• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Media Massa Kesuksesan Opini Publi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Media Massa Kesuksesan Opini Publi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

4

Wakhid Aprizal Ma’ruf

14010413140064

Peran Media Massa : Kesuksesan Opini Publik dalam Inefektifitas

Kampanye Negatif terhadap Pencalonan Joko Widodo-Jusuf Kalla

Abstrak :

Hingar-bingar pemilihan umum Presiden 2014 telah berlalu. Seorang pedagang mebel dari Solo lulusan jurusan Kehutanan Universitas Gajah Mada, berpasangan dengan mantan wakil Presiden 2 periode sebelumnya, Joko Widodo dan Jusuf Kalla ( Jokowi-JK ) mendapatkan kehormatan untuk memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia 5 tahun ke depan1. Mereka menjadi pasangan presiden dan wakil presiden kedua berturut-turut yang

terpilih dalam satu putaran setelah pada 2009 pasangan SBY-Boediono juga melakukannya.2

Banyak kejadian mewarnai perjalanan Jokowi-JK ke tampuk kepresidenan, bahkan setelah dipastikan menjadi pemenang Pilpres pun, terjadi gugatan oleh pasangan Prabowo-Hatta yang menuduh pemilu telah tercemari oleh kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif. Selama masa kampanye pula, Jokowi-JK menjadi salah satu target bagi kampanye negatif, utamanya dari media massa daring (online) meskipun media massa cetak maupun elektronik turut terlibat pula, yang ternyata tidak menghalangi Jokowi-JK menjadi RI 1 dan 2. Ketidakmampuan kampanye negatif inilah yang akan menjadi fokus dari artikel ini.

Kata Kunci : Jokowi-JK, kampanye negatif,media massa, opini publik

Pasangan Jokowi-JK, terutama calon presiden Joko Widodo, menjadi sasaran empuk kampanye negatif pada masa prapilpres. Dikutip dari metrotvnews.com “April 2014 ada 30.000 twit tentang pencitraan Jokowi, 15.000 twit tentang capres boneka dan 9.129 twit tentang isu selebaran RIP kematian Jokowi”3. Sementara merdeka.com memberitakan

“Jumlah ekspose pemberitaan berkenaan dengan Jokowi dan kampanye hitam mencapai angka 1.515 berita. Isu negatif yang menjadi materi kampanye hitam terhadap Jokowi. Di antaranya, capres boneka, bus karatan dan sebagainya.”4. Angka ini berbanding terbalik

dengan apa yang dialami Prabowo Subianto, dalam berita yang sama “Prabowo mendapat

1 http://www.antaranews.com/pemilu/berita/445322/kpu-tetapkan-jokowi-jk-sebagai-presiden-wapres-terpilih

2 http://pemilu.detiknews.com/read/2009/07/25/104335/1171269/700/sby-boediono-menang

3 http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/05/22/244836/jelang-pilpres-angka-kampanye-negatif-meroket 4 http://www.merdeka.com/politik/kampanye-hitam-pilpres-jokowi-capres-boneka-prabowo-isu-ham.html

PERAN MEDIA MASSA : KESUKSESAN OPINI PUBLIK DALAM INEFEKTIFITAS

(2)

4

sorotan pemberitaan mengenai kampanye hitam sejumlah 743 berita. Tidak banyak ekspose isu negatif dari Prabowo kecuali soal pelanggaran HAM dan penculikan”5.

Mengapa pasangan Jokowi-JK, terutama pribadi Joko Widodo, menjadi sasaran empuk kampanye negatif? Kampanye sendiri didefinisikan oleh Roger dan Storey6 sebagai

“serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Sementara, kampanye negatif didefiniskan oleh Andi Irawan dalam artikelnya7

“adalah semua model atau perilaku atau cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina, memfitnah, mengadu domba, menghasut, atau menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang calon atau sekelompok orang atau partai politik atau pendukung seorang calon terhadap lawan atau calon lainnya”

Dengan konotasi negatifnya, kampanye negatif akan memuat lebih banyak bualan daripada fakta. Seperti yang dikatakan Joseph Goebbels, menteri propaganda Nazi, “If you tell a lie big enough and keep repeating it, people will eventually come to believe it.”8, ketika

sebuah kebohongan dikampanyekan, maka orang-orang akan percaya itu nyata. Siapapun penyebarnya, maka sesuai definisi Roger dan Storey di atas, ada efek yang diharapkan terjadi pada masyarakat terhadap Jokowi-JK. Karena kampanye hitam tersebut dilakukan pada masa kampanye pemilu 2014, maka dapat disimpulkan bahwa esensi dari kampanye tersebut adalah penuruna elektabilitas Jokowi-JK. Meskipun begitu, agak terlalu picik jika menyimpulkan bahwa kampanye tersebut pelaku utamanya adalah pendukung pasangan lawan. Karena, sesuai teori realisme, bahwa setiap subjek memiliki kepentingannya masing-masing, tidak dapat diketahui mana yang memang punya kepentingan memenangkan pasangan lawan atau hanya sekadar mengail di air keruh.

Namun, seperti yang sudah diketahui, ternyata kampanye negatif tersebut tidak berhasil menjatuhkan perolehan suara Jokowi-JK dalam pemilu 2014. Pemilihan umum ini akhirnya dimenangi oleh pasangan Jokowi-JK dengan memperoleh suara sebesar 53,15%, mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang memperoleh suara sebesar 46,85% dan disahkan oleh keputusan KPU RI pada 22 Juli 2014. Kegagalan kampanye negatif tersebut ternyata memiliki andil besar dari media massa. Bagaimana bisa?

