• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Jiwa Keagamaan pada usia de

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Jiwa Keagamaan pada usia de"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia

Dewasa dan Usia Lanjut

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah

: Psikologi Agama

Dosen

: Dra. Diah Nurita

Jurusan

: Tarbiyah - PAI (IV-A)

Di susun Oleh

Kelompok 4 (Empat )

- Muhammad Andrian

- Khadijah

- Nur Lailan

- Siti Aisyah Harahap

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH

MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT

(2)

KATA PENGANTAR

ْمييححررلاِ نحْمحيررلاِ هحللاِ ْم

ح س

ي بح

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Perkembangan Jiwa keagamaan pada usia Dewasa dan Usia Lanjut” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

(3)
(4)

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Rumusan Masalah...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

A. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia Dewasa dan Usia Lanjut...2

B. Sikap keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut...5

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan...8

D. Hambatan keberagamaan pada masa Dewasa dan usia lanjut...9

BAB III...10

PENUTUP...10

A. Kesimpulan...10

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jiwa keagamaan yang termasuk rohani (psikis) akan sangat tergantung dari perkembangan aspek fisik. Dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu, perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia.

Para ahli psikologi perkembangan membagi perkembangan manusia berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau periode perkembangan. Secara garis besarnya periode perkembangan itu terbagi menjadi: 1) masaprental; 2) masa bayi; 3)masa kanak-kanak; 4)masa prapubertas; 5)masa pubertas (remaja); 6) masa dewasa; 7)masa usia lanjut.

Sehubungan dengan kebutuhan manusia dan periode perkembangan tesebut, maka dalam kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat bagaimana pengaruh timbal balik antara keduanya. Dengan demikian, perkembangan jiwa keagamaan juga akan dilihat dari tingkat usia dewasa dan usia lanjut.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian usia dewasa dan usia lanjut?

b. Bagaimana perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut? c. Bagaimana sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut?

d. Apa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan?

C. Rumusan Masalah

a. Untuk mengetahui pengertian usia dewasa dan usia lanjut

b. Untuk mengetahui perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut.

(6)
(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia Dewasa dan Usia Lanjut

1. Masa Dewasa

Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa adolesen, walaupun ada juga yang merumuskan masa adolesen ini kepada masa dewasa, namun demikian dapat disebut bahwa masa adolesen adalah menginjak dewasa yang mereka mempunyai sikap pada umumnya yaitu: mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup.2 Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk mempertahankan

nilai-nilai yang dipilihnya.

Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan

1 http://hera-orgen.blogspot.com/p/perkenbangan-jiwa-keagamaan-orang

04.html.

(8)

menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

b. Masa dewasa madya (middle adulthood)

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

c. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf dan perubahan penampilan. Dan kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia ini.3

2. Usia Lanjut

Dalam perkembangan manusia, yaitu sejak usia bayi hingga mencapai kedewasaan jasmani terjadi proses perkembangan yang progresif. Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat hingga mencapai titik puncak perkembangannya, yaitu usia dewasa (22-24 tahun).

(9)

fisik manusia boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah diatas usia 50 tahun mulai terjadi penurunan perkembangan yang drastic hingga mencapai usia lanjut. Periode ini disebut sebagai periode regresi (penurunan).

Sejalan dengan penurunan tersebut, maka secara psikis terjadi berbagai perubahan pula. Perubahan-perubahan gejala psikis ini ikut mempengaruhi berbagai aspek kejiwaan yang terlihat dari pola tingkah laku yang diperlihatkan.

Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetatkan hubungan dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaan bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain. Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 tahun) memiliki kecenderungan besar untuk berumah tangga, kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan dengan latar belakang kehidupannya.

Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai puncak periode usia yang paling produktif . Tetapi dalam hubungannya dengan kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang.

Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Selain itu, umumnya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan keputus asaan. Karena itu mereka cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan social, termasuk sosial keagamaan.

(10)

berakhir.4Maksudnya, sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami

peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan. .

Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut, secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah :

a. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.

b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

c. ulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara

lebih sungguh-sungguh.

d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar

sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.

e. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan

pertambahan usia lanjutnya. .

f. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan

pembentukasn sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akhirat).5

B. Sikap keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut

1. Usia Dewasa

Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai-nilai-nilai yang dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.

Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan terhadap kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berfikir tentang tanggung jawab social moral, ekonomis, dan keagamaan. Pada masa adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang abstrak. Diusia dewasa biasanya seseorang sudah memliki sifat kepribadian yang stabil.

(11)

memiliki tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi perubahan mungkin prose situ terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang matang.

Dan sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai non-agama, itu pun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya.

Dan jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup, maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.

Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.

Sejalanِ denganِ tingkatِ perkembanganِ usianya,ِ makaِ sikap keberagamaan ِ pada ِ orang ِ dewasa ِ antara ِ lain ِ memiliki ِ ciri sebagaiِ berikut:

a. Menerima ِ kebenaran ِ agama ِ berdasarkan ِ pertimbangan pemikiranِ yangِ matang,ِ bukanِ sekedarِ ikut-ikutan.

b. Cenderung ِ bersifat ِ realis, ِ sehinggga ِ norma-norma ِ agama lebihِ banyakِ diaplikasikanِ dalamِ sikapِ danِ tingkahِ laku.

