarkan afiks ditemukan berjumlah 20 kata. Setelah dilakukan pengelompokan data temuan penelitian, interferensi berdasarkan sistemik morfologi pada bagian sufiks ditemukan berjumlah 7 kata. Selanjutnya pengelompokan data temuan penelitian, interferensi berdasarkan sistemik morfologi pada bagian konfiks ditemukan berjumlah 10 kata.

Pada bagian penyebab interferensi akan diuraikan temuan tentang penyebab interferensi kosakata bahasa daerah dalam teks laporan perjalanan siswa kelas VIII.A di SMP Negeri 43 Mukomuko pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang terbagi atas 4 bagian, yaitu (1) penyamaan berlebihan, (2) transfer struktur, (3) perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua, dan (4) kurangnya pemahaman terhadap bahasa yang digunakan.

Ada banyak hal penyebab terjadinya interferensi kosakata dalam bahasa, salah satunya yaitu penyamaan berlebihan. Berdasarkan temuan penelitian, penyebab terjadinya interferensi kosakata dalam bahasa daerah berdasarkan penyamaan berlebihan ditemukan berjumlah 13 kata.

(7)

dalam bahasa. Berdasarkan temuan penelitian, penyebab terjadinya interferensi kosakata dalam bahasa berdasarkan transfer struktur ditemukan berjumlah 10 kata.

Perbedaan Antara Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua juga merupakan salah satu penyebab terjadinya interferensi dalam bahasa.Berdasarkan temuan penelitian, penyebab terjadinya interferensi kosakata dalam bahasa berdasarkan Perbedaan Antara Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua ditemukan berjumlah 117 kata.

Kurangnya Pemahaman Terhadap Bahasa yang Digunakan juga merupakan salah satu bagian penyebab terjadinya interferensi dalam bahasa.Berdasarkan temuan penelitian, penyebab terjadinya interferensi kosakata berdasarkan Kurangnya Pemahaman Terhadap Bahasa yang Digunakan ditemukan berjumlah 78 kata.dalam tabel berikut.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, memperlihatkan bahwa terjadi interferensi leksikal bahasa daerah dalam teks laporan perjalanan siswa kelas VIII.A di SMPN 43 Mukomuko dari segi kelas kata dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian,

interferensi yang dibahas dalam penelitian ini adalah berdasarkan leksikal yaitu berupa kelas kata verba, nomina, adjektiva, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan interjeksi.Untuk melihat adanya interferensi pada afiksasi dilihat pada penggunaan imbuhan, apakah benar atau salah.Afiksasi terdiri dari afiks, prefiks, sufiks, dan konfiks.Pada bagian jenis interferensi dapat ditentukan jenis dan jumlah morfem yang ada pada kata.Jenis morfem yang ada pada interferensi kosakata yaitu morfem dasar bebas dan morfem dasar terikat. Uraian tersebut senada dengan pendapat Chaer (2002:60) yang menyatakan bahwa leksikal adalah bentuk ajektiva dari bentuk nomina leksikon (vakbuler, kosakata, dan perbendaharaan kata). Hal serupa diungkapkan oleh Chitima Kaweera dalam artikelnya tentangPengajaran bahasa Inggris; Vol. 6, No. 7; 2013 ISSN 1916-4742 E-ISSN 1916-4750,dalam

(8)

berada pada tingkat leksikal dan sintaksis yang menyebabkan overgeneralization, aturan lengkap aplikasi dan bangunan konsep-konsep yang palsu. Juga dikatakan bahwa gangguan berbahasa ditemukan sebagai penyebab utama dari para siswa kesalahan.