5 Ibid.

6 Rogers, E. M., & Storey J. D. (1987). Communication Campaign. Dalam C. R. Berger & S.H. Chaffe (Eds.), Handbook of Communication Science. New Burry Park, CA:Sage.

7 http://www.tempo.co/read/kolom/2014/06/07/1396/Dampak-Kampanye-Hitam

8 Kutipan ini dialamatkan kepada Joseph Goebbels dalam “ Publications Relating to Various Aspects of Communism (1946), by United States Congress, House Committee on Un-American Activities, Issues 1-15, p. 19”

PERAN MEDIA MASSA : KESUKSESAN OPINI PUBLIK DALAM INEFEKTIFITAS

(3)

4

Media massa sendiri adalah medium yang digunakan untuk melakukan komunikasi massa, yaitu pengiriman pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada sejumlah orang yang heterogen, anonim, dan terjadi secara serentak. Media merespons perkembangan sosial budaya dan selanjutnya turut pula memengaruhi perkembangan tersebut. Masyarakat atau audiens sendiri tidak semuanya terpengaruh oleh media massa, namun memiliki caranya sendiri-sendiri dalam berinteraksi dengan media. Harold Adams mengatakan bahwa media adalah intisari peradaban dan sejarah diarahkan media pada masanya. Dalam kegiatannya, kemudian media menciptakan apa yang disebut dengan opini publik. Ini adalah suatu keenderungan orang untuk mengekspresikan pandangannya ketika pandangannya sama dengan pandangan populer. Siapa yang mempopulerkan atau sebaliknya menginferiorkan suatu pandangan? Tentu saja media massa. Dari penjelasan-penjelasan teoritis tersebut, dapat disimpulkan bagaimana media massa berperan dalam inefektifitas kampanye negatif terhadap Jokowi-JK.

Simpulan utama terhadap apa yang menyebabkan inefektifitas kampanye negatif adalah peran media massa dalam menggiring opini publik. Sejak kesuksesannya sebagai walikota Surakarta, sesuai teori bahwa media merespons perkembangan sosial budaya dan selanjutnya turut pula memengaruhi perkembangan tersebut, Joko Widodo telah mendapat ruang berita di media-media massa dan akhirnya menjadikan dirinya populer sebagai seorang pemimpin yang dekat pada masyarakat dan gemar bekerja, inovatif, serta visioner. Hampir semua berita, ketika memberitakan seorang Jokowi, memberikan representasi yang baik terhadap seorang Jokowi. Akhirnya, terciptalah satu suara dalam masyarakat bahwa Jokowi adalah seorang pemimpin yang dibutuhkan negeri ini berkat prestasinya tersebut.

Ketika kemudian muncul suara lain tentang Jokowi, yang pada masa pemilu ini adalah kampanye negatif, maka teori isolasi pun menjadi berlaku. Suara-suara lain terhadap Jokowi telah diartikan oleh masyarakat sebagai sebuah antitesis yang tidak diinginkan. Masyarakat tentu tidak percaya ketika Jokowi yang sudah dipercaya sebagai seorang yang prorakyat, dicitrakan oleh kampanye negatif sebagai seorang yang gemar pencitraan dan antek asing. Namun, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat punya cara sendiri dalam berinteraksi dengan media, tidak semua lapisan masyarakat tidak percaya terhadap kampanye negatif tersebut. Alhasil, elektabilitas Jokowi pun pada akhirnya memang turun namun tidak signifikan untuk menghalanginya menjadi RI-1 bersama Jusuf Kalla sebagai RI-2. Inilah mengapa kampanye negatif dideskripsikan sebagai inefektif dalam

PERAN MEDIA MASSA : KESUKSESAN OPINI PUBLIK DALAM INEFEKTIFITAS

(4)

4

artikel ini. Kampanye hitam memang tidak gagal dalam menurunkan elektabilitas Jokowi, namun berkat opini publik, kampanye negatif pada akhirnya tidak bisa menghentikan masyarakat Indonesia memilih Jokowi-JK sebagai pemimpin negeri ini. Demikianlah seperti kata Harold Adams di atas, media adalah intisari peradaban dan sejarah diarahkan media pada masanya.

PERAN MEDIA MASSA : KESUKSESAN OPINI PUBLIK DALAM INEFEKTIFITAS

Referensi

Dokumen terkait

In Part 2 of this activity, you will use Packet Tracer (PT) Simulation mode to view and examine how traffic leaving the local network is handled.. Step 1: Set up for traffic

Langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat disebut sebagai

8 Tahun 1995 tersebut diiringi juga dengan dikeluarkannya peraturan oleh Bapepam mengenai penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan melalui

Islam juga menjamin hak-hak wanita untuk memperoleh kehormatan, kemanusiaan, kebebasan (yang syar‟i), dan amal-amal Islam yang sesuai dengan karakter kewanitaannya, sepanjang tidak

Penyakit Jantung Hipertensi dalam Ilmu Penyakit Dalam : Edisi IV, Jilid II, Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Orang tua harus mampu mengarahkan anaknya di jalan yang benar, sebagai umat Islam dengan mengarahkan sesuai tuntunan agama dan memberi teladan yang bisa menjadi contoh bagi

Terdapat pelbagai aspek yang mampu mempengaruhi pengurusan kesakitan yang tidak efektif dan salah satu penyebab kemungkinan adalah disebabkan oleh kekurangan

Di dalam modul tersebut telah dijelaskan bahwa representasi matrik (penulisan dalam bentuk matrik) dari sebuah operator A dalam basis-basis yang terdiri dari eigenvektor-eigenvektor