(12)

d. Tingkat ِ ketaatan ِ beragama ِ didasarkan ِ atas ِ pertimbangan dan ِ tanggung ِ jawab ِ diri ِ hingga ِ sikap ِ keberagamaan merupakanِ realisasiِ dariِ sikapِ hidup.

e. Bersikapِ lebihِ terbukaِ danِ wawasanِ yangِ lebihِ luas.

f. Bersikapِ lebihِ kritisِ terhadapِ materiِ ajaranِ agamaِ sehingga kemantapanِ beragamaِ selainِ didasarkanِ atasِ pertimbangan pikiran,ِ jugaِ didasarkanِ atasِ pertimbanganِ hatiِ nurani.

g. Sikapِ keberagamaanِ cenderungِ mengarahِ kepada ِ tipe-tipe kepribadian ِ masing-masing, ِ sehingga ِ terlihat ِ adanya pengaruh ِ kepribadian ِ dalam ِ menerima, ِ memahami ِ serta melaksanakanِ ajaranِ agamaِ yangِ diyakininya.

h. Terlihatِ adanyaِ hubunganِ antarِ sikapِ keberagamaanِ dengan kehidupanِ sosial, ِ sehingga ِ perhatian ِ terhadap ِ kepentingan organisasiِ sosialِ keagamaanِ sudahِ berkembang.6

2. Usia Lanjut

(13)

ditambah adanya penurunan kegairahan seksual. William James pun menyatakan demikian bahwa dimensi keagamaan akan tampak menonjol pada usia lanjut ketika kehidupan seksual mulai berakhirAdapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan.

Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah: 7

1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan

2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.

4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.

5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertanbahan usia lanjutnya.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan

Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan. Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan individu, hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan

(14)

beragama tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada dua factor yang menyebabkan adanya hambatan, yaitu:8

1. Faktor diri sendiri

Factor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu: kapasitas diri dan pengalaman.

Kapasitas ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaran-ajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang yang berkemampuan dan kurang berkemampuan. Mereka yang mampu menerima dengan rasio akan menghayati dan kemudian mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut dengan baik, walaupun yang ia lakukan itu berbada dengan tradisi yang mungkin sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Dan sebaliknya, orang yang kurang mampu menerima dengan rasionya, ia akan lebih banyak tergantung pada masyarakat yang ada.

Sedangkan factor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang dalam bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam mengerjakan aktifitas keagamaan. Namun, mereka yang mempunyai pengalaman sedikit dan sempit, ia akan mengalami berbagai macam kesulitan untuk dapat mengerjakan ajaran agama secara mantap dan stabil.

2. Faktor luar

(15)

2) kejahatans9

D. Hambatan keberagamaan pada masa Dewasa dan usia lanjut

Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut :

1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.

2. Masa dewasa tengah, masalah sentral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.

3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.10

(16)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada masa dewasa, motivasi beragama pada orang dewasa cenderung didasarkan pada penalaran logis. Dan ekspresinya adalah bercirikan tetap (istiqomah), artinya sudah tidak lagi ikut-ikutan. Mereka sudah mempunyai tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik system nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang. Beragama bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.

Pada usia lanjut, adanya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada usia lanjut. Dan beberapa ahli psikologi menyatakan hal serupa dan ditambah adanya penurunan kegairahan seksual. Secara garis besar dicikan : Kehidupan keagamaan sudah mencapai kemantapan, cenderung mulai menerima pendapat keagamaan, mulai timbul pengakuan akan adanya kehidupan setelah mati, sikap keagamaan cenderung mengarah pada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat luhur, timbul rasa takut pada kematian yang meningkat.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Raharjo.2012. PengantarIlmuJiwa Agama. Semarang. PustakaRizki Putra

Jalaludin.2003. Psikologi Agama. Jakarta. Raja GrafindoPersada

Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Imam al-Haramain sebagai salah seorang tokoh pemikir politik sunni, berpendapat bahwa seorang kepala negara harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan percobaan ini adalah praktikan dapat mengetahui cara untuk menentukan kandungan kolesterol pada fraksi I, II, III yang terdapat

Kedua, perikanan ilegal di perairan Indonesia akan mengurangi kontribusi perikanan tangkap di wilayah ZEEI atau laut lepas kepada ekonomi nasional (PDB), di samping

 Setelah peserta didik mengamati tentang bola voli, guru memfasilitasi peserta didik untuk menggali lebih dalam dengan cara memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi

Adapun faktor yang mempengaruhi kinerja pada karyawan dalam suatu organisasi meliputi tingkat pendidikan, motivasi kerja, fasilitas kerja, kehadiran dalam bekerja,

Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan fungsi Bessel dan fungsi Dawson dalam perancangan kriptografi kunci simetris dengan menggunakan 3 putaran, dimana pada

Rename Digunakan untuk mengganti nama suatu struktur, wadah yang digunakan sebagai media suatu data/ record. Select Digunakan untuk menampilkan hasil seleksi suatu

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi ekstrak air buah tomat antara 10%, 15%, dan 20% yang memiliki nilai SPF paling tinggi serta mengetahui pengaruh