Faktor penyebab interferensi dibagi menjadi empat, yaitu penyamaan berlebihan, transfer struktur, perbedaan bahasa pertama dan bahasa kedua dan kurangnya pemahaman terhadap bahasa yang digunakan. Hal ini senada dengan pendapat Nursaid, (2002:155-156) yang menyatakan bahwa Menurut Nursaid (2002:155-156) Penyebab interferensi dapat ditinjau dari tiga faktor utama. Pertama, faktor individu, yaitu ketidaksinambungan penguasaan atau kemampuan individu terhadap bahasa-bahasa yang dikuasainya. Kedua, faktor kebahasaan, yaitu kesamaan struktur bahasa beberapa bahasa yang dikuasai penutur atau kekurangan (lazimnya bidang leksikal) suatu bahasa yang dikuasai penutur, sehingga penutur meminjam istilah atau kosakata bahasa lain yang dikuasainya. Ketiga, faktor non-kebahasaan, yaitu faktor-faktor konteks komunikasi.

Selain itu, Ginting (2001:17) menyebutkan enam faktor penyebab

munculnya interferensi.Pertama, kedwibahasaan para penutur.Kedua rendahnya kesetian pemakaian bahasa penerima.Ketiga, kurangnya kosakata bahasa penerima dalam menghadapi kemajuan dan pembaharuan.Keempat, menghilangnya kata-kata karena jarang digunakan. Kelima, kebutuhan akan sinonim. Keenam, prestise bahasa sumber dan gaya bahasa.

Berdasarkan faktor penyebab interferensi, faktor yang mempunyai pengaruh yang dominan terjadinya interferensi yaitu faktor keempat perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua, jika diurutkan, faktor penyebab interferensi kosakata bahasa daerah dalam teks laporan perjalanan siswa kelas VIII.A pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP Negeri 43 Mukomuko dari yang terbesar hingga yang terkecil, maka dimulai dari faktor ketiga, yaitu perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Selanjutnya yaitu kurangnya pemahaman terhadap bahasa yang digunakan, penyamaan berlebihan dan terakhir transfer struktur.

(9)

Syafriyeni dan Ginting. Dalam penelitian ini ditemukan interferensi leksikal bahasa daerah dalam teks laporan perjalanan siswa kelas VIII.A di SMPN 43 Mukomuko. Begitu juga dengan Syafriyeni ditemukan interferensi kosakata Minangkabau. Walaupun hasil penelitian sama, masih ada perbedaan antara keduanya. Perbedaan terletak pada fokus penelitian. Fokus penelitian ini adalah interferensi yang terjadi dalam ragam bahasa tulis sedangkan ysafriyeni memfokuskan penelitiannya pada ragam lisan. Begitupun dengan hasil penelitian Ginting, walaupun sama-sama menjunjukkan terjadinya interferensi dalam ragam tulis seperti dalam penelitian ini, hasil penelitian Ginting memfokuskan pada interferensi gramatikal. Akan tetapi, dalam penelitian ini menemukan interferensi tataran morfologis berupa afiksasi dan reduplikasi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data interferensi bahasa daerah dalam tugasmenulis laporan perjalanan siswa kelas VIII.A dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) ditemukan bentuk-bentuk Interferensi leksikal terhadap verba, nomina, adjektiva,

pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan interjeksi, (2) ditemukan jenis interferensi, yaitu afiksasi, dan reduplikasi, dan (3) ditemukan empat faktor penyebab interferensi, yaitu penyamaan berlebihan, transfer struktur, perbedaan bahasa pertama dan bahasa kedua dan kurangnya pemahaman terhadap bahasa yang digunakan.Faktor yang dominan menjadi penyebab interferensi bahasa daerah dalam teks laporan perjalanan siswa kelas VIII.A pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP Negeri 43 Mukomuko yaitu perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua.

SARAN

(10)

interferensi kosakata pada siswa. Selain itu, guru juga dapat mengingatkan siswa dalam setiap kegiatan belajar untuk menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan norma-norma bahasa, sehingga peran guru dalam kegiatan belajar tampak langsung dalam tulisan siswa atau ketika siswa berbicara, (3) Bagi siswa, kajian tentang interferensi ini dapat dijadikan sebagai evaluasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas berbahasa siswa. Sebagai bahan evaluasi, siswa belajar untuk mengontrol dan memilah kata-kata yang patut dipergunakan dalam berbahasa Indonesia yang benar agar tampak berkualitas.Kualitas berbahasa dapat dilihat dari hasil tulisan siswa atau praktek komunikasi secara lisan, dan(4) Bagi penulis selanjutnya, kajian interferensi kosakata ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya.

Catatan: artikel ini ditulis dari Tesis penulis di Pascasarjana Universitas Bung Hatta dengan tim pembimbing Dr. Yetty Morelent, M. Hum. dan Prof. Dr. Agustina, M.Hum.

DAFTAR RUJUKAN

Alwi, Hasan dkk.2003. Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia. Jakarta.

Arman Argynbayev. 2014. Teaching Culture and Identifying Language

Interference Errors Through

Films. English Language

Teaching; Vol. 7, No. 9; ISSN. 1916-4742. E-ISSN 1916-4750 Published by Canadian Center of Science and Education.

Chaer, Abdul dan Agustina Leoni. 2004.

Sosiolinguistik. Jakarta.

Chaer, Abdul. 2004. Morfologi Bahasa

Indonesia. Jakarta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.

Jakarta.

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian, dan

Pembelajaran. Jakarta.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan

Leksikografi Indonesia. Jakarta.

Chaer, Abdul dan Agustina Leoni. 2010.

Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.

Jakarta

Chaer, Abdul. 2011. Psikolinguistik

Kajian Teori. Jakarta.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode

Penelitian. Yogyakarta.

Galina Zashchitina & Natalia Moysyak. 2017. Key Directions and

Characteristics of Research

Organization in the Contemporary

World. ISSN 1314-4693.Volume

15. Sofia: Bulgarian Comparative Education Society.

(11)

Bahasa Indonesia Tulisan Murid

Kelas VI SD Kabupaten Karo”.

Tesis. Tidak Diterbitkan. Medan: PPSUSU.

Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas

Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta.

Moleong, Lexi J. 2010. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung.

Mohammed Sadat. 2017. Views from the Streets of Accra on Language

Policy in Ghana. Journal of

Education and Practice.ISSN 1735 (Paper) ISSN 2222-288X (Online).Vol.8, No.2.

Muneera Muftah. 2013. Error Analysis of Present Simple Tense in the

Interlanguage of Adult Arab

English Language Learners.

English Language Teaching; Vol. 6, No. 2; ISSN 1916-4742 E-ISSN 1916-4750.Published by Canadian Center of Science and Education.

Nursaid dkk. 2002. Sosiolinguistik. Padang.

Philadelphia. 2014. More Than Numbers:

Teaching ELLs Mathematical

Language in Primary

Grades:Chinese American

Educational Research & Development Association Annual Conference.

Sugiyono.2005. Memahami Penelitian

Kualitatif. Bandung.

Usman, Amir Hakim. 1979. Pengantar

Ilmu Kosakata

(Leksikologi).Padang.

Verhaar, J.W.M. 2012.Asas-asas

Linguistik Umum.Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia “Sejahtera” (KPRI Sejahtera) yang berada di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Sebagai sebuah studi sejarah

Lebih lanjut, individu yang melakukan kekerasan atau agresi adalah individu yang memiliki kontrol diri yang rendah, kemampuan perspective taking yang rendah, empati pada orang

Keseriusan – jika Anda memutuskan untuk menginstal komponen Identity Protection dalam AVG Anti Virus 2012 Anda, maka identifikasi grafis dari keseriusan temuan dengan skala

Dari beberapa tanggapan siswa yang terekam dalam lembar respons mahasiswa, mereka menginginkan LKM tersebut ada pada teori bencana alam lainnya agar

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan keefektifan model pengajaran advance organizer dalam meningkatkan

Setelah mempublikasikan ISRS edisi ketujuh (ISRS7) pada tahun 2006 yang ruang lingkupnya meliputi kesehatan kerja, keselamatan kerja, Environment, Security dan aspek

Atau dengan kata lain Pancasila dan Bhinneka Tungal Ika beserta nilai-nilai yang ter- dapat didalamnya merupakan ciri khas yang mem- bedakan bangsa Indonesia

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap tindakan yang bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan Kemmis